Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA

A. Definisi

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural,


proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi
sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih,
yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa
darah atau pus (Baughman C Diane, 2010).

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura


yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses
penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi
sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak
tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2008). Efusi pleura
adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
rongga pleura. (Price C Sylvia, 2011)

B. Etiologi

Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan


sekunder. Kelainan primer pada pleura hanya ada dua macam
yaitu infeksi kuman primer intrapleura dan tumor primer pleura.
Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi
:Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya
bendungan seperti pada dekompensas kordis, penyakit ginjal,
tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan
sindroma vena kava superior. Peningkatan produksi cairan
berlebih, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus),
bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga
pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena
trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis. Secara patologis,
efusi pleura disebabkan oleh keadaan-keadaan:

1. Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal


jantung)
2. Menurunnya tekanan osmotic koloid plasma (misalnya
hipoproteinemia)
3. Meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi
bakteri)
4. Berkurangnya absorbsi limfatik
Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang
dihasilkannya adalah:

 Transudat

Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites, hipoproteinemia


pada nefrotik sindrom, obstruksi vena cava superior, pasca
bedah abdomen, dialisis peritoneal, dan atelektasis akut.

 Eksudat
a. Infeksi (pneumonia, TBC, virus, jamur, parasit, dan abses)
b. Neoplasma (Ca. paru-paru, metastasis, limfoma, dan
leukemia)
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses
penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi.
Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme
dasar :

a. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik

b. Penurunan tekanan osmotik koloid darah

c. Peningkatan tekanan negative intrapleural

d. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

Perbedaan cairan transudat dan eksudat (Somantri,


2008: 99)

Efusi pleura eksudatif memenuhi paling tidak salah satu


dari tiga kriteria berikut ini, sementara efusi pleura
transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga kriteria ini :

1. Protein cairan pleura / protein serum > 0,5

2. LDH cairan pleura / cairan serum > 0,6

3. LDH cairan pleura melebihi dua per tiga dari batas


atas nilai LDH yang normal di dalam serum

PARAMETER TRANSUDAT EKSUDAT


Warna Jernih Jernih, keruh,
BJ < 1,016 berdarah
Jumlah set Sedikit < 1,016
Jenis set PMN < 50% Banyak (> 500
Rivalta Negatif sel/mm2)
Glukosa 60 mg/dl (= GD PMN < 50%
plasma) Negatif
Protein < 2,5 g/dl 60 mg/dl
Rasio protein T- < 0,5 (bervariasi)
E/plasma < 200 IU/dl < 2,5 g/dl
LDH < 0,6 < 0,5
Rasio LDH T- < 200 IU/dl
E/plasma < 0,6

C. Patofisiologi

Pada umumnya, efusi terjadi karena penyakit pleura hampir


mirip plasma (eksudat) sedangkan yang timbul pada pleura
normal merupakan ultrafiltrat plasma (transudat). Efusi dalam
hubungannya dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas pleura parietalis sekunder (efek samping dari)
peradangan atau keterlibatan neoplasma. Contoh bagi efusi
pleura dengan pleura normal adalah payah jantung kongestif.
Pasien dengan pleura yang awalnya normal pun dapat
mengalami efusi pleura ketika terjadi payah/gagal jantung
kongestif. Ketika jantung tidak dapat memompakan darahnya
secara maksimal ke seluruh tubuh terjadilah peningkatan
tekanan hidrostatik pada kapiler yang selanjutnya menyebabkan
hipertensi kapiler sistemik. Cairan yang berada dalam pembuluh
darah pada area tersebut selanjutnya menjadi bocor dan masuk
ke dalam pleura. Peningkatan pembentukan cairan dari pleura
parietalis karena hipertensi kapiler sistemik dan penurunan
reabsorbsi menyebabkan pengumpulan abnormal cairan pleura.

Adanya hipoalbuminemia juga akan mengakibatkan terjadinya


efusi pleura. Peningkatan pembentukan cairan pleura dan
berkurangnya reabsorbsi. Hal tersebut berdasarkan adanya
penurunan pada tekanan onkotik intravaskuler (tekanan osmotic
yang dilakukan oleh protein).

Luas efusi pleura yang mengancam volume paru-paru,


sebagian akan tergantung atas kekuatan relatif paru-paru dan
dinding dada. Dalam batas pernapasan normal, dinding dada
cenderung rekoil ke luar sementara paru-paru cenderung untuk
rekoil ke dalam (paru-paru tidak dapat berkembang secara
maksimal melainkan cenderung untuk mengempis).

D. Manifestasi Klinis

Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan


penyakit dasar. Pneumonia akan menyebabkan demam,
menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara efusi malignan
dapat mengakibatkan dipsnea dan batuk. Ukuran efusi akan
menentukan keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan
menyebabkan sesak nafas. Area yang mengandung cairan atau
menunjukkan bunyi napas minimal atau tidak sama sekali
menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Egofoni akan
terdengar di atas area efusi. Deviasi trakea menjauhi tempat
yang sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan pleural yang
signifikan. Bila terjadi efusi pleural kecil sampai sedang, dipsnea
mungkin saja tidak terdapat.

Berikut tanda dan gejala:

1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit


karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit
hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.

2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam,


menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas
tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat,
batuk, banyak riak.

3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika


terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.

4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan


berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian
yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus
melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk
garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).

5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi


redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga
Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah
ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.

6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi


pleura.

Keberadaan cairan dikuatkan dengan rontgen dada,


ultrasound, pemeriksaan fisik, dan torakosentesis. Cairan pleural
dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan Gram, basil tahan
asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih,
pemeriksaan kimiawi (glukosa,amylase, laktat dehidrogenase,
protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH. Biopsi
pleura mungkin juga dilakukan.

E.Penatalaksanaan Medis

a. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab


dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan
untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu.
Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (contoh ;
gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).
b. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk
mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk
menghilangkan dispneu.
c. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali
dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang
mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan
kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi
dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang
dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan
untuk mengevaluasi ruang pleura dan pengembangan paru.
d. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin
dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi
ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
e. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk
radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.

F. Komplikasi

1. Emboli paru

2. Edema paru

3. Pneumothoraks dan hemathoraks

4. Pendorangan mediastinum

5. Infark paru

6. Pleura shock (hipotesa)

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto thoraks (X-Ray)

Untuk mengetahui jumlah cairan yang menumpuk


mengelilingi lobus paru, hal lain yang yang dapat terlihat
dari foto dada pada efusi pleura adalah terdorongnya
mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Di
samping itu, gambaran foto dada juga dapat menerangkan
asal mula terjadinya efusi pleura yakni bila terdapat jantung
yang membesar, adanya massa tumor, adanya densitas
parenkim yang lebih keras pada pneumonia atau abses paru.

Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura


akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan
permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada bagian
medial. Bila permukaannya horisontal dari lateral ke medial,
pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat
berasal dari luar atau dari dalam paru-paru sendiri. Kadang-
kadang sulit membedakan antara bayangan cairan bebas
dalam pleura dengan adhesi karena radang (pleuritis). Disini
perlu pemeriksaan foto dada dengan posisi lateral dekubitus.

2. Ultrasonography

Dapat menentukan adanya cairan dalam rongga pleura.


Pemeriksaan ini sangat membantu sebagai penuntun waktu
melakukan aspiraso cairan terutama pada efusi pleura yang
terlokalisasi.

3. CT – SCAN

Pada kasus kanker paru Ct Scan bermanfaat untuk


mendeteksi adanya tumor paru juga sekaligus digunakan
dalam penentuan staging klinik yang meliputi :

a. Menentukan adanya tumor dan ukurannya


b. Mendeteksi adanya invasi tumor ke dinding thorax,
bronkus, mediatinum dan pembuluh darah besar
c. Mendeteksi adanya efusi pleura

Disamping diagnosa kanker paru CT Scan juga dapat


digunakan untuk menuntun tindakan trans thoracal needle
aspiration (TTNA), evaluasi pengobatan, mendeteksi
kekambuhan dan CT planing radiasi.

4. Torakosintesis

Torakosintesis adalah suatu tindakan pengambilan cairan


pleura yang bertujuan untuk membedakan apakah cairan
tersebut transudat, eksudat atau empiema, komplikasi yang
terjadi adaalh edema paru, pneumotoraks, emboli udara dan
laserasi pleura.

5. Kultur cairan pleura

Pemeriksaan ini sangat penting untuk diagnostik penyakit


pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau
dominasi sel-sel tertentu.

a. Sel neutrofil : menunjukkan adanya infeksi akut

b. Sel limfosit : menunjukkan adanya infeksi kronik seperti


pleuritis tuberkulosis atau limfoma maligna
c. Sel mesotel : bila jumlahnya meningkat ini menunjukkan
adanya infark paru. Biasanya juga ditemukan banyak sel
eritrosit.

d. Sel mesotel maligna : pada mesotelioma.

e. Sel-sel besar dengan banyak inti : pada aretritis


rheumatoid

f. Sel LE : pada lupus eritemasus sistemik

g. Sel maligna : pada paru/metastase

6. Pemeriksaan kimia dari cairan pleura antara lain : glukosa,


pH dan kadar LDH, selain pemeriksaan leukosit, bakteriologi,
situlogi dan mikosis.

Inspeksi
 ICS sakit melebar EFUSI PLEURA
PATHWAY
 Deviasi tracea ke sisi sehat Gagal ginjal Fungsi hepar ↓
 Sesak Infeksi Gagal jantung
 RR>20x/menit kongestif Kerusakan nefron
 Pernafasan
( pleuritis,
cupingTB)
hidung Jantung gagal
 Retraksi otot bantu memompa
Permeabilitas hipoalbumin
 Auskultasi
 Vesikuler kapiler
melemah ↑
 Palpasi
 Fremitus raba ↓
Mengalami perpindahan
 Perkusi
Akumulasi cairan Bradikinin serotoninProses Peradangan
cairan intrasel ke
 redup yang berlebihan di prostaglandin pada Tekanan pleura 
ronggaonkotik
Pengeluaran
interstitisial Merangsang endrogen dan
Penurunan Pe  O2
diaktifkan Demam,
rongga pleura Sub
Efusifebris —suhu>37,8˚C
hipertermi
ekspansi paru Nyeri
nosiseptor nyeri pirogen Febris
Pleura
Partikel besar mudah keluar
(protein)
Tekanan hidrostatik
Hipertensi pembuluh
darah

Produksi cairan pleura

Ketidak
efektifan pola
nafas
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
kelemahan

Intoleransi
Aktifitas

Aspirasi Cairan
pleura
Pungsimelalui
pleura Terputus jaringan JalanAnsietas
masuk
Resiko Nosiceptor ↑
Nyeri Penatalaksanaan Resiko WSD
infeksi
jarum
(torakosintesis) kulit kuman
Infeksi
A. PENGKAJIAN

1. Aktivitas / Latihan

 Gejala :

o Keletihan, kelelahan, malaise

o Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari


karena sulit bernapas

o Gangguan untuk tidur

o Dispnea dengan istirahat ataupun aktivitas

 Tanda :

o Takikardia

o Gelisah, insomnia

o Kelelahan umum, kehilangan massa otot.

2. Sirkulasi

 Tanda :

o Peningkatan / penurunan TD

o Takikardia

o Frekuensi tidak teratur / disritmia

o Warna kulit / membran mukoa : normal atau abu-abu /


sianosis pucat.
3. Integritas Ego

 Tanda :

o Ketakutan

o Gelisah

o Gemetar, peningkatan keringat

4. Makanan / Cairan

 Gejala :

- Mual / muntah

- Anoreksia

- Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernapasan

- Penurunan / peningkatan BB

 Tanda :

- Adanya pemasangan IV vena sentral / infus tekanan

- Turgor kulit buruk

- Penurunan / peningkatan BB

- Berkeringat

5. Nyeri / Kenyamanan

 Gejala :
- Nyeri dada meningkat karena pernapasan

- Batuk

- Tajam dan menusuk serta nyeri yang diperberat oleh napas


dalam kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen
(efusi pleura)

 Tanda :

- Mengkerutnya wajah

- Perilaku distraksi

- Berhati-hati pada area yang sakit

6. Pernapasan

 Gejala :

- Kesulitan bernapas / dyspnea

- Batuk

- Pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori

- Riwayat penyakit paru kornis

 Tanda :

o Pernapasan : takipnea/cepat, dapat lambat, fase


ekspirasi memanjang napas bibir.

o Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori


pernapasan pada dada, retraksi interkosial
o Bunyi napas menurun

o Fremitus menurun

o Perkusi : bunyi pekak pada area paru yang berisi cairan

o Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama

o Kulit : pucat, sianosis, berkeringat

o Mental : ansietas, gelisah, bingung, pingsan

o Kesulitan bicara.

7. Keamanan

 Gejala :

o Adanya trauma dada

o Adanya / berulangnya infeksi

o Riwayat alergi atau sensitif terhadap zat/faktor


lingkungan

8. Interaksi Sosial

 Gejala :

o Hubungan ketergantungan

o Kurang sistem pendukung

o Kegagalan dukungan daru/terhadap pasangan/orang


terdekat
o Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik

 Tanda :

o Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan


suara karena distres pernapasan

o Keterbatasan mobilisasi fisik

o Kelaian hubungan dengan anggota keluarga lain

9. Penyuluhan / Pembelajaran

 Gejala :

o Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan

o Riwayat faktor resiko keluarga

o Kegagalan untuk membaik

B. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul

1. Bersihan jalan napas b.d penumpukan sekret


2. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
(akumulasi udara/cairan), gangguan musculoskeletal,
nyeri/ansietas, proses inflamasi.Kemungkinan dibuktikan
oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan,
penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada,
sianosis, GDA taknormal.
3. Nyeri kronis b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan
factor-faktor fisik (pemasangan selang dada) ditandai dengan
pasien meringis kesakitan.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan
pengobatan b.d kurangnya informasi kesehatan yang didapat

C. Intervensi

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Intervensi
Masalah Kriteria Hasil
Kolaborasi
Bersihan Jalan NOC:
Nafas tidak  Respiratory status 1. Pastikan
efektif : Ventilation kebutuhan
berhubungan  Respiratory status oral / tracheal
dengan: : Airway patency suctioning.
- Infeksi,  Aspiration Control 2. Berikan O2
disfungsi Setelah dilakukan ……l/mnt,
neuromuskular, tindakan metode………
hiperplasia keperawatan selama 3. Anjurkan
dinding bronkus, …………..pasien pasien untuk
alergi jalan menunjukkan istirahat dan
nafas, asma, keefektifan jalan napas dalam
trauma nafas dibuktikan 4. Posisikan
- Obstruksi jalan dengan kriteria hasil pasien
nafas : spasme : untukmemaksi
jalan nafas,  Mendemonstrasik malkan
sekresi tertahan, an batuk efektif ventilasi
banyaknya dan suara nafas 5. Lakukan
mukus, adanya yang bersih, tidak fisioterapi dada
jalan nafas ada sianosis dan jika perlu
buatan, sekresi dyspneu (mampu 6. Keluarkan
bronkus, adanya mengeluarkan sekret dengan
eksudat di sputum, bernafas batuk atau
alveolus, adanya dengan mudah, suction
benda asing di tidak ada pursed 7. Auskultasi
jalan nafas. lips) suara nafas,
DS:  Menunjukkan catat adanya
- Dispneu jalan nafas yang suara tambahan
DO: paten (klien tidak 8. Berikan
- Penurunan suara merasa tercekik, bronkodilator :
nafas irama nafas, 9. Monitor status
- Orthopneu frekuensi hemodinamik
- Cyanosis pernafasan dalam 10. Berikan
- Kelainan suara rentang normal, pelembab
nafas (rales, tidak ada suara udara Kassa
wheezing) nafas abnormal) basah NaCl
- Kesulitan  Mampu Lembab
berbicara mengidentifikasik 11. Berikan
- Batuk, tidak an dan mencegah antibiotik :
efekotif atau faktor yang 12. Atur intake
tidak ada penyebab. untuk
- Produksi sputum  Saturasi O2 dalam cairanmengopt
- Gelisah batas normal imalkan
- Perubahan  Foto thorak dalam keseimbangan.
frekuensi dan batas normal 13. Monitor
irama nafas respirasi dan
status O2
14. Pertahankan
hidrasi yang
adekuat untuk
mengencerkan
sekret
15. Jelaskan
pada pasien
dan keluarga
tentang
penggunaanper
alatan :O2,Sucti
on, Inhalasi.

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Intervensi
Masalah Kriteria Hasil
Kolaborasi

Pola Nafas tidak NOC: NIC:


efektif Respiratory  Posisikan pasien
berhubungan status : Ventilation untuk
dengan : Respiratory memaksimalkan
- Hiperventilasi status : Airway ventilasi
- Penurunan patency  Pasang mayo
energi/kelelahan Vital sign Status bila perlu
- Perusakan/pele  Lakukan
mahan muskulo- Setelah dilakukan fisioterapi dada
skeletal tindakan jika perlu
- Kelelahan otot keperawatan selama  Keluarkan sekret
pernafasan ………..pasien dengan batuk
- Hipoventilasi menunjukkan atau suction
sindrom keefektifan pola  Auskultasi suara
- Nyeri nafas, dibuktikan nafas, catat
- Kecemasan dengan kriteria adanya suara
- Disfungsi hasil: tambahan
Neuromuskuler  Berikan
- Obesitas Mendemonstrasik bronkodilator :
- Injuri tulang an batuk efektif -
belakang dan suara nafas …………………..
yang bersih, tidak …………………
DS: ada sianosis dan ….
- Dyspnea dyspneu (mampu  Berikan
- Nafas pendek mengeluarkan pelembab udara
DO: sputum, mampu Kassa basah
- Penurunan bernafas dg NaCl Lembab
tekanan mudah, tidakada  Atur intake
inspirasi/ekspira pursed lips) untuk cairan
si  Menunjukkan mengoptimalkan
- Penurunan jalan nafas yang keseimbangan.
pertukaran paten (klien tidak  Monitor respirasi
udara per menit merasa tercekik, dan status O2
- Menggunakan irama nafas, Bersihkan mulut,
otot pernafasan frekuensi hidung dan
tambahan pernafasan dalam secret trakea
- Orthopnea rentang normal, Pertahankan
- Pernafasan tidak ada suara jalan nafas yang
pursed-lip nafas abnormal) paten
- Tahap ekspirasi Tanda Tanda vital Observasi
berlangsung dalam rentang adanya tanda
sangat lama normal (tekanan tanda
- Penurunan darah, nadi, hipoventilasi
kapasitas vital pernafasan) Monitor adanya
- Respirasi: < 11 – kecemasan
24 x /mnt pasien terhadap
oksigenasi
Monitor vital
sign
Informasikan
pada pasien dan
keluarga tentang
tehnik relaksasi
untuk
memperbaiki
pola nafas.
Ajarkan
bagaimana batuk
efektif
Monitor pola
nafas
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Intervensi
Masalah Kriteria Hasil
Kolaborasi

Nyeri Kronis NOC: NIC :


berhubungan  Comfort level Pain Manajemen
dengan  Pain control - Monitor
ketidakmampuan  Pain level kepuasan
fisik-psikososial Setelah dilakukan pasien
kronis (metastase tindakan terhadap
kanker, injuri keperawatan selama manajemen
neurologis, …. nyeri kronis nyeri
artritis) pasien berkurang - Tingkatkan
dengan kriteria istirahat dan
DS: hasil: tidur yang
- Kelelahan  Tidak ada adekuat
- Takut untuk gangguan tidur - Kelola anti
injuri ulang  Tidak ada analgetik ........
DO: gangguan ...
- Atropi otot konsentrasi - Jelaskan pada
- Gangguan  Tidak ada pasien
aktifitas gangguan penyebab
- Anoreksia hubungan nyeri
- Perubahan pola interpersonal - Lakukan
tidur  Tidak ada tehnik
- Respon simpatis ekspresi menahan nonfarmakolog
(suhu dingin, nyeri dan is (relaksasi,
perubahan posisi ungkapan secara masase
tubuh , verbal punggung)
hipersensitif,  Tidak ada
perubahan berat tegangan otot
badan)

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Intervensi
Masalah Kriteria Hasil
Kolaborasi

Kurang NOC: NIC :


Pengetahuan  Kowlwdge :  Kaji tingkat
Berhubungan disease process pengetahuan
dengan :  Kowledge : health pasien dan
keterbatasan Behavior keluarga
kognitif, Setelah dilakukan  Jelaskan
interpretasi tindakan patofisiologi
terhadap keperawatan selama dari penyakit
informasi yang …. pasien dan bagaimana
salah, kurangnya menunjukkan hal ini
keinginan untuk pengetahuan berhubungan
mencari informasi, tentang proses dengan anatomi
tidak mengetahui penyakit dengan dan fisiologi,
sumber-sumber kriteria hasil: dengan cara
informasi.  Pasien dan yang tepat.
keluarga  Gambarkan
menyatakan tanda dan gejala
DS: Menyatakan pemahaman yang biasa
secara verbal tentang penyakit, muncul pada
adanya masalah kondisi, prognosis penyakit,
DO: dan program dengan cara
ketidakakurata pengobatan yang tepat
n mengikuti  Pasien dan  Gambarkan
instruksi, keluarga mampu proses penyakit,
perilaku tidak melaksanakan dengan cara
sesuai prosedur yang yang tepat
dijelaskan secara  Identifikasi
benar kemungkinan
 Pasien dan penyebab,
keluarga mampu dengan cara
menjelaskan yang tepat
kembali apa yang  Sediakan
dijelaskan informasi pada
perawat/tim pasien tentang
kesehatan lainnya kondisi, dengan
cara yang tepat
 Sediakan bagi
keluarga
informasi
tentang
kemajuan
pasien dengan
cara yang tepat
 Diskusikan
pilihan terapi
atau
penanganan
 Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan,
dengan cara
yang tepat

DAFTAR PUSTAKA
Baughman, C Diane. 2009. Keperawatan medical bedah. Jakarta:
EGC
Doenges, E Mailyn. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC
Hudak,Carolyn M. 2009. Keperawatan kritis : pendekatan holistic.
Vol.1, Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. 2010. Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross
penyakit Ed4. Jakarta: EGC
Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Sudoyo. W. Aro. (2011) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi
IV. Jakarta : EGC
Suzanne, Smeltzer c. 2008. Buku Ajar Keperawatan medical
Bedah ( Ed8. Vol.1). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai