Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

KOMPENSATORIS ANAK AUTIS

“ Terapi Visual ”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kompesatoris


Anak Autis (AKPF1505)
Yang diampu oleh Dewi Ratih Rapisa, M.Pd

Disusun Oleh :
Emi Baitiya 1610127720015
Kelas: B3

Prodi Pendidikan Khusus


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
Tahun 2018
 Terapi Visual

Individu autistic lebih mudah belajar dengan melihat. Hal inilah yang kemudian dipakai
untuk mengembangkan metode belajar berkomunikasi melalui gambar-gambar. Beberapa
video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan keterampilan komunikasi.

Pelatihan anak autis secara visual

Penyandang autis lebih bisa memahami informasi yang diterima dalam bentuk gambar
dibandingkan dengan bahasa lisan ataupun tulisan, oleh karena itu dalam mengajar mereka
dibutuhkan tatalaksana khusus. Duapuluh persen dari penyandang autisme tidak akan bicara,
bagi mereka dapat diajarkan ketrampilan komunikasi dengan cara lain, yaitu
gambar-gambar atau Picture Exchange Communication (PEC) atau Computer Pictograph for
Communication (COMPIC) atau Communication Through Picture. Gambar-gambar tersebut
dapat disusun di papan komunikasi manual ataupun melalui komputer. Secara umum anak
autis memiliki kemampuan yang menonjol di bidang visual. Mereka lebih mudah untuk
mengingat dan belajar, bila diperlihatkan gambar atau tulisan dari benda-benda, kejadian,
tingka llaku maupun konsep-konsep abstrak. Dengan melihat gambar atau tulisan, anak autis
akan membentuk gambaran mental atau mental image yang jelas dan relatif permanen dalam
benaknya. Bila materi tersebut hanya diucapkan saja mereka akan mudah melupakannya
karena daya ingat mereka amat terbatas. Karena itu dalam melakukan terapi digunakan
sebanyak mungkin kartu-kartu bergambar dan alat bantu visual lain untuk membantu mereka
mengingat, hal ini juga berlaku untuk anak autis yang hanya mengalami gangguan di bidang
verbal. Untuk melatih penderita agar bisa berkomunikasi, kita harus menyesuaikan diri
dengan gaya komunikasi mereka. Orang tua dan pendidik bisa menggunakan ekspresi wajah,
gerak isyarat, mengubah nada suara, menunjuk gambar, menunjuk tulisan, menggunakan
papan komunikasi dan menggunakan simbol-simbol. Cara-cara tersebut tidak hanya
digunakan secara tersendiri, tetapi juga dapat digabungkan sehingga membentuk pesan yang
lebih kuat. Cara-cara tersebut diatas, dapat diintegrasikan dengan menggunakan teknologi
multimedia interaktif. Karakter sebuah aplikasi multimedia interaktif adalah gabungan dua
atau lebih dari beberapa media, yang dapat diakses secara interaktif, sehingga membentuk
sebuah efek komunikasi yang kuat. Sebuah studi yang dilakukan oleh Software Publisher
Association (SPA) tentang keefektifan penggunaan teknologi menunjukkan manusia
mendapat 80 persen pengetahuan dari melihat, tetapi hanya 11 persen yang teringat.
Persentase ini lebih kecil melalui pendengaran tetapi hasil yang diingat lebih tinggi.
Kombinasi keduanya akan sangat efektif dan menaikkan daya ingat hingga 50 persen.
Dengan demikian aplikasi multimedia merupakan sarana yang tepat untuk pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai