Anda di halaman 1dari 88

KURSUS

ELEKTROKARDIOGRAFI

KULIAH II
Dr. Arief Budi S, SpJP

1
 EKG NORMAL
 ABNORMALITAS ATRIA
 HIPERTROFI VENTRIKEL
 DEFEK KONDUKSI INTRA VENTRIKULER
 SINDROM PRE EKSITASI

2
EKG Normal

3
Contoh EKG normal

4
Contoh EKG Normal

5
Pengukuran waktu
 Frekwensi Jantung (atrial atau ventrikel)
 Dapat dihitung berdasar kecepatan kertas
 Kecepatan = 25 mm/detik

 1 menit = 60 X 25 mm = 1500 mm

 Frekwensi jantung = 1500 : jarak siklus


dalam mm (jarak R-R atau P-P)
 Interval PR
 Interval QRS
 Interval QT
6
ABNORMALITAS
ATRIA

7
Abnormalitas Gelombang P

 Gangguan konduksi intra atrial


 Gelombang P mengalami
kelainan
 Tidak selalu disebabkan
hipertrofi atria

8
Abnormalitas Atrium Kanan (AAKa)

 Tinjauan Vektor :
 Bidang Frontal : Sumbu P bergeser ke
arah kanan
 Bidang Horisontal : Sumbu P bergeser ke
arah lawan jarum jam

9
Kriteria EKG untuk AAKa
 P tinggi dan lancip di II, III, dan aVF :
tinggi ≥ 2,5 mm dan interval <= 0,11 detik
 Defleksi awal di V1 >= 1,5 mm

Bentuk gelombang P pada AAKa disebut


“P pulmonale”

10
Abnormalitas Atrium Kanan

11
ABNORMALITAS ATRIUM KANAN

12
ABNORMALITAS ATRIUM KANAN

13
Abnormalitas Atrium Kiri (AAKi)

 Tinjauan Vektor :
 Bidang Frontal : sumbu P bergeser ke
arah kiri
 Bidang Horisontal : sumbu P bergeser ke
arah jarum jam

14
Kriteria EKG untuk AAKi
 Interval P di II melebar >= 0,12 detik.
Sering gelombang P berlekuk, karena
mempunyai 2 puncak
 Defleksi terminal V1 negatif dengan lebar ≥
0,04 detik dan dalam ≥ 1mm.
Kriteria ini disebut Kriteria Morris
Bentuk P pada AAKi disebut “P mitrale”

15
Abnormalitas Atrium Kiri

16
ABNORMALITAS ATRIUM KIRI

17
P Mitral - Abnormalitas Atrium Kiri

18
HIPERTROFI
VENTRIKEL

19
Hipertrofi Ventrikel Kiri (HVKi)
 Tinjauan Vektor Pada HVKi
 Pada umumnya vektor QRS membesar
dalam ukurannya
 Penebalan septum menyebabkan
vektor QRS awal membesar, sehingga
terlihat gelombang q yang lebih dalam
di I, II, III, aVL, V5 dan V6, dan
gelombang R yang lebih besar di V1.

20
Hipertrofi Ventrikel Kiri (HVKi)
 Sumbu QRS terjadi pergeseran sbb :
 Bidang Frontal : Sumbu QRS bergeser ke
arah kiri
 Bidang Horisontal : Sumbu QRS bergeser
ke arah lawan jarum jam

21
Waktu Aktivasi Ventrikel
(WAV)
 Waktu antara awal QRS hingga puncak
gelombang R
 Menggambarkan waktu yang diperlukan
untuk depolarisasi masa otot jantung
yang ada di bawah elektroda prekordial.
 Makin tebal otot jantung, waktu makin
panjang
 WAV memanjang pada HVKi
22
Kriteria EKG untuk HVKi
1. Kriteria Voltase : Voltase Ventrikel Kiri
meninggi
Kreteria :(dapat dipilih salah satu)
• R atau S di sandapan ekstremitas ≥ 20 mm
• S di kompleks VKa ≥ 25 mm
• R di kompleks VKi ≥ 25 m m
• S di VKa + RVKi ≥ 35 mm

23
Kriteria EKG untuk HVKi
2. Depresiasi ST dan inversi T di
kompleks VKi (sering disebut “strain
pattern”)
3. AAKi
4. Sumbu QRS pada bidang Frontal > -15o
5. Interval QRS atau WAV di kompleks
VKi memanjang :
• Interval QRS >= 0,09 detik
• WAV >= 0,04 detik

24
Sistem Skoring Romhilt Estes
 No. 1 = nilai 3
 No. 2 = nilai 3
 No. 3 = nilai 3
 No. 4 = nilai 2
 No. 5 = nilai 1
Bila jumlah nilai > 5, dianggap definitif
HVKi
Bila jumlah nilai = 4, dianggap
kemungkinan HVKi.

25
Beberapa catatan tentang HVKi
 Gambaran HVKi pada EKG terutama
berkorelasi dengan masa otot ventrikel
kiri
 Kurang berkorelasi dengan tebal otot atau
volumenya
 HVKi karena beban volume, gambaran
EKG terutama menunjukkan aktivasi
septal awal yang menonjol gelombang
q di I, aVL, V5 dan V6, gelombang R
yang menonjol di V5 dan V6

26
Beberapa catatan tentang HVKi
 HVKi, karena beban tekanan,
gambaran EKG menunjukkan R
yang tinggi disertai depresi ST dan
inversi T pada sandapan ventrikel
kiri (V5 dan V6)

27
HVKi

28
HVKi

29
HVKi

30
HVKi

31
Hipertrofi Ventrikel Kanan (HVKa)
 Dinding Ventrikel Kanan jauh lebih tipis
daripada Ventrikel Kiri
 HVKa baru nampak pada EKG bila
HVKa sudah cukup menonjol
 Tinjauan Vektor :
 Bidang Frontal : Sumbu QRS bergeser ke
kanan
 Bidang Horisontal : Sumbu QRS bergeser
searah jarum jam

32
Kriteria EKG untuk HVKa
1. Rasio R/S yang terbalik :
• R/S di V1 >1
• R/S di V6 <1
2. Sumbu QRS pada bidang Frontal
bergeser ke kanan, meskipun belum
DSKa.
3. Beberapa kriteria tambahan (tak begitu
kuat): WAV di V1 >=0,035 detik, depresi
ST dan inversi T di V1;S di I, II, dan III.
33
Beberapa catatan tentang HVKa
 Diagnosa HVKa pada EKG, sensitivitas
rendah, spesifisitas tinggi
 Kriteria EKG HVKa terkuat : rasio R/S
di V1.
 Dibagi 3 tipe berdasar konfigurasi QRS
di V1 :
1. Tipe A
2. Tipe B
3. Tipe C (Blok Cabang Berkas Kanan
Inkomplit)

34
HVKa

35
HVKa

36
HVKa

37
Defek Konduksi Intra Ventrikuler

 Blok Cabang Berkas Kanan (BCBKa)


 Blok Cabang Berkas Kiri (BCBKi)

 Blok Intraventrikuler Nonspesifik

 Blok Fasikuler

38
Definisi
 Blok  gangguan penghantaran impuls
melalui suatu jalur
 Konduksi intraventrikuler 
konduksi melalui Cabang Berkas Kanan
(CBKa), Cabang Berkas Kiri (CBKi),
Fasikel-fasikel dan serabut-serabut
Purkinje

39
Blok Intraventrikuler menurut
tempatnya dibagi menjadi :
 Blok Cabang Berkas Kanan (BCBKa)
 Blok Cabang Berkas Kiri (BCBKi)
 Blok Intraventrikuler Nonspesifik
 Blok Fasikuler :
1. Blok Fasikuler Kiri Anterior
2. Blok Fasikuler Kiri Posterior

40
Blok Cabang Berkas Kanan
(BCBKa)
 Bila CBKa mengalami blok depolarisasi
ventrikel kanan mengalami kelambatan
 Septum mengalami depolarisasi disusul oleh
Ventrikel kiri lebih dulu
 Pada fase yang terakhir, vektor berasal dari
ventrikel kanan, yang mengarah ke depan (pd
bidang H) dan ke kanan (pada bidang F)

41
Gambaran EKG pada BCBKa

 Interval QRS memanjang > 0,10 detik


 S yang lebar di I dan V6

 R’ yang lebar di V1
 Bila interval QRS 0,10 – 0,12 detik, maka
disebut BCBKa inkomplit
 Bila interval QRS >= 0,12 detik, maka
disebut BCBKa komplit

42
Blok Cabang Berkas Kanan
QRS melebar, S yang lebar dan dalam di I dan V6
(V5), dan berbentuk RR’ di V1 (V2)

43
BCBKa

44
Blok Cabang Berkas Kanan

45
Blok Cabang Berkas Kanan

46
Blok Cabang Berkas Kiri (BCBKi)
 Bila CBKi mengalami blok 
depolarisasi ventrikel kiri mengalami
kelambatan
 Pada awal depolarisasi ventrikel, QRS
inisial menggambarkan depolarisasi
ventrikel kanan dan septum, kemudian
menyusul depolarisasi ventrikel kiri.
 Vektor terminal dari ventrikel kiri yang
kuat, yang bergeser ke arah kiri (pada
bidang F) dan ke arah belakang (pada
bidang H)
47
Gambaran EKG pada BCBKi
 Interval QRS melebar >= 0,10 detik
 Gelombang R yang lebar, sering berlekuk
di I, V5 dan V6 dengan WAV > 0,08 detik
 rS atau QS di V1, disertai rotasi searah
jarum jam
 Bila interval QRS 0,10-0,12 detik, maka
disebut BCBKi inkomplit
 Bila interval QRS > 0,12 detik, maka disebut
BCBKi komplit

48
Blok Cabang Berkas Kiri
QRS melebar, bentuk R di I dan V6 (V5),
dan S yang dalam di V1 (V2,V3)
49
Blok Cabang Berkas Kiri

50
BCBKi

51
Blok Intraventrikuler Nonspesifik

 Istilahini dipakai bila 


interval QRS melebar (> 0,10
detik), tetapi tidak khas untuk
BCBKa atau BCBKi

52
Blok Fasikuler (Hemiblok)
 Blok Fasikuler Kiri Anterior
 Fasikel Kiri Anterior menghantarkan
impuls dari puncak septum ke
muskulus papilaris anterior.
 Bila terjadi blok pada jalur ini, maka
bagian posterior-inferior mengalami
depolarisasi lebih dulu daripada
bagian anterior-superior.

53
Blok Fasikuler (Hemiblok)

 Blok Fasikuler Kiri Anterior


 Vektor QRS awal selama 0,02
detik mengarah ke bawah dan
kanan terbentuk r kecil di II,
III dan aVF dan q kecil di I dan
aVL, dan kadang-kadang di V5
dan V6.
54
Blok Fasikuler (Hemiblok)

 Blok Fasikuler Kiri Anterior


 Vektor QRS selama 0,04 detik
mengarah ke kiri dan ke atas,
sehingga terbentuk R tinggi
menyusul q di I dan aVL, dan S
dalam menyusul r di II, III, dan
aVF (bentuk QI – SIII)
 Sumbu QRS, deviasi ke kiri >-45o
55
Gambaran EKG pada Blok Fasikuler
Kiri Anterior
 Interval QRS sedikit memanjang 0,09-0,11
detik
 Sumbu QRS deviasi ke kiri > -45o.
(Kriteria paling kuat)
 Di I dan aVL terdapat R tinggi, dengan
atau tanpa q
 Di II, III, dan aVF terdapat rS, dengan S
yang dalam
56
Blok Fasikuler Kiri Anterior
Tanda terpenting : sumbu QRS bidang frontal
deviasi ke kiri  – 45o
57
Blok Fasikuler Kiri
Anterior

58
Blok Fasikuler Kiri Anterior

59
Blok Fasikuler Kiri Posterior

 Fasikel kiri posterior menghantarkan


impuls dari CBKi ke muskulur
papilaris posterior dari ventrikel kiri.
 Blok pada jalur ini  bagian
anterior-superior ventrikel kiri
mengalami depolarisasi lebih dahulu
daripada bagian posterior-inferior

60
Blok Fasikuler Kiri Posterior
 Vektor QRS awal selama 0,02 detik
mengarah ke kiri dan superior sehingga
terbentuk r kecil di I dan aVL, serta q
kecil di II, III dan aVF
 Vektor QRS selama 0,06 detik mengarah
ke bawah, sehingga terbentuk R tinggi di
II, III, dan aVF, serta S di I dan aVL.
 Sumbu QRS bergeser ke kanan ≥ +110o

61
Gambaran EKG : Blok Fasikuler Kiri
Posterior
 Interval QRS memanjang 0,09 - 0,11 detik
 Sumbu QRS bergeser ke kanan ≥ +110o
 rS di I dan aVL
 qR di II, III dan aVF.
 Blok Fasikuler Kiri Posterior jauh lebih
jarang daripada Blok Fasikuler Kiri
Anterior

62
Blok Fasikuler Kiri Posterior
Tanda terpenting : sumbu QRS bidang frontal
deviasi ke kanan ≥ +110 tanpa ada penyebab lain
deviasi sumbu ke kanan

63
Blok Fasikuler Kiri
Posterior

64
Blok Fasikuler Kiri Posterior

65
SINDROMA PRE-EKSITASI
 Sindroma EKG di mana ventrikel
mengalami depolarisasi lebih awal dari
biasa
 Adanya jalur-jalur aksesori pada sistem
konduksi jantung
 Kelainan kongenital ( 1-2 ‰ populasi
umum
 Bersifat non fungsional pada waktu lahir
dan manifes masa kanak atau dewasa
66
Sistem Konduksi Jantung
Simpul SA
Jalur Bachman

Jalur Internodal

Simpul AV
Berkas His
Cabang berkas kiri
Cabang berkas kanan

Fasikel kiri posterior


Fasikel kiri anterior

Serabut Purkinje

67
Ada 3 macam jalur aksesori
1. Jalur Kent
• Jalur Aksesori terpenting. Menghubungkan
atrium langsung dg ventrikel tanpa melalui
simpul AV, menembus cincin AV di
tempat-tempat yang berbeda
2. Jalur James
• Berawal dari atrium dan berakhir di berkas
His
3. Jalur Mahaim
• Berawal di berkas His dan berakhir di
ventrikel
68
Jalur Kent Jalur James Jalur Mahaim

Jalur-jalur aksesori

69
Sindroma Pre-eksitasi

 Pre-eksitasi pada jalur Kent


 Pre-eksitasi pada jalur James

 Pre-eksitasi pada jalur Mahaim

70
Pre-eksitasi Jalur Kent
 Disebut juga Sindroma Wolff-Parkinson-
White (W-P-W)
 Gambaran EKG : kompleks fusi aktivasi
ventrikel jalur normal dan jalur aksesori.
 Impuls dari atrium melalui jalur Kent
lebih cepat sampai di ventrikel (karena
tidak melewati simpul AV yang bersifat
memperlambat impuls)

71
Pre-eksitasi Jalur Kent
 Impuls dari Jalur Kent → awali
depolarisasi di suatu tempat di ventrikel
→ timbul gelombang khas pada awal
kompleks QRS yang disebut gelombang
delta
 Gelombang delta → bagian landai pada
awal kompleks QRS.
 Kompleks QRS melebar
 Waktu konduksi atrio-ventrikuler
memendek→ interval PR memendek
72
Gambaran EKG : Sindroma W-P-W

 Interval PR memendek <= 0,12 detik


 Adanya gelombang delta

 Kompleks QRS melebar (karena


gelombang delta)

73
-Interval PR memendek
-Ada gel delta, QRS melebar

Pre-eksitasi jalur Kent : Sindroma W-P-W


Jalur 1 : jalur normal
Jalur 2 : jalur Kent
74
Type Sindroma W-P-W
 Sindroma W-P-W tipe A
 Jalur Kent di sebelah kiri, aktivasi dini
terjadi di ventrikel kiri
 Gambaran EKG menyerupai BCBKa,
dengan R yang tinggi di V1, V2
 Sindroma W-P-W tipe B
 Jalur Kent di sebelah kanan, aktivasi dini
terjadi di ventrikel kanan
 Gambaran EKG menyerupai BCBKi, dengan
defleksi QRS yang negatif di V1, V2.

75
76
77
WPW Tipe A & B

78
WPW

79
Pre-eksitasi Jalur James
 Disebut juga Sindroma Lown-Ganong-Levine (L-
G-L)
 Interval PR memendek
 Impuls lewat jalur ini mencapai ventrikel lebih
cepat karena tidak diperlambat simpul AV.
 Aktivasi ventrikel berpangkal dari berkas His,
sehingga jalur aktivasi ini tidak berbeda dari
aktivasi normal.
 Menghasilkan kompleks QRS tanpa gelombang
delta

80
Gambaran EKG Sindroma L-G-L

 Interval PR memendek (<0,12 detik)


 Tak ada gelombang delta, kompleks
QRS normal

81
-Interval PR memendek
-Tak ada gel delta, QRS tak melebar

Pre-eksitasi Jalur James : Sindroma L-G-L


Jalur 1 : jalur normal
Jalur 2 : jalur James

82
83
LGL

84
Pre-eksitasi Jalur Mahaim

 Jalur Mahaim dimulai dari berkas His


 Interval PR tidak terpengaruh

 Jalur Mahaim mengawali aktivitas


pada sebagian ventrikel → gelombang
delta

85
Gambaran EKG pada Jalur
Mahaim

 Interval PR normal
 Terdapat gelombang delta
 Kompleks QRS melebar

86
Pre-eksitasi jalur Mahaim
Jalur 1 : jalur normal
Jalur 2 : jalur Mahaim
87
Thank You

88

Anda mungkin juga menyukai