dan individu yang tidak menikah. Resiko ataupun masalah dalam ekonomi. Riwayat
tersebut meningkat 18% pada individu yang prenatal dan perinatal dan riwayat masa
depresi.1,2 Studi ini merupakan studi kualitatif kanak awal baik pendidikan pasien hingga ke
dengan pendekatan case report. jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).
Dari status mental, kesadaran pasien
Kasus composmentis, sikap pasien selama
Kasus ini diambil pada tanggal 13 maret wawancara kooperatif. Selama wawancara
2015 pukul 16.05 WIB di Unit Gawat Darurat pasien merasa gelisah. Kontak mata dengan
(UGD) Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi pemeriksa baik. Pasien berbicara spontan,
Lampung. Tn. S, Laki-laki, 39 tahun, SMA, lancar, intonasi sedang, volume cukup,
Islam, Jawa, Pekerjaan wiraswasta, tinggal di kualitas cukup, artikulasi jelas, kuantitas
Banding Rejo , pasien datang ke UGD Rumah cukup. Mood pasien cemas dengan afek
Sakit Jiwa karena merasa dadanya berdebar terbatas dan serasi. Tidak ditemukan
dan keringat dingin. Keluhan ini dimulai sejak gangguan persepsi. Bentuk pikiran rasional
1 minggu yang lalu. Sebelumnya terdapat dan realistik, arus pikir koheren, produktivitas
tetangga pasien yang meninggal karena baik, dengan kontinuitas baik, dan tidak
serangan jantung yang membuat pasien takut didapatkan hendaya berbahasa. Pada isi pikir
meninggal seperti tetangganya. Hal ini terdapat cemas dan takut. Pada penilaian
menyebabkan pasien melakukan check up fungsi luhur baik. Pasien lebih cenderung
pada 3 hari yang lalu dan dari hasil menyampaikan apa yang dirasakan dan
pemeriksaan tidak ditemukan kelainan pada kurang memperhatikan apa yang disampaikan
tubuh pasien. Namun, pasien tetap merasa pemeriksa. Daya nilai pasien tidak terganggu.
ada kelainan pada tubuhnya sehingga Pasien menyadari bahwa dirinya sakit tetapi
membawanya berobat ke UGD. Perasaan tidak mengetahui penyebabnya. Dari
cemas ini berlangsung sebentar dan biasanya pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya
hilang atau berkurang apabila pasien kelainan. Berdasarkan anamnesis dan
berkonsultasi ke dokter ataupun bercerita pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosa
tentang keluhannya kepada temannya. Pasien yang didapat pada pasien adalah Gangguan
mengatakan serangan cemas ini berlangsung Panik. Pasien diberikan terapi Golongan SSRI
hilang timbul dan hampir setiap minggu. Fluoxetine 1x10 mg dan Golongan
Keluhan seperti ini terjadi sejak ±3 tahun yang Benzodiazepin Aprazolam 1x0,5 mg. Pasien
lalu, diawali oleh kematian ibu pasien yang dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik Rumah
meninggal karena diabetes melitus. Hal ini Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung seminggu
menyebabkan pasien melakukan check up kemudian.
setiap 6 bulan sekali dan melakukan
pemeriksaan gula darah setiap seminggu Pembahasan
sekali. Pasien juga telah mendaftarkan dirinya Pada pasien ini ditemukan adanya
pada beberapa asuransi kesehatan. Hal ini gangguan perasaan cemas yang bermakna
dikarenakan ketakutan pasien akan kondisi serta menimbulkan suatu distress
tubuhnya. (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam
Perasaan cemas terjadi pada saat pekerjaan dan kehidupan sosial pasien,
apapun, tidak terbatas pada kecemasan pada sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini
saat di tempat terbuka ataupun diluar mengalami gangguan jiwa. Hal ini sesuai
lingkungan keluarga. Pasien tidak pernah dengan definisi gangguan jiwa menurut World
merasa tidak berdaya, kehilangan minat, Health Organization (WHO) dimana
merasa lemas ataupun terpkirkan putus asa didapatkan suatu kelompok gejala atau
dan melakukan bunuh diri. Tidak ada riwayat perilaku yang secara klinis ditemukan
trauma, mengkonsumsi alkohol maupun obat- bermakna dan disertai dengan distress dan
obatan terlarang. Selama keluhannya yang berkaitan dengan disfungsi/hendaya.3,5
berlangsung, pasien masih dalam keadaan Berdasarkan data-data yang didapat
sadar penuh. Tidak pernah mengamuk, melalui anamnesis psikiatri dan pemeriksaan
berbicara sendiri, mendengar atau melihat fisik, tidak ditemukan riwayat demam tinggi,
sesuatu. Pasien mengatakan tidak memiliki trauma, sakit berat, penurunan kesadaran dan
masalah dengan keluarganya, orang sekitar kejang. Hal ini dapat menjadi dasar untuk
menyingkirkan diagnosis gangguan mental ini sudah memeneuhi kriteria diagnosis panik
organik (F.0). Selain itu, pasien juga tidak menurut DSM V merupakan suatu periode
pernah meminum alkohol ataupun obat- diskret rasa takut atau ketidaknyamanan yang
obatan terlarang lainnya sehingga dapat intens dengan tiba-tiba muncul 4 gejala dari
menyingkirkan diagnosis gangguan mental 13 gejala berikut dan mencapai puncaknya
dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dalam 10 menit 9,10 :
(F.1). 3,5-7 • Merasa pusing, tidak stabil berdiri, hingga
Berdasarkan anamnesis juga tidapatkan pingsan
gangguan dalam kemampuan menilai realitas • Palpitasi, berdebar-debar, denyut jantung
yang bermanifestasi sebagai terganggunya bertambah cepat
kesadaran diri (awarness), daya nilai norma • Nyeri dada, rasa tidak nyaman di dada
sosial (judgement) dan terganggunya daya • Merasa sesak, bernapas pendek
tilikan diri (insight). Selain itu tidak dapatkan • Mual atau distress abdominal
isi pikiran pasien yang bergema dalam dirinya, • Gemetaran
isi pikirannya dimasukin atau diambil dari luar • Berkeringat
dan isi pikirannya tersiar. Selain itu juga tidak • Rasa panas di kulit, menggigil
didapatkan adanya waham baik waham
• Mati rasa, kesemutan
dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu,
• Merasa kehilangan kontrol, seperti mau
dipengaruhi, waham dirinya tidak berdaya dan
gila
pasrah dan pengalaman menerima mukjizat.
• Takut mati
Selain itu juga pasien tidak didapatkan adanya
• Leher serasa dicekik
halusinasi baik itu auditorik maupun visual.
• Derealisasi, depersonalisasi (merasa
Hal ini dapat menjadi dasar untuk
seperti terlepas dari diri sendiri)
menyingkirkan diagnosis skizofrenia, skizotipal
Sehingga pada pasien telah memenuhi
dan gangguan waham (F.2).6,7
kriteria panik menurut DSM V karena telah
Pada pasien juga tidak didapatkan
memenuhi 4 kriteria. 7,10
gangguan suasana perasaan baik berupa afek
PPDGJ-III gangguan panik baru
yang meningkat, disertai peningkatan dalam
ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak
jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik.
mental. Selain itu pasien tidak didapatkan
Pada pasien ini tidak ditemukan gejala
gejala depresi baik gejala utama maupun
agorafobia, fobia sosial maupun fobia khas.
gejala tambahan. Hal ini dapat menjadi dasar
Karena menurut pasien episode
untuk menyingkirkan diagnosis gangguan
kecemasannya ini dapat terjadi pada saat
suasana perasaan (F.3). 6-8
apapun, tidak terbatas pada kecemasan pada
Pada pasien didapatkan perasaan
saat di tempat terbuka ataupun di luar
dadanya berdebar, keringat dingin, nyeri atau
lingkungan keluarga. Sehingga dapat
tidak nyaman di dada dan rasa takut
disingkirkan gangguan ansietas fobik.11
meninggal. Dimana perasaan kecemasan ini
Pembagian gangguan anxietas dapat dilihat
timbul secara episodik dan pada keadaan yang
pada Gambar 1.
secara objektif tidak ada bahaya. Pada pasien
Gangguan Anxietas
Gangguan Anxietas Kontinyu Anxietas Episodik
Gangguan Anxietas Menyeluruh
9
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII
Axis IV berat dimana terapi rawat jalan tidak efektif.
Pasien tidak memiliki masalah dalam sehingga pada pasien ini tidak memenuhi
keluarga, lingkungan tempat tinggalnya, kriteria rawat inap pada pasien gangguan
lingkungan kerja dan sosial. Oleh karena itu panik.1,6,13,14
dapat disimpulkan pada aksis IV tidak ada Untuk terapi inisial pada gangguan
diagnosis. 11 panik meliputi psikofarmaka dan terap
Axis V psikososial. Tetapi belum terdapat data yang
Penilaian terhadap kemampuan pasien cukup yang mengatakan superioritas dari
untuk berfungsi dalam kehidupannya masing-masing terapi maupun perbandingan
menggunakan skala Global Assessment of antara kombinasi psikofarmaka sebagai
Functioning (GAF). Pada saat dilakukan monoterapi dengan terapi psikosial yang
wawancara, skor GAF 50-41 (gejala berat dikombinasikan. 1,13,15,16
(serious) dan disabilitas berat). GAF tertinggi Psikofarmaka yang bermanfaat dalam
selama satu tahun terakhir adalah GAF 80-71 gangguan panik meliputi SSRI, Serotonin-
(gejala sementara dan dapat diatasi, Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI),
disabilitas ringan dalam social, pekerjaan, Tricyclic Antidepressant (TCA),
sekolah, dll). Hal ini ditandai dengan pasien benzodiazepine. 1,13,15,16
mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara Pada kasus digunakan fluksetin karena
mandiri disertai gejala yang ringan.11 obat ini memiliki efek kardiologik yang
Pada pasien dipulangkan dan diberikan minimal dibandingkan obat antidepresi
terapi Golongan SSRI Fluoxetine 1 x 10 mg golongan yang lain. Selain itu golongan SSRI
dan Golongan Benzodiazepin Aprazolam 1 x juga memiliki efek samping lain yang minimal,
0,5 mg. Menurut guideline American spektrum antidepresi yang luas, dengan gejala
Psychiatric Assosiation 2010 tentang panic putus obat sangat minimal, serta lethal dose
disorder, kriteria rawat inap untuk pasien yang tinggi (>6000mg) sehingga relatif aman
panik adalah terdapat kelainan yang disertai untuk pasien ini yang berobat jalan. Seperti
bunuh diri (melukai diri sendiri), pada kasus pada pasien ini, pemberian fluoksetin
digunakan pada dosis kecil (10 mg) untuk • Hiperventilasi disengaja – ini dapat
melihat pengaruh dari dosis tersebut terhadap mengakibatkan kepala pusing, derealisasi,
pengendalian kecemasan. Pada pasien ini dan pandangan menjadi kabur
pemberian SSRI ditambah dengan aprazolam • Melakukan putaran pada kursi ergonomis –
yang merupakan benzodiazepin potensi tinggi. ini dapat mengakibatkan rasa pusing dan
Hal ini dikarenakan efek obat fluoxetin baru disorientasi
akan muncul setelah dua minggu.13,17,18 • Bernapas melalui pipet – ini dapat
Pada pasien seharusnya selain terapi mengakibatkan sesak napas dan konstriksi
psikofarmaka terapi yang dapat diberikan saluran napas
adalah pskoterapi. Menurut panduan APA • Menahan napas - ini dapat menciptakan
psikoterapi yang terpilih untuk gangguan sensasi seperti pengalaman menjelang ajal
panik adalah Cognitive Behavioral Therapy • Menegangkan badan – untuk menciptakan
(CBT).13,17,19,20 perasaan tegang dan waspada
Terdapat beberapa metode CBT, Semua tindakan di atas dilakukan tidak
beberapa diantaranya yakni metode boleh lebih dari 1 menit. Kuncinya dari teknik
restrukturisasi, terapi relaksasi, terapi di atas adalah menciptakan sejumlah stimulus
bernapas, dan terapi interocepative. Inti dari yang menyerupai serangan panik. Latihan-
terapi CBT adalah membantu pasien dalam latihan tersebut diulangi 3-5 kali sehari hingga
memahami cara kerja pemikiran otomatis dan pasien tidak lagi merasakan kepanikan
keyakinan yang salah dapat menimbulkan terhadap stimulus seperti itu. Biasanya butuh
respon emosional yang berlebihan, seperti waktu hingga beberapa minggu untuk dapat
pada gangguan panik.1,7,20,21 mencapai hal itu. 1,19
Terapi restrukturisasi, melalui terapi ini Pemaparan terhadap stimulus tersebut
pasien dapat merestrukturisasi isi pikirannya dilakukan agar pasien dapat belajar melalui
dengan cara mengganti semua pikiran – pengalaman bahwa semua sensasi internal
pikiran negatif yang dapat mengakibatkan yang dia rasakan seperti sesak napas, pusing
perasaan tidak menyenangkan yang dapat dan pandangan yang kabur bukanlah hal yang
memicu serangan panik dengan pemikiran- harus ditakuti. Ketika pasien mulai menyadari
pemikiran positif. Terapi relaksasi dan hal tersebut maka secara otomatis,
bernapas dapat digunakan untuk membantu hippocampus dan amygdala, yang merupakan
pasien mengontrol kadar kecemasan dan pusat emosi, akan ikut mempelajarinya
mencegah hypocapnia ketika serangan panik sebagai hal yang tidak perlu ditakuti, sehingga
terjadi. Semua jenis CBT seperti di atas dapat respon sistem simpatik akan ikut
dilakukan pasien dengan atau tanpa berkurang.1,7,24
melibatkan dokter. 1,7,22 Ada beberapa pertimbangan yang
Namun salah satu metode CBT seperti memperngaruhi prognosis pasien25.
interoceptive therapy, dalam terapi ini setiap Faktor yang meringankan :
pasien mengalami serangan, serangan • Dukungan keluarga
tersebut diinduksi dalam lingkungan yang • Motivasi yang kuat (keinginan kuat yang
terkontrol untuk memungkinkan pasien untuk ingin sembuh)
menghadapi rasa takutnya dan belajar • Tidak ada riwayat keluarga (keluarga
menguasainya. Latihan seperti ini berlangsung pasien tidak ada yang mengalami gangguan
selama satu menit. 23 yang sama)
Interoceptive theraphy terbukti berhasil Faktor yang memperberat:
pada 87% pasien harus dilakukan dengan
• Kambuh-kambuhan
bantuan dokter di suatu lingkungan yang
• Jarak rumah dengan RSJ relatif jauh
terkontrol. Karena terapi ini dilakukan dengan
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa
memberikan paparan yang dapat menstimulus
daftar yang memperingan lebih banyak
serangan panik pasien dengan cara
dibanding yang memperberat sehingga di
meningkatkannya sedikit demi sedikit hingga
prognosis dubia ad bonam, selain itu kasus ini
pasien mengalami desensitasi terhadap
tidak terdapat gangguan psikosis yang dapat
stimulus tersebut. Adapun beberapa teknik
memperberat prognosis.25
yang dapat dilakukan untuk mendesensitasi
gangguan panik antara lain22,23:
22. Spett, M. Cognitive-behaviour therapy for Australan and New Zealand College of
panic attacks. The Journal of Psychiatry Psychiatrists; 2009.
and Law. 2008;34(2):12-18. 24. Videbeck, S L. Buku ajar keperawatan
23. The Royal Australan and New Zealand jiwa. Jakarta: EGC; 2008.
College of Psychiatrists. Panic disorder 25. Amir, Nurmiati. Luaran terapi pada
and agoraphobia. Australia: The Royal gangguan depresi major. Cermin Dunia
Kedokteran. 2012; 39(2):32-40.