Segala Puji bagi Allah Yang telah memberikan RakhmatNya sehingga Buku
Pedoman Komunikasi Efektif ini dapat tersusun. Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada para pihak yang telah membantu tersusunnya Buku ini, semoga
Buku Pedoman ini bermanfaat. Komunikasi Efektif merupakan salah satu unsure
penting dalam Program Keselamatan Pasien. Komunikasi ini merupakan
penyampaian informasi antar para petugas rumah sakit dan juga penyampaian
informasi dari petugas ke pada pasien atau keluarganya, dan sebaliknya. Proses
Komunikasi ternyata tidak mudah, dan bila dalam proses penyampaian tidak benar
dapat menimbulkan salah persepsi, yang dapat berakibat tidak baik. Berbagai variasi
dapat terjadi dalam proses komunikasi dapat berupa variasi dalam kata, intonasi,
dialek, dan berbagai faktor lain termasuk factor lingkungan. Sehingga perlu
disusun suatu panduan dalam Komunikasi agar tercipta suatu komuikasi yang efektif.
Semoga Buku Panduan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Sebagai akhir kata, Buku Pedoman ini belum sempurna sehingga memerlukan
penyempurnaan, kritik dan saran dari pembaca kami harapkan untuk
menyempurnakan buku pedoman ini.
Penyusun
0
BAB I
KOMUNIKASI EFEKTIF
A. KOMUNIKASI
1. DEFINISI
Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran – pikiran atau
informasi”. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz
&Weihich, 1988).
2. PROSES
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan
sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
(Hardjana, 2003).
3. UNSUR
1. Sumber/komunikator (dokter, perawat, admisi, Administrasi IRI,
Kasir , dll )
2. Isi pesan
3. Media/saluran (ElektroniK, Lisan dan Tulisan ).
4. Penerima / komunikan (pasien, keluarga pasien, perawatan, dokter,
Admisi , Administrasi IRI ).
4. SUMBER / KOMUNIKATOR
6. MEDIA
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan
yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima.
Berita dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus. Pada
1
kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat
komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin terjadi
berupa perubahan sikap (konsil kedokteran Indonesia, hal 8). Media yang
dapat digunakan dapat melalui telepon, menggunakan lembar leaflet , brosur ,
vcd ( peraga ).
7. PENERIMA / KOMUNIKAN
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi peran
pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab
adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan
umpan baik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses
komunikasi berlangsung dua arah. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8).
2
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
1. DEFINISI
2. TUJUAN
Memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang
disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi
sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informasi lebih
jelas dan lengkap serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik
oleh penerima informasi atau komunikan.
Agar pengiriman informasi dan umpan balik (feed back) dapat
seimbang sehingga tidak secara monoton.
3. FUNGSI
Fungsi Informasi
Untuk memberitahukan suatu pesan kepada pihak tertentu dengan
maksud agar komunikan dapat memahaminya.
Fungsi Ekspresi
Sebagai wujud ungkapan perasaan/pikiran komunikator atas apa
yang dia pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.
Fungsi Kontrol
Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan dengan
pesan yang berupa perintah, peringatan, penilaian dan lain
sebagainya
Fungsi Sosial
Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara
komunikator dan komunikan.
Fungsi Ekonomi
Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan
finansial, barang dan jasa.
4. HAMBATAN
Perbedaan pengaruh status sosial yang dimiliki sehingga yang
lebih rendah tidak berani mengemukakan aspirasinya.
Masalah semantik yaitu penggunaan bahasa yang tidak sesuai
dengan keadaan komunikan.
Perbedaan cara pandang dan cara berfikir antara komikator dan
komunikan.
Perbedaan budaya, agama dan lingkungan sosial.
Adanya gangguan lingkungan fisik yang mempengaruhi saat
berlangsungnya komunikasi.
Gangguan pada media yang digunakan seperti suara terputus-
putus, gambar kabur, huruf tidak jelas dan yang lainnya.
Tidak adanya umpan balik dari komunikan
3
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini di terapkan kepada semua staf dan karyawan Rumah Sakit
dalam menjalin komunikasi dengan berbagai pihak yaitu :
4
1. Rumah sakit menyampaikan informasi kepada masyarakat.
2. Masyarakat membutuhkan informasi dari Rumah sakit
5
BAB III.
6
10. Pasien dan keluarga pasien dapat meminta cara pengobatan dan tindakan
setelah keluar rumah sakit.
11. Semua komunikasi antara PPA dengan pasien yang sedang dirawat di
Rumah Sakit harus dicatat di lembar yang tersedia di Rekam Medik.
12. Pasien yang mengalami hambatan komunikasi akan diberikan bantuan
berupa :
a. Untuk pasien dengan kesulitan memakai bahasa Indonesia atau
Jawa, maka disediakan penerjemah sesuai dengan bahasa yang
digunakan.
b. Untuk pasien tuli maka disediakan penerjamah bahasa isyarat.
c. Untuk pasien geriatri dan anak-anak yang tidak/belum mampu
memahami komunikasi maka harus didampingi keluarga
terdekat atau orang yang merawatnya
7
pemeriksaan yang telah dilakukan dan diagnosis sementara atau pasti.
Setelah itu dituliskan pemeriksaan/penatalaksanaan yang dibutuhkan
dari spesialis lain yang dituju.
c. Jika dokter spesialis yang dituju masih belum jelas terhadap konsulan
yang diberikan DPJP ,maka dokter spesialis yang dituju harus
melakukan konfirmasi baik tatap muka langsung maupun melalui
telepon kepada DPJP.
d. Setiap pemeriksaan atau penatalaksanaan pasien oleh Dokter spesialis
yang dituju jika mempengaruhi atau beresiko mempengaruhi keadaan
pasien yang kemungkinan menimbulkan resiko terhadap kondisi
pasien harus dimintakan persetujuan dari DPJP secara tertulis dengan
konfirmasi langsung atau melalui telefon.
e. Dalam kondisi gawat darurat, konsulan dapat dilakukan langsung
melalui telepon atau tatap muka baru kemudian menulis di lembar
konsul atau lembar pemeriksaan.
f. Saat pasien dinyatakan boleh rawat jalan maka DPJP menuliskan
riwayat ringkasan pulang dengan tulisan yang mudah dibaca oleh
semua orang
8
d. Saat pasien dinyatakan boleh rawat jalan maka perawat menuliskan
riwayat ringkasan pulang dengan tulisan yang mudah dibaca oleh
semua orang
9
kembali (REPEAT BACK) nama obat dan dosis, spellingmis : 16 => satu
– enam, adrenalin 1 amp, Sulfas atropin 2 amp.
8. Tata cara komunikasi serah terima pasien/ operan antar shift atau
antar ruangan
a. Lakukan pengkajian ulang
b. Kumpulkan data yang di perlukan
c. Pastikan diagnose medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang akan di lanjutkan
d. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil
pengkajian
e. Siapkan rekam medis pasien termasuk rencana perawatan
harian
f. Lakukan serah terima dengan sift berikutnya atau perawat
ruang lain yaitu status kesehatan pasien, ringkasan asuhan,
perkembangan pasien, rencana asuhan.
g. Petugas/perawat yang di operi wajib mengulangi pesan yang
sudah di sampaikan
h. Tanda tangan serah terima
10
6) Tulis hasil pada lembar permintaan obat.
11. Tata cara komunikasi antar petugas kesehatan dengan rumah sakit
lain
a. Ucapkan salam
b. Lakukan serah terima dengan petugas kesehatan rumah sakit
lain dengan metode SBAR antara lain status kesehatan pasien,
ringkasan asuhan, perkembangan pasien, ringkasan terapi dan
hasil pemeriksaan.
c. Petugas / perawat yang dioperi wajib mengulangi pesan yang
sudah disampaikan.
d. Tanda tangan serah terima atau stempel Dalam menuliskan
kalimat yang sulit, maka komunikan harus menjabarkan
hurufnya satu persatu dengan menggunakan alfabeth
Kode Alfabeth International:
Sumber: Wikipedia
11
BAB IV
DOKUMENTASI
A. Pencatatan/dokumentasi
1. Setiap petugas yang melakukan prosedur komunikasi wajib melakukan
pencatatan di lembar / catatan terintegrasi.
2. Setiap petugas yang melakukan komunikasi efektif wajib memberikan cap
/ stempel read back di cacatan terintegrasi
3. Dalam waktu 1x 24 jam terlapor wajib menandatangani cap / stempel read
back.
12
C. Hasil Nilai Test Kritis yang wajib di laporkan
1. Laboratorium
HEMATOLOGI DAN KOAGULASI
KIMIA
13
Glucose, <30 mg/dL <1.7 >325 mg/dL >18
neonatus mmol/L mmol/L
HEMODIALISIS
2. Radiologi
Pemeriksaan
3. Mikrobiologi Klinik
No TES/ NILAI KRITIS KATEGORI
SPESIMEN
14
3. Cairan Positif mikroorganisme agen infeksi Elektif/urgent
Perikardial setelah inkubasi
Definisi :
1. Elektif : Hasil pemeriksaan laboratorium Mikrobiologi Klinik dengan
kriteria nilai kritis pada saat yang sama dengan keluarnya hasil
pemeriksaan laboratorium Mikrobiologi Klinik, dalam waktu 1-3 hari
sudah dilaporkan dan didiskusikan antara Spesialis Mikrobiologi Klinik
(Sp.MK) dengan DPJP, disertai interpretasi dan saran penanganan
penyakit infeksi tersebut.
2. Urgent : dalam waktu 1-2 jam sudah dilaporkan dan didiskusikan dengan
DPJP dengan Spesialis Mikrobiologi Klinik (Sp. MK), disertai interpretasi
dan saran penanganan penyakit infeksi urgent tersebut.
3. Catatan :
a. Validator hasil pemeriksaan lab Mikrobiologi Klinik pertama adalah
petugas laboratorium, dan pelaporan segera ke DPJP adalah Spesialis
Mikrobiologi Klinik.
b. Validator pelaporan adalah Spesialis Mikrobiologi Klinik.
15
4.Bank Darah
5. Patologi Anatomi
1. Nilai kritis didapatkan bila hasil pemeriksaan FNA-B, tidak sesuai dengan hasil
pemeriksaan histopatologi yang sudah dikonfirmasi dengan pemeriksaan
imunohistokimia dari laboratorium rujukan.
2. Hasil pemeriksaan yang merupakan nilai kritis adalah hasil pemeriksaan FNAB
tidak ganas, setelah dilakukan pemeriksaan Histopatologi dan Imunohistokimia
ternyata ganas.
16