Anda di halaman 1dari 6

BAB VI

METAMORFISME

6.1. Pengertian Batuan Metamorf


Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan-perubahan fundamental
batuan yang sebelumnya sudah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh
suatu massa magma yang sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa
kontak. Metamorfosa regional yang meliputi daerah yang sangat luas
disebabkan oleh efek tekanan dan panas batuan yang terkubur sangat dalam.
Dalam kedua tipe metamorfosa, fluida dalam batuan dapat membatu
perubahan – perubahan kimiawi. Air adalah fluida utama, tetapi unsur – unsur
kimia seperti klor flour, brom, dan lain-lain dapat keluar dari batuan
sekililingnya.
Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair,
dengan temperatur 200oC – 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam
batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan
terbentuk kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.
Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adealah proses yang
mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap
kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda
dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk
akibat proses perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada
sebelumnya. Akibat bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan
sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan
baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Apabila semua batuan-batuan
yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang
kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan

44 Universitas Sriwijaya
45

baru-lagi.

6.2. Agen-Agen Batuan Metamorf


Agen yang dimaksud disini adalah media-media yang berpengaruh atau
berperan dalam pembentukan batuan metamorf tersebut, dalam hal ini disebut
metamorfisme.
Media atau agen yang menyebabkan terjadinya proses matamorfisme
adalah panas, tekanan, dan cairan kimia aktif. Ketiga agen ini dapat bekerja
bersama-sama pada batuan yang mengalami proses metamorfisme dan
kontribusi setiap agen berbeda-beda. Pada metamorfisme tingkat rendah,
kondisi temperatur dan tekanan hanya sedikit di atas kondisi proses pembatuan
pada proses pembentukan batauan sedimen. Sedangkan pada metamorfisme
tingkat tinggi, kondisinya sedikit di bawah kondisi proses peleburan batuan
menjadi magma. Bagaimana ketiga Agen di atas dapat bertindak sebagai agen
yang menyebabkan proses metamorfisme dapat di baca di bawah ini.

- Peranan panas dalam proses metamorfisme

Panas merupakan agen matamorfisme yang sangat penting. Batuan yang


terbentuk dekat permukaan bumi akan mengalami perubahan kalau mengalami
pemanasan yang tinggi pada waktu diterobos oleh magma. Apabila panas
magma tidak terlalu tinggi, proses metamorfisme tidak terjadi. Pada keadaan
yang demikian akan terjadi proses pembakaran batuan yang diterobos yang
disebut baking effect.
Batuan yang terbentuk di permukaan bumi juga dapat mengalami
perubahan temperatur yang sangat tinggi apabila batuan tersebut mengalami
proses penimbunan yang dalam. Seperti telah diketahui bahwa temperatur akan
meningkat dengan meningkatnya keadaaan (gradient geothermal). Pada kerak
bumi bagian atas, rata-rata penaikan temeperatur sekitar 30oC per kilometer.
Batuan dekat permukaan bumi juga dapat mengalami pemindahan tempat ke

Universitas Sriwijaya
46

tempat yang lebih dalam. Proses ini terjadi pada pertemuan lempeng-lempeng
tektonik konvergen, yaitu pada zona subduksi (penunjaman).
Proses perubahan juga terjadi pada mineral penyusun batuan, yang
kestabilannya berubah karena perubahan kedalaman. Contohnya, mineral
lempung menjadi tidak stabil pada kedalaman hanya beberapa kilometer, dan
akan mengalami rekristalisasi menjadi mineral yang lebih stabil pada kondisi
temperatur dan tekanan yang lebih tinggi, akan mengaami proses metamorfisme
pada kedalaman sekitar 30 kilometer.

- Peranan tekanan dalam proses metamorfisme

Tekanan seperti halnya temperetur akan meningkat dengan meningkatnya


kedalaman. Tekanan ini seperti tekanan gas, akan sama besarnya ke segala arah.
Tekanan yang terdapat di dalam bumi ini merupakan tekanan tambahan dari
tekanan pada batuan oleh pembebanan batuan di atasnya. Pada keadaan ini
batuan akan mengalami penekanan yang berarah, dan pemerasan. Batuan pada
tempat yang dalam akan menjadi plastis pada waktu mengalami deformasi.
Sebaliknya pada tempat yang dekat permukaan bumi, batuan akan mengalami
keretakan pada waktu mengalami deformasi. Hasilnya batuan yang bersifat
rapuh akan hancur dan menjadi material yang lebih halus.

- Cairan kimia aktif sebagai agen metamorfisme

Larutan kimia aktif, umumnya adalah air yang mengandung ion-ion terlarut,
juga dapat menyebabkan terjadinya proses metamorfisme. Perubahan mineral
yang dilakukan oleh air yang kaya mineral dan panas, telah banyak dipelajari di
beberapa pegunungan api. Di sepanjang pematang pegunungan lantai dasar
samudera, sirkulasi air laut pada batuan yang masih panas mengubah mineral
pada batuan beku basalt yang berwarna gelap menjadi mineral-mineral
metamorf seperti serpentin dan talk.

Universitas Sriwijaya
47

6.3. Tekstur Batuan Metamorf


Tekstur batuan metamorf secara umum dibagi menjadi dua yaitu
teksturkristaloblastik dan tekstur sisa (relict) (Mulyo, 2013).
• Tekstur kristaloblastik
Merupakan tekstur yang terbentuk oleh proses metamorfisme. Tekstur ini
sudah berbeda dengan tekstur batuan asalnya ( protolith ).
Macam – macam tekstur kristaloblastik :
- Lepidoblastik, adalah tekstur batuan metamorf dengan mineral –
mineral
penyusun berbentuk tabular.
- Nematoblastik, adalah tekstur batuan metamorf dengan mineral –
mineral
penyusun berbentuk prismatik.
- Granoblastik – granular, dalam tekstur ini tersusun oleh butiran yang
relatif
equidimensional (granular) dengan batas kristal suture ( jackson, 1970
).
- Granuloblastik, tekstur ini tersusun oleh butiran yang relatif
equidimensional
(granular) dengan batas kristalunsuture.
- Granoblastik – polygonal,
- Dekusat, tekatur granoblastik dengan individu kristalnya cenderung
berbentuk
subidioblastik, prismatik dan tersusun secara acak.
- Porpiroblastik, tektur dengan mineral besar di dalam mineral kecil
- Tekstur mortar, tektur batuan metamorf akibat penggerusan

• Tekstur sisa ( relict )


Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih memperlihatkan tekstur
batuan asalnya.

Universitas Sriwijaya
48

Gambar 6.1 Tekstur batuan Metamorf

Gambar 6.2 Tekstur batuan metamorf (Compton, 1985).

Universitas Sriwijaya
49

A. Tekstur Granoblastik, sebagian menunjukkan tekstur mosaik;


B. Tekstur Granoblatik berbutir iregular, dengan poikiloblast di kiri atas;
C. Tekstur Skistose dengan porpiroblast euhedral;
D. Skistosity dengan domain granoblastik lentikuler;
E. Tekstur Semiskistose dengan meta batupasir di dalam matrik mika
halus;
F. Tekstur Semiskistose dengan klorit dan aktinolit di dalam masa dasar
blastoporfiritik metabasal;
G. Granit milonit di dalam proto milonit;
H. Ortomilonit di dalam ultramilonit;
I. Tekstur Granoblastik di dalam blastomilonit.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai