Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ranti Nurdahlia Rizki

NIM : 1102422048

Mata Kuliah : UTS Filsafat Pendidikan

PEMBAHASAN RESUME KELOMPOK 2 “PENDIDIKAN DAN KEHIDUPAN


MANUSIA”

A. Problematika Pendidikan dalam Kehidupan

Pendidikan dan kehidupan manusia adalah dua entitas tak terpisahkan. Pendidikan bukan hanya
berbicara tentang ilmu, tetapi juga tentang kehidupan dan moral manusia. Krisis dalam
pendidikan berdampak pada krisis dalam kehidupan sosial. Manusia memiliki potensi spiritual,
intelektual, dan moral yang seharusnya memungkinkannya untuk menciptakan kehidupan yang
seimbang.

Krisis pendidikan tidak hanya mempengaruhi mereka yang kurang beruntung, tetapi juga
mereka yang lebih kaya. Masalah ini adalah akibat dari kualitas pendidikan yang rendah.
Sebuah hipotesis adalah bahwa jika kualitas pendidikan normal, maka kehidupan manusia juga
akan berjalan normal. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran sentral dan dominan dalam
mempertahankan, mengatur, dan mengembangkan kehidupan individu, masyarakat, dan
lingkungan secara harmonis.

Kehidupan manusia telah mengalami perubahan dari yang sederhana menjadi semakin
kompleks, terutama sejak perkembangan teknologi dan perindustrian. Dalam konteks ini,
kecerdasan intelektual mendominasi, sementara kecerdasan spiritual dan moral menjadi
terpinggirkan. Hal ini mengakibatkan persaingan yang kuat dalam kehidupan, dan manusia
cenderung memperburuk kondisi sosial mereka sendiri. Perilaku seperti egoisme, oportunisme,
manipulasi, dan korupsi berkembang dalam struktur sosial yang dikotomis antara pemenang
dan pecundang.

Dalam era teknologi dan perindustrian, manusia menjadi lebih pesimistis dan konsumtif.
Mereka khawatir tidak mendapatkan bagian dan terobsesi dengan keuntungan material,
mengabaikan kesejahteraan sosial. Hasilnya adalah suatu krisis kehidupan yang dimulai,
dengan sikap dan perilaku yang lebih mementingkan perekonomian.
B. Problematika Kependidikan

Problematika pendidikan merujuk pada berbagai masalah yang melibatkan pendidikan dalam
masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan individu dalam berbagai aspek
seperti keterampilan, karakter, dan perilaku. Namun, pendidikan seringkali dihadapkan pada
masalah yang memengaruhi efektivitasnya.

Salah satu masalah yang signifikan adalah komersialisasi pendidikan. Pendidikan sering
dipersepsikan hanya sebagai alat untuk mencapai kesuksesan ekonomi material. Orangtua
cenderung memaksa anak-anak mereka untuk mengejar karier yang dianggap menguntungkan
secara finansial, seperti menjadi dokter atau insinyur. Profesi yang berorientasi pada ekonomi
juga mendapatkan penghargaan yang lebih tinggi, dan ini mendorong kemerosotan nilai-nilai
moral dalam masyarakat.

Komersialisasi pendidikan ini terjadi karena dorongan teknologi dan perindustrian yang
mengubah orientasi kehidupan dari kebutuhan menjadi keinginan. Hal ini memengaruhi
orientasi ekonomi, dan keadilan sosial menjadi sebuah wacana. Komersialisasi pendidikan
memicu orientasi yang lebih konsumtif, mengorbankan nilai-nilai spiritual dan moral.

Oleh karena itu, paradigma pendidikan perlu direkonstruksi. Pendidikan harus melibatkan
teknologi dan perindustrian sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas.
Teknologi dan perindustrian harus menjadi bagian dari pendidikan yang berfokus pada
pengembangan karakter, moralitas, dan keterampilan, bukan hanya pada hasil materi.

Problematika kependidikan adalah bagian dari tantangan yang dihadapi oleh sistem pendidikan
dalam menyelaraskan pendidikan dengan kebutuhan nyata dalam masyarakat. Solusi untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan membangun paradigma pendidikan yang lebih seimbang
dan berorientasi pada pengembangan karakter dan moral individu.

Kesimpulan:

Komersialisasi pendidikan adalah masalah dalam sistem pendidikan. Ini menyebabkan


pendidikan dianggap sebagai komoditas yang dapat diperdagangkan, memunculkan
ketidaksetaraan dalam akses pendidikan, dan menggeser fokus pendidikan dari pengembangan
individu secara holistik ke hasil akademis dan kemampuan ekonomis. Dalam mengatasi
masalah ini, penting untuk mengembalikan tujuan pendidikan pada pengembangan individu
yang holistik dan membuatnya lebih inklusif tanpa memandang status finansial.

Saran:

Pembaca disarankan untuk lebih mendalami "Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia"


dengan merujuk pada berbagai sumber seperti buku, jurnal, makalah, dan sumber lainnya.

Anda mungkin juga menyukai