Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental

dan sosial secara lengkap yang berhubungan dengan system reproduksi

dan fungsi-fungsi serta prosesnya salah satunya menjaga personal hygine

saat menstruasi, kurangnya akan menimbul penyakit ISK (infeksi saluran

kemih ), kanker serviks, kanker rahim, demam, radang pada vagina, gatal

gatal pada kulit vagina, keputihan dan rasa sakit pada bagian bawah

perut.(Frisca, 2012)

Pendidikan kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang

perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, terutama pada masa

remaja, kurangnya pengetahuan seorang remaja wanita dalam kebersihan

alat genitalia pada menstruasi cendrung akan menyebabkan ISK karna

jamur dan bakteri dapat berkembang biak di dalam organ kelamin wanita

dalam kondisi lembab (Proverawati, 2009)

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2008

kejadian akibat infeksi alat reproduksi sekitar 4 juta pertahun, 75%

ditemukan di negara berkembang dan 15% di negara maju. Sedangkan

pada tahun 2012 jumlah penderita baru sekitar 5 juta pertahun dan terdapat

di negara berkembang 80% sedangkan di negara maju 25%. Penyakit

yang ditimbulkan dari kurangnya personal hygine menstruasi yaitu kanker


rahim 77%, ISK 68%, gatal-gatal kulit vagina 45%, keputihan 40%,

radang pada permukaan vagina 35% dan demam 15% (WHO, 2013).

Di Indonesia sendiri ada Beberapa penyakit ginekologi dan

gangguan kesehatan reproduksi perempuan seperti kemandulan 20%,

keputihan 15%, kanker rahim 35% , kanker serviks 52%, dan kandididasis

5% (Depkes, 2013).

Berdasarkan survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), pada

tahun 2007 tingkat kejadian infeksi alat reproduksi mencapai 20/100.000

dari jumlah penduduk Indonesia sedangkan pada tahun 2012 terjadi

peningkatan sekitar 60/100.000 terinfeksi alat reproduksi. Artinya,setiap

tahun selama periode 2007-2012 terjadi peningkatan kejadian infeksi alat

reproduksi yang di sebabkan kurangnya personal hygine (SDKI, 2O12).

Jumlah penduduk Provinsi Riau tahun 2010 sekitar 76 juta jiwa,

terdiri dari 28 juta jiwa laki laki dan 26 juta jiwa perempuan. jumlah

penduduk lansia sebesar 6,245 juta jiwa. Dewasa sebesar 7,365 juta jiwa,

remaja sebesar 8,747 juta jiwa, anak-anak 4,891 juta jiwa dan balita 3,657

juta jiwa (BKKBN, 2012).

Setelah lahir kehidupan wanita dapat dibagi dalam beberapa masa,

yakni masa bayi, masa kanak-kanak,masa remaja, masa reproduksi,

klimakterium dan masa senium. Masa remaja merupakan masa peralihan

antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Remaja pada wanita mulai

kira-kira pada umur 9-15 tahun. Pada saat itu mereka tidak hanya tumbuh

menjadi lebih tinggi dan lebih besar, tetapi juga terjadi perubahan-
perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk berproduksi.

Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan diikuti munculnya tanda-tanda

seks primer dan seks sekunder. Seks primer pada remaja wanita sebagai

tanda kematangan organ reproduksi adalah ditandai dengan datangnya

menstruasi (menarche), sedangkan tanda seks sekunder pada remaja

wanita ditandai dengan pinggul membesar,tumbuh bulu-bulu halus

disekitar ketiak dan vagina dan pertumbuhan payudara (Proverawati,

2009).

Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal

remaja dalam berprilaku sehat dan bertanggung jawab, namun tidak semua

remaja memproleh informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan

reproduksi. Keterbatasan pemahaman dan pengetahuan ini dapat

membawa remaja kearah prilaku beresiko (Intan Kumalasari, 2012).

Remaja putri yang sudah matang alat reproduksi maupun hormon-

hormon dalam tubuhnya akan mengalami menstruasi (menarche). Setiap

bulan remaja melepaskan satu sel telur dari salah satu ovariumnya. Bila sel

telur ini tidak mengalami pembuahan maka akan terjadi perdarahan

(menstruasi). Saat wanita tidak mampu lagi melepaskan ovum karena

sudah habis tereduksi, menstruasi pun menjadi tidak teratur lagi,sampai

kemudian terhenti sama sekali. Masa ini disebut menopause (Salemba

medika, 2011).
Pengetahuan tentang menstruasi sangat dibutuhkan oleh remaja

putri. Masalah fisik yang mungkin timbul dari kurangnya pengetahuan itu

adalah kurangnya personal hygiene sehingga dapat beresiko untuk

terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK). kejadian ISK pada wanita 3-4 kali

dibandingkan pada laki-laki. Diduga salah satu faktor penyebabnya adalah

karena uretra wanita lebih pendek daripada laki-laki. Selain itu kesulitan

yang lain yang timbul adalah dalam proses perawatan diri yaitu personal

diri saat menarche. Hal ini dapat timbul karena sikap tertutup masyarakat

dan lingkungan. Remaja putri yang sebelumnya pernah mengalami ISK

akan mengalami kelainan struktur saluran kemih. ISK juga akan

mengganggu sirkulasi dengan terbentuknya jaringan parut yang

merupakan faktor predisposisi terjadinya gagal ginjal kronik dan hipertensi

(Vivian, 2011)

Secara psikologi dan fisik, wanita memilik perbedaan dengan kaum

pria. Kaum wanita lebih memiliki sensitifitas baik secara psikologis

maupun dari kondisi fisiknya. Oleh karna itu, ada beberapa bagian tubuh

dari wanita yang memerlukan penanganan usus agar tetap dalam kondisi

sehat. Salah satu bagian yang sensitif tersebut terletak pada bagian

kelamin wanita yang terdidri dari organ kelamin luar yaitu Mons

Venerius, Labia mayora, Labia Minora, Klitoris, Vulva, Vestibulum,

Introitus Vagina, Hymen, Orifisium Urethra Eksterna, Perineum.

Sedangkan organ kelamin bagian dalam adalah Vagina, Uterus, Tuba

Valopi, Ovarium (Fania Burhani, 2012).


Dari penelitian Iia Lisniati (2012) menunjukkan kecenderungan

bahwa Infeksi Saluran Kemih (ISK), disebabkan karena kurangnya

pengetahuan seorang wanita dalam menjaga kebersihan terutama

kebersihan kewanitaan pada saat menstruasi sehingga virus tersebut akan

berkembangbiak didalam organ kelamin wanita yang dalam kondisi

lembab. Masalah fisik yang mungkin timbul dari kurangnya pengetahuan

adalah kurangnya personal hygiene sehingga beresiko untuk terjadinya

infeksi saluran kemih (ISK).

Personal hygiene merupakan pengetahuan,sikap dan tindakan

proaktif untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya

penyakit,melindungi diri dari ancaman penyakit (Eny ratna, 2010).

Personal hygiene saat mentruasi dapat dilakukan dengan cara mengganti

pembalut setiap 4 jam sekali dalam sehari. Setelah mandi atau buang air

vagina dikeringkan dengan tissue atau handuk agar tidak lembab.

Pemakain celana dalam yang baik terbuat dari bahan yang mudah

menyerap keringat (Solita, 2008).

Perilaku higienis merupakan hal penting yang perlu ditelaah secara

mendalam, hal ini karena berdasarkan kajian teoritis yang ada, salah satu

upaya mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri

dengan perilaku higienis. Namun demikian perilaku higienis pada saat

menstruasi tidak akan terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses

yang dipelajari karena individu mengerti dampak positif dan negatif suatu

perilaku yang terkait dengan keadaan menstruasi (Indriastuti, 2009).


Jika remaja putri melakukan perilaku higienis pada saat menstruasi

maka akan terhindar dari kanker rahim, merasa nyaman beraktivitas,

percaya diri, bersemangat dan tidak malas-malasan lagi, tidak dijauhi

teman karena badan bau amis dan tidak mempercayai mitos-mitos yang

beredar di masyarakat karena sudah memahami kebenarannya. Sedangkan

apabila perilaku higienis ini tidak dilakukan maka remaja putri kurang

peduli akan kebersihan alat reproduksi, tidak menjaga penampilan dan

kesehatan pada saat menstruasi, dapat beresiko terkena kanker rahim,

keputihan, gatal-gatal pada daerah kemaluan,serta berkembang nya bakteri

dan jamur yang menyebabkan terjadinya peradangan atau infeksi pada

organ reproduksi (Salemba medika, 2009).

kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi yang sehat yang

menyangkut system, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh

remaja. Kesehatan Reproduksi Remaja didefinisikan sebagai suatu

keadaan sehat jasmani, psikologis, dan sosial yang berhubungan dengan

fungsi dan proses sistem reproduksi pada remaja. Pengertian sehat tersebut

tidak semata-mata berarti terbebas dari penyakit atau permasalahan,

namun juga sehat secara mental serta sosial-kultural. Pada masa ini

seorang anak mengalami kematangan biologis. Kondisi ini dapat

menempatkan remaja pada kondisi yang rawan bila mereka tidak dibekali

dengan informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai

faktor yang ada di sekitarnya ( Salemba Medika, 2011)


Berdasarkan data jumlah siswi SMAN kelas XII sebanyak 10

sekolah di Kabupaten Kampar yang memiliki siswi terbanyak yang

terdata di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kampar dapat dilihat pada

tabei berikut:

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Siswi Kelas X1I SMAN 2 Tambang di


Kabupaten Kampar

NO KECAMATAN JUMLAH SISWI


1 SMA N 1 Bangkinang 189 Orang
2 SMA N 2 bangkinang 205 Orang
3 SMA N 2 Siak Hulu 207 Orang
4 SMA N 1 Kampar Timur 187 Orang
5 SMA N 1 Kampar 175 Orang
6 SMA N 1 Tapung Hulu 120 Orang
7 SMA N 3 Tambang 119 Orang
8 SMA N 2 Tambang 118 Orang
9 SMA N 1 Tambang 97 Orang
10 SMA N 1 Kampar Kiri Tengah 115 Orang
Sumber : Data Dinas Pendidikan Kabupaten Kampar Tahun 2015

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah siswi kelas XII

SMAN 2 Bangkinang temasuk dalam urutan yang ke 3 dengan jumlah

siswi 189 orang dan SMAN 2 Tambang dengan jumlah siswi 118 orang.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti di 5 sekolah

dengan membagikan kuesioner kepada 10 siswi dari setiap sekolah, data

yang di dapatkan yaitu: SMAN 1 Bangkinang: 7 orang berpengetahuan

cukup, 1 orang berpengetahuan baik dan 2 orang berpengetahuan kurang.

SMAN 2 Bangkinang: 8 orang berpengetahuan cukup, 1 orang

berpengetahuan baik dan 1 orng berpengetahuan kurang. SMAN 1

Kampar: 6 orang berpengetahuan kurang, 3 orang berpengetahuan cukup,

1 orang berpengetahuan baik. SMAN 3 Tambang: 5 orang berpengetahuan

kurang, 3 orang berpengetahuan cukup dan 1 orang berpengetahuan baik.


SMA N 2 Tambang: di dapat data bahwa 7 orang berpengetahuan kurang,

2 orang berpengetahuan cukup, dan 1 orang berpengetahuan baik.

Sehingga dari latar belakang maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengetahuan Remaja Putri

Tentang Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi di SMAN 2

Tambang Tahun 2015”.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

rumusan masalah penelitian “Bagaimanakah Pengetahuan Siswi Kelas XII

Tentang Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi di SMAN 2 Tambang

Tahun 2015?”

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan siswi kelas XII tentang personal

hygiene pada saat menstruasi di SMAN 2 Tambang tahun 2015

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan siswi tentang pengertian

personal hygiene pada saat menstruasi.

b. Untuk mengetahui pengetahuan siswi tentang cara menjaga

personal hygiene pada saat menstruasi.

c. Untuk mengetahui pengetahuan siswi tentang manfaat menjaga

personal hygiene pada saat menstruasi.


d. Untuk mengetahui pengetahuan siswi tentang penyakit yang

timbul apabila tidak menjaga personal hygiene pada saat

menstruasi.

C. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang

pesonal hygiene pada saat menstruasi serta dapat mengaplikasikan

ilmu yang di peroleh selama mengikuti pendidikan serta untuk

menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dalam melakukan

penilitian dan sebagai masukan yang dapat di jadikan sebagai

sumbangan pemikiran dan perbandingan bagi peneliti di masa yang

akan datang.

2. Aspek Praktis

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi praktisi

kesehatan dan pemerintah agar lebih memperhatikan masalah

personal hygiene pada saat menstruasi sehingga dapat mengatasi

infeksi yang terjadi pada saluran reproduksi pada saat menstruasi dan

dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi pada saluran reproduksi.


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Dasar Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

(Notoatmodjo, 2007)

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2007) pengetahuan yang mencakup

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan,ini adalah

meningkatkan kembali terhadap suatu yang spesifik diseluruh

bahan yang di pelajari atau rangsangan yang diterima,kriteria

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang diterima.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain : menyebut, Menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya.


b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui, dan

dapat menginterprestasi kan materi tersebut secara benar contoh :

menyimpan,meramaikan,dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dam

kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau pengguna hukum-hukum,rumus,metode,prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lalu.

d. Analisa (Analysist)

Analisa adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

didalam struktur organisasi tersebut,dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk bagian-bagian

didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun sintesis yang

ada misalnya dapat menyusun,merencanakan,meringkas terhadap

suatu rumusan materi atau rumusan yang ada.


f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemauan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian suatu materi atau objek penilaian

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri,atau

menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut (health, 2009), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang,antara lain :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi

maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan

informasi,baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin

banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan

dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,maka

orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun

perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak

berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan


pengetahuan tidak mutlak diproleh di pendidikan formal, akan

tetapi juga dapat diproleh pada pendidikan nonformal.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga

mengandungdua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua

aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang

terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dan obyek

yang diketahui,akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap

obyek tertentu.

b. Media Massa / Informasi

Informasi yang diproleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

(immediate impact). Sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia

bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sara

komunikasi,berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio,surat kabar,majalah dan lain sebagainya mempunyai

pengaruh besar terhadap penbentukan opini dan kepercayaan

orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya.

c. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya


walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu,sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Tempat Tinggal

Tempat tinggal adalah keberadaan individu bernaung atau

tinggal di sebuah rumah yang ditempati sehari-hari. Tempat

tinggal yang dimaksud adalah tempat tinggal bersama orang tua,

kost, atau menumpang pada rumah orang lain.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memproleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diproleh dalam memecah kan masalah

yang dihadapi masa lalu.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dari pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya,sehingga pengetahuan yang

diprolehnya semakin membaik.


B. Konsep Dasar Remaja

1. Pengertian

Remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek

fisik,psikis dan psikososial (Proverawati, 2009). Perkembangan pada

remaja putri ditandai dengan adanya menstruasi (menarche).

Menstruasi pertama menandakan bahwa remaja putri sudah siap untuk

hamil (Sarwono, 2010)

Memasuki usia remaja, beberapa jenis hormon, terutama

hormon estrogen dan progesteron mulai berperan aktif sehingga pada

diri anak perempuan mulai tumbuh payudara, pinggul melebar dan

membesar sehingga tidak terlihat seperti anak kecil lagi. Disamping

itu akan mulai tumbuh rambut-rambut halus di daerah ketiak dan

kemaluan.

2. Penggolongan Remaja

a. Menurut (Dariyo, 2008), penggolongan remaja terbagi 3 tahap

yaitu :

1) Remaja awal (usia 13-14 tahun)

2) Remaja tengah (usia 15-17 tahun)

3) Remaja akhir (usia 18-21 tahun)


b. Golongan remaja menurut efendi dan makhfudin (2009) masa

remaja di bagi menjadi 3 berdasarkan umur yaitu :

1) Masa remaja awal (10-13 tahun)

2) Masa remaja tengah (14-16 tahun)

3) Masa remaja akhir (17-19 tahun)

3. Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik,mental dan

sosial yang utuh bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan

dalam sebagian hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi,fungsi

serta prosesnya (Sarwono, 2007)

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang

menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang sehat secara

mental serta sosial kultural.

Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki

informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai

fakror yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar,

diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung

jawab mengenai proses reproduksi (Notoatmodjo, 2007).

C. Menstruasi

1. Pengertian

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan

siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium

(Proverawati, 2009).
Menstruasi adalah salah satu proses alami seorang perempuan

yaitu proses deskuamasi atau pengikisan dinding rahim bagian dalam

(endometrium) yang keluar melalui vagina (suwarni, 2009).

2. Siklus Menstruasi

Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28

hari,walaupun hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita

memiliki siklus menstruasi yang sama,kadang-kadang siklus terjadi

setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya menstruasi rata-rata terjadi 5

hari, tetapi ada juga yang 2 hari ataupun 7 hari. Umumnya darah yang

hilang akibat menstruasi adalah 10 ml hingga 80 ml per hari tetapi

biasanya dengan rata-rata 35 ml per harinya (Wikipedia, 2011).

Usia sangat mempengaruhi panjangnya siklus menstruasi

seseorang. Pada usia 12 tahun,siklus menstruasi biasanya berlangsung

selama 32 hari. Menginjak 34 tahun, siklus berkurang menjadi 27 hari.

Selanjutnya jika berusia diatas 50 tahun, rentang periode mentruasi

bisa mencapai 52 hari (Everett, 2008).

Sedangkan penyebab perbedaan panjangnya siklus menstruasi

antara bulan lalu dengan bulan ini atau bulan depan, biasanya

disebabkan oleh tidak seimbangnya hormon estrogen dan progesteron

karena penyakit tertentu, stress karena beban kerja atau keluarga, atau

bisa juga disebabkan kondisi badan yang sedang lemah karena terlalu

diporsir untuk menepati beragam aktivitas. Lamanya siklus haid yang

normal adalah 28 hari atau dikurangi sampai 3 hari.


3. Fase-Fase Menstruasi

Menurut (Proverawati, 2009), siklus mentruasi dibagi atas empat

fase, yaitu :

a. Fase menstruasi

Yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak di

buahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat

diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan

progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi

tidak ada.

b. Fase profilerasi

Fase ini ditandai dengan menurunnya hormon progesteron

sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH

dan merangsang folikel dalam ovarium,serta dapat membuat

hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang

menjadi folikel de graaf yang masak dan menghasilkan hormon

estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen

dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding

endometrium yang robek.

c. Fase ovulasi

Fase ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya

sel ovum pada hari ke 14 sesudah menstruasi. Sel ovum yang

matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut

dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi


untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk

mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh

darah.

d. Fase pasca ovulasi

Fase ini ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan

menghilang dan berubah menjadi corpus albicans yang berfungsi

untuk menghambat sekresi hormone estrogen dan progesteron

sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan

terhentinya sekresi progesteron maka penebalan dinding

endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium

mengering dan robek.

4. Perawatan Organ Reproduksi Pada Saat Menstruasi

Menjelang atau disaat menstruasi, Sebagian besar wanita secara

normal akan mengalami keluarnya lendir keputihan. Jadi bisa

dibayangkan, cairan keputihan yang keluar beberapa hari menjelang

menstruasi dan dilanjuti dengan keluarnya darah menstruasi, tentunya

kondisi seperti ini akan meningkatkan resiko terganggunya

keseimbangan kelembaban di daerah vagina terlebih jika wanita tidak

memperhatikan kebersihan daerah vagina dengan baik sehingga

muncullah beragam keluhan seperti yang tertera di atas (Proverawati,

2009).
Menurut (Ambarwati, 2010), hal-hal yang perlu diperhatikan oleh

remaja wanita saat mentruasi,antara lain :

a. Menjaga kebersihan dengan mandi dua kali sehari menggunakan

sabun mandi biasa. Hati-hati saat membersihkan organ reproduksi.

Bagian dalam vagina tidak perlu dibersihkan dengan menggunakan

sabun atau zat kimia karena akan bersih dengan sendirinya secara

alamiah. Bila hal tersebut dilakukan dapat menimbulkan terjadinya

iritasi bagian dalam.

b. Mengganti pembalut minimal empat kali sehari terutama sehabis

buang air kecil, (jika kurang dari empat kali atau mengganti

pembalut lebih dari 6 jam sekali,hal ini dapat menyebabkan bakteri

yang ada dalam darah yang sudah keluar itu berubah menjadi

ganas,dan bisa kembali masuk ke dalam vagina sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya infeksi bahkan kanker.

c. Pada saat menstruasi, gunakan pembalut yang berbahan lembut,

menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang bisa

membuat alergi (misalnya parfum atau gel) dan merekat dengan

baik pada celana dalam.

d. Bersihkan organ kewanitaan dari arah depan kebelakang guna

mencegah penyebaran bakteri dari anus ke vagina.

e. Sebaiknya gunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun, karena

bahan ini dapat menyerap keringat sehingga tidak membuat daerah

kewanitaan kita kepanasan dan lembab.


D. Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi

1. pengertian

Personal hygiene pada saat mentruasi merupakan komponen

personal hygiene (kebersihan perorangan) yang memegang peranan

penting dalam status perilaku kesehatan seseorang,termasuk

menghindari adanya gangguan pada fungsi alat reproduksi. Pada saat

mentruasi pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi. Oleh

karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena dalam

status perilaku kesehatan seseorang,termasuk menghindari adanya

gangguan pada fungsi alat reproduksi. Pada saat menstruasi pembuluh

darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi. Oleh karena itu kebersihan

alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan

dapat menimbulkan Infeksi Saluran Reproduksi. (Kebidanan kita,

2010).

Personal hygiene pada saat menstruasi adalah perawatan diri

sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara

fisik maupun psikologis. Pemenuhan perawatan diri pada saat

menstruasi dipengaruhi berbagai faktor antaranya budaya, nilai sosial

pada individu atau keluarga. ( Musrifatul, 2008 )

2. Tujuan Personal Hygiene

Tujuan dari perawatan selama menstruasi adalah untuk

pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan

selama masa menstruasi sehingga mendapatkan kesejahteraan fisik dan


psikis serta dapat meningkatkan derajat kesehatan seseorang

(Ambarwati, 2010).

Menurut A.aziz hidayat ( 2008), tujuan personal hygiene adalah

a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang.

b. Memperbaiki personal hygiene yang kurang.

c. Memelihara kebersihan diri seseorang.

d. Menciptakan keindahan.

e. Meningkatkan rasa percaya diri.

f. Pemenuhan kebutuhan diri dan lingkungan.

3. Menurut Laksmana (2002), langkah-langkah melakukan personal

hygiene yang benar pada daerah kewanitaan antara lain :

a. Mencuci bagian luar organ seksual setiap buang air kecil ataupun

buang air besar membassuh dari arah depan ke belakang.

b. Menggunakan air yang bersih untuk mencuci organ reproduksi

c. Mengganti celana dalam sehari 2 kali, memakai pakaian dalam

berbahan katun, untuk mempermudah penyerapan keringat.

d. Mengganti pembalut secara teratur 3-4 kali per hari atau setiap 6

jam sekali.

e. Membiasakan diri mencukur rambut disekitar daerah kemaluan,

untuk menghindari tumbuhnya bakteri yang menyebabkan gatal

pada daerah reproduksi.


4. Manfaat personal hygiene pada saat menstruasi

Jika remaja putri melakukan perilaku higienis pada saat

menstruasi maka akan terhindar dari kanker rahim,merasa nyaman

beraktivitas, percaya diri, bersemangat dan tidak malas-malasan lagi,

tidak dijauhi teman karena badan bau amis dan tidak mempercayai

mitos-mitos yang beredar di masyarakat karena sudah memahami

kebenarannya, serta terciptanya hidup sehat baik itu secara jasmani

maupun rohani (Salemba medika S, 2009).

5. Dampak Kurangnya Personal Hygiene Pada Saat Mentruasi

a. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

b. Kanker rahim

c. Kanker servic

d. Demam

e. Radang pada permukaan vagina

f. Gatal-gatal pada kulit vagina

g. Keputihan

h. Rasa sakit pada bagian bawah perut

E. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Widya Ningsih (2006), judul penelitian

ini adalah Pengaruh Pemahaman Tentang Menstruasi Dengan

Higienitas Menstruasi (sebuah study pada siswi sekolah dasar negeri

kecamatan kertosono), dengan sampel 42 orang. Penelitian ini


menggunakan metode Kuantitatif dengan desain penelitian Cross

Sectional. Hasil penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan antara

pemahaman remaja tentang menstruasi dengan higienitas menstruasi.

Ini dibuktikan juga dengan hasil analisis menggunakan rumus

chisquer, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara

pemahaman tentang menstruasi dengan praktek remaja dalam menjaga

higienitas menstruasi dengan nilai p=0,031 (p<0,05). Persamaan

dengan penelitian ini sama-sama ingin mencari pemahaman atau

pengetahuan siswi tentang menstruasi. Perbedaan dengan penelitian ini

terletak pada topik penelitian Widya Ningsih menjelaskan tentang

pengaruh pemahaman tentang menstruasi dengan higienitas

menstruasi. Sedangkan topik penelitian ini menjelaskan tentang

pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene pada saat

menstruasi di SMA N 2 Tambang Kabupaten Kampar.

2. Penelitian yang dilakukan iis lisniati (2008), yang berjudul kebersihan

alat kelamin pada menstruasi di subang. Penelitian yang di lakukan

untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang kebersihan

alat kelamin pada saat menstruasi. Jenis penilitian menggunakan

desain deskriptif sederhana. Subjek dalam penilitan ini adalah siswi

SMP 1 taufiqurrahman tahun 2008. Pengambilan data menggunakan

motode pengisian kuesioner oleh responden. Analisa ,rata-rata umur

siswi SMP 1 taufiqurrohman adalah 12-16 tahun (95%), rata-rata siswi

yang mengalami menstruasi pertama pada umur 11 tahun (95%), siswi


yang memiliki pengetahuan rendah tentang kebersihan alat kelamin

(57,6%), siswi yang berpengetahuan cukup tentang perawatan area

genetalia pada menstruasi (56,5%). Persama penelitian ini adalah

sama-sama membahas kebersihan organ kewanitaan pada saat

menstruasi, sedangkan perbedaannya terletak pada judul penelitian,

variabel penelitian, dan teknik pengambilan sampel.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Deskriptif yaitu untuk

melihat tingkat pengetahuan siswi kelas XII SMAN 2 Tambang Kabupaten

Kampar tentang personal hygiene pada saat menstruasi (Notoatmodjo, 2005).

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 2 Tambang Kabupaten Kampar

pada 08 Juli 2015.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/ subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Hidayat, 2010).

Populasi dalam penilitian ini adalah semua siswi kelas XII di SMAN 2

Tambang yang berjumlah 86 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang telah diteliti (Hidayat, 2007).

Sampel pada penelitian ini adalah siswi kelas XII SMAN 2 Tambang

Kabupaten Kampar dengan jumlah siswa 86 orang dengan kriteria

sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah kriteria di mana subjek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat, adapun

kriteria sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Siswi kelas XII SMAN 2 Tambang Kabupaten Kampar.

2) Menyatakan bersedia menjadi responden dengan

menandatangani surat persetujuan peserta penelitian.

3) Berada di ruangan kelas XII SMAN 2 Tambang Kabupaten

Kampar pada saat penelitian dilakukan.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi merupakan kriteria di mana subjek penelitian

tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai

sampel penelitian, adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah :

1) Siswi kelas XII SMAN 2 Tambang Kabupaten Kampar yang

sudah berhenti pada saat penelitian akan dilakukan.

2) Siswi kelas XII SMAN 2 Tambang Kabupaten Kampar yang

berhalangan sakit pada saat penelitian dilakukan.

3) Siswi kelas XII SMAN 2 Tambang Kabupaten Kampar yang

berhalangan tanpa keterangan, dan izin.


D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total populasi

yaitu dengan seluruh jumlah populasi akan di jadikan sampel yang ada di

SMAN 2 Tambang Kabupaten Kampar. Jumlah sampel pada penelitian ini

yaitu berjumlah 86 responden.

E. Prosedur Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneiliti akan mengumpulkan data

melalui prosedur sebagai berikut :

1. Mengajukan surat permohonan izin kepada institusi STIKes Tuanku

Tambusai Riau untuk mengadakan penelitian di SMAN 2 Tambang

Kabupaten Kampar.

2. Setelah dapat surat izin, peneliti memohon izin kepada kepala sekolah

SMAN 2 Tambang Kabupaten Kampar untuk melakukan penilitian

terhadap siswi SMAN 2 Tambang Kabupaten Kampar.

3. Peneliti akan memberikan informasi secara lisan dan tulisan tentang

maanfaat dan etika penelitian serta menjamin kerahasiaan responden.

4. Jika siswi bersedia menjadi responden, maka mereka harus

menenandatangani surat persetujuan menjadi responden yang diberikan

peneliti.

5. Setelah responden menjawab semua pertanyaaan, maka kuesiner

dikumpulkan untuk dianalisa dan dikelompokkan.

6. Mengolah data hasil penelitian

7. Melakukan seminar hasil penelitian


F. Etika penelitian

Dalam melakukan penilitian, peniliti mengajukan permohonan kepada

Kepala Sekolah SMAN 2 Tambang Kabupaten Kampar dan Kepala Dinas

Pendidikan untuk mendapatkan persetujuan, kemudian kuesioner diserahkan

kepada subjek yang diteliti.

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden tujuannya

subjek mengetahui maksud dari pengumpulan data, jika subjek bersedia

diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan, dan kalau subjek

menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghargai haknya

2. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencamtumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh

peneliti (hidayat, 2007)

G. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan

kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda.


H. Teknik Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, data yang diperoleh diolah

terlebih dahulu, Tujuannya untuk menyederhana seluruh data yang

terkumpul. Dalam proses pengolahan data ini akan dilakukan secara manual,

dengan langkah-langkah yang harus di tempuh diantaranya :

1. Editing

Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan dan dapat dilakukan pada tahap setelah data terkumpulkan.

2. Coding

Data yang sudah terkumpul di klarifikasikan dan diberi kode untuk

masing-masing kelas dalam kategori yang sama.

3. Tabulating

Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master

tabel, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana SMA N 2

Tambang Kabupaten Kampar.

I. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati,sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Hidayat, 2007)


Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Skala Kriteria nilai


operasional
1 pengetahuan Pengetahuan Kuesioner Ordinal Baik :jika responden mampu
siswi tentang dengan 20 menjawab pertanyaan
personal pertanyaan 16-20 dengan benar
hygiene pada (76-100%)
saat Cukup:jika responden mampu
menstruasi menjawab pertanyaan
di SMA N 2 12-15 dengan benar
Tambang (56-75%)
Kabupaten Kurang:jika responden
Kampar mampu menjawab
pertanyaan 0-11
dengan benar (≤56%)
2 Pengertian Penjelasan Kuesioner Ordinal Baik :jika responden
personal tentang dengan 4 mampu menjawab
hygiene pada personal pertanyaan pertanyaan 3-4
saat hygiene pada dengan benar (76-
menstruasi saat 100%)
menstruasi Cukup :jika responden
mampu menjawab
pertanyaan 2 dengan
benar (56-75%)
Kurang:jika responden
mampu menjawab
pertanyaan 0-1
dengan benar (≤56%)
3 tujuan Penjelasan Kuesioner Ordinal Baik :jika responden mampu
personal tentang cara dengan 5 menjawab pertanyaan
hygien pada yang tepat pertanyaan 4-5 dengan benar
saat menjaga (76-100%)
meenstruasi personal Cukup :jika responden
hygiene pada mampu menjawab
saat pertanyaan 2-3
menstruasi dengan benar (56-
75%)

Kurang: jika responden


mampu menjawab
pertanyaan 0-1
dengan benar
(≤56%)
4 Akibat tidak Penjelasan Kuesioner Ordinal Baik :jika responden mampu
melakukan tentang dengan 6 menjawab
personal manfaat pertanyaan pertanyaan 4-6
hygiene pada pentingnya dengan benar (76-
saat personal 100%)
menstruasi hygiene pada
saat Cukup :jika responden
menstruasi mampu menjawab
pertanyaan 2-3
dengan benar (56-
75%)
Kurang: jika responden
mampu menjawab
5. Cara Penjelasan Kuesioner Ordinal pertanyaan 0-1
menjaga tentang dengan 5 dengan benar
personal penyakit pertanyaan (≤56%)
hygiene pada yang timbul Baik :jika responden mampu
saat apabila tidak menjawab pertanyaan
menstruasi merawat 4-5 dengan benar
personal (76-100%)
hygiene pada Cukup :jika responden
saat mampu menjawab
menstruasi pertanyaan 2-3
dengan benar (56-
75%)
Kurang:jika responden
mampu menjawab
pertanyaan 0-1
dengan benar (≤56%)

j. Analisa Data
Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah secara

univariat yaitu analisa yang hanya meliputi satu variabel yang bertujuan

menggambarkan frekuensi dan persentase hasil dari penelitian yang nantinya

dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pembahasan dan kesimpulan

(Notoatmodjo, 2010).

Analisa data dilakukan dengan menggunakan rumus :

P= x 100%

Keterangan :

P = Presentasi
F = Frekuensi

N = Jumlah pertanyaan

Hasil pengukuran pengetahuan dipersentasikan dengan menggunakan

kriteria sebagai berikut :

a. Baik : bila didapatkan hasil 76–100%

b. Sedang : bila didapatkan hasil 56-75%

c. Kurang : bila didapatkan hasil dibawah ≤65


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan Remaja putri

tentang Personal Hygiene pada saat menstruasi di kelas XII SMA N 2 Tambang,

dengan jumlah responden 86 orang, setelah kueisioner dikumpulkan dan analisa

secara manual maka selanjutnya hasil penelitian dapat disajikan dalam bentuk

tabel sebagai berikut:

A. Data Umum

1. Berdasarkan Umur

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

No Umur Jumlah Persentase (%)


1 16 24 27,92
2 17-18 50 58,13
3 19 12 13,95
Total 86 100

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

berumur 17-18 tahun yaitu sebanyak 50 orang (58,13%).

2. Berdasarkan Tempat Tinggal

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tempat tinggal

No Tempat tinggal Jumlah Persentase (%)


1 Dengan orang tua 37 43,02
2 Tidak dengan orang tua 49 56,98
Total 86 100

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tinggal

tidak dengan orang tua yaitu sebanyak 49 orang (56,98%).


3. Berdasarkan Informasi

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Informasi

No Informasi Jumlah Persentase (%)


1 Mendapat informasi 36 41,86
2 Tidak mendapat 50 58,14
informasi
Total 86 100

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden tidak mendapatkan informasi tentang personal

hyegine yaitu sebanyak 50 orang (58,14%).

B. Data Univariat

1. Pengetahuan tentang pengertian personal hygiene pada saat

menstruasi

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang


pengertian personal hygiene pada saat menstruasi
No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
1 Baik 21 24,4
2 Cukup 40 46,5
3 Kurang 25 29,1
Jumlah 86 100

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang

pengertian personal hygiene pada saat menstruasi sebagian besar responden

berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 40 orang (46,5%).


2. Pengetahuan tentang cara menjaga personal hygiene pada saat

menstruasi

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang cara


menjaga personal hygiene pada saat menstruasi

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)


1 Baik 6 6,9
2 Cukup 30 34,8
3 Kurang 50 58,3
Jumlah 86 100

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang

cara menjaga personal hygiene pada saat menstruasi sebagian besar

responden berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 50 orang (58,3%).

3. Pengetahuan tentang tujuan personal hygiene pada saat menstruasi

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang tujuan


personal hygiene pada saat menstruasi

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)


1 Baik 9 10,4
2 Cukup 22 25,5
3 Kurang 55 64,1
Jumlah 86 100

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang

tujuan personal hygiene pada saat menstruasi sebagian besar responden

berpengetahuan kurang yaitu 55 orang (64,1%).


4. Pengetahuan tentang akibat yang ditimbulkan jika personal hygiene

kurang pada saat menstruasi

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi pengetahuan responden akibat yang


ditimbulkan jika personal hygiene kurang pada saat
menstruasi
No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
1 Baik 14 16,2
2 Cukup 32 37,2
3 Kurang 40 47,6
Jumlah 86 100

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang

akibat yang di timbulkan kurangnya personal hygiene pada saat menstruasi

sebagian besar responden berpengetahuan cukup yaitu 40 orang (47,6%).

5. Pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene pada saat

menstruasi

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang personal


hygiene pada saat menstruasi

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)


1 Baik 6 6,9
2 Cukup 30 34,8
3 Kurang 50 59.3
Jumlah 86 100

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden personal

hygiene pada saat menstruasi sebagian besar responden berpengetahuan

kurang yaitu sebanyak 50 orang (59,3%).


BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan penelitian

Dari hasil penilitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa sebanyak 50

orang responden (59,3%) memiliki pengetahuan kurang tentang persoanal

hygiene pada saat menstruasi, sebagian besar pengetahuan responden

berkatagori kurang, hal ini disebabkan karena sebagian besar responden

umurnya 16-17 tahun. Daya ingat seseorang salah satu dipengaruhi oleh

umur.

Umur dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang karena semakin tua

umur seseorang maka proses-proses mentalnya bertambah baik. Dari urain ini

dapat simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh

pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya. Bahwa usia > 20 tahun

pengetahuannya lebih baik dibandingkan usia < 20 tahun karena pola pikir

individu yang berusia > 20 tahun lebih matang dibandingkan usia < 20 tahun

(Notoadmojo, 2011).

Hal ini sesuai dengan teori ( Healt 2009) bahwa pengetahuan yang ada

pada manusia itu dipengaruhi oleh umur, daya tangkap dan pola pikir

seseorang semakin bertambah jika usia seseorang bertambah pula, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.


Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa pengetahuan sisiwi

SMA 2 Tambang juga di pengeruhi oleh tempat tinggal, dimana tempat

tinggal siswi yang terbanyak adalah tidak tinggal dengan orang tua sebanyak

49 (56,98%).

Tempat tinggal biasanya berwujud bangunan seperti rumah,tempat

berteduh, atau struktur lainnya tempat manusia tinggal. Umumnya tempat

tinggal adalah sebuah tempat tinggalnya kelurga, walaupun tempat tinngal

dapat berupa kelompok sosial lainnya, seperti orang tunggal, atau

sekelompok individu yang tidak berhubungan keluarga (winjosastro 2009).

Tempat tinggal juga merupakan salah satu fakor yang tidak sedikit

pengaruhnya terhadap hasil belajar siswi dalam proses pelaksanaan

pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya

terhadap perkembangan kepribadian siswi, sebab dalam kehidupan sehari-hari

anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana siswi itu berada

(Dina Marhami, 2012).

Hal ini sesuai dengan teori ( Aminuddin 2008 ) bahwa pengetahuan

individu salah satunya dipengaruhi oleh tempat tinggal, dimana tempat

tinggal yang baik itu adalah tinggal bersama orang tua, karna orang tua sangat

berperan penting dalam membentuk kepribadian anak serta dapat

memberikan saran dan masukan yang positif terhadap anaknya.

Dari penelitian yang dilakukan sebagian besar siswi belum pernah

mendapatkan informasi tentang personal hygiene pada saat menstruasi yaitu

sebanyak 50 (58,14%) responden.


Informasi adalah sekumpulan data atau fakta yang diorganisasi atau

diolah dengan cara tertentu sehingga mempunyai arti bagi penerima.

Informasi bisa didapatkan melalui berbagai media seperti media cetak,

elektronik dan media masa. Informasi yang didapat sangat penting untuk

menambah wawasan dan pengetahuan bagi seseorang ( Budi, 2009).

Hal ini sesuai dengan teori Wued Hery (2011) bahwa informasi sangat

berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang meskipun seseorang tersebut

memeiliki pengetahuan yang rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi

yang baik dari berbagai media misalnya TV, Radio atau surat kabar maka hal

itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erma

Wati tentang pengetahuan personal hygiene pada saat menstruasi di MTS

Diniyah Putri Pekan Baru tahun 2012, bahwa pengetahuan siswi

berpengetahuan kurang sebanyak 66 (53,17%) respondens. Dari hasil

penelitian ini pengetahuan siswi di pengaruhi oleh umur dan informasi desain

yang digunakan yaitu dengan teknik cluster sampling dengan sampel yang

digunakan 100 orang.

Menurut asumsi peneliti pengetahuan siswi berkategori kurang yaitu

sebanyak 50 (59,3%) dikarenakan kurangnya informasi siswi dan wawasan

siswi untuk mengikuti kegiatan yang ada disekolah. Dari hasil wawancara

yang dilakukan dengan siswi, siswi tidak tinggal dengan orang tua sebanyak

49 (56,98%), dimana tempat tinggal sangat berperan penting untuk

membentuk kepribadian yang baik terhadap seseorang, dan siswi juga


mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan saat ini tentang personal

hygiene pada saat menstruasi sudah benar, dengan mengganti pembalut hanya

2 kali sehari dan mereka juga mengatakan bahwa tidak ada yang

mengingatkan mereka bagaimana cara melakukan personal hygiene dengan

baik benar dikarnakan mereka kebanyakan tidak tinggal bersama orang tua.

Di dapat juga dari hasil wawancara bahwa siswi mengatakan tidak pernah

mendapat informasi atau penyuluhan tentang personal hygiene pada saat

menstruasi karena mereka sibuk dengan tugas- tugas sekolah yang ada

sehingga siswi malas mencari informasi tentang personal hygiene pada saat

menstruasi

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Deskriptif dimana peneliti terbatas pada

usaha mengungkapkan suatu masalah sehingga tidak diketahui faktor-faktor

penyebab kurangnya pengetahuan penderita tentang personal hygiene pada saat

menstruasi, khususnya pada pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene pada

saat menstruasi, tidak ditemukannya sebanyak 32 responden dikarenakan: tidak bisa

tidak hadir, pindah, selain itu penelitian ini dilakukan pada bulan puasa sehingga

para siswi banyak yang tidak hadir.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapat hasil bahwa pengetahuan

siswi kelas XII tentang personal hyegiene pada saat menstruasi

berpengetahuan kurang.

B. Saran

1. Aspek Teoritis

a. Bagi sekolah

Diharapkan pada sekolah untuk mengadakan seminar atau

penyuluhan kesehatan tentang personal hygiene khususnya personal

hygiene pada saat menstruasi agar siswi mengetahui cara menjaga alat

reproduksi dengan baik dan benar serta tahu tentang dampak yang akan

timbul jika tidak menjaga personal hygiene pada saat menstruasi.

b. Bagi Remaja Putri

Diharapkan kepada remaja putri untuk berusaha menambah wawasan

tentang personal hygiene pada saat menstruasi, sehingga akan

menambah pengetahuan dalam upaya mendeteksi dini kelainan pada

reproduksi serta pengetahuan tentang kesehatanlainnya.


c. Bagi peneliti yang akan datang

Diharapkan bagi penelitian yang akan datang dapat digunakan

sebagai data dasar serta dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

bagi mahasiswa kebidanan dan bagi peneliti selanjutnya dibidang

kesehatan, khususnya personal hygiene.

2. Aspek praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene pada saat menstruasi

agar remaja putri lebih perduli terhadap personal hygiene khususnya pada

saat menstruasi dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga

terwujudnya kesehatan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai