Anda di halaman 1dari 8

Anityo

| Laki-Laki 39 Tahun dengan Gangguan Cemas Menyeluruh

Laki-Laki 39 Tahun dengan Gangguan Cemas Menyeluruh



Anityo Nugroho
Faculty of Medicine, Lampung University

Abstrak
Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat, yang berlangsung 15 sampai 30 menit,
ketika individu mengalami ketakutan emosional yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis. Prevalensi gangguan panik
pertahunnya adalah 1-2%. Gangguan panik sering ditemukan pada usia produktif antara 18-45 tahun dan lebih banyak
ditemukan pada wanita. Tn. S, 39 tahun dengan keluhan merasa dadanya berdebar, keringat dingin dan sulit tidur. Perasaan
cemas ini berlangsung beberapa saat dan biasanya hilang apabila pasien berkonsultasi ke dokter. Keluhan muncul sejak ± 3
tahun sebelum masuk rumah sakit, diawali oleh kematian ibu pasien yang menyebabkan pasien memeriksakan diri setiap 6
bulan sekali dan melakukan pemeriksaan gula darah setiap minggu sekali. Pasien didiagnosa mengalami gangguan panik.
Pasien diterapi dengan psikofarmaka berupa golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) (fluxetin 1x50 mg) dan
bendzodiazepin (aprazolam 1x0,5 mg) dan dilakukan intervensi psikososial kepada keluarga dan pasiennya.

Kata kunci: serangan panik, SSRI, benzodiazepin

A 39 OLD MAN WITH PANIC DISORDER

Abstract
Panic disorder is an anxiety episode of rapid, intense and rising, which lasts 15 to 30 minutes, when individuals experience
fear huge emotional discomfort also physiological. The prevalence of panic disorder is 1-2% per-year. Panic disorder is often
found in the productive age between 18-45 years and more common in women. Mr.S, 39 years complaints feel chest
palpitations, cold sweat and sleeplessness. This anxious feeling lasts a while and usually disappear when patients consult to
a doctor. Complaints emerged since ± 3 years ago, beginning with death of patient’s mother that causes the patient check-
up every six months and blood sugar checks every other week. Patients diagnosed with panic dissorder. Patients treated
with SSRI group psikofarmaka form (fluxetin 1x50mg) and bendzodiazepin (aprazolam 1x0,5mg) and conducted
psychosocial interventions to family and patients.

Keyword : Panic Disorder, SSRI, Benzodiazepin

Korespondensi : Anityo Nugroho, S.Ked., alamat Jl. Abdul Muis 8 No. 9A Gedong Meneng Bandar Lampung, HP
087899288880, e-mail anityo.nugroho.15@gmail.com


Pendahuluan
Serangan panik adalah suatu episode kembar tersebut akan mengalami gangguan
ansietas yang cepat, intens, dan meningkat, panik jika kembar yang lain mengalaminya.
yang berlangsung 15 sampai 30 menit, Angka kejadian pada kerabat tingkat pertama
individu mengalami ketakutan emosional yang ialah 15%.1,3
besar juga ketidaknyamanan fisiologis. Selama Prevalensi gangguan panik pertahunnya
serangan panik individu tersebut sangat adalah 1-2%, dengan prevalensi seumur hidup
cemas dan memperlihatkan empat atau lebih 1,5-3,5%. Onset tersering adalah pada usia
gejala berikut: palpitasi, berkeringat, tremor, remaja atau pada orang yang berusia pada
sesak napas, rasa asfiksi, nyeri dada, mual, pertengahan 30 tahun, sedangkan onset
distress abdomen, pusing, parastesia, setelah usia 45 tahun jarang. Terdapat bukti
meggigil, atau hot flash.1,2 mengenai transmisi genetik, orang
Pasien gangguan panik sering kekerabatan tingkat pertama dengan pasien
ditemukan pada mereka yang berada pada beresiko empat hingga tujuh kali lebih besar
usia produktif yakni antara 18-45 tahun. Selain daripada populasi umum.1,4
itu penderita gangguan panik lebih umum Angka prevalensi gangguan panik pada
ditemukan pada wanita, terutama mereka tahun tertentu ialah 1-2%. Angka kejadian
yang belum menikah serta wanita post- gangguan yang berlangsung seumur hidup
partum.3 adalah 1,5-3,5%. Setengah dari mereka yang
Gangguan panik dapat diwariskan mengalami gangguan panik juga mengalami
secara genetik. Pada kembar monozigot, agoraphobia. Gangguan panik lebih umum
terdapat 31% kemungkinan bahwa salah satu terjadi pada individu yang tidak lulus kuliah

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Desember 2015|14



Anityo | Laki-laki 39 Tahun dengan Gangguan Cemas Menyeluruh

dan individu yang tidak menikah. Resiko ataupun masalah dalam ekonomi. Riwayat
tersebut meningkat 18% pada individu yang prenatal dan perinatal dan riwayat masa
depresi.1,2 Studi ini merupakan studi kualitatif kanak awal baik pendidikan pasien hingga ke
dengan pendekatan case report. jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).
Dari status mental, kesadaran pasien
Kasus composmentis, sikap pasien selama
Kasus ini diambil pada tanggal 13 maret wawancara kooperatif. Selama wawancara
2015 pukul 16.05 WIB di Unit Gawat Darurat pasien merasa gelisah. Kontak mata dengan
(UGD) Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi pemeriksa baik. Pasien berbicara spontan,
Lampung. Tn. S, Laki-laki, 39 tahun, SMA, lancar, intonasi sedang, volume cukup,
Islam, Jawa, Pekerjaan wiraswasta, tinggal di kualitas cukup, artikulasi jelas, kuantitas
Banding Rejo , pasien datang ke UGD Rumah cukup. Mood pasien cemas dengan afek
Sakit Jiwa karena merasa dadanya berdebar terbatas dan serasi. Tidak ditemukan
dan keringat dingin. Keluhan ini dimulai sejak gangguan persepsi. Bentuk pikiran rasional
1 minggu yang lalu. Sebelumnya terdapat dan realistik, arus pikir koheren, produktivitas
tetangga pasien yang meninggal karena baik, dengan kontinuitas baik, dan tidak
serangan jantung yang membuat pasien takut didapatkan hendaya berbahasa. Pada isi pikir
meninggal seperti tetangganya. Hal ini terdapat cemas dan takut. Pada penilaian
menyebabkan pasien melakukan check up fungsi luhur baik. Pasien lebih cenderung
pada 3 hari yang lalu dan dari hasil menyampaikan apa yang dirasakan dan
pemeriksaan tidak ditemukan kelainan pada kurang memperhatikan apa yang disampaikan
tubuh pasien. Namun, pasien tetap merasa pemeriksa. Daya nilai pasien tidak terganggu.
ada kelainan pada tubuhnya sehingga Pasien menyadari bahwa dirinya sakit tetapi
membawanya berobat ke UGD. Perasaan tidak mengetahui penyebabnya. Dari
cemas ini berlangsung sebentar dan biasanya pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya
hilang atau berkurang apabila pasien kelainan. Berdasarkan anamnesis dan
berkonsultasi ke dokter ataupun bercerita pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosa
tentang keluhannya kepada temannya. Pasien yang didapat pada pasien adalah Gangguan
mengatakan serangan cemas ini berlangsung Panik. Pasien diberikan terapi Golongan SSRI
hilang timbul dan hampir setiap minggu. Fluoxetine 1x10 mg dan Golongan
Keluhan seperti ini terjadi sejak ±3 tahun yang Benzodiazepin Aprazolam 1x0,5 mg. Pasien
lalu, diawali oleh kematian ibu pasien yang dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik Rumah
meninggal karena diabetes melitus. Hal ini Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung seminggu
menyebabkan pasien melakukan check up kemudian.
setiap 6 bulan sekali dan melakukan
pemeriksaan gula darah setiap seminggu Pembahasan
sekali. Pasien juga telah mendaftarkan dirinya Pada pasien ini ditemukan adanya
pada beberapa asuransi kesehatan. Hal ini gangguan perasaan cemas yang bermakna
dikarenakan ketakutan pasien akan kondisi serta menimbulkan suatu distress
tubuhnya. (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam
Perasaan cemas terjadi pada saat pekerjaan dan kehidupan sosial pasien,
apapun, tidak terbatas pada kecemasan pada sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini
saat di tempat terbuka ataupun diluar mengalami gangguan jiwa. Hal ini sesuai
lingkungan keluarga. Pasien tidak pernah dengan definisi gangguan jiwa menurut World
merasa tidak berdaya, kehilangan minat, Health Organization (WHO) dimana
merasa lemas ataupun terpkirkan putus asa didapatkan suatu kelompok gejala atau
dan melakukan bunuh diri. Tidak ada riwayat perilaku yang secara klinis ditemukan
trauma, mengkonsumsi alkohol maupun obat- bermakna dan disertai dengan distress dan
obatan terlarang. Selama keluhannya yang berkaitan dengan disfungsi/hendaya.3,5
berlangsung, pasien masih dalam keadaan Berdasarkan data-data yang didapat
sadar penuh. Tidak pernah mengamuk, melalui anamnesis psikiatri dan pemeriksaan
berbicara sendiri, mendengar atau melihat fisik, tidak ditemukan riwayat demam tinggi,
sesuatu. Pasien mengatakan tidak memiliki trauma, sakit berat, penurunan kesadaran dan
masalah dengan keluarganya, orang sekitar kejang. Hal ini dapat menjadi dasar untuk

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Desember 2015|15


Anityo | Laki-Laki 39 Tahun dengan Gangguan Cemas Menyeluruh

menyingkirkan diagnosis gangguan mental ini sudah memeneuhi kriteria diagnosis panik
organik (F.0). Selain itu, pasien juga tidak menurut DSM V merupakan suatu periode
pernah meminum alkohol ataupun obat- diskret rasa takut atau ketidaknyamanan yang
obatan terlarang lainnya sehingga dapat intens dengan tiba-tiba muncul 4 gejala dari
menyingkirkan diagnosis gangguan mental 13 gejala berikut dan mencapai puncaknya
dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dalam 10 menit 9,10 :
(F.1). 3,5-7 • Merasa pusing, tidak stabil berdiri, hingga
Berdasarkan anamnesis juga tidapatkan pingsan
gangguan dalam kemampuan menilai realitas • Palpitasi, berdebar-debar, denyut jantung
yang bermanifestasi sebagai terganggunya bertambah cepat
kesadaran diri (awarness), daya nilai norma • Nyeri dada, rasa tidak nyaman di dada
sosial (judgement) dan terganggunya daya • Merasa sesak, bernapas pendek
tilikan diri (insight). Selain itu tidak dapatkan • Mual atau distress abdominal
isi pikiran pasien yang bergema dalam dirinya, • Gemetaran
isi pikirannya dimasukin atau diambil dari luar • Berkeringat
dan isi pikirannya tersiar. Selain itu juga tidak • Rasa panas di kulit, menggigil
didapatkan adanya waham baik waham
• Mati rasa, kesemutan
dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu,
• Merasa kehilangan kontrol, seperti mau
dipengaruhi, waham dirinya tidak berdaya dan
gila
pasrah dan pengalaman menerima mukjizat.
• Takut mati
Selain itu juga pasien tidak didapatkan adanya
• Leher serasa dicekik
halusinasi baik itu auditorik maupun visual.
• Derealisasi, depersonalisasi (merasa
Hal ini dapat menjadi dasar untuk
seperti terlepas dari diri sendiri)
menyingkirkan diagnosis skizofrenia, skizotipal
Sehingga pada pasien telah memenuhi
dan gangguan waham (F.2).6,7
kriteria panik menurut DSM V karena telah
Pada pasien juga tidak didapatkan
memenuhi 4 kriteria. 7,10
gangguan suasana perasaan baik berupa afek
PPDGJ-III gangguan panik baru
yang meningkat, disertai peningkatan dalam
ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak
jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik.
mental. Selain itu pasien tidak didapatkan
Pada pasien ini tidak ditemukan gejala
gejala depresi baik gejala utama maupun
agorafobia, fobia sosial maupun fobia khas.
gejala tambahan. Hal ini dapat menjadi dasar
Karena menurut pasien episode
untuk menyingkirkan diagnosis gangguan
kecemasannya ini dapat terjadi pada saat
suasana perasaan (F.3). 6-8
apapun, tidak terbatas pada kecemasan pada
Pada pasien didapatkan perasaan
saat di tempat terbuka ataupun di luar
dadanya berdebar, keringat dingin, nyeri atau
lingkungan keluarga. Sehingga dapat
tidak nyaman di dada dan rasa takut
disingkirkan gangguan ansietas fobik.11
meninggal. Dimana perasaan kecemasan ini
Pembagian gangguan anxietas dapat dilihat
timbul secara episodik dan pada keadaan yang
pada Gambar 1.
secara objektif tidak ada bahaya. Pada pasien












J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Desember 2015|16



Anityo | Laki-laki 39 Tahun dengan Gangguan Cemas Menyeluruh




Gangguan Anxietas


Gangguan Anxietas Kontinyu Anxietas Episodik

Gangguan Anxietas Menyeluruh


Pada situasi tertentu


Pola campuran Pada sembarang
Agorafobia dengan panik
situasi
Gangguan Fobik Gangguan Panik



Fobia Spesifik Fobia Sosial Agorafobia


6
Gambar 1. Pembagian Gangguan Anxietas.

Menurut PPDGJ-III kriteria diagnosis pasien cemas dengan afek terbatas dan serasi.
gangguan panik, harus ditemukan adanya Tidak ada gangguan persepsi. Pada isi pikir
beberapa kali serangan ansietas berat dalam terdapat cemas dan takut sehingga diagnosis
masa kira-kira satu bulan 6,7 : untuk aksis I adalah Gangguan panik (Ansietas
1. Pada keadaan dimana sebenarnya secara Paroksismal Episodik) [F.41.0]. 6,10,12
objektif tidak ada bahaya. Diferensial diagnosis pada kasus ini juga
2. Tidak terbatas pada situasi yang telah dapat disingkirkan yaitu diagnosis gangguan
diketahui atau yang dapat diduga cemas menyeluruh (F41.1). Hal ini
sebelumnya (unpredictable situation). dikarenakan tidak ditemukan ansietas yang
3. Dengan keadaan yang relatif dari gejala- berlangsung setiap hari untuk beberapa bulan
gejala anxietas pada periode diantara yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada
serangan-serangan panik (meskipun keadaan tertentu saja. Karena pada pasien ini
demikian umumnya dapat terjadi juga keluhan dirasakan hampir setiap minggu yang
“anxietas antipsikotik” yaitu anxietas yang hilang timbul. Dignosis gangguan somatoform
terjadi setelah membayangkan sesuatu (F45) juga dapat disingkirkan karena
yang mengkhawatirkan akan terjadi. pemeriksaan check up dan pemeriksaan gula
Pada pasien juga didapatkan ansietas darah dilakukan pasien sebagai ansietas
antisipatorik yaitu ansietas yang terjadi antisipatorik dan disertai dengan
setelah membayangkan sesuatu yang mendaftarkan diri pada beberapa asuransi
mengkhawatirkan akan terjadi. Hal ini dilihat kesehatan. Selain itu serangan cemas juga
dari pasien yang melekukan check up berkala, bersifat hilang timbul bukan secara terus
test gula darah hingga mendaftarkan diri pada menerus.11
beberapa asuransi kesehatan. Dari anamnesis
gejala tidak didapatkan selama 1 minggu ini Axis II
namun dimulai sekitar ± 3 tahun yang lalu. Aksis II tidak ada diagnosis karena pada
Pada status mental didapatkan selama autoanamnesa tidak didapatkan gangguan
wawancara pasien merasa gelisah. Mood tumbuh kembang pada usia kanak-kanak dan

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Desember 2015|17


Anityo | Laki-Laki 39 Tahun dengan Gangguan Cemas Menyeluruh

remaja. Pasien menyelesaikan pendidikan SD Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik


hingga SMA nya dengan baik. Hal ini tidak ditemukan riwayat penyakit fisik. Dari
menyingkirkan diagnosis retardasi mental pemeriksaan didapatkan TD 130/90 mmHG.
(F.70). 11 Oleh karena itu dapat disimpulkan pada aksis
Axis III III diagnosisnya prehipertensi sesuai dengan
kriteria dari JNC VII tertera pada Tabel 1.6,9

9
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII


Axis IV berat dimana terapi rawat jalan tidak efektif.
Pasien tidak memiliki masalah dalam sehingga pada pasien ini tidak memenuhi
keluarga, lingkungan tempat tinggalnya, kriteria rawat inap pada pasien gangguan
lingkungan kerja dan sosial. Oleh karena itu panik.1,6,13,14
dapat disimpulkan pada aksis IV tidak ada Untuk terapi inisial pada gangguan
diagnosis. 11 panik meliputi psikofarmaka dan terap
Axis V psikososial. Tetapi belum terdapat data yang
Penilaian terhadap kemampuan pasien cukup yang mengatakan superioritas dari
untuk berfungsi dalam kehidupannya masing-masing terapi maupun perbandingan
menggunakan skala Global Assessment of antara kombinasi psikofarmaka sebagai
Functioning (GAF). Pada saat dilakukan monoterapi dengan terapi psikosial yang
wawancara, skor GAF 50-41 (gejala berat dikombinasikan. 1,13,15,16
(serious) dan disabilitas berat). GAF tertinggi Psikofarmaka yang bermanfaat dalam
selama satu tahun terakhir adalah GAF 80-71 gangguan panik meliputi SSRI, Serotonin-
(gejala sementara dan dapat diatasi, Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI),
disabilitas ringan dalam social, pekerjaan, Tricyclic Antidepressant (TCA),
sekolah, dll). Hal ini ditandai dengan pasien benzodiazepine. 1,13,15,16
mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara Pada kasus digunakan fluksetin karena
mandiri disertai gejala yang ringan.11 obat ini memiliki efek kardiologik yang
Pada pasien dipulangkan dan diberikan minimal dibandingkan obat antidepresi
terapi Golongan SSRI Fluoxetine 1 x 10 mg golongan yang lain. Selain itu golongan SSRI
dan Golongan Benzodiazepin Aprazolam 1 x juga memiliki efek samping lain yang minimal,
0,5 mg. Menurut guideline American spektrum antidepresi yang luas, dengan gejala
Psychiatric Assosiation 2010 tentang panic putus obat sangat minimal, serta lethal dose
disorder, kriteria rawat inap untuk pasien yang tinggi (>6000mg) sehingga relatif aman
panik adalah terdapat kelainan yang disertai untuk pasien ini yang berobat jalan. Seperti
bunuh diri (melukai diri sendiri), pada kasus pada pasien ini, pemberian fluoksetin

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Desember 2015|18



Anityo | Laki-laki 39 Tahun dengan Gangguan Cemas Menyeluruh

digunakan pada dosis kecil (10 mg) untuk • Hiperventilasi disengaja – ini dapat
melihat pengaruh dari dosis tersebut terhadap mengakibatkan kepala pusing, derealisasi,
pengendalian kecemasan. Pada pasien ini dan pandangan menjadi kabur
pemberian SSRI ditambah dengan aprazolam • Melakukan putaran pada kursi ergonomis –
yang merupakan benzodiazepin potensi tinggi. ini dapat mengakibatkan rasa pusing dan
Hal ini dikarenakan efek obat fluoxetin baru disorientasi
akan muncul setelah dua minggu.13,17,18 • Bernapas melalui pipet – ini dapat
Pada pasien seharusnya selain terapi mengakibatkan sesak napas dan konstriksi
psikofarmaka terapi yang dapat diberikan saluran napas
adalah pskoterapi. Menurut panduan APA • Menahan napas - ini dapat menciptakan
psikoterapi yang terpilih untuk gangguan sensasi seperti pengalaman menjelang ajal
panik adalah Cognitive Behavioral Therapy • Menegangkan badan – untuk menciptakan
(CBT).13,17,19,20 perasaan tegang dan waspada
Terdapat beberapa metode CBT, Semua tindakan di atas dilakukan tidak
beberapa diantaranya yakni metode boleh lebih dari 1 menit. Kuncinya dari teknik
restrukturisasi, terapi relaksasi, terapi di atas adalah menciptakan sejumlah stimulus
bernapas, dan terapi interocepative. Inti dari yang menyerupai serangan panik. Latihan-
terapi CBT adalah membantu pasien dalam latihan tersebut diulangi 3-5 kali sehari hingga
memahami cara kerja pemikiran otomatis dan pasien tidak lagi merasakan kepanikan
keyakinan yang salah dapat menimbulkan terhadap stimulus seperti itu. Biasanya butuh
respon emosional yang berlebihan, seperti waktu hingga beberapa minggu untuk dapat
pada gangguan panik.1,7,20,21 mencapai hal itu. 1,19
Terapi restrukturisasi, melalui terapi ini Pemaparan terhadap stimulus tersebut
pasien dapat merestrukturisasi isi pikirannya dilakukan agar pasien dapat belajar melalui
dengan cara mengganti semua pikiran – pengalaman bahwa semua sensasi internal
pikiran negatif yang dapat mengakibatkan yang dia rasakan seperti sesak napas, pusing
perasaan tidak menyenangkan yang dapat dan pandangan yang kabur bukanlah hal yang
memicu serangan panik dengan pemikiran- harus ditakuti. Ketika pasien mulai menyadari
pemikiran positif. Terapi relaksasi dan hal tersebut maka secara otomatis,
bernapas dapat digunakan untuk membantu hippocampus dan amygdala, yang merupakan
pasien mengontrol kadar kecemasan dan pusat emosi, akan ikut mempelajarinya
mencegah hypocapnia ketika serangan panik sebagai hal yang tidak perlu ditakuti, sehingga
terjadi. Semua jenis CBT seperti di atas dapat respon sistem simpatik akan ikut
dilakukan pasien dengan atau tanpa berkurang.1,7,24
melibatkan dokter. 1,7,22 Ada beberapa pertimbangan yang
Namun salah satu metode CBT seperti memperngaruhi prognosis pasien25.
interoceptive therapy, dalam terapi ini setiap Faktor yang meringankan :
pasien mengalami serangan, serangan • Dukungan keluarga
tersebut diinduksi dalam lingkungan yang • Motivasi yang kuat (keinginan kuat yang
terkontrol untuk memungkinkan pasien untuk ingin sembuh)
menghadapi rasa takutnya dan belajar • Tidak ada riwayat keluarga (keluarga
menguasainya. Latihan seperti ini berlangsung pasien tidak ada yang mengalami gangguan
selama satu menit. 23 yang sama)
Interoceptive theraphy terbukti berhasil Faktor yang memperberat:
pada 87% pasien harus dilakukan dengan
• Kambuh-kambuhan
bantuan dokter di suatu lingkungan yang
• Jarak rumah dengan RSJ relatif jauh
terkontrol. Karena terapi ini dilakukan dengan
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa
memberikan paparan yang dapat menstimulus
daftar yang memperingan lebih banyak
serangan panik pasien dengan cara
dibanding yang memperberat sehingga di
meningkatkannya sedikit demi sedikit hingga
prognosis dubia ad bonam, selain itu kasus ini
pasien mengalami desensitasi terhadap
tidak terdapat gangguan psikosis yang dapat
stimulus tersebut. Adapun beberapa teknik
memperberat prognosis.25
yang dapat dilakukan untuk mendesensitasi

gangguan panik antara lain22,23:

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Desember 2015|19


Anityo | Laki-Laki 39 Tahun dengan Gangguan Cemas Menyeluruh

Simpulan joint national committee on prevention,


Gangguan panik adalah ditandai dengan evaluation and treatment of high blood
terjadinya serangan panik yang spontan dan pressure: the JNC 7 report. JAMA. 2003;
tidak diperkirakan. Kecemasan berupa 2560-72.
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam 10. Greist JH, Jefferson JW. Anxiety disorder.
dan berkelanjutan terus-menerus. Faktor Review of general psychiatry. Baltimore:
psikologis, peristiwa kehidupan menegangkan, Vishal Cp 21; 2000.
hidup transisi, lingkungan, dan berpikir 11. Maslim, R. Buku saku diagnosis gangguan
dengan cara yang melebih-lebihkan reaksi jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
tubuh relatif normal juga diyakini berperan Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
dalam timbulnya gangguan panik diagnosis Atmajaya; 2003.
gangguan panik berdasarkan suatu periode 12. Neale JM, Davidson GC. Abnormal
tertentu adanya rasa takut atau rasa tidak psychology. New York: John Wiley & Sons
nyaman. Tatalaksana untuk gangguan panik Inc; 2001.
dibagi 2 yaitu pada saat serangan panik dan 13. Cloos JM. Treatment of panic disorder.
tidak pada saat serangan panik. Penderita Medscape [Internet]. 2005 [diakses
dengan fungsi premorbid yang baik serta tanggal 20 April 2014]. Tersedia dari:
durasi serangan yang singkat bertendensi http://www.medscape.com/viewarticle/4
untuk prognosis yang lebih baik. 97207_1.
14. Swinson RP, Anthony MM, Bleau P.
Clinical practice guidelines : management
DAFTAR PUSTAKA of anxiety disorder. Can J Psychiatry.
1. American Psychiatric Assosiation. Practice 2006;51(2):1-10
guideline for the treatment of patients 15. American Psychiatric Association. Practice
with panic disorder second edition. New guideline for treatment of patients with
York: American Psychiatric Assosiation; panic disorder. USA: American Psychiatric
2010. Association; 2010.
2. Barlow DH, Craske MG. Mastery of your 16. Zadeh FJ. A comparative study of the
anxiety and panic: patient workbook. efficacy of group versus individual
USA: Oxford University Press; 2006. cognitive behaviour therapy in the
3. McLean PD, Woody SR. Panic disorder treatment of panic disorder. Wuppertal:
and agoraphobia. Dalam: Anxiety Bergische University Press; 2014.
disorders in adults. Vancouver: Oxford 17. Maslim R. Penggunaan klinis obat
University Press; 2001. psikotropika. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2010.
4. Davies, T. ABC Kesehatan Mental. Jakarta: 18. Meca JS, Ana RA, Fulgencio MM.
EGC; 2009. Psycological treatment of panic disorder
5. Atkinson RL, Atkinson Richard, Smith, with or without agoraphobia: Clinical
Edward. Hilgard's introduction to Psychology Review. 2010;30(4):37-50.
psychology. New York: Harcourt College 19. American Psyciatric Association.
Publishers; 2002. Diagnostic and statistical manual of
6. Elvira, S and Hadisukanto, G. Buku ajar mental disorder V. USA: American
psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Psychiatric Publishing; 2014.
Universitas Indonesia; 2013. 20. Yoshinaga N, Hayashi Y, Yamazaki Y,
7. Sadock BJ, Kaplan. Kaplan & sadock's Moriuchi K, Doi M. Development of
synopsis of psychiatry: behavioral nursing guidelines for inpatients with
sciences/clinical psychiatry. Philladelphia: obsessive-compulsive disorder in line
Lippincott Williams & Wilkins; 2007. with the progress of cognitive behavioral
8. Memon MA. Panic disorder. Medscape therapy: a practice report. J Depress
[Internet]. 2011 March [diakses tanggal Anxiety. 2014;3(2):1-10.
20 April 2014]. Tersedia dari: 21. Ham P, Waters DB. Treatment of panic
http://emedicine.medscape.com/article/ disorder. American Family Physician.
287913-overview. 2005;71(4):1-18.
9. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR,
Crushman WC. The seventh report of the

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Desember 2015|20



Anityo | Laki-laki 39 Tahun dengan Gangguan Cemas Menyeluruh

22. Spett, M. Cognitive-behaviour therapy for Australan and New Zealand College of
panic attacks. The Journal of Psychiatry Psychiatrists; 2009.
and Law. 2008;34(2):12-18. 24. Videbeck, S L. Buku ajar keperawatan
23. The Royal Australan and New Zealand jiwa. Jakarta: EGC; 2008.
College of Psychiatrists. Panic disorder 25. Amir, Nurmiati. Luaran terapi pada
and agoraphobia. Australia: The Royal gangguan depresi major. Cermin Dunia
Kedokteran. 2012; 39(2):32-40.

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Desember 2015|21

Anda mungkin juga menyukai