Anda di halaman 1dari 28

INTELEKTUAL FREEDOM

(Pengaruh Komersialisai Pendidikan Terhadap Kebebasan Berekspresi Mahasiswa)


Oleh:

BEM UNILA

a. Komersial Pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, komersialisasi diartikan sebagai


perbuatan menjadikan sesuatu sebagai barang dagangan. Merujuk pada arti itu,
komersialisasi pendidikan dapat diartikan menjadikan pendidikan sebagai barang
dagangan. Komersialisasi pendidikan atau mengomersialisasikan pendidikan kerap
ditimpakan kepada kebijakan atau langkah-langkah yang menempatkan pendidikan
sebagai sektor jasa yang diperdagangkan. 1
Dikemukakan oleh Friedman dan Van Hayek bahwa komersialisasi
pendidikan merupakan keadaan pendidikan yang berpegang pada masyarakat industry
dan selera pasar (market society). Selain itu, juga diungkapkan oleh Sulfasyah dan
Arifin, bahwa komersialisasi pendidikan telah mengantarkan pendidikan sebagai
instrument untuk melahirkan buruh-buruh bagi sector industry, bukan sebagai proses
pencerdasan dan pendewasaan masyarakat. menurut Hartini adanya komersialisasi
pendidikan telah menggambarkan keadaan pendidikan saat ini bahwa pendidikan
lebih mengarah kepada praktik pendidikan layaknya lembaga penghasil mesin yang
siap menyuplai pasar industry dan diukur secara ekonomis. 2
Sedangkan menurut pendapat Giroux, adanya komersialisasi pendidikan telah
mengubah intitusi pendidikan yang berbasis efisiensi ekonomis menjadi perusahaan
penyedia elite masyarakat dan kuli kerja. Akibat komersialisasi pendidikan inilah,
banyak lembaga pendidikan yang kemudian menganut paradigm pendidikan yang
bersifat ekonomis. Banyak lembaga pendidikan yang akhirnya gagal

1
https://kbbi.web.id/komersial.
2
Iskandar fellang, “Liberalisasi dan Komersialisasi Pendidikan” , Dirasat Islamiah:
Jurnal Kajian Keislaman vol. 3, no. 1, April, 2022, hlm. 16.
mengimplikasikan bahwa proses pembelajaran menjadi salah satu pilar utama dalam
humanisasi hidup manusia. 3
Adapun istilah komersialisasi pendidikan menurut Wibowo dalam bukunya
Hartini mengacu pada dua pengertian yang berbeda, yaitu: 4

1. Komersialisasi pendidikan yang mengacu pada lembaga pendidikan dengan


program serta perlengkapan mahal. Pada pengertian ini, pendidikan hanya
dapat dinikmati oleh sekelompok masyarakat ekonomi kuat, sehingga
lembaga seperti ini tidak dapat dengan istilah komersialisasi karena mereka
memang tidak memperdagangkan pendidikan. Komersialisasi pendidikan
jenis ini tidak akan mengancam idealism pendidikan nasional atau idealism
Pancasila, akan tetapi perlu dicermati juga karena dapat menimbulkan
pendiskriminasian dalam pendidikan nasional.
2. Komersialisasi pendidikan yang mengacu kepada lembaga pendidikan yang
hanya mementingkan uang pendaftaran dan uang gedung saja, tetapi
mengabaikan kewajibankewajiban pendidikan. Komersialisasi pendidikan ini
biasanya dilakukan oleh lembaga atau sekolah-sekolah yang menjanjikan
pelayanan pendidikan tetapi tidak sepadan dengan uang yang mereka pungut
dan lebih mementingkan laba. Itu hal yang lebih berbahaya lagi,
komersialisasi jenis kedua ini dapat pula melaksanakan praktik pendidikan
untuk maksud memburu gelar akademik tanpa melalui proses serta mutu yang
telah ditentukan sehingga dapat membunuh idealism pendidikan Pancasila.
Komersialisasi ini pun telah berdampak pada tingginya biaya pendidikan.
Secara gambling, masyarakat “disuguhi sesuatu” yang (seolah-olah)
mengamini kondisi tersebut. Contoh sederhana dapat dilihat ketika memasuki
tahun ajaran baru. Tak terbayangkan betapa banyaknya orang tua yang
mengeluh akibat buku pelajaran yang digunakan tahun ajaran sebelumnya
tidak lagi dapat digunakan ditahun ajaran berikutnya. Kondisi ini tentu sangat

3
Giroux, Education and the Crisis of Youth: Schooling and the Promise of Democracy,
The Educational Forum, 73(1), 8-18, Taylor & Francis Group, 2008.
4
Dwi Hartini, Problematika Pendidikan di Era Globalisasi.
http://core.ac.uk/download.pdf/16509053.pdf. Diakses 14 Maret 2023.
memberatkan masyarakat yang sebagian yang sebagian besar masih hidup di
bawah garis kemiskinan. Siswa dipaksa menggunakan buku pelajaran baru
sebagai pengganti buku lama yang konon “tidak layak” dipakai acuan lagi
dengan harga yang relative tinggi. Padahal jika dicermati, materi atau pokok
bahasan di dalamnya sama persis, tanpa ada “ilmu” baru yang dicantumkan.
Pada praktiknya di perguruan tinggi tingkah laku komersil rupanya
nampak meskipun dengan alasan untuk menunjang pembangunan
infrastruktur dan fasilitas kampus. Contohnya adalah dengan membuka jalur
penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri dengan menggunakan sistem uang
pangkal dan biaya UKT yang berbeda dari mahasiswa baru yang diterima
melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN. Faktanya alasan pembangunan
menjadi dalil utama untuk menyelenggarakan komersialisasi pendidikan
masih rawan disalah gunakan. Contoh kasus yang baru-baru ini terjadi adalah
kasus mega korupsi yang dilakukan oleh Rektor Universitas Udayana yang
merugikan Negara senilai 443 miliar.5

b. Komersialisai dan Kapitalisme


Biaya yang dibutuhkan untuk mengenyam pendidikan di Indonesia semakin
mahal seiring tingginya jenjang yang ditempuh. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS), biaya yang dibutuhkan untuk menempuh pendidikan Sekolah Dasar
(SD) atau sederajat sebesar Rp3,24 juta pada tahun ajaran 2020/2021. Rata-rata biaya
yang harus dikeluarkan untuk mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) atau sederajat sebesar Rp5,59 juta.6
Kemudian, rata-rata biaya yang dibutuhkan untuk duduk di bangku Sekolah
Menengah Atas (SMA) atau sederajat sebesar Rp7,8 juta. Di tingkat perguruan tinggi,

5
Ahmad Apriyono, Kasus Mega Korupsi Rektor Udayana Ditaksi Rugikan Negara
Hingga 443 Miliyar, Kasus Mega Korupsi Rektor Udayana Ditaksir Rugikan Negara hingga
Rp443 Miliar, Modusnya Terbongkar - Regional Liputan6.com, Diakses Pada Tanggal 16 Maret
2023 Pukul: 1833 WIB.
6
Monavia Ayu Rizaty, Makin Tinggi Jenjang, Biaya Pendidikan di Indonesia Makin
Mahal, 2022.
https://dataindonesia.id/ragam/detail/makin-tinggi-jenjang-biaya-pendidikan-di-
indonesia-makin-mahal, Diakses Pada Tanggal 14 Maret 2023 Pukul 22.39 WIB.
biaya yang dibutuhkan untuk mengenyam pendidikan tercatat sebesar Rp14,47 juta.
Jumlah itu naik hampir dua kali lipat dibandingkan dari jenjang pendidikan
sebelumnya. Data di atas berbanding terbalik dengan tingkat penyelesaian
pendidikan menurut jenjang.7
Menurut BPS, tingkat penyelesaian pendidikan untuk jenjang SD atau
sederajat mencapai 97,37%. Di jenjang SMP atau sederajat, tingkat penyelesaian
pendidikan turun menjadi sebesar 88,88%. Sedangkan, tingkat penyelesaian
pendidikan di jenjang SMA atau sederajat hanya 65,94%. Hal ini menunjukkan
bahwa biaya yang mahal akan menyulitkan masyarakat untuk bisa menyelesaikan
pendidikan lebih tinggi. Terlebih jika masyarakat tersebut berasal dari kelompok
pengeluaran rendah. BPS juga mencatat, rata-rata biaya pendidikan yang dikeluarkan
siswa di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan untuk semua jenjang
pendidikan. Lalu, rata-rata biaya pendidikan yang harus dikeluarkan siswa di sekolah
swasta jauh lebih tinggi dibandingkan sekolah negeri. 8
Secara etimologis, kapitalisme berasal dari bahasa latin “Caput” (kata benda)
dan “Capitalis” (kata sifat) yang berarti “kepala” atau “yang berkaitan dengan
kepala”. Kaitan dengan kata ini, kapitalisme berarti usaha untuk mempertahankan
kepala, kehidupan, dan kesejahteraan.9 Secara terminologis, kapitalisme dipakai
untuk menamai sistem ekonomi yang mendominasi dunia Barat sejak runtuhnya
feodalisme. 10
Komersialisasi pendidikan secara tidak langsung juga telah menciptakan
jurang pemisah antara pihak yang mempunyai modal dan pihak yang mempunyai
sedikit modal. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ivan IIlich dalam Benny
Susanto ( 2005 : 119)., “komerialisasi pendidikan dianggap sebagai misi lembaga
pendidikan modern mengabdi kepada kepentingan modal dan bukan sebagai sarana
pembebasan bagi kaum tertindas” . akibatnya pendidikan yang humanisasi tidak
tercapai dalam proses pendidikan karena adanya komersialisasi pendidikan, menurut

7
Ibid
8
Ibid
9
Nina M. Armando, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), hlm 52.
10
Musayyidi, Menyoal Komersialisasi Pendidikan di Indonesia, Kariman: Vol. 08. No. 1,
Jawa Timur, Jawa Timur, 2020, hlm. 128.
satriyo brojonegoro hanya mampu dinikmati oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki
modal untuk mengakses pendidikan (Darmaningtyas, 2005 : 31). Dengan demikian,
dari pengertian komersialisasi, karena terjadi neokapitalisme yang tinggi sehingga
menimbulkan sifat tamak para pemangku jabatan kekuasaan di lingkup pendidikan. 11
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah siswa dropout pada
tahun 2018 di Sukabumi berjumlah 97 pada umur 7-12 tahun dan 178 pada umur 13-
15 tahun, Dalam hal tersebut dapat kita ketahui bahwa dampak komersialisasi
pendidikan ini belum mampu mengakomodir penuh permasalah pendidikan. 12
Sebuah konstitusi yang memegang prinsip welfarestate akan menempatkan
hak ekonomi (hak atas pekerjaan), sosial (jaminan keamanan sosial dan hak atas
standar hidup yang layak), dan pendidikan sebagai komponen inti di dalamnya.
Ketiga hak tersebut akan saling bersinergi dengan beberapa hak-hak lain yang terkait
dengan 'kebebasan'.
Hal ini berarti bahwa hak-hak yang berkaitan dengan kebebasan dan
kesejahteraan harus saling berhubungan serta tidak dapat dipisahkan. Salah satu
contoh dapat dilihat dari adanya hak atas pendidikan yang harus dipenuhi, sesuai
dengan Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD NRI 1945). Hak akan pendidikan dijadikan sebagai salah satu indikator dalam
negara yang mengedepan kan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Pasal 31 ayat (1) UUD NRI 1945 menegaskan, "Tiap-tiapwarga negara berhak
mendapatkan pengajaran"'Ayat (2), "Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya," dan ayat (3), "Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang diatur dengan undang-undang."13

11
Dwi Hartini, Problematika Pendidikan di Era Globalisasi.
http://core.ac.uk/download.pdf/16509053.pdf. Diakses 14 Maret 2023. Hal 16.
12
https://sukabumikab.bps.go.id/statictable/2020/01/29/163/jumlah-murid-drop-out-do-menurut-
umur-sekolah-dan-kecamatan-di-kabupaten-sukabumi-2018.html, Diakses 14 Maret 2023
13
Sejaiah perjalananan UUCI'45 dari Tahun 19.{5 sanrpai Sokarang . Disertal 45 Butir-
butir Pancasila darr Susunan Kabinet Indonesia Bercatu. SurabaTa: Karya llmu Surabaya, 2002,
hlm, 102.
Hal ini menunjukkan dengan tegas bahwa siapapun berhak memperoleh
pendidikan hanya saja kadang-kadang makna yang terkandung didalamnya kurang
dimaknai dengan baik. Pasal tersebut menempatkan pemerintah sebagai pihak yang
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Jika
ditafsirkan dengan benar, maka makna yang terkandung di dalamnya memiliki
konsekuensi negara sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan pendidikan nasional.
Bahkan apabila menghendaki hasil pendidikan bagus dan bermutu tentulah
biayanya pasti mahal. Penyelenggaraan pendidikannya tidak terlepas dari penggunaan
dana atau biaya sehingga lembaga pendidikan harus memprioritaskan perhatian dalam
pengelolaan biaya ini, sehingga biaya yang dimiliki berdasarkan penerimaan dapat
dialokasikan dengan sebaikbaiknya. Perguruan tinggi memiliki peran yang sangat
sentral dan strategis dalam pembangunan suatu bangsa karena disebabkan oleh dua
hal yaitu pertama, lulusan perguruan tinggi akan memposisikan diri atau diposisikan
masyarakat sebagai calon pemimpin, baik diperusahaan, masyarakat atau di instansi
pemerintah; kedua, produk jasa pemikiran perguruan tinggi dianggap berperan dalam
menentukan konsep pembangunan bangsa.
Semakin tinggi sebuah pendidikan semakin mahal dan sulit terjangkau. Untuk
menghasilkan seorang Magister dan Doktor mesti menghabiskan dana ratusan juta
rupiah. Biaya ini terus bertambah dengan tingkat depresiasi nilai rupiah. Telah ada
beberapa terobosan terutama dalam beasiswa untuk program pendidikan magister dan
doktoral, namun spirit dari beberapa perguruan tinggi masih menggunakan ekonomi
rente. Kenaikan biaya kuliah seiring dengan grade kualitas sebuah perguruan tinggi 14
Sedangkan dalam pengembangan kampus juga terdapat pembangunan
berbasiskan wakaf baik berupa tanah, wakaf uang dan wakaf produktif untuk
mengembangkan perguruan tinggi. Semoga masih ada para pelaku yang menyadari
bahwa pendidikan bukanlah sebuah bisnis dari aktivitas ekonomi rente. kualitas
sebuah perguruan tinggi.

14
Imam wahyudi, Komersialisasi Pendidikan Tinggi Di Indonesia,
file:///C:/Users/Windows/Documents/Kajian%20Kastrat/Pendidikan/Komersialisasi%20Pendidik
an/Komersialisasi%20pendidikan.pdf Diakses 14 Maret 2023, Hal 56 - 57
c. Kebebasan Mahasiswa Dibawah Komersialisai Pendidikan
Menjadi menarik adalah ketika berbicara soal makna daripada “kebebasan”
dalam lingkup pendidikan justru tidak tercitra dalam pelaksanaan penyelenggaran
sistem pemungutan biaya/komersialisasi pendidikan. Sebab, konstitusi telah
memberikan jaminan kepada seluruh warga negaranya untuk mendapat jaminan
pengajaran yang tertuang dalam Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagai bentuk tanggungjawab negara guna mendapatkan
legitimasi masyarakat serta menjadi bukti bahwa negara telah mengimplementasikan
tugas dan fungsinya berdasarkan amanat konstitusi.
Negara yang dipercaya dan dikelola oleh pemerintah sebagai bentuk trust
masyarakat kepada para wakilnya melalui Presiden sebagai kepala pemerintahan
eksekutif tertinggi yang bertugas sebagai eksekutor dalam upaya merealisasikan
konsep negara welfarestate. Presiden dibantu oleh Menteri-Menterinya dengan
pembagian tugas dari segala sektor yang akan dibangun. Diantaranya adalah sektor
lembaga pendidikan yang dipimpin oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi memimpin jalannya pelaksanaan sistem pendidikan di lingkup
perguruan tinggi. Dilingkup kampus jalannya sistem pendidikan dipimpin oleh Rektor
selaku eksekutor dilingkup kampus. Dengan demikian, jika ada jaminan yang
menjamin jalannya kepemimpinan terlepas daripada kepentingan pribadi atau
kelompok maka suksesi pembangunan intelektual dengan kompetensi soft skill dan
hard skill mampu di capai. Namun, sebaliknya apabila secara struktural dari Presiden,
Menteri, dan Rektor melalui kebijakannya tidak berpihak kepada masyarakat dan
mahasiswa maka patut dipertanyakan “ada apa?”.
Intervensi yang dirasakan oleh mahasiswa dapat sama-sama dirasakan
diseluruh kampus Indonesia. Sebab, Kemendikbud melalui Dirjen Pendidikan Tinggi
mengeluarkan surat imbauan agar mahasiswa tidak ikut dalam aksi unjuk rasas
penolakan Undang-Undang Cipta kerja. Hal tersebut tercantum dalam surat bernomor
1035/E/KM/2020 tentag pembelajran daring dan sosisalisasi Undang-Undang Cipta
Kerja. 15 Dengan dmikian timbul pertanyaan “dimana jaminan kebebasan mahasiswa
dalam mengekspresikan kekecewaannya terhadap kebijakan yang ambil oleh
pemerintah?” sedangkan konstitusi telah menjamin hak-hak warga negaranya dalam
berkumpul, berserikat, dan berpendapat melalui lisan dan tulisan. 16
Seharusnya kampus sebagai ruang-ruang intelektual menjadi garda terdepan
untuk memberikan contoh kehidupan berbangsa dan bernegara. Kampus merupakan
miniatur kecil negara harusnya mampu mencerminkan kehidupan berbangsa dan
bernegara layaknya amanat konstitusi. Indonesia menganut sistem demokrasi dengan
ciri khas dari demokrasi adalah freedom will (kebabasan). Bebas yang dimaksud
bukanlah bebas yang sebebas-bebasnya, melainkan ada aturan yang menjadi norma
dasar untuk menjadi pembatas agar kebebasan individu dan kelompok tidak saling
berbenturan, dan konstitusi sudah menjamin itu dan memfasilitasi hak-hak tersebut.

Upaya mengembangkan diri tidak hanya di ruang-ruang akademis, melainkan


juga di ruang non-akademis. Harus dijamin pemenuhan hak tersebut sebagaimana
mahasiswa telah memenuhi tanggungjawab biaya administrasi.pengembangan diri
harus didukung melalui jaminan keamanan dan kenyaman mahasiswa dalam
mengembangkan minat, bakat dan keilmuannya. Namun sudah sejauh mana
pemenuhan hak-hak tersebut direalisasikan oleh pihak birokrasi kampus, justru hak-
hak non akademis di pangkas layaknya rambut yang dicukur, alih-alih agar menjadi
rapih justru malah menjadi gundul karena tidak ada komunikasi dua arah kepada
mahasiswa untuk pelaksanaan pemenuhan hak mahasiswa melalui kebijakan-
kebijakan birokrasi kampus.
Organisasi mahasiswa bukanlah subkoordinat dari rektorat layaknya sekolah
dengan osis, sebab mahasiswa dituntut harus lebih secara intelektua dan kepekaan
serta kepedulian terhaddap kebijakan-kebijakan kampu, daerah, dan negara. Bahkan
konstitusi telah menjamin hak mengembangkan diri yang berbunyi “Setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak

15
Irfan Kamil, Katanya Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, Kok Demo Saja Dilarang,
"Katanya Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, Kok Demo Saja Dilarang?" (kompas.com),
Diakses Pada Tanggal 16 Maret 2023 Pukul: 11.51 WIB.
16
Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945.
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia dan Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.”. 17
Dari pasal tersebut seharusnya menjadi dasar Pemerintah, Menteri dan Pejabat
Kampus dalam mengakomodir kebijakan-kebijakan dan kebebasan berekspresi
mahasiswanya. Karena tidak lain dan tidak bukan kebermanfaatan yang didapat
adalah untuk kemaslahatan bangsa dan negara. Dengan demikian bukan hanya
mahasiswa saja yang harus mengemban tanggungjawab ini, melainkan juga dosen,
rektorat semuanya harus bersinergi dalam upaya pemenuhan hak-hak tersebut.
Seharusnya upaya yang dilakukan oleh pejabat birokrasi kampus adalah
mengimplementasikan amanat konstitusi tersebut dengan meberikan fasilitas
akademis dan nonakademis yang demokratis, tidak ada intervensi dengan dalih “tetap
harus sesuai dengan standar akademis”. Ide, gagasan, merupakan ruang beas
intelektual yang harus dijamin haknya. Bahkan kebebasan pers kampuspun harus
dijamin keamanannya agar terhindar dari intimidasi. Karena, pada hakikatnya pers
kampus bukanlah humas dari pada pejabat birokrasi kampus, melainkan media check
and balance pejabat birokrasi apabila ada hal-hal yang tidak benar maka harus di
sampaikan kepadaa publik agar cita-cita dari kemaslahatan masyarakat itu
terselenggara.
Pendidikan memang memerlukan biaya, pendidikan tidak bisa gratis, latar
belakang sosio-ekonomi seorang anak dalam keluarganya, berpengaruh tinggi
terhadap keberhasilan pendidikan. Biaya dipergunakan untuk menyediakan gedung
sekolah atau kampus dan fasilitas lainnya, untuk membayar guru atau dosen,
menyediakan kurikulum dan pelayanan lainnya. Salah satunya adalah perguruan
tinggi merupakan salah satu jenjang pendidikan yang menyelenggarakan proses
pendidikan diantaranya untuk menghasilkan sumber daya yang memiliki kompetensi
dalam bidang manajemen.
Namun, bukan pula pendidikan dijadikan sebagai alat bisnis untuk
kepentingan oligarki yang masuk dalam struktur sosio feodalisme di kampus, karena

17
Pasal 28 C Undang-Undang Dasar 1945.
justru itu akan menimbulkan dampak negatif kepada para mahasiswa untuk
mengekspresikan dirinya berdasarkan minat dan bakat yang dimiliki. Berbicara soal
pendidkan, bukan saja terfokus dalam ruang-ruang akademis layaknya belajar di
dalam kelas atau mengerjakan tugas. Melainkan juga, kampus membeutuhkan ruang-
ruang non-akademis seperti orgganisasi yang bergerak dibidang seni, sosial, budaya,
dan politik, dan ini harus mendapat perhatian yang sama seperti pendidikan yang
fokus pada ruang akademis.
Realita saat ini, degradasi tingkat kepedulian akan keadaan sosio masyarakat
yang disebabkan oleh ksewenangan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan di
kalangan mahasiswa semakin menurun. Dibuktikan melalui ruang-ruang diskusi yang
diselenggarakan oleh organisasi kampus ataupun NGO dengan topik bahasan
mebedan dan menyikapi kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Takut untuk
berkata “ini adalah kebijakan yang salah dan tidak tepat” menjadi faktor utama
menurunnya tingkat kepedulian mahasiswa terhadap kondisi negara saat ini. Bukan
hal yang tabu ini disebabkan oleh tingkat ketakutan para mahasiswa karena merasa
terikat oleh biaya yang sudah dibayarkan kepada pihak kampus dengan biaya yang
tidak murah, sedangkan pihak kampus memegang penuh otoritas dalam finalisasi
kelulusan akademis mahasiswa.
Ada kaitannya kenapa mahasiswa takut untuk menyatakan yang benar adalah
benar, dan yang salah adalah salah. Sebab, pihak kampus yaitu rektorat dipilih
langsung oleh suara 35% kementerian yang akhirnya menjadi garis lurus intervensi
apabila ada mahasiswa yang menolak dan melawan kebijakan pemerintah dalam
menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ditambah lagi dengan adanya
komersialisai pendidikan ditingkat kampus apa yang menjadi jaminan bahwa biaya
yang dikumpulkan itu dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Terbukti pada tanggal 20
Agustus 2022 Tindak kasus korupsi yang melibatjan pimpinan perguruan tinggi di
Indonesia yaitu dari Universitas Lampug dan bukan kali pertama yang terjadi di
Indonesia. Kasus serupa terjadi pula terhadap wakil pimpinan universitas Indonesia
yang divonis pada September 2015 tentang tindakan korupsi yakni penyelewengan
proyek instalasi infrastruktur teknologi gedung perpustakaan UI tahun 2010 yang
merugikan negara Rp 8,2 miliar 18, terjadi pula baru-baru ini kasus korupsi yang
dilakukan oleh pimpinan Universitas Udayana yakni korupsi pada jalur seleksi
mandiri. 19
Dari catatan Indonesian Corruption Watch (ICW) mencatat terkait penindakan
kasus korupsi di sektor pendidikan masih marak terjadi yang menunjukan selama
kurun waktu 6 tahun dari tahun 2016-2021 aparat penegak hukum telah menindak
240 kasus korupsi sektor pendidikan. Pelaksanaan terbalik terjadi pada sektor
pembangunan pendidikan di Indonesia, semakin besar anggaran biaya pendidikan
baik yang bersumber dari pemerintah ataupun UKT dari mahasiswa maka
kemungkinan semangkin besar terjadinya penyelewengan keuangan untuk
kepentingan yang bukan semestinya. Dengan demikian sebab daripada komersialisasi
pendidikan secara teoritis memang terdapat bebrapa kebaikan dari adanya
pelaksanaan komersialisai pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Beban pemerintah dalam membiayai pendidikan semakin berkurang


sehingga anggaran yang tersedia dapat digunakan untuk membiayai aspek
lain yang lebih mendesak.
b. Memberi peluang lebih besar kepada seluruh masyarakat untuk
berpartisipasi dalam mencerdaskan bangsa
c. Gaji para pendidik (guru maupun dosen) dapat lebih ditingkatkan.
Kesejahteraan yang lebih baik diharapkan dapat memacu kepuasan kerja
dan kinerja mereka dalam mencerahkan anak didik.

Komersialisasi pendidikan juga dapat membawa dampak sosial yang tidak


dapat diharapkan jika tidak disertai aturan dan etika social yang benar serta jelas.
Berikut dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya liberalisasi dan komersialisasi
pendidikan di Indonesia yaitu:

18
https://www.kompas.id/baca/riset/2022/08/26/korupsi-sektor-pendidikan-menjalar-di-semua-
lini
, Diakses pada 14 maret 2023
19
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230314065448-12-924661/rektor-udayana-buka-
suara-dijadikan-tersangka-korupsi-seleksi-mandiri Diakses pada 14 maret 2023
a. Pendidikan menjadi mahal. Pendidikan menjadi “barang mewah” yang
sulit dijangkau oleh masyarakat luas, khususnya bagi yang kurang mampu.
Hal ini dapat meningkatkan angka putus sekolah pada masyarakat kurang
mampu yang akhirnya berdampak pada peningkatan pengangguran, anak
jalanan, pekerja anak, dan kriminalitas.
b. Gap dalam kualitas pendidikan. Privatisasi pendidikan dapat
meningkatkan kompetisi yang mampu menciptakan polarisasi lembaga
pendidikan. Lembaga yang menang dalam persaingan dan perburuan dana
akan menjadi sekolah unggulan. Lembaga pendidikan yang kalah akan
semakin terpuruk menjadi sekolah yang kurang dana.
c. Diskriminasi. Kesempatan memperoleh pendidikan semakin sempit dan
diskriminatif. Masyarakat dari kelas social tinggi dapat memperoleh
pendidkan relative mudah, sedangkan masyarakat yang berasal dari kelas
social rendah semakin sulit sehingga cenderung mendapatkan pendidikan
yang seadanya.
d. Perubahan misi pendidikan. Komersialisasi dapat menggeser “budaya
akademik” menjadi "budaya ekonomis” sehingga mengubah tujuan
pendidikan yaitu untuk mencerdaskan masyarakat. Para pendidik
kemudian berubah menjadi pribadi yang memiliki mentalitas “pedagang”
daripada mentalitas pendidik. Mencari pendapatan tambahan lebih
menarik daripada mengembangkan pengetahuan.
e. Perubahan misi pendidikan. Komersialisasi dapat menggeser “budaya
akademik” menjadi "budaya ekonomis” sehingga mengubah tujuan
pendidikan yaitu untuk mencerdaskan masyarakat. Para pendidik
kemudian berubah menjadi pribadi yang memiliki mentalitas “pedagang”
daripada mentalitas pendidik. Mencari pendapatan tambahan lebih
menarik daripada mengembangkan pengetahuan.
f. Rantai kemiskinan semakin mustahil diputuskan oleh pendidikan. Secara
sederhana, rantai kemiskinan dapat digambarkan karena miskin orang
tidak dapat sekolah, karena tidak sekolah, seseorang tidak dapat pekerjaan
yang baik, karena tidak dapat memutus rantai kemiskinan (vicious circle
of power) semakin kehilangan fungsinya. Dalam konteks ini,
komersialisasi pendidikan dapat mengarah pada pelanggengan “poverty
trap” jebakan kemiskinan.20

Sehingga apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi komersialisasi


pendidikan yaitu tanggung jawab negara melalui pemerintah dalam membayai sektor
pendidikan semakin berkurang sehingga anggaran yang dapat digunakan dapat
membiayayai asepek lain, lalu memberi peluang lebih besar kepada masyarakat untuk
berperan dalam mencerdaskan bangsa, lembaga pendidikan menjadi semakin
kompetitif sehingga meningkatkan fasilitas dalam pendidikan, kesejahteraan gaji para
tenaga pendidik dapat lebih ditingkatkan, dan kebebasan mahasiswa dalam
berekspresi tidak dibatasi dalam menyampaikan minat dan bakat sebagaimana dalam
sistem komersialisasi pendidikan hal tersebut sangat terstruktur dengan demikian rupa
sehingga membatasi ruang ekspresi mahasiswa sebagaimana tertuang dalam UU No
11 Thn 2005 tentang kebebasan individual dan otonomi institusi akademik yang harus
terlepas daripada kekuasaan.

d. Good University Governance Sebagai Solusi Menjaga Marwah Universitas


Pendidikan selama ini lebih dikenal dengan pengembangan otak kiri yang
cenderung berfikir rigid, terstruktur, terikat oleh aturan formal dan sangat formalistic,
akibatnya semua proses pendidikan harus dilaksanakan oleh pemegang dan penentu
kebijakan yang miskin kreatifitas dan inovasi, lagi-lagi ranah kognitif selalu menjadi
tumpuhan untuk mengukur tingkat keberhasilan proses pendidikan. Sungguhpun
perangkat aturan telah menuntut penyeimbangan ketiga ranah (kognitif, afektif dan
psikomotorik) bahkan ranah spiritual, namun faktanya jauh dari harapan. kondisi
masyarakat yang saat ini masih berada dalam kategori masyarakat ‘dunia ketiga’
dimana kemiskinan sedang menyelimuti kehidupannya.
Di sisi lain akses terhadap pendidikan masih dirasakan cukup sulit di tengah
kegamangan pemerintah dalam menempatkan sector pendidikan dalam skala prioritas
pembangunan. Kegamangan dimaksud dapat dilihat dari pilihan kebijakan pemerintah

20
72-Article Text-141-1-10-20220620.pdf, Diakses pada 14 Maret 2023
antara meletakan pendidikan sebagai pilar pembangunan ekonomi masyaraakat atau
pertumbuhan ekonomi yang menjadi salah satu pilar pembangunan. 21
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan, terlebih dahulu perlu di
ketahui dua istilah yang hampir sama bentuknya dan sering di pergunakan dalam
dunia pendidikan, yaitu pedagogi dan pedagoik. Pedagogi berarti “pendidikan”
sedangkan pedagoik artinya “ilmu pendidikan”. Kata pedagogos yang pada awalnya
berarti pelayanan kemudian berubah menjadi pekerjaan mulia. Karena pengertian
pedagogi (dari pedagogos) berarti seorang yang tugasnya membimbing anak di dalam
pertumbuhannya ke daerah berdiri sendiri dan bertanggung jawab. Pekerjaan
mendidik mencakup banyak hal yaitu: segala sesuatu yang berhubungan dengan
perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan,
pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai pada perkembangan.
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Pendidikan dan budaya ada bersama dan saling memajukan. Pengertian
Pendidikan ini dapat disepakati bahwa sebuah proses pengembangan otak dalam hal
berfikir yang konstruktif serta mendasar bagi setiap manusia dan sangat berpotensi
besar bagi perubahan dunia, baik dunia realitas atau dalam lingkup dunia Pendidikan
itu sendiri sehingga dapat di kategorikan kedalam kebutuhan dan hak bagi semua
manusia tidak terbatas bagi siapapun itu dan wajib mendapakan pendidikann yang
setara, dalam hal ini pula Pendidikan harus dijadikan acuan bagi setiap manusia
untuk mendapatkan penalaran dan daya pemikiran yang lebih luas dari apa yang

21
Biografi Sosial Intelektual Modernisme Pendidikan, Supriyanto, vol. 6 No 2 juli-
desember 2013 hal 99-98
pernah dipelajari sebelumnya, dengan demikian ilmu sangat berpengaruh bagi sosial
dan masyarakat itu sendiri. 22
Menurut Langeveld, pedagogi atau ilmu mendidik ialah suatu ilmu yang
bukan saja menelaah obyeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki
obyeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki obyek itu, mainkan
mempelajari pula betapa hendaknya bertindak Obyek ilmu pendidikan ialah proses-
proses atau situasi pendidikan. Sedangkan menurut Brodjonegoro Ilmu pendidikan
atau pedagogi adalah teori pendidikan, perenungan tentang Pendidikan. Dalam arti
yang luas pedagogi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul
dalam praktek pendidikan.
Konstruktivisme menurut Philips adalah teori filsafat yang sangat luas dan
kompleks dalam memperoleh pengetahuan, pandangan ini dianggap sangat
mempengaruhi pembelajaran selama dua dekade terakhir pada abad ke 20, dan
pendekatan ini masih dapat digunakan sampai pada hari ini Pendekatan konstruktivis
mengarahkan siswa untuk memiliki pengalaman baru menghadapi tantangan, melalui
tantangan siswa dapat memahami kegelisahannya dan memiliki informasi baru dari
pengalaman baru tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
pendekatan konstruktivisme ini mempengaruhi ilmu dan proses pendidikan
(pedagogi) sebagai teori belajar.
Dalam konstruktivisme, belajar adalah perubahan sikap melalui konteks yang
dipelajari, diyakini dan sikap siswa. Siswa harus diberikan kesempatan untuk
mengembangkan prioritas pengetahuan, mencari solusi yang diinginkan, dan menguji
coba ide-ide dan hipotesis. Berikut Ide dasar dari teori pembelajaran konstruktivisme
Pengetahuan, adalah sebuah penjelasan dan asumsi tetapi bukan jawaban akhir untuk
semua pertanyaan. Hal ini sangat kontras, karena hal tersebut dibuang jauh seiring
dengan proses yang manusiawi dan asumsi baru akan muncul. Disamping itu,
pengetahuan tidak dapat menyimpulkan peraturan dunia secara tepat; 2)
Pembelajaran, adalah proses bahwa individu mengkonstruk struktur kognitif mereka.
“Construction” adalah sebuah inisiatif, sadar, dan penghargaan diri. Pengetahuan

22
Pengertian Pendidikan, Ilmu Pendidikan Dan Unsur-Unsur Pendidikan, vol 2, No 1,
Juni 2022 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/alurwatul hal 2-3
adalah interaksi antara subjek dan objek. Proses belajar adalah konstruksi
pengetahuan.
Belajar dalah sebuah konstruksi inisiatif dan generasi makna. Proses ini akan
lengkap melalui interaksi dari pembelajaran masa lampau dan pengetahuan baru; 3)
Siswa masuk ke dalam kelas dengan kekayaan pengalaman masa lalu mereka. Mereka
memegang opininya dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan isu yang universal.
Walaupun mereka tidak mengetahui isu-isu dan tidak memiliki pengalaman, mereka
mendapatkan beberapa penjelasan dan asumsi yang mendasari pengalaman
sebelumnya. Karena itu, guru harus memahami pengetahuan dan pengalaman siswa
sebelumnya sebagai poin pengembangan pengetahuan baru mereka, dan
memperkenalkan kepada siswa untuk menghasilkan pengetahuan baru yang berasal
dari pengetahuan lampaunya; 4) Guru, peran guru harus dirubah, dari inisiator dan
indoktrinator menjadi penolong dan mengarahkan siswa-siswa memahami konstruktif
dengan penuh inisiatif. 23
Pendidikan adalah persoalan yang sangat fundamentalis, karena pendidikan
berhubungan dengan pemanusiaan manusia, oleh karena itu, selagi manusia ada,
pendidikan akan tetap terjadi. Itulah sebabnya, pendidikan selalu menarik dan selalu
aktual untuk dibicarakan, terutama dikalangan para pemerhati pendidikan, bahkan
ketika muncul persoalan kualitas manusia, maka pendidikanlah yang menjadi
sasarannya. Fakta lainnya adalah munculnya organisasi-organisasi yang menangani
masalah pendidikan, sehingga pendidikan tidak hanya ditangani oleh pemerintah,
namun juga oleh masyarakat, bahkan organisasi terbesar di dunia, yakni PBB juga
memiliki kepekaan yang sangat konsen terhadap pendidikan. Secara khusus salah satu
devisi PBB yang menangani masalah pendidikan adalah UNESCO. Dengan memiliki
sejumlah kebijakan yang terkait dengan pendidikan. Diantaranya adalah regulasi yang
24
menyatakan bahwa education for all, dan life long education.

23
Pedagogi Konstruktivisme Dalam Praksis Pendidikan Indonesia, Euis Nurhidayati, vol
1, No. 1, Januari 2017, hal 10-11
24
Hafid Rustiawan, Komersialisasi Pendidikan, Vol. 16 No.1 Januari-juni 2015, hal 2-3,
Diakses pada 15 Maret 2023
Adapun sistem Pendidikan Indonesia di atur dalam UU N0 12 Tahun 2012
Tentang Pendidikan tinggi tertuang pada Pasal 6 Pendidikan Tinggi diselenggarakan
dengan prinsip:
a. pencarian kebenaran ilmiah oleh Sivitas Akademika
b. demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai budaya, kemajemukan, persatuan,
dan kesatuan bangsa;
c. pengembangan budaya akademik dan pembudayaan kegiatan baca tulis bagi
Sivitas Akademika;
d. pembudayaan dan pemberdayaan bangsa yang berlangsung sepanjang hayat;
e. keteladanan, kemauan, dan pengembangan kreativitas Mahasiswa dalam
pembelajaran;
f. pembelajaran yang berpusat pada Mahasiswa dengan memperhatikan
lingkungan secara selaras dan seimbang;
g. kebebasan dalam memilih Program Studi berdasarkan minat, bakat, dan
kemampuan Mahasiswa;
h. satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna;
i. keberpihakan pada kelompok Masyarakat kurang mampu secara ekonomi; dan
j. pemberdayaan semua komponen Masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan Pendidikan Tinggi. 25

Kampus Merdeka adalah salah satu kebijakan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan. Ada dua konsep yang esensial dalam Kampus Merdeka, yaitu yang
pertama konsep merdeka belajar mengandung arti adanya kemerdekaan berpikir.
Menurut Nadiem Makarim bahwa esensi kemerdekaan berpikir harus dimulai terlebih
dulu oleh para pendidik. Pandangan seperti ini harus dilihat sebagai salah satu upaya
untuk menghormati perubahan dalam pembelajaran di lembaga Pendidikan baik di
sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Kedua, kampus merdeka merupakan
kelanjutan dari konsep merdeka belajar. Kampus merdeka merupakan upaya untuk
melepaskan belenggu untuk bisa bergerak lebih mudah. Arti kampus merdeka adalah:

25
Undang- undang republik Indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan tinggi,
pasal 6, hal 8
a. Hak belajar selama tiga semester di luar program studi. Perguruan tinggi wajib
memberikan hak untuk mahasiswa secara sukarela mengambil atau tidak di
luar perguruan tingginya sebanyak dua semester atau setara dengan 40 SKS.
Selanjutnya, mahasiswa juga dapat mengambil sks di prodi lain di dalam
kampus sebanyak satu semester.
b. Kebebasan bagi perguruan tinggi negeri BLU (Badan Layanan Umum) dan
Satker (Satuan Kerja) untuk menjadi PTN BH (Perguruan Tinggi Negeri
Badan Hukum).
c. Adanya otonomi perguruan tinggi baik perguruan tinggi negeri maupun
swasta.
d. Program re-akreditasi otomatis.

Dari peraturan tentang kampus merdeka yakni demi meningkatkan kompetisi


lulusan, baik dari segi soft skils dan hard skils agar lebih siap dan relevan dengan
kebutuhan zaman demi kesiapan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang
unnggul dan berkepribadian. Bentuk kegiatan pembelajaran mengacu pada
permendikbud No. 3 Tahun 2020 pasal 15 ayat 1 dinyatakan dapat dilakukan dalam
program studi dan diluar studi meliputi :

1. Pertukaran pelajar
2. Magang/Praktik Kerja
3. Membangun Desa/Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT)

Dengan adanya globalisasi dan reformasi, terjadi perubahan paradigma


pendidikan.Pertama, paradigma proses pendidikan yang berorientasi pada pengajaran
dimana guru lebih menjadi pusat informasi, bergeser pada proses pendidikan yang
berorientasi pada pembelajaran dimana peserta didik menjadi sumber (student center).
Kedua, paradigma proses pendidikan tradisional yang berorientasi pada pendekatan
klasikal dan format di dalam kelas, bergeser ke model pembelajaran yang lebih
fleksibel, seperti pendidikan dengan sistem jarak jauh. Ketiga, mutu pendidikan
menjadi prioritas (berarti kualitas menjadi internasional). Keempat, semakin
populernya pendidikan seumur hidup dan makin mencairnya batas antara pendidikan
di sekolah dan di luar sekolah.26
Standar nasional Pendidikan tinggi di Indonesia bertujuan dengan menjamin
tercapainya segala pelaksanaan dan tujuan Pendidikan tinggi yang ikut berperan
secara strategis dalam mencerdaaskan kehidupan bangsa serta memajukan taraf
keilmuan bagi seluruh mahasiswa yang memiliki nilai humaniora serta perbudayaan
dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan, sehingga dengan demikian
dapat tercapainya mutu yang berkualitaas bagi para mahasiswa dan mendapatkan hak-
hak yang perlu di kedepankan.
Dalam pasal 3 ayat 1-3 UU No 3 Tahun 2020 menjelaskan sebagai berikut :

(1) Standar Nasional Pendidikan Tinggi bertujuan untuk:


a. menjamin tercapainya tujuan Pendidikan Tinggi yang berperan strategis
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dan
pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan;
b. menjamin agar Pembelajaran pada Program Studi, penelitian, dan
Pengabdian kepada Masyarakat yang diselenggarakan oleh Perguruan
Tinggi di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
mencapai mutu sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan Tinggi; dan
c. mendorong agar Perguruan Tinggi di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia mencapai mutu Pembelajaran, Penelitian,
dan Pengabdian kepada Masyarakat melampaui kriteria yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi secara berkelanjutan.
(2) Standar Nasional Pendidikan Tinggi wajib:
a. dipenuhi oleh setiap Perguruan Tinggi untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional;

26
Elizabeth Simatupang, Indrawati Yuhertiana, Merdeka Belajar Kampus Merdeka
terhadap Perubahan Paradigma Pembelajaran pada Pendidikan Tinggi: Sebuah Tinjauan
Literatur, Vol. 2, No. 2, April 2021, hal 36
b. dijadikan dasar untuk pemberian izin pendirian Perguruan Tinggi dan izin
pembukaan Program Studi;
c. dijadikan dasar penyelenggaraan Pembelajaran berdasarkan Kurikulum
pada Program Studi;
d. dijadikan dasar penyelenggaraan Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat;
e. dijadikan dasar pengembangan dan penyelenggaraan sistem penjaminan
mutu internal; dan
f. dijadikan dasar penetapan kriteria sistem penjaminan mutu eksternal
melalui akreditasi.

(3) Standar Nasional Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2


ayat (1) wajib dievaluasi dan disempurnakan secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan, sesuai dengan tuntutan perubahan. 27

Pembangunan menurut Siagian (1994), dapat diartikan sebagai suatu


usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Pembangunan
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan. Adapun tujuan
dari pembangunan nasional tercantum dalam pembukaan UUD NKRI tahun 1945
alinea 4 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 28
Salah satu komponen dalam masyarakat yang bisa berperan lebih bagi
pembangunan dan kemajuan Indonesia adalah pemuda dan mahasiswa. Kalau kita
melihat kembali sejarah, pemuda dan mahasiswa sebenarnya telah mempunyai
peran yang penting bagi bangsa ini, dimulai dari pergerakan Budi Utomo tahun

27
UU No 3 Tahun 2020, Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Pasal 3 ayat 1-3.
28
Arnan Muflihady Martadinata, Peran Mahasiswa Dalam Pembangunan Indonesia,
IDEA:Jurnal Humaniora, Jawa Barat, 2019, hlm. 2.
1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, proklamasi kemerdekaan tahun 1945,
pergerakan pemuda, pelajar, dan mahasiswa tahun 1966, sampai dengan
pergerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang meruntuhkan kekuasaan Orde Baru
selama 32 tahun sekaligus membawa bangsa Indonesia memasuki era reformasi.
Fakta historis tersebut dapat menjadi salah satu bukti bahwa pemuda dan
mahasiswa mampu berperan aktif bahkan menjadi pionir dalam proses
perjuangan, pembaruan, dan pembangunan bangsa. 29
Peran mahasiswa sebagai pengawas dari suatu pembangunan yang
dilakukan harus bisa menonjol karena mahasiswa dianggap oleh masyarakat
sebagai orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi dibandingkan yang lain,
sehingga mereka yakin bahwa mahasiswa mampu menyampaikan aspirasi sebagai
bentuk suara hatinya. Mahasiswa mempunyai kedudukan sebagai generasi muda
penerus bangsa ini di masa yang akan datang kelak. Mahasiswa harus bisa
menjadi pelopor masyarakat, memberikan perubahan- perubahan yang berdampak
positif dan membangun kehidupan masyarakat serta menanamkan nilai- nilai
positif dalam masyarakat.
Dengan kata lain, mahasiswa dapat disebut sebagai agent of change.
Mahasiswa sebagai generasi muda, mempunyai pemikiran- pemikiran dan ide- ide
baru yang baru dan kreatif, untuk menyalurkan pemikiranpemikiran dan ide- ide
tersebut banyak hal yang dilakukan mahasiswa seperti mengikuti organisasi di
dalam/luar kampus dan mengikuti lomba seperti PKM (Pekan Kreatifitas
Mahasiswa) yang diadakan oleh pemerintah. Mahasiswa megikuti organisasi
untuk melatih softskill mereka karena selain Indeks Prestasi, kualitas penting
yang dibutuhkan setelah lulus adalah softskill dan ini bisa didapatkan dari
mengikuti organisasi ataupun lembaga- lembaga kemahasiswaan.
Perguruan tinggi tidak hanya berfokus sebagai pusatnya pengetahuan,
pusatnya penelitian dan pengadian masyarakat, namun juga berfokus pada
kemampuan mereka dalam bersaing dan upaya menjaga going concern nya. Pada
perusahaan yang berorientasi pada profit hal-hal yang menjadi tuntutan adalah

29
Ibid, hlm. 2
aspek harga, produk dan layanan. Tidak berbeda dengan organisasi profit, pada
organisasi non profit seperti perguruan tinggi hal ini juga perlu diperhatikan. Tata
kelola yang diperlukan dalam perguruan tinggi mencakup bidang manajemen
organisasi, akademik, kemahasiswaan, sumber daya manusia, sarana dan
prasarana serta keuangan. Good university itu sendiri bukanlah konsep yang baku,
hal ini berarti walaupun prinsipnya sama namun penerapannya dapat dilakukan
dengan berbeda berda tergantung dari kondisi dan paham yang dianut.
Prinsip dalam Good University Governance tidak jauh berbeda dengan
good corporate governance diantaranya adalah Transparansi, Akuntabilitas,
Responsibilitas, Independensi, Fairness, Penjaminan Mutu Dan Relevansi,
Efektivitas Dan Efisiensi, Dan Nirlaba. Transparansi, diperlukan agar perguruan
tinggi terhindar dari conflict of interest. Akuntabilitas, berarti apa yang
dilaksanakan oleh perguruan tinggi sejalan dengan mandat pemerintah, serta
adanya laporan keuangan dan sistem akuntansi yang dapat diperiksa.
Responsibilitas, artinya adanya job description, tanggung jawab dan standard
operating procedure yang jelas. Independensi, dalam pengambilan keputusannya
perguruan tinggi harus terpisah dari pemerintah maupun dari badan usaha nirlaba
yang memilikinya (otonomi). Fairness (adil) misalnya pada perekrutan pegawai
maupun dosen harus sesuai dengan kompetensinya maupun saat pemberian
reward dan punishment.30
Konsep governance berangkat dari istilah government. Government atau
pemerintah merupakan istilah yang digunakan pada organisasi atau lembaga yang
menyelenggarakan kekuasaan pemerintah pada suatu negara. Konsep government
ini dapat dikatakan sebagai konsep lama dalam penyelenggaraan pemerintahan
karaena hanya menekankan pada pemerintah (lembaga/institusi pemerintah)
sebagai pengatur dan pelaksana tunggal penyelenggaraan pemerintah. Oleh
karena itu muncullah konsep governance yang menggantikan konsep government
dalam aspek maupun kajian pemerintahan. Selanjutnya governance berasal dari

30
Agus Iskandar Pradana Putra, Good Governance Dalam Lingkungan Pendidikan
Tinggi (Good University Governance), Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Volume 11 Nomor
2, Lampung, 2021, hlm. 227.
kat “govern” dengan definisi yakni mengambil peran yang lebih besar, yang
terdiri dari semua proses, aturan dan lembaga yang memungkinkan pengelolaan
dan pengendalian masalahmasalah kolektif masyarakat. Dengan demikian secara
luas, governance termasuk totalitas dari semua lembaga dan unsur masyarakat,
baik pemerintah maupun nonpemerintah. 31
Peran Good University Governance adalah untuk membentuk suatu sistem
check and balance,prinsip pelaksanaan Good University Governance diantaranya
sebagai berikut:32

a. Transparency (keterbukaan informasi), universitas harus dan dapat


menerapkan prinsip keterbukaan di bidang keuangan, sistem dan prosedur
penerimaan mahasiswa baru, sistem dan prosedur akuntansi, pelaporan
keuangan, rekrutmen dosen dan karyawan, pemilihan pejabat struktural,
pemilihan anggota senat fakultas/akademis, pemilihan penggurus
yayasan/BPH, dan informasi-informasi penting lainnya kepada pemangku
kepentingan secara memadai, akurat, dan tepat waktu.
b. Accountability (akuntabilitas), universitas harus mempunyai uraian tugas
dan tanggung jawab yang jelas (secara tertulis) dari setiap pejabat
struktural, anggota senat fakultas/akademis, pengurus yayasan, dosen dan
karyawan. Termasuk juga kriteria dan proses pengukuran kinerja,
pengawasan, dan pelaporan. Harus ada audit internal yang tugasnya antara
lain: melakukan penilaian, analisis, dan interpretasi dari aktivitas suatu
organisasi secara independen. Pada dasarnya ruang lingkup audit internal
mencakup segala aspek kegiatan dalam organisasi dalam rangka penilaian
kinerja untuk tujuan mengevaluasi dan mengendalikan aktivitas
organisasi, sehingga proses, tujuan dan sasaran organiasasi dapat dicapai
dengan efisien dan efektif.
c. Responsibility (pertanggungjawaban), setiap individu yang terlibat dalam
pengelolaan universitas harus bertanggung jawab atas segala tindakannya
sesuai dengan job description yang telah ditetapkan. Termasuk para dosen

31
Ibid, hlm. 229.
32
Ibid, hlm. 232.
harus menaati etika dan norma kedosenan. Harus dihindari “pemerasan”
atau “penjualan nilai” pada mahasiswa baik oleh dosen maupun oleh
karyawan non akademis.
d. Independency (kemandirian), pihak yayasan dan pengelola universitas
dalam melaksanakan peran dan tanggung jawabnya harus bebas dari
segala bentuk benturan Good Governance Dalam Lingkungan Pendidikan
Tinggi (Good University Governance) Agus Iskandar Pradana Putra, dkk
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. 11 No. 2, Desember 2021 | 233
kepentingan yang berpotensi untuk muncul. Hal ini diperlukan untuk
memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara independen,
bebas dari segala bnetuk tekanan dari pihak lain, sehingga dapat
dipastikan bahwa keputusan itu dibuat sematamata demi kepentingan
universitas.
e. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), perlakuan yang adil dan berimbang
kepada para pemangku kepentingan yang terkait (equitable treatment).
Dalam hal ini, para pemangku kepentingan terdiri atas mahasiswa,
masyarakat, para dosen dan karyawan non akademis.

Melihat kondisi global sekarang ini dengan persaingan universitas-


universitas yang semakin ketat, seharusnya penerapan Good University
Governance disadari universitasuniversitas yang ada di Indonesia sebagai suatu
kebutuhan, bukan lagi sebagai kewajiban. Penerapan Good University
Governance sudah semestinya menjadi sebuah sistem yang baik dan melekat
dalam suatu universitas dimana sudah pasti akan ada proses didalamnya dan
komponen-komponen Good University Governance menjadi landasan penting
untuk tercapainya proses yang baik dan kompeten. Universitas harus
transparan/terbuka memberikan informasi terhadap para pemangku kepentingan
yang terkait, yaitu ada yayasan , sivitas akademika (baik yang akademis maupun
non akademis), pemerintah yang diwakilkan departemen pendidikan di Indonesia,
maupun kepada masyarakat karena keberadaan universitas sangat penting dan
vital di tengah-tengah masyarakat yaitu menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas yang dapat berperan serta dalam pembangunan nasional.
Tujuan penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi semuanya akan
kembali untuk masyarakat, yaitu dimana universitas harus menyelenggarakan
pendidikan, sehingga nantinya dapat melakukan penelitian, yang mana penelitian
tersebut berguna untuk pengabdian kepada masyarakat. Tata kelola universitas
tidak boleh main-main karena harus terbuka dan dipertanggungjawabkan kepada
para pemangku kepentingan (stakeholders), sehingga organ didalam universitas
harus akuntabel dalam pengelolaanya.
Universitas harus independen dimana bebas dari berbagai macam benturan
kepentingan didalamnya, seluruh bagian dalam universitas perlu menyadari
bahwa kepentingan universitas lebih penting diatas kepentingan pribadi atau
golongan, sehingga nantinya setiap pengambilan keputusan dapat dilakukan
secara obyektif demi kepentingan dan kemajuan universitas. Apapun hasil yang
diambil atau diputuskan, universitas harus mampu mempertanggungjawabkannya
dan dapat berlaku adil dan setara kepada kepada seluruh stakeholders. Apabila
Good University Governance diterapkan dengan baik, akan banyak manfaat yang
diterima oleh universitas yaitu kinerja universitas yang baik, nilai dari universitas
juga meningkat, penyumbang dana pun akan merasa puas dengan kinerja yang
dihasilkan universitas. Saat kinerja baik dan nilai dari universitas meningkat
dengan otomatis akan banyak masyarakat yang mempercayakan anaknya untuk
masuk kedalam universitas tersebut, sehingga universitas dapat tetap eksis dan
bersaing seperti dalam prinsip going concern.
Dengan demikian untuk merealisasikan Good University Governance
peran mahasiswa sebagai Agent Of Change, Social Control, dan Iron Stock harus
juga ditingkatan. Karena pada dasarnya mahasiswa adalah oposisi dari segala
bentuk kekuasaan baik di lingkup universitas, pemerintah daerah, dan pemerintah
pusat. Mahasiswa harus aktif dan berani mengkritisi segala bentuk kebijakan yang
tidak pro terhadap masyarakat. Sebaliknya, kampus harus memberikan ruang
yang bebas untuk mahasiswa dengan menjamin hak-hak kebebasan berserikat,
kerkumpul, dan berpendapat sebagai bentuk visualisasi perlawanan dari
kejenakaan kebiajakan yang tidak berpihak kepada masyarakat.
Daftar Pustaka
Apriyono Ahmad, Kasus Mega Korupsi Rektor Udayana Ditaksi Rugikan Negara
Hingga 443 Miliyar, Kasus Mega Korupsi Rektor Udayana Ditaksir
Rugikan Negara hingga Rp443 Miliar, Modusnya Terbongkar - Regional
Liputan6.com,
Ansell, Chriss dan Alison Gash. 2 007. Collaborative Govetnance in Theory and
Practice. Journal of Public Administration Administration Research and
Theory.
Aristo, A.D., (2005). Good University Governance. Citra, Berry. 2010.
Mahasiswa sebagai agent of change dan social control. Pekanbaru :
http://mybherry.blogspot.co.id/p/mahasiswa-sebagai-agent-ofchange-
dan.html
Couros, George. 2013. http://georgecouros.ca/blog/archives/3615 Santoso, Urip.
2015. Apa Tugas dan Peran Mahasiswa?,
http://sivitasakademika.wordpress.com/2015/04/19/apa-tugas-dan-
peranmahasiswa/
Sushanti, Ayu. 2012. Mahasiswa Roda Pembangunan. Jakarta :
http://www.suarapembangunan.net Merdekawati, Agusmiyana.
https://.wordpress.com/tag/iron-stock
http://aristodiga.blogspot.com/ 2005/08/gooduniversity-governance.html.
Chang, Hyun Joo. 2009. Collaborative Governance In Welfare Service Delivery :
Focusing On Local Welfare in Korea.Internasional Review of Publik
Administration
Dwiyanto, Agus. 2008. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan
Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Dwiyanto, Agus. 2015. Manajemen Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif dan
Kolaboratif. Yogyakarta: UGM Press.
Fellang Iskandar, “Liberalisasi dan Komersialisasi Pendidikan” , Dirasat
Islamiah: Jurnal Kajian Keislaman vol. 3, no. 1, April, 2022.
Giroux, Education and the Crisis of Youth: Schooling and the Promise of
Democracy, The Educational Forum, 73(1), 8-18, Taylor & Francis
Group, 2008.
Hartini Dwi, Problematika Pendidikan di Era Globalisasi.
http://core.ac.uk/download.pdf/16509053.pdf. Diakses 14 Maret 2023.
Hetifah Sj. 2009. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia.
Kamil Irfan, Katanya Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, Kok Demo Saja
Dilarang, "Katanya Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, Kok Demo Saja
Dilarang?" (kompas.com)
Keban, Jeremias T. 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik : Konsep,
Teori dan Isu. Yogyakarta : Penerbit Gava Media.
Kurniawan, Teguh. 2007. Pergeseran, Paradigma Administrasi Publik; Dari
Perilaku Model Klasik Dan NPM Ke Good Governance.Jurnal Ilmu
Administrasi Negara. No. 23A/Dikti/KEP/2004. ISSN. 141-948X, Vol. 7.
Martadinata Muflihady Arnan, Peran Mahasiswa Dalam Pembangunan Indonesia,
IDEA:Jurnal Humaniora, Jawa Barat, 2019.
Putra Pradana Iskandar, Good Governance Dalam Lingkungan Pendidikan Tinggi
(Good University Governance), Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam
Volume 11 Nomor 2, Lampung, 2021Musayyidi, Menyoal Komersialisasi
Pendidikan di Indonesia, Kariman: Vol. 08. No. 1, Jawa Timur, Jawa
Timur, 2020.

Rosidi, Abiradin dkk.2013. Reinventing Local Goverment, Demokrasi dan


Reformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Cv. Andi Offset.
Rizaty Ayu Monavia, Makin Tinggi Jenjang, Biaya Pendidikan di Indonesia
Makin Mahal, 2022.
Soaib, Asimiran (2009). Governance of Public Universities in Malaysia,
Unpublished PhD Thesis, Faculty of Eductaion, University of Malaya.
Sushanti, Ayu. 2012. Mahasiswa Roda Pembangunan. Jakarta :
http://www.suarapembangunan.net Merdekawati, Agusmiyana.
https://.wordpress.com/tag/iron-stock
Simatupang Elizabeth, Indrawati Yuhertiana, Merdeka Belajar Kampus Merdeka
terhadap Perubahan Paradigma Pembelajaran pada Pendidikan Tinggi:
Sebuah Tinjauan Literatur, Vol. 2, No. 2, April 2021.

Anda mungkin juga menyukai