PENDAHULUAN
tanggap karena sifatnya dapat menular. Tuberculosis (TBC atau TB) adalah
menyerang organ tubuh lainnya. Oleh karena sifatnya yang dapat menular,
orang yang menderita TB pada tahun 2018, dan jumlah prevalensi tahunan
dari jumlah tersebut, 7 juta orang terdeteksi secara resmi dengan proporsi 44%
kawasan Eropa.
Indoneia yang terdiagnosis TB Paru oleh tenaga kesehatan ada di angka 0,4%
1
tidak berbeda dengan tahun 2013 yaitu 0,4%. Provinsi dengan prevalensi TB
Paru tertinggi terdapat terdapat pada provinsi Banten (0,8%), Papua (0,8%),
294.757 kasus atau 57,58% dan perempuan 217.166 kasus atau 42,42%.
kasus, berdasarkan jenis kelamin laki-laki 122.793 atau 60,39 dan perempuan
80.555 atau 39,61. Hasil cakupan penemuan kasus penyakit tuberkulosis dari
kasus, hasil penemuan kasus 511.873 kasus. CaseDetiction Rate (CDR) 60.7%
dan Case Notifikation Rate (CNR) per 100.000 penduduk adalah 193. Kasus
145.283 kasus atau 71,08% dan pengobatan lengkap 22.083 kasus atau
2018).
wilayah lain yaitu sebanyak 2733 kasus, Jakarta Pusat sebanyak 1451 kasus,
Jakarta Timur sebanyak 1997 kasus, Jakarta selatan sebanyak 1194 kasus,
Jakarta Utara sebanyak 663 kasus, dari total kasus TB (8.052 kasus).
tuberkulosis dan kasus ini satu-satunya kasus penyakit menular yang ada di
2
Berdasarkan data rekam medis pasien di Rumah Sakit Tebet Jakarta
diperoleh jumlah kasus TB paru yang dirawat pada tahun 2018 berjumlah 30
pasien Tahun 2019 jumlah pasien TB paru yang dirawat berjumlah 40 pasien
sedangkan jumlah pasien TB paru yang dirawat dari bulan Januari sampai
oleh perilaku yang tidak sehat. Hasil survei di Indonesia oleh Ditjen
cara penularan TB paru, 60% yang mengetahui tanda dan gejala , dan hanya
secara ekonomis paling efektif. Fokus utama DOTS adalah penemuan dan
sekret hidung agar dapat ditemukannya Basil Tahan Asam (BTA) yang positif
3
Risiko tuberkulosis paru tersebut dapat dicegah dengan peran
tanda dan gejala serta faktor risikonya (Rizana, 2016). Peran perawat yang
penularan kepada pasien dan keluarga seperti tutup mulut saat bersin dan
batuk, tida membuang daha dan ludah sembarangan, pastikan rumah memliki
sirkulasi udara yang cukup baik (Sari, 2020). Peran perawat yang ketiga
adalah secara kuratif yaitu perawat berkolaborasi dengan tim medis lain dalam
dan banyak konsumsi air putih (Rizana, 2016). Peran perawat yang keempat
pasien serta mengajarkan pasien dan keluarga untuk menjaga agar penyakit
tidak terulang kembali salah satunya dengan patuh minum obat (Herdiman,
2020)
Tebet Jakarta”.
4
ruang 4B (424) RS Tebet Jakarta?
1.3 Tujuan
kasus.
1.4 Manfaat
5
1.4.1 Bagi Perawat
Tuberculosis Paru.
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk bahan ajar sebagai salah
Tuberculosis Paru.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
kuman menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman
pewarnaan yang disebut pula Basil Tahan Asam (BTA) (Saktya Yudha, 2018).
pada 2-10 minggu. Pasca 10 minggu, akan muncul manifestasi penyakit pada
biasanya mengenai paru, meskipun semua organ dapat terkena dan penyakit
ini dapat ditularkan melalui droplet nuclei (Priscilla LeMone, dkk, 2019 ).
7
2.2 Etiologi
atau bersin dan orang lain menghirup droplet yang dikeluarkan, yang
dengan flu, penyakit ini tidak menular dengan mudah, dibutuhkan kontak
dalam waktu beberapa jam dengan orang yang terinfeksi. Misalnya, infeksi
sama. Akan sangat tidak mungkin bagi seseorang untuk terinfeksi dengan
duduk di samping orang yang terinfeksi di bus atau kereta api. Selain itu, tidak
semua orang dengan TB dapat menularkan TB. Anak dengan TB atau orang
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar
tuberkulosis, yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam
susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosa, dan bila diminum dapat
menyebabkan tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah
8
2.3 Patofisiologi
empat kemungkian terkena Tuberculosis Paru dan sumber utama yaitu pasien
dengan Tuberculosis Paru BTA positif, pada waktu batuk atau bersin, pasien
Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Orang dapat
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab (Kemenkes RI, 2016).
saluran udara. Sebagian besar bakteri terjebak dibagian atas saluran nafas
dimana sel epitel mengeluarkan lendir. Yang dihasilkan menangkap zat asing
9
2.3.1 Pathway
Nekrosi/perkejuan
Sembuh dengan
bekas fibrosis
Kavitasi kuman
Sembuh sendiri
tanpa pengobatan
Infeksi primer
(fokus ghon)
Menurut Alsagaff dan Mukty (2017) tanda dan gejala tuberkulosis dibagi atas
a) Panas Badan
kali panas badan sedikit meningkat pada siang maupun sore hari.
b) Menggigil
Menggigil dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi
c) Keringat Malam
keringat malam dapat timbul lebih dini. Nausea, takikardi dan sakit
d) Malaise
kurus, sakit kepala, mudah lelah dan pada wanita kadang-kadang dapat
11
terjadi gangguan menstruasi.
2) Gejala Respiratorik
a) Batuk
Suatu kondisi yang terjadi karena adanya iritasi pada bronchus dan
b) Sekret
Suatu bahan yang keluar dari paru sifatnya mukoid dan keluar dalam
c) Nyeri Dada
d) Ronchi
2.5 Komplikasi
fatal. Penyakit aktif yang tidak diobati biasanya menyerang paru-paru, namun
12
bias menyebar ke bagian tubuh lain melalui aliran darah. Komplikasi
tuberculosis meliputi :
2.5.1 Nyeri tulang belakang Nyeri punggung dan kekuan adalah komplikasi
lutut
2.5.3 Infeksi pada meningen (meningitis). Hal ini dapat menyebabkan sakit
berminggu-minggu
2.5.4 Masalah hati atau ginjal. Hati dan ginjal membantu menyaring limbah
dan kotoran dari aliran darah. Fungsi ini menjadi terganggu jika hati
2.6 Klasifikasi
13
a. Tuberkulosis paru.
TB di rongga dada (hilis dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa
limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak, dan tulang.
TB terakhir, yaitu
14
3) Pasien yang diobati kembali setelah putus obat (lost to follow-up)
putus berobat/default).
a. Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah sat obat OAT lini pertama
saja.
b. Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
d. Extensive drug resistan (TB XDR): adalh TB MDR yang sekaligus juga
salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (kanamisin, kapreomisin, dan
amikasin).
dengan hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART
15
atau hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB.
b. Pasien TB dengan HIV negatif : pasien TB dengan hasil tes HIV negatif
sebelumnya atau hasil tes HIV negatif pada saat diagnosis TB.
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan dahak
b. Pemeriksaan Darah
Laju endap darah sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap
aktif. Jumlah lekosit dapat normal atau sedikit meningkat pada proses
yang aktif. Dan pada penyakit tuberkulosis berat sering disertai dengan
16
defisiensi besi.
c. Uji Tuberkulin
tapi yang paling sering adalah cara dari Mantoux. Lokasi penyuntikan
uji mantoux umumnya pada 1/2 bagian atas lengan bawah kiri bagian
meragukan.
2. Pemeriksaan Radiologi
berikut:
a. Hanya 1 dan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
17
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotoraks, pleuritis
3. TB Ekstrapulmoner
a. CT-Scan
b. Endoskopi
c. Tes urin
d. Biopsi
2.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
2. Penatalaksanaan Keperawatan
18
a. Mengobservasi tanda-tanda vital
2.9.1 Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
19
Tuberculosis dijuluki the great imitator, suatu penyakit yang
darah.
dan lain-lain.
20
ini timbul apabila system pernafasan di pleura terkena TB.
(Suprapto, 2015).
paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberculosis dari organ
21
5) Riwayat penyakit keluarga
6) Riwayat psiko-sosio-spiritual
c) Pola Eliminasi
22
kebiasaan defekasi perhari, ada atau tidaknya konstipasi,
Pada pola ini ditanyakan adalah jumlah jam tidur pada malam
pada diri pasien. Cara memandang diri yang salah juga akan
23
penyakit menular.
i) Pola seksual
dengan pengobatan.
8) Pemeriksaan fisik
simetrsi/tidak.
rambut.
24
- Sistem pernafasan B1 (Breathing), palpasi trakea adanya
2008).
clubbing finger.
9) Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan dahak
25
mengevaluasi hasil pengobatan dan ini bergantung pada tipe
c) Pemeriksaan CT Scan
b) Batuk/batuk berdarah
c) Sesak nafas
d) Nyeri dada
26
auskultasi memberi suara limforik
fibrosis
27
2.9.3 Rencana Keperawatan
dengan kriteria :
Rencana tindakan :
keteraturan
28
Rasional : Untuk meningkatkan ekspansi paru secara optimal.
perlu.
pembersihan.
29
nebulizer
adekuat
Rencana tindakan :
30
b) Monitor nilai AGD.
lebih lanjut.
dengan kriteria :
Rencana tindakan :
tidak tertular.
31
b) Observasi TTV (suhu tubuh)
lingkungan pasien.
pada tisu
lebih luas.
sesuai dosis.
32
b) Pasien mengatakan nafsu makan meningkat
disediakan.
Rencana tindakan :
33
iritasi gaster.
jika perlu.
dan diet.
kriteria :
Rencana tindakan :
infeksi sekunder
34
c) Lakukan pendinginan eksternal (misalnya kompres dingin
kriteria:
Rencana tindakan :
35
Rasional : Untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi jalan
menggunakan gravitasi.
diperlukan
36
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Ukuran
(Ashriady, 2016).
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Rohma, 2015).
37
dilakukan tindakan keperawatan dan ditulis pada catatan perawatan.
observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan dan
38
BAB 3
METODE PENULISAN
Ilmiah ini adalah studi kasus. Menurut Rahardjo dan Gudnanto (2011)
keperawatan yang terdapat pada status pasien rawat inap. Studi kasus ini
Batasan dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah asuhan keperawatan pada Ny.N
Lokasi pengambilan data untuk studi kasus karya tulis ilmiah ini adalah di
ruang
39
3.3.1 Wawancara
maupun perawat.
sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
40
3.4.1 Pengumpulan data.
klien.
3.4.4 Kesimpulan
Etik penelitian digunakan dalam karya tulis ilmiah ini. Menurut Supard
41
Infoment consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dan
42
BAB 4
4.1 Hasil
Jakarta Selatan . Pengambilan kasus ini dimulai dari tanggal 1 Juli sampai
dengan 3 Juli 2020, lokasi ruangan diruang 4B (424) dan keadaan ruangan
terlihat bersih.
4.1.2 Pengkajian
1) Identitas Klien
2) Resume
pada tanggal 24 Juni 2020 pukul 09.30 WIB, dengan diagnosa medis
43
klien demam hilang timbul, batuk berdahak, timbul kemerahan di
cc/jam, berat badan Klien sebelum sakit 60 kg dan berat badan setelah
44
80x/menit, suhu : 37,5°C, memberikan oksigen nassal kanul sesuai
teratasi sebagian.
3) Riwayat Keperawatan
1. Genogram
45
Keterangan:
:Perempuan
:Laki-laki
:Meninggal
:Ikatan pernikahan
:Tinggal serumah
:Klien
merasa tidak nyaman dengan batuk yang terus menerus dan sulit
untuk beraktivitas. Hal yang dipikirkan klien saat ini masih merasa
karena mesti dirawat di rumah sakit dan klien ingin cepat sembuh
46
agar dapat berkumpul dengan anak- anaknya kembali. Perubahan
yang dirasakan klien setelah jatuh sakit adalah sesak saat bernafas,
terasa lembab.
a. Pola nutrisi
tidak ada muntah, porsi makan yang dihabiskan klien ¼ porsi, klien
b. Pola eliminasi
jernih, tidak ada keluhan saat berkemih. Dan untuk BAB klien
tidak ada keluhan saat BAB. Setelah sakit waktu dikaji di rumah
47
c. Pola personal hygiene
rambutnya.
aktivitas.
5) Pengkajian fisik
Berat badan saat ini 40 kg (sebelum sakit 45 kg), tinggi 155 cm,
IMT klien 16,6, keadaan umum klien sedang, tidak ada pembesaran
48
kelenjar getah bening.Tekanan darah : 100/70 mmHg, nadi :
b. Sistem penglihatan
isokor, otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak
cahaya silau.
c. Sistem pendengaran
dari telinga tidak ada, perasaan penuh di telinga tidak ada, fungsi
d. Sistem wicara
e. Sistem pernafasan
Jalan nafas klien ada sumbatan dahak yang tidak bisa keluar,
49
dada kurang bergetar, perkusi dada pekak terdapat cairan di rongga
pleura kanan, suara nafas ronkhi, tidak ada nyeri saat bernafas, klien
f. Sistem kardiovaskuler
g. Sistem hematologi
i. Sistem pencernaan
Gigi klien tidak ada caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak
ada stomatitis, lidah klien kotor, salifa klien normal, klien tidak ada
muntah, tidak ada nyeri perut, bising usus klien 12x/menit, klien
j. Sistem endokrin
Klien tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas klien tidak berbau
50
k. Sistem urogenital
l. Sistem integument
kulit klien baik , warna kulit klien tidak pucat, klien tidak ada
m. Sistem musculoskeletal
pada tulang, sendi, dan kulitnya, klien tidak ada mengalami fraktur,
55555555
55555555
o. Data penunjang
51
1) Hasil LAB pada tanggal 24 Juni 2020.
Hematologi
1) Terapi
52
h) Cefrizine: 3x1 tablet (5 gram)
j) Codeine 10 gram
k) RL 1000 cc/24jam
53
4.1.4 Analisa Data
54
4. Ds: Intoleransi Kelemahan fisik
Klien mengatakan sulit bergerak aktivitas
Klien mengatakan aktivitas masih
dibantu oleh keluarga
Do:
Klien tampak lemas
ADL klien selalu dibantu keluarganya
nutrisi.
4. Intoleransi aktivitas
24 Juni 2020 26 Juni 2020
berhubungan dengan kelemahan
fisik.
55
Diagnosa keperawatan
(Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
hasil)
56
terdekat yang tertular penyakit ke orang lain.
seperti penderita.
d) Untuk
d) Anjurkan keluarga cuci meminimalisirkan
tangan sebelum dan penyebaran
sesudah kontak dengan patogen melalui
klien dan lingkungan media tangan.
klien.
57
kemampuan.
d) Untuk mengurangi
d) Anjurkan keluarga beban kondisi klien
untuk membantuk yang sedang dialami
ADL klien. saat ini.
58
4.1.7 Pelaksanaan Keperawatan
Tanda Tanda
Diagnosa Tanda
Jam 24 Juni 2020 Tanga Jam 25 Juni 2020 Tanga Jam 26 Juni 2020
Keperawatan Tangan
n n
Ketidakefektifa 12.00 Memberikan Tim 12.00 Memberikan terapi Tim 12.00 Memberikan terapi Tim
n bersihan jalan terapi obat kapsul dinas obat kapsul dinas obat kapsul racikan. dinas
nafas racikan. pagi racikan. pagi Hasil: Obat sudah pagi
berhubungan Hasil: Obat sudah Hasil: Obat sudah diberikan.
dengan diberikan. diberikan.
pembentukan
sputum 13.00 Mengobservasi Tim 13.00 Mengobservasi Tim 13.00 Mengobservasi Tim
berlebihan. tanda-tanda vital dinas tanda-tanda vital dinas tanda-tanda vital dinas
klien. pagi klien. pagi klien. pagi
Hasil: TD: 100/70 Hasil: TD: Hasil: TD: 130/80
mmHg, N: 130/100 mmHG, mmHg, N:
82x/menit, RR: N: 80x/menit, RR: 80x/menit, RR:
25x/menit, S: 24x/menit, S: 37°C 20x/menit, S:
37,5°C 36,5°C
Tim Tim
14.00 Memberikan 14.00 Memberikan terapi Tim 14.00 Memberikan terapi
dinas dinas
terapi uap. uap. dinas uap.
sore sore
Hasil: Terapi Hasil: Terapi sore Hasil: Terapi
inhalasi telah inhalasi telah inhalasi telah
diberikan obat diberikan obat diberikan obat
Combivent 2,5ml Combivent 2,5ml Combivent 2,5ml
vial, Pulmicord vial, Pulmicord 0,5 vial, Pulmicord 0,5
0,5 mg/ml. mg/ml. mg/ml.
56
(bunyi napas dan (bunyi napas dan (bunyi napas dan
peningkatan peningkatan upaya peningkatan upaya
upaya pernapasan). pernapasan).
pernapasan). Hasil: Bunyi napas Hasil: Bunyi napas
Hasil: Bunyi klien ronkhi, napas klien ronkhi, napas
napas klien klien cepat, klien klien cepat, klien
ronkhi, napas tidak ada tanda- tidak ada tanda-
klien cepat, klien tanda peningkatan tanda peningkatan
tidak ada tanda- pernapasan. pernapasan.
tanda peningkatan
pernapasan.
57
Hasil: Klien dapat Hasil: Klien dapat Hasil: Klien dapat
terapi oksigen terapi oksigen nasa terapi oksigen nasa
nasa kanul 3 kanul 3 liter/menit. kanul 3 liter/menit.
liter/menit.
Tim Tim Tim
17:30 Memberikan 17:30 Memberikan terapi 17:30 Memberikan terapi
dinas dinas dinas
terapi obat kapsul sore obat kapsul sore obat kapsul racikan. sore
racikan. racikan. Hasil: Obat sudah
Hasil: Obat sudah Hasil: Obat sudah diberikan.
diberikan. diberikan.
Tim
18:00 Mengobservasi 18:00 Mengobservasi Tim 18:00 Mengobservasi dinas
tanda-tanda vital Tim tanda-tanda vital tanda-tanda vital
dinas sore
klien. dinas klien. klien.
sore
Hasil: TD: 120/80 sore Hasil: TD: Hasil: TD: 130/80
mmHg, N: 130/100 mmHG, mmHg, N:
82x/menit, RR: N: 80x/menit, RR: 80x/menit, RR:
25x/menit, S: 24x/menit, S: 37°C 20x/menit, S:
37°C 36,5°C
58
Combivent 2,5ml namun dahak sedikit berwarna
vial, Pulmicord belum bisa keluar. putih.
0,5 mg/ml.
Tim Tim
23:00 Memberikan Tim 19.30 Memberikan terapi 19:30 Memberikan terapi
dinas dinas
terapi obat kapsul malam uap. uap.
sore sore
racikan. Hasil: Terapi Hasil: Terapi
Hasil: Obat sudah inhalasi telah inhalasi telah
diberikan. diberikan obat diberikan obat
Combivent 2,5ml Combivent 2,5ml
vial, Pulmicord 0,5 vial, Pulmicord 0,5
mg/ml. mg/ml.
00:00 Mengobservasi Tim 23:00 Memberikan terapi Tim 23:00 Memberikan terapi Tim
tanda-tanda vital malam obat kapsul malam obat kapsul racikan. malam
klien. racikan. Hasil: Obat sudah
Hasil: TD: 120/80 Hasil: Obat sudah diberikan.
mmHg, N: diberikan.
82x/menit, RR:
25x/menit, S:
36°C 00:00 Mengobservasi Tim 00:00 Mengobservasi Tim
tanda-tanda vital malam tanda-tanda vital malam
klien. klien.
Hasil: TD: 130/80 Hasil: TD: 130/80
mmHg, N: mmHg, N:
80x/menit, RR: 80x/menit, RR:
24x/menit, S: 36°C 20x/menit, S: 36°C
Resiko 06:00 Memberikan Tim 06:00 Memberikan terapi Tim 06:00 Memberikan terapi Tim
pagi pagi pagi
penyebaran terapi obat obat Ceftazidine obat Ceftazidine
infeksi Ceftazidine 1gram 1gram sesuai 1gram sesuai dengan
berhubungan sesuai dengan dengan instruksi instruksi dokter.
dengan instruksi dokter. dokter. Hasil: Obat sudah
penurunan Hasil: Obat sudah Hasil: Obat sudah diberikan.
sistem imun. diberikan. diberikan.
59
07:00 Mengobservasi Tim 07:00 Mengobservasi Tim 07:00 Mengobservasi Tim
tanda-tanda vital pagi tanda-tanda vital pagi tanda-tanda vital pagi
klien. klien. klien.
Hasil: TD: 120/80 Hasil: TD: 130/80 Hasil: TD: 130/80
mmHg, N: mmHg, N: mmHg, N:
82x/menit, RR: 80x/menit, RR: 80x/menit, RR:
25x/menit, S: 24x/menit, S: 36°C 20x/menit, S: 36°C
36°C
11:50 Membatasi Tim 11:50 Membatasi jumlah Tim 11:50 Membatasi jumlah Tim
jumlah pagi pengunjung. pagi pengunjung. pagi
pengunjung. Hasil: Keluarga Hasil: Keluarga
Hasil: Keluarga mengerti dan mengerti dan
mengerti dan melakukannya. melakukannya.
melakukannya.
12:05 Menganjurkan Tim 12:05 Menganjurkan Tim 12:05 Menganjurkan klien Tim
klien untuk batuk pagi klien untuk batuk pagi untuk batuk dan pagi
dan bersin dan bersin bersin menggunakan
menggunakan menggunakan tisu. tisu.
tisu. Hasil: Klien Hasil: Klien
Hasil: Klien mengerti dan mengerti dan
mengerti dan melakukannya. melakukannya.
melakukannya.
13:00 Memberikan Tim 13:00 Memberikan terapi Tim 13:00 Memberikan terapi Tim
terapi obat dinas obat Ceftazidine dinas obat Ceftazidine dinas
Ceftazidine 1gram sore 1gram sesuai sore 1gram sesuai dengan sore
sesuai dengan dengan instruksi instruksi dokter.
instruksi dokter. dokter. Hasil: Obat sudah
Hasil: Obat sudah Hasil: Obat sudah diberikan.
diberikan. diberikan.
60
14:00 Mengobservasi Tim 14:00 Mengobservasi Tim 14:00 Mengobservasi Tim
tanda-tanda vital dinas tanda-tanda vital dinas tanda-tanda vital dinas
klien. sore klien. sore klien. sore
Hasil: TD: 120/80 Hasil: TD: 130/80 Hasil: TD: 130/80
mmHg, N: mmHg, N: mmHg, N:
82x/menit, RR: 80x/menit, RR: 80x/menit, RR:
25x/menit, S: 24x/menit, S: 36°C 20x/menit, S: 36°C
36°C
Tim Tim Tim
20:00 Memberikan 20:00 Memberikan terapi 20:00 Memberikan terapi
dinas dinas dinas
terapi obat obat Ceftazidine obat Ceftazidine
sore sore sore
Ceftazidine 1gram 1gram sesuai 1gram sesuai dengan
sesuai dengan dengan instruksi instruksi dokter.
instruksi dokter. dokter. Hasil: Obat sudah
Hasil: Obat sudah Hasil: Obat sudah diberikan.
diberikan. diberikan.
61
11:50 Mengkaji adanya Tim pagi 11:50 Mengkaji adanya Tim pagi 11:50 Mengkaji adanya Tim pagi
alergi pada alergi pada alergi pada makanan
makanan klien. makanan klien. klien.
Hasil: Klien Hasil: Klien Hasil: Klien
mengatakan tidak mengatakan tidak mengatakan tidak
ada alergi ada alergi ada alergi makanan.
makanan. makanan.
11:55 Memantau adanya Tim pagi 11:55 Memantau adanya Tim pagi 11:55 Memantau adanya Tim pagi
rasa mual/muntah rasa mual/muntah rasa mual/muntah
pada klien. pada klien. pada klien.
Hasil: Klien Hasil: Klien Hasil: Klien
mengatakan rasa mengatakan rasa mengatakan rasa
mual muncul mual muncul mual muncul
dadakan pada saat dadakan pada saat dadakan pada saat
sebelum makan sebelum makan sebelum makan
12:05 Menganjurkan Tim pagi 12:05 Menganjurkan Tim pagi 12:05 Menganjurkan klien Tim pagi
klien makan klien makan makan sedikit tapi
sedikit tapi sering. sedikit tapi sering. sering.
Hasil: Klien habis Hasil: Klien habis Hasil: Klien habis ½
¼ porsi makan. ¼ porsi makan. porsi makan.
Tim Tim Tim
13:00 Menimbang berat dinas 13:00 Menimbang berat dinas 13:00 Menimbang berat dinas
badan klien. sore badan klien. sore badan klien. sore
Hasil: Berat Hasil: Berat badan Hasil: Berat badan
badan klien saat klien saat ini 55 klien saat ini 55 kg.
ini 55 kg. kg.
18:00 Memberikan Tim 18:00 Memberikan terapi Tim 18:00 Memberikan terapi Tim
terapi obat dinas obat Omeprazole dinas obat Omeprazole dinas
Omeprazole 20- sore 20-40mg injeksi sore 20-40mg injeksi sore
40mg injeksi sesuai intruksi sesuai intruksi
dokter. dokter.
62
sesuai intruksi Hasil: Obat sudah Hasil: Obat sudah
dokter. diberikan. diberikan.
Hasil: Obat sudah
diberikan.
Intoleransi 09:45 Mengkaji Tim pagi 09:45 Mengkaji Tim pagi 09:45 Mengkaji Tim pagi
aktivitas kemampuan kemampuan kemampuan
berhubungan aktivitas klien. aktivitas klien. aktivitas klien.
dengan Hasil: Klien Hasil: Klien hanya Hasil: Klien hanya
kelemahan fisik. hanya bisa bisa mengambil bisa mengambil
mengambil minum sendiri dan minum dan makan
minum sendiri. makan sendiri. sendiri.
09:50 Mengkaji Tim pagi 09:50 Mengkaji ADL Tim pagi 09:50 Mengkaji ADL Tim pagi
penyebab klien. klien.
kelemahan Hasil: Klien tidak Hasil: Klien tidak
(pengobatan, bisa beranjak dari bisa beranjak dari
nyeri, aktivitas). tempat tidur tempat tidur, BAK
Hasil: Klien sendiri, BAK dan dan BAB selalu
mengatakan tidak ADL lainnya dibantu oleh pihak
bisa beraktivitas selalu dibantu oleh keluarganya.
karna merasa keluarganya.
sesak.
Tim Tim Tim
12:30 Membantu ADL 13:15 Membantu ADL 12:30 Membantu ADL
dinas dinas dinas
klien. klien. klien.
sore sore sore
Hasil: Perawat Hasil: Perawat Hasil: Perawat
membantu membantu membantu
mengganti sprei memberikan mengganti pakaian
dan pakaian klien minum air hangat klien yang kotor.
yang kotor. pada klien.
Tim
13:20 Mengkaji ADL
dinas
klien.
sore
63
Hasil: Klien tidak
bisa beranjak dari
tempat tidurnya
semua ADL
dibantu keluarga.
4.1.8 Evaluasi
Evaluasi
Diagnosa Keperawatan
24 Juni 2020 25 Juni 2020 26 Juni 2020
Ketidakefektifan bersihan jalan S : Klien mengatakan nafas nya S: Klien mengatakan nafasnya S: klien mengatakan sesak nafas
nafas berhubungan dengan masih terasa sesak, dahak tidak masih terasa sesak dan dahak sudah mulai berkurang, dahak
pembentukan sputum berlebihan. keluar. belum dapat dikeluarkan. sudah bisa keluar sedikit.
O: Tanda-tanda vital klien TD: O: Tanda-tanda vital klien TD: O: Tanda-tanda klien TD: 130/80
100/80 mmHg, N: 82x/menit, 130/80 mmHg, N: 80x/menit, mmHg, N: 80x/menit, RR:
RR: 25x/menit, S: 37,5°C, napas RR: 24x/menit, S: 37°C, klien 20x/menit, S: 36,5°C, saturasi
klien cepat, klien masih masih menggunakan otot bantu klien 97%, batuk klien masih
menggunakan otot bantu nafas, nafas, klien terpasang nasa kanul ada, tempat tidur klien
tempat tidur klien semifowler 30- 3 liter/menit, saturasi klien 95%, semifowler 30-45°, klien
45°, saturasi klien 95%, klien klien, batuk klien masih ada, terpasang nasa kanul 3
terpasang oksigen nasa kanul 3 tempat tidur klien semifowler 30- liter/menit, klien dapat
liter/menit, klien masih batuk 45° mengeluarkan dahaknya.
produktif.
64
a) Kaji tanda-tanda vital klien a) Kaji tanda-tanda vital P: Intervensi dihentikan klien
b) Lakukan terapi uap klien pulang.
c) Ubah posisi tempat tidur b) Kaji saturasi oksigen klien
klien c) Pertahankan kepatenan
d) Observasi kepatenan selang oksigen klien
oksigen klien d) Lakukan terapi uap
e) Ajarkan batuk efektif e) Ajarkan batuk efektif
Resiko penyebaran infeksi S: klien mengatakan batuk masih S: klien mengatakan sudah mulai S: klien mengatakan sudah
berhubungan dengan penurunan tidak ditutup dan tidak memakai tissue saat batuk atau terbiasa jika batuk untuk
sistem imun. menggunakan tissue. membuang dahak. menutup mulutnya dengan
tissue.
O: Suhu: 37°C, klien tampak O: Suhu: 37°C, klien tampak O: Suhu: 36,5°C, klien tampak
masih batuk tidak menutup mulut menutup mulut saat sedang selalu menutup mulut jika batuk.
dengan tissue. batuk.
65
isi nasi, BB klien 55 kg, klien masih ada sedikit, makan klien O: Tampak klien menghabiskan
habis ¼ porsi makan. habis ¼ porsi. makan ½ porsi, nafsu makan
klien sudah mulai membaik.
A: Masalah belum teratasi. A: Masalah belum tertasi.
66
4.2 Pembahasan
kesenjangan teori dan praktik, makan dalam bab ini penulis akan membahas
di Rumah Sakit Tebet Jakarta dengan diagnosa TB paru. Pada tahap ini
penunjang.
pada malam hari, hal ini sesuai dengan teori (Amin H, 2015) yang
sesak nafas, dan batuk. Sedangkan yang tidak ditemukan dalam kasus
adalah sakit kepala, nyeri dada, batuk berdarah, dan demam karena saat
67
dikaji demam klien sudah turun.
sewaktu dikaji untuk pemeriksaan BTA TCM hasil tidak ada dikarenakan
teori saat pengkajian yaitu: saat pengkajian pernapasan, klien ada batuk
ditemukan demam pada malam hari dan berkeringat dingin. Pada integritas
melaksanakan peran.
dari kasus Ny.N dengan TB paru yaitu, Ketidak efektifan bersihan jalan
68
ketidakadekuatan intake nutrisi, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
Terdapat perbedaan yang terjadi antara kasus dan teori yaitu pada
pada buku status pasien, tanda-tanda vital klien pada tanggal 24 Juni 2020
demam sudah tidak ada dan suhu dalam batas normal, karena klien sudah
ditemukan pada kasus hal ini dikarenakan tidak ada tanda dan gejala
69
gangguan pertukaran gas dan pada buku status pasien tidak dilakukan
tanda vital klien, kaji pernapasan klien (bunyi napas, peningkatan upaya
pantau saturasi oksigen klien, mengajarkan batuk efektif hal ini didukung
dari penelitian (Zainita, etall, 2019), berikan terapi obat sesuai instruksi
paru di Rumah Sakit Sao Paulo Brazil menunjukan bahwa teknik batuk
70
sampel sputum pada pasien HIV dengan saspek TB paru.
tanda vital klien, batasi jumlah pengunjung, anjurkan klien ketika batuk
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual yaitu: kaji penyebab mual
klien, kaji alergi makanan klien, anjurkan klien makan sedikit tapi sering
hal ini didukung oleh penelitian dari (Novita, etall, 2017), timbang berat
instruksi dokter.
dengan kelemahan fisik yaitu: kaji kemampuan aktivitas klien, kaji ADL
klien, bantu ADL klien, motivasi klien untuk melakukan latihan aktivitas
dan selingi istirahat yang cukup hal ini didukung dari penelitian (Dewi,
2018).
Juni 2020 sesuai dengan intervensi yang telah di tentukan, hampir semua
71
dengan penulisan selama 3 hari selalu berdinas sore, sehingga
implementasi untuk pagi dan malam dilakukan oleh perawat ruangan dan
data-data yang penulis dapat untuk dinas pagi dan malam dari rekam
medis.
hari ketiga. Hal ini dapat dibuktikan pada diagnosa pertama yaitu
jika batuk sudah mulai terbiasa untuk menutup mulut dengan tissue, suhu
sudah mau makan, mual sudah berkurang, nafsu makan klien sudah
72
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Paru dari pengkajian sampai dengan evaluasi di RS Tebet Jakarta pada tanggal
1. Pengkajian
batuk produktif sudah dari 5 tahun yang lalu, sputum berwarna putih tidak
ada darah, sesak saat bernafas, tampak infiltrat dilapang atas bawah kedua
paru, tampak penebalan pleura apeks kanan, klien tampak lemas, klien
2. Diagnosa Keperawatan
73
3. Perencanaan Keperawatan
Reasonable, dan Time). Prioritas masalah yang pertama pada kasus diatas
ini karena sesuai keluhan klien saat ini, perencanaan penulis dalam
4. Tindakan Keperawatan
klien.
5. Evaluasi
teratasi semua pada tanggal 27 Juni 2020 dan klien sudah diperbolehkan
74
5.2 Saran
1. Keluarga
rumah, dan apabila anggota keluarga ada yang sudah terkena penyakit
TB paru jangan lupa untuk minum obat teratur sesuai anjuran dokter
2. Perawat
3. Mahasiswa
optimal.
75
DAFTAR PUSTAKA
Aneci Boki, et all. (2015). Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap
Kestabilan Pola Nafas Pada Pasien TB Paru Di IRINA C5 RSUP Prof Dr.
R.D. Kandou Manado Vol. 3 No. 1
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/6696 diakses pada
tanggal: 23 Juni 2020
Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta :
EGC
Endarti, A. T., Suraya, I., Muttaqien, M., & Rachman, A. U. (2018). Situasi
Tuberkulosis di Empat Kabupaten Kota di Pulau Sumatera dan Banten.
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 14(2), 108-118
https://www.researchgate.net/publication/327235708_Situasi_Tuberkulosis
_
di_Empat_Kabupaten_Kota_di_Pulau_Sumatera_dan_Banten/link/5b834df
1299bf1d5a72a61aa/download diakses pada tanggal: 23 Juni 2020
Eny Inda Ayu, et all. (2015). Kompres Air Hangat Pada Daerah Aksila dan
Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Pasien Demam di PKU
Muhammadiyah Kutoarjo Vol 3
file:///C:/Users/Windows10/Downloads/93-184-3-PB.pdf diakses pada
tanggal: 22 Juni 2020
Kondoy, Eka A., dkk. (2017). Peran Tenaga Medis dalam Pelaksanaan
Program Universal Coverage di Puskesmas Bahu Kota Manado. Dalam
Jurnal Universitas Sam Ratulangi
https://media.neliti.com/media/publications/72865-ID-none.pdf diakses
pada tanggal: 15 Maret 2020
76
Manalu, H. S. P. (2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB paru
dan upaya penanggulangannya. Dalam Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.9
No.4. 1340 - 1346 https://media.neliti.com/media/publications/77451-ID-
faktor- faktor-yang-mempengaruhi-kejadian.pdf diakses pada tanggal: 15
Maret 2020
77
Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta:Graha
Ilmu
Suryani, Efri W., dkk. (2016). Psikoedukasi Menurunkan Tingkat Depresi, Stres
dan Kecemasan Pada Pasien Tuberkulosis Paru. Dalam Jurnal Ners Vol. 11
No. 1 April 2016: 128-133
Tim Pokja, SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Zainita, et all, (2019) Penerapan Batuk Efektif Dalam Mengeluarkan Sekret Pada
Pasien Tuberculosis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenisasi Di
Keluarga .http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/
78