Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi komplementer saat ini berkembang sangat pesat dan banyak
diminati oleh masyarakat. Di Amerika Serikat pengguna terapi alternatif
berjumlah 627 juta orang dan terapi konvensional 386 juta orang. Data lain
didapatkan bahwa terjadi peningkatan pengguna terapi komplementer dari
33% pada tahun 1991 dan 42% ditahun 1997 (Lindquist, Snyder, & Tracy,
2014). Peningkatan penggunaan terapi komplementer ini didasarkan pada
efek samping yang minim yang dirasakan oleh klien dan klien ingin terlibat
langsung dalam peningkatan kesehatannya.
Di Indonesia, minat masyarakat dalam penggunaan terapi alternatif atau
terapi komplementer juga meningkat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
masyarakat yang mengunjungi tempat-tempat pengobatan alternatif
(Widyatuti, 2008).
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian
terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi
sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai konsultan
untuk klien dalam memilih alternatif yang sesuai ataupun membantu
memberikan terapi langsung. Namun, hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut
melalui penelitian (evidence-based practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai
terapi keperawatan yang lebih baik.
Terapi komplementer ini terdiri dari berbagai jenis terapi diantaranya yaitu
manipulative and body-based therapy seperti cupping therapy. Cupping
therapy adalah metode pengobatan yang banyak digunakan dan
diklasifikasikan mendapatkan popularitas di seluruh dunia. Beberapa negara
yang sudah mempraktikkan cupping therapy diantaranya Mesir, India, China,
Arab Saudi, Jerman, Norwegia, dan Denmark. Orang-orang Jerman, dan
Denmark dan Norwegia sudah akrab dengan cupping therapy. Hal ini terjadi
karena adanya perubahan pandangan terhadap sistem perawatan kesehatan

1
konvensional dan pengobatan kontemporer. Terapi ini diklaim berhasil
mengobati berbagai gangguan, penyakit pada sistem musculoskeletal seperti
fibromyalgia dan fibrositis, nyeri pada tulang belakang, nyeri pada leher dan
bahu, penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi, atherosclerosis, hipotensi,
penyakit gastrointestinal seperti diare, irritable bowel syndrome, intoksikasi
obat dan makanan, penyakit auto imun seperti theumatoid artritis, dan vilitigo
(Lowe, 2017).
Cupping therapy atau lebih dikenal di Indonesia dengan terapi bekam,
menempati kedudukan populer di jajaran berbagai metode terapi lain yang
ada di berbagai negara, karena banyak ahli pengobatan yang mengetahui
khasiat cupping therapy dalam mengobati berbagai macam penyakit, selain
itu cupping therapy merupakan terapi yang disunnahkan oleh Rasulullah
SAW. Oleh sebab itu, berdasarkan dari latar belakang tersebut maka penulis
akan menjelaskan tentang cupping therapy.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah cupping therapy.
2. Untuk mengetahui definisi cupping therapy.
3. Untuk mengetahui manfaat dari cupping therapy.
4. Untuk mengetahui dasar ilmiah cupping therapy.
5. Untuk mengetahui penelitian-penelitian terkait cupping therapy.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH
Cupping therapy sudah dikenal bangsa-bangsa purba sejak kerajaan
Sumeria berdiri, sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi. Lalu cupping therapy
berkembang di Babilonia, Mesir, Saba’, dan Persia. Sumeria adalah daerah
yang masuk wilayah Irak, yaitu negeri yang dialiri Sungai Eufrat dan Sungai
Tigris. Pada saat itu para tabib menggunakan cupping therapy untuk
pengobatan para raja. Tabib-tabib termasyhur hanya menurunkan ilmu
pengobatannya kepada murid-murid terpilih. Cupping therapy di Cina
berkembang sekitar 2.500 tahun sebelum Masehi, sebelum berkuasanya Kaisar
Yao dan berkembang dengan berdasarkan titik-titik akupunktur (Qureshi et
al., 2017).
Terdapat banyak relief yang mengilustrasikan cupping therapy di
bangunan-bangunan ibadah Dinasti Pharaoh (Fir’aun). Setiap bangsa memiliki
metode cupping therapy yang berbeda-beda. Sejak dahulu hingga sekarang,
beberapa suku menggunakan tanduk hewan sebagai alat menghisap darah,
dengan cara melubangi ujung tanduk, menghisap udara dari dalam dan
menyumbatnya dengan pasta. Mereka menyebutnya horn therapy (terapi
tanduk) (Qureshi et al., 2017).
Bangsa Romawi dan Yunani menggunakan gelas kaca untuk praktik
cupping therapy. Mereka menyalakan api di dalam gelas yang telah diisi
dengan secarik kain guna melakukan penghisapan. Banyak masyarakat awam
yang masih menggunakan metode ini sampai sekarang. Sebagian orang
menggunakan peralatan tertentu yang terhubung dengan tabung berisi air dan
pipa kaca. Mereka memanasi air tersebut sehingga mengeluarkan uap air dan
udara dari dalam gelas (Ziyin, S. & Zelin, 2014).
Sejak tahun 1550 sebelum Masehi, bekam sudah dikenal sebagai
pengobatan tradisional yang sangat populer dan vital oleh masyarakat Mesir.
Hal ini dibuktikan oleh adanya dokumentasi teknik bekam pada lembar

3
papyrus yang ditemukan di dekat Sungai Nil. Terapi bekam berkembang dan
menyebar secara tradisi sampai ke Yunani dan Roma. Bahkan pengelompok
bekam menjadi bekam basah dan kering telah dilakukan oleh Hippocrates
yang dikenal sebagai bapak kedokteran modern (Ziyin, S. & Zelin, 2014).
Di wilayah Asia, metode pengobatan Bekam juga dikenal dalam tradisi
kesehatan. Bekam sudah digunakan sejak tahun 2 sebelum Masehi di China.
Di dalam sebuah buku tua tulisan Bo Shu yang hidup pada zaman Dinasti Han
pada 1973 tercantum juga tulisan mengenai metode pengobatan Bekam.
Sekitar abad 18-19 Masehi, bekam kemudian berkembang sampai ke Barat
dan benua Amerika. Bekam digunakan oleh dokter untuk mengobati berbagai
kondisi pasien sampai dengan tahun 1860. Popularitas bekam mulai menurun
setelah tahun 1860 tetapi tidak menghilang sama sekali. Bekam menyebar
sampai ke daerah Timur Tengah dan kemudian disyariatkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Risalah bekam kemudian menyebar ke seluruh dunia
seiring dengan menyebarnya ajaran Islam. Beberapa hadits yang berkaitan
dengan bekam antara lain: “Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya pada
bekam itu terkandung kesembuhan." (HR. Muslim). “Dari Jabir bin Abdillah
ra bahwa dia berkata kepada orang sakit yang dijenguknya,”Tidak akan
sembuh kecuali dengan berbekam. Sungguh aku mendengar Rasulullah SAW
berkata bahwa pada berbekam itu ada kesembuhan. (HR Bukhari dan
Muslim). “Kesembuhan bisa diperoleh dengan 3 cara yaitu: sayatan pisau
bekam, tegukan madu, sundutan api. Namun aku tidak menyukai berobat
dengan sundutan api” (HR. Muslim).
Asal mula cupping therapy masih menjadi kontroversi. Ilmuwan China
melaporkan dalam literatur mereka bahwa cupping therapy adalah bagian dari
pengobatan tradisional Cina sejak 2000 tahun yang lalu. Di Timur Tengah,
penulis Arab melaporkan bahwa cupping therapy sudah ada sejak 3500 SM,
dimana orang-orang Asyur adalah populasi Arab pertama yang menggunakan
alat dari tanduk binatang atau batang bambu untuk cupping therapy di mana
dokter China, Jee Hong (381-281 SM) merupakan tokoh dalam seni
pengobatan tersebut.

4
Peradaban Arab menyebut cupping therapy dengan al-hijâmah (dalam
bahasa Arab berarti mengembalikan ke ukuran semula), yang digunakan
dalam mengobati hipertensi, polisitemia, sakit kepala, migrein dan keracunan
obat. Masyarakat Mesir kuno dilaporkan mempraktikkan cupping therapy
lebih dulu dari peradaban tua mana pun, di mana cupping therapy merupakan
salah satu terapi kedokteran yang diketahui paling tua di Mesir kuno. Laporan
pertama penggunaaan cupping therapy di Mesir kuno pada tahun 1550 SM,
ditemukan pada gambar-gambar di lembaran papyrus Mesir dan candi Mesir
kuno. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Mesir telah maju dalam pengobatan
menggunakan cupping therapy. Cupping therapy juga digunakan dalam
pengobatan kuno bangsa Yunani
Pada tahun 400 SM, Herodotus menemukan bahwa dokter-dokter Mesir
kuno yang merekomendasikan penggunaan dari mangkok hisap di tubuh
sudah menggunakan baik cupping therapy basah maupun kering. Penyakit-
penyakit yang diobati adalah nyeri kepala, kurang nafsu makan, gangguan
penyerapan makanan, pingsan, evakuasi abses, dan narcolepsy (keinginan
tidur yang berulang). Pada tahun 3300 SM, di Macedonia, cupping therapy
telah digunakan sejak masa prasejarah untuk mengobati penyakit-penyakit dan
gangguan kesehatan.

Gambar. Jenis-jenis cuppin


B. DEFINISI
Cupping therapy mempunyai beberapa sebutan, seperti canduk, canthuk,
kop, atau mambakar; di Eropa disebut fire bottle; dalam bahasa Mandarin
disebut pa hou kuan; dalam bahasa Arab disebut hijâmah. Kata ini berasal

5
dari kata al-hijm yang berarti pekerjaan menghisap atau menyedot, yaitu
membekam. Al-Hajjâm berarti ahli bekam. Al-mihjâm atau almihjamah
merupakan alat untuk membekam, yang berupa gelas untuk menampung
darah yang dikeluarkan dari kulit, atau gelas untuk mengumpulkan darah
hîjamâh. Menurut bahasa, cupping therapy berarti menghisap. Menurut
istilah, cupping therapy berarti peristiwa penghisapan kulit, penyayatan, dan
mengeluarkan darah dari permukaan kulit yang kemudian ditampung dalam
gelas (Qureshi et al., 2017).
Definisi cupping therapy/bekam telah didefinisikan berbeda dipraktek
pengobatan tradisional dan komplementer dari berbagai peradaban, namun
elemen umum diantara kegunaannya adalah mengeluarkan zat beracun
(detoksifikasi) dari tubuh dengan menciptakan tekanan negatif dalam cangkir
(El Sayed SM et al., 2014)
C. TEKHNIK CUPPING THERAPY
Beragam catatan sejarah yang berbeda menunjukkan prosedur dan metode
bekam yang bervariasi. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah asal dan
budayanya. Menurut El Sayed SM et al., (2014), secara umum bekam terbagi
menjadi dua jenis bekam yaitu bekam kering (Dry Cupping) dan bekam basah
(Wet Cupping). Kedua jenis bekam ini diyakini dapat mngeluarkan cairan dan
toksin, membantu peredaran darah pada otot dan kulit serta mampu
menstimulasi sistem saraf tepi. Dalam penelitian terkait metode bekam, bekam
kering dan basah dijabarkan dalam beberapa perbedaan mendasar. Salah satu
poin yang dijabarkan adalah perbedaan langkah-langkah yang digunakan
dalam praktek perlakuan bekam kering dan basah. Pada perlakuan bekam
kering langkah yang dilakukan hanya terdiri dari penghisapan atau penyedotan
pada titik yang telah ditentukan, sedangkan pada bekam basah terdiri dari
penghisapan atau penyedotan disertai oleh perlukaan area tersebut.
Beberapa jenis bekam yang berkembang antara lain:
a. Retained Cupping (dry cupping) therapy
Dry cupping atau bekam kering adalah perlakuan bekam yang paling
umum digunakan pada pengobatan Cina. Pada jenis bekam ini tidak ada

6
darah yang keluar atau tidak dilakukan perlukaan pada kulit. Bekam
kering dilakukan dengan menghisap permukaan kulit dan memijat tempat
sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering baik bagi
orang yang tidak tahan suntikkan jarum dan takut melihat darah. Kulit
yang dibekam akan tampak merah kehitaman selama 3 hari. Untuk
menghilangkan tanda lebam pada kulit yang selesai dibekam dapat
digunakan minyak jinten hitam (habbatusyasyauda).
 Manfaat bekam kering menurut (Wong, 2010):
1. Menghilangkan pegal-pegal dan linu-linu pada sendi dan otot
karena masuk angin.
2. Mengurangi rasa sakit kepala, migrain, kaku leher, nyeri
punggung, dan kaku pundak karena angin.
3. Meningkatkan kekebalan tubuh
4. Pelepasan neurotransmiter (rasa nyeri)
5. Melenturkan otot-otot yang tegang
6. Mengurangi penumpukkan darah
 Cara melakukan bekam kering menurut (Wong, 2010):
1. Pilih titik bekam berdasarkan kondisi pasien.
2. Pilih gelas bekam (cup) berdasarkan tingkat penyakit pasien dan
postur tubuh. Semakin besar gelas yang digunakan maka tingkat
rasa sakit akan semakin besar namun efeknya akan semakin baik.
3. Pijat bagian yang akan dibekam dengan dilumuri minyak zaitun
atau minyak jinten hitam selama lebih kurang 5 menit.
4. Pompa gelas bekam dengan piston pada pasien yang dikehendaki
sebanyak 2-3 kali tarikan, atau sampai piston tidak dapat ditarik
lagi.
5. Biarkan selama 10 menit (bagi pria), 7 menit (bagi wanita), atau 3
menit (bagi anak-anak).
6. Lepas gelas bekam dan pijat kembali dengan minyak zaitun atau
minyak jinten hitam selama 2-3 menit untuk menghilangkan
bercak-bercak hitam

7
b. Bleeding Cupping (wet cupping) therapy
Prosedur yang dilakukan pada wet cupping atau bekam basah terdiri
dari 2 langkah yaitu melakukan bekam kering dahulu/penghisapan pada
permukaan kulit kemudian dilanjutkan dengan perlukaan yang menjadi
jalan keluarnya cairan darah. Melukai permukaan kulit dengan jarum
tajam (lancet) atau sayatan pisau steril (surgical blade), lalu di sekitarnya
dihisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk mengeluarkan
darah kotor dari dalam tubuh. Lamanya setiap hisapan 3-5 menit, lalu
darah kotornya dibuang. Bekam jenis ini banyak dilakukan oleh mayoritas
muslim di dunia dan dikenal dengan istilah hijamah.
 Cara bekam basah/wet cupping menurut (Wong, 2010):
1. Mempersiapkan peralatan yang sudah disterilkan dengan alat
sterilisator standar.
2. Mensterilkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan
desinfektan, misalnya alkohol.
3. Dilanjutkan dengan penghisapan kulit meggunakan kop/ gelas
bekam. Kekuatan penghisapan pada setiap pasien berbeda-beda.
Lama penghisapan 5 meint, tindakan ini sekaligus berfungsi
sebagai anastesi (pembiusan) lokal.
4. Dengan menggunakan pisau bedah standar atau jarum bekam
steril, kemudian dilakukan penyayatan atau penusukan (jumlah
sayatan 5-15 untuk satu titik tergantung diameter kop yang
dipakai, panjang sayatan 0,3-0,5 cm, tipis dan tidak boleh terlalu
dalam, serta dilakukan sejajar dengan garis tubuh). Salah satu
tanda bahwa sayatannya baik adalah sesaat setelah disayat, kulit

8
tidak mengeluarkan darah, tetapi setelah disedot dengan alat
darahnya baru keluar.
5. Kemudian penghisapan dilakukan kembali dan membiarkan darah
kotor mengalir didalam kop selama 5 menit.
6. Darah yang tertampung dalam kop dibersihkan menggunakan
tissue lalu dibuang, dan jika perlu bisa lakukan penghisapan ulang.
Tetapi tidak dianjurkanmelakukan pengulangan sayatan.
7. Membersihkan bekas luka sayatan atau tusukan dengan bola
kapas.
 Manfaat bekam basah/ wet cupping menurut (Wong, 2010):
1. Membuang dan membersihkan darah kotor (racun yang
berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit.
2. Mengurangi darah kental pada bagian meridian tubuh agar Qi
tubuh menjadi lancer.
3. Mengatasi tekanan darah yang tidak normal (aterosklerosis),
mengurangi pusing, migrain, menghilangkan kejang pada otot,
memperbaikki permeabilitas pembuluh darah, melancarkan
peredaran darah, mengurangi sakit bahu dan punggung,
melancarkan haid pada wanita, mengeluarkan angin/ toksik,
mengurangi nyeri pinggang, sinusitis/ gangguan pendengaran.
4. Dengan melakukan penghisapan, terbentuklah tekanan negatif
didalam kop sehingga terjadi drainase cairan tubuh berlebih
(darah kotor) dan toksin, menghilangkan perlengketan jaringan
ikat, mengalirkan darah bersih ke permukaan kulit jaringan otot
yang mengalami kemacetan Qi, serta merangsag sistem syaraf
perifer.

9
c. Moving Cupping adalah metode bekam yang menggerakan cawan secara
lembut pada satu arah.
d. Empty Cupping Therapy adalah bekam yang dilakukan dengan cara
melepaskan cawan bekam dengan segera setelah dilakukan penghisapan.
e. Needle Cupping adalah perpaduan antara penggunaan metode bekam
dengan jarum akupuntur.
f. Medicinal (Herbal) Cupping adalah metode bekam yang menggunakan
gelas/cawan bambu dengan rebusan obat herbal selama 30 menit yang
diikuti dengan penghisapan pada titik tertentu dan penggunaan batang
yang berapi (Moxibusi).
g. Water Cupping Therapy adalah metode bekam dengan menggunakan
cawan bambu dan air hangat.
h. Magnetic cupping atau bekam magnetik, disebut demikian karena adanya
magnet di dalam gelas bekam yang membantu pergerakan kekuatan
elektro magnetik di dalam tubuh
D. TITIK-TITIK BEKAM
Beberapa pendapat ahli bekam menyatakan bahwa penentuan titik bekam
dapat dilakukan berdasarkan titik sunah Rasululllah, titik anatomi tubuh,

10
titik meridian dan area nye

E. DASAR ILMIAH CUPPING THERAPY


Menurut Yasin (2011), dalam bukunya tentang bekam Sunnah Nabi dan
Mukjizat Medis, dalam kedokteran tradisional dijelaskan bahwa di bawah
kulit, otot, maupun fascia terdapat suatu poin atau titik yang mempunyai sifat
istimewa. Antara poin satu dengan poin lainnya saling berhubungan membujur
dan melintang membentuk jaring-jaring atau jala. Jaring ini dapat dapat
disamakan dengan meridian atau habl. Dengan adanya jala ini, akan
memberikan hubungan yang erat antara satu bagian dengan bagian lainnya.
Sebagian dari titik-titik ini berada di atas saraf, sebagian di atas pembuluh
darah, sebagian berada di atas titik akupuntur, sebagian di titik-titik refleksi
(refleksiologi) di atas punggung, sebagian di tempat-tempat kelenjar limpa,
sebagian untuk mengumpulkan darah, sebagian lagi untuk meningkatkan
aktivitas produksi kelenjar-kelenjar, sebagian untuk menguatkan imunitas

11
(daya tahan tubuh), dan sebagian untuk mengaktifkan pusat-pusat saraf, dan
sebagainya.
Sedangkan dalam kedokteran modern telah melakukan penelitian tentang
kebenaran pengobatan diatas. Poin istimewa yang dimaksudkan di atas
merupakan “motor points” pada perlekatan neuromuskuler (neuromuscular
attachements) yang mengandung banyak mitokondria, kaya pembuluh darah,
mengandung tinggi mioglobin, sebagian besar selnya menggunakan
metabolisme oksidatif dan lebih banyak mengandung cell mast, kelenjar limfe,
kapiler, venula, bundle dan pleksus saraf serta ujung saraf akhir.
Dalam kedokteran modern telah dibuktikan bahwa apabila dilakukan
pembekaman pada satu poin, maka kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub
kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kekusakan dari mast cell dan lain-lain.
Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamin,
bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum
diketahui. Zat –zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol,
serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat
terjadi ditempat yang jauh dari pembekaman. Ini menyebabkan terjadinya
perbaikan mikrosirkualsi pembuluh darah. Akibatnya timbul efek relaksasi
(pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan
menurunkan tekanan darah secara stabil. Yang terpenting adalah
dilepaskannya corticotropin releasing factor (CRF), serta releasing factors
lainnya oleh adenohipofise. CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya
ACTH, cortocotrophin, dan corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai efek
menyembuhkan peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel.
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa pembekaman dikulit akan
menstimulasi kuat syaraf permukaan kulit yang akan dilanjutkan pada cornu
posterior medulla spinalis melalui syaraf A delta dan C, serta traktus spino
thalamicus kearah thalamus yang akan menghasilkan endorphin.Sedangkan
sebagian rangsangan lainnya akan diteruskan melalui serabut aferen simpatik
menuju ke motor neuron dan menimbulkan reflek intubasi nyeri.

12
Pada sistem endokrin terjadi pengaruh pada sistem sentral melalui
hypothalamus dan pituitary sehingga menghasilkan ACTH, TSH, FSH-LH,
ADH. Sedang melalui sistem perifer langsung berefek pada organ untuk
menghasilkan hormon-hormon insulin, thyroxin, adrenalin, cortricotrophin,
estrogen, progesteron, testosteron. Hormon-hormon inilah yang bekerja jauh
dari yang dibekam.
F. KONTRAINDIKASI CUPPING THERAPY
Pada pasien yang memiliki ambang batas nyeri yang rendah, terapi bekam
dapat menimbulkan ketidaknyamanan minimal akibat sedikit intervensi pada
kulit pasien, efek samping ringan lainnya yang mungkin terjadi adalah rasa
sedikit berkunang-kunang setelah melakukan terapi. Terapi bekam tidak
boleh dilakukan pada kulit yang meradang (luka, borok, oedem), area dimana
terdapat pembuluh darah besar, daerah abdomen, pasien dengan demam tinggi
dan kejang, area sacrum pada wanita hamil pasien dengan perdarahan spontan/
menstruasi, pasien kanker (metastasis), pasien dengan patah tulan, serta
perdarahan karena trauma.
G. PENELITIAN-PENELITIAN TERKAIT EFEK CUPPING THERAPY
TERHADAP PENYAKIT
Cupping therapy memiliki efek yang baik terhadap kesembuhan suatu
penyakit. Penyakit penyakit tersebut yaitu nyeri tengkuk/bahu, hipertensi,
hiperkolesterol dll. Ada banyak penyakit lain yang dapat disembuhkan melalui
bekam, tetapi yang selanjutnya akan dibahas hanya penyakit-penyakit
tersebut.
1. Efek bekam terhadap pencegahan penyakit
Melalui pembersihan darah secara periodik dapat mencegah akumulasi
zat-zat toksik dalam tubuh
2. Efek bekam terhadap nyeri tengkuk/nyeri bahu
Hasil penelitian Chi et al., (2016), menunjukkan bahwa cupping therapy
dapat menurunkan nyeri kronis pada leher dan bahu. Cupping terapy dapat
menyebabkan vasodilatasi dan menstimulasi sirkulasi darah untuk
meningkatkan metabolisme dan mempercepat pengeluaran zat toksik dari

13
tubuh. Hal ini diamati dari daerah pembekaman yang teraba hangat
sebagai akibat vasodilatasi Seiring dengan peningkatan efek vasodilatasi
maka aliran darah kebagian tubuh yang mengalami cedera juga mengalami
peningkatan. Proses difusi akan berjalan lancar, metabolisme jaringan
meningkat, pengiriman nutrisi dan pembuangan zat sisa meningkat,
dengan demikian mempercepat proses penyembuhan.
3. Efek bekam terhadap penyakit hipertensi
Hasil penelitian Lestari, Hartono, & Susanti, (2017), menunjukkan Terjadi
perbedaan rerata tekanan darah sebelum diberikan terapi bekam dan
setelah diberikan terapi bekam. Pembekaman yang dilakukan pada
permukaan kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis) jaringan ini akan
“rusak”. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotin,
histamine, bradiknin, slow reaction substance daerah yang dibekam.
Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di tempat yang jauh dari tempat
pembekaman. Ini menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh
darah. Akibatnya timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku
serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara
stabil.
4. Efek bekam terhadap hiperkolesterol
Hasil penelitian (Lestari et al., 2017), menunjukkan Mayoritas responden
mengalami penurunan kadar kolesterol akibat efek terapi bekam. Terapi
bekam mengeluarkan zat toksik termasuk kolesterol yang tidak
terekskresikan oleh tubuh melalui permukaan kulit dengan melukai kulit
dan penghisapan. Terapi bekam juga memberikan efek relaksasi dan
vasodilatasi pada pembuluh darah sehingga bisa melancarkan peredaran
darah. Pemberian terapi bekam dilakukan pada titik-titik meridian untuk
menurunkan hiperkolesterol yaitu titik KHL1, UN2, UN3, AK1 dan AK2.
Pemberian terapi bekam pada titik-titik meridian yang tepat maka akan
terjadi proses pada kapiler dan arteriola, peningkatan jumlah leukosit,
limfosit dan sistem retikulo-endothelial, pelepasan ACTH, kortison,
endorphin, enkefalin dan faktor humoral lain yang juga menimbulkan efek

14
anti peradangan, penurunan serum lemak trigliserida, fosfolipida,
kolesterol total khususnya kolesterol LDL, merangsang lipolisis jaringan
lemak dan menormalkan kadar glukosa dalam darah.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cupping therapy adalah proses penghisapan kulit, penyayatan, dan
mengeluarkan darah dari permukaan kulit yang kemudian ditampung dalam
gelas yang berguna mengeluarkan zat beracun (detoksifikasi) dari tubuh
dengan menciptakan tekanan negatif dalam cangkir . Cupping Therapy
sangat bermanfaat untuk digunakan dalam berbagai penyakit diantaranya
hiperkolesterol, hipertensi, nyeri tengkuk dan nyeri pada bahu.
B. Saran
Melakukan penelitian lanjut terkait cupping therapy dan dapat
menerapkan cupping therapy pada berbagai kasus mengingat manfaat yang
dapat ditimbulkan oleh cupping therapy

16
DAFTAR PUSTAKA

Chi, L.-M., Lin, L.-M., Chen, C.-L., Wang, S.-F., Lai, H.-L., & Peng, T.-C.
(2016). The Effectiveness of Cupping Therapy on Relieving Chronic Neck
and Shoulder Pain: A Randomized Controlled Trial. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine : eCAM, 2016(1), 7358918.
https://doi.org/10.1155/2016/7358918

El Sayed SM, Al-quliti, A.-S., Salah Mahmoud, H., Baghdadi, H., A. Maria, R.,
Mohamed Helmy Nabo, M., & Hefny, A. (2014). Therapeutic Benefits of Al-
hijamah: in Light of Modern Medicine and Prophetic Medicine. American
Journal of Medical and Biological Research, 2(2), 46–71.
https://doi.org/10.12691/ajmbr-2-2-3

Lestari, Y. A., Hartono, A., & Susanti, U. (2017). Pengaruh terapi bekam terhadap
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di dusun tambak rejo desa
gayaman mojokerto, 6(2), 14–20.

Lindquist, R., Snyder, M., & Tracy, M. F. (2014). Complementary And


Alternative Therapies In Nursing (7th ed.). New York: Spiringer Publishing
Company.

Wong, M. (2010). 9 Terapi Pengobatan Terdahsyat. Jakarta: Penebar Plus.

Yasin, A. B. (2011). Bekam Sunnah Nabi & Mukjizat Medis. Jakarta: Al.Qowam.

Ziyin, S. & Zelin, C. (2014). Traditional Chinese Medicine Cupping Therapy (3rd
ed.). Elsevier Ltd.

17

Anda mungkin juga menyukai