Murtiningsih
Universitas Negeri Yogyakarta
Email: murtiningsih@uny.ac.id
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesalahan dalam penggunaan
Bahasa Indonesia pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) STKIP Nuuwar
Fak-fak. Subjek penelitian ini adalah 260 mahasiswa PGSD STKIP Nuuwar Fak fak.
Objek yang akan diteliti adalah kesalahan penggunaan bahasa Indonesia, terutama
pada penulisan kata baku. Data dihimpun dari kesalahan berbahasa dalam mata kuliah
Keterampilan Berbahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2009. Teknik analisis data
menggunakan teknik statistik deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
1) kesalahan yang paling banyak dilakukan mahasiswa dalam penulisan kata yang tidak
sesuai dengan konteks kalimat sebesar 69,2% namun masih masuk dalam taraf kesalahan
rendah; 2) untuk kategori sedang 17,4% terutama kesalahan dalam penulisan kata
berimbuhan dan penggunaan kata depan; 3) taraf kesalahan dalam penulisan kata baku
yang dipengaruhi oleh bahasa daerah atau bahasa percakapan; 4) kesalahan mahasiswa
dalam penulisan kata yang rancu atau ambigu sebesar 13,4%
Abstract
This study aims to investigate the level of errors in using Bahasa Indonesia of the
bachelor students of Elementary School Teacher Education (PGSD) of STKIP Nuuwar
Fak-Fak. The problem in this writing was on the student errors in writing standard Bahasa
Indonesia. The research subjects were all bachelor students of PGSD STKIP Fak-Fak,
amounting to 260 students. The objects of this research were the errors in using Bahasa
Indonesia, especially errors in basic writing. The data were collected from the test results
of Language Skills and Indonesian Literature subject in 2009. The data were analyzed
by using descriptive statistical techniques with percentage result. Based on the result of
the data analysis, it can be stated that (1) the students’ errors that were mostly done in
writing that do not fit to the sentence context are 69.2% but they are still included in the
low-level error, (2) for the average category, there were 17.4% errors mainly errors on affix
and preposition, (3) errors in terms of standard spelling are influenced by the students’
local or colloquial languages, (4) students’ errors in using ambiguous words are 13,4%.
74
75
Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi dapat bukti tentang cara berbahasa itu
mahasiswa PGSD mempunyai peranan untuk dipelajari terlebih dahulu dan dapat
untuk memperkenalkan bahasa Indonesia diketahui strategi atau metode yang tepat
kepada para mahasiswa untuk berbagai untuk pembelajarannya (Soenardji, 1989:
kepentingan baik dalam pembelajaran 143-144).
atau pun komunikasi praktis. Selain itu Mengingat adanya masalah dalam
bertujuan untuk memberikan pemahaman pembelajaran bahasa Indonesia karena
terhadap bahasa lisan dan tertulis kepada terjadinya kesalahan berbahasa pembela-
para pembelajar. Hal ini mengandung jar, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
maksud bahwa mahasiswa diharapkan lanjut permasalahan kesalahan-kesalahan
mampu mempergunakan bahasa Indone- berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh
sia untuk berbicara dan menulis dengan para pembelajar bahasa Indonesia dan
lancar dan sekaligus dapat mengerti mencoba mengajukan alternatif pembetul-
bahasa yang diujarkan penutur aslinya an/remedi agar kesalahan-kesalahan itu
(Wojowasito, 1977: 1-2). berkurang. Orientasi idealis dalam penu-
Tujuan pembelajaran kemampuan lisan ini adalah dengan diidentifikasinya
berbahasa Indonesia (dan atau bahasa-ba- kesalahan-kesalahan berbahasa maha-
hasa lainnya) tidak mudah dicapai karena siswa, sekaligus klasifikasinya dapat diten-
dalam proses pembelajarannya pastilah tukan tahapan-tahapan pembelajarannya
dijumpai banyak permasalahan. Salah sehingga dapat memberikan sumbangan
satu permasalahan itu berupa kesalahan- berarti pada program pembelajaran ke-
kesalahan berbahasa oleh para pembelajar mampuan berbahasa Indonesia bagi ma-
yang bila tidak segera diidentifikasi akan hasiswa S-1 PGSD khususnya.
mengakibatkan kendala berkelanjutan Berdasarkan latar belakang di atas,
dalam proses pembelajaran bahasa. Apa- maka masalah dalam penulisanini terkait
bila hal ini terjadi (belum diidentifikasi- dengan kemampuan mahasiswa dalam hal
kannya kesalahan berbahasa secara tepat (1) pemahaman terhadap kata baku pada
dan sistematis), dikhawatirkan terjadi mahasiswa masih rendah, (2) pemahaman
ketidaktepatan dalam pemilihan strategi terhadap ketatabahasaan masih kurang, (3)
pembelajaran yang mengakibatkan tidak ketidaktepatan penggunaan kata baku da-
tercapainya tujuan pembelajaran bahasa lam konteks kalimat, dan (4) kemampuan
tersebut. dalam penulisan kalimat kurang efektif.
Kesalahan yang sering dilakukan ma- Namun, berdasarkan masalah tersebut
hasiswa adalah kesalahan dalam penulisan dalam penulisan ini hanya difokuskan
kata baku. Ada dua jenis kesalahan ber- pada analisis kesalahan berbahasa pada
bahasa yakni, (1) kesalahan terbuka dan mahasiswa PGSD dalam penggunaan
(2) kesalahan tertutup. Kesalahan terbuka kata baku.
adalah kesalahan berbahasa pada tingkat Tujuan dari penelitian ini adalah un-
ketatabahasaan yang terlihat dalam kali- tuk mendeskripsikan tingkat kesalahan
mat-kalimat yang dihasilkan pembelajar. berbahasa Indonesia oleh mahasiswa S-1
Kesalahan tertutup merupakan kesalahan PGSD dalam mata kuliah Keterampilan
yang tersembunyi di balik kalimat yang Berbahasa Indonesia; mengidentifikasi
tersusun secara benar menurut tata ba- kesalahan dan mengklasifikasi kesalahan-
hasa; secara benar menurut kaidah keta- kesalahan tersebut.
tabahasaan tetapi tidak benar dari sudut Dalam penulisan ini diharapkan dapat
semantiknya. Analisis tentang kesalahan- membantu pembelajar bahasa Indonesia
kesalahan berbahasa mempunyai arti agar tidak melakukan kesalahan-kesala-
penting bagi peneliti yaitu mahasiswa han berbahasa dan memberi sumbangan
pada para pembelajar dalam menentukan pembelajar ketika mahasiswa dalam mem-
strategi pembelajaran bahasa Indonesia buat suatu karangan. Kesalahan tersebut
dengan tepat sehingga tujuan pembelaja- meliputi (1) kesalahan memilih kata untuk
ran bahasa tersebut dapat tercapai. mewakili konsep-konsep, (2) kesalahan di
Spillane (1993: 1-4), dalam makalahnya bidang ejaan, dan (3) kesalahan tata bahasa
yang berjudul “Kesulitan Mahasiswa S-1 yang terdiri atas kesalahan imbuhan, ke-
PGSD dalam Belajar Bahasa Indonesia”, salahan aktif-pasif, kesalahan konjungsi,
menguraikan hasil refleksi pengalaman dan preposisi, serta kesalahan susunan
pribadinya sebagai orang Amerika selama kalimat.
belajar bahasa Indonesia. Ia menyatakan Beberapa referensi yang berguna bagi
bahwa kebiasaan belajar yang terlalu visual landasan berpijak untuk penulisan ini
mengakibatkan kemampuan menangkap seperti: Norish (1983) tentang pembelajar
ujaran yang dituturkan orang lain tidak bahasa dan kesalahan-kesalahannya, ter-
terlalu baik. Jadi, masalah yang dialami masuk di dalamnya kesalahan pembelajar
lebih pada menangkap tuturan lisan dari dalam menulis; O’Grady, et.al. (1989) ten-
mitra bicaranya. Beberapa kesalahan yang tang kesalahan berbahasa yang dihubung-
dialaminya antara lain, pemilihan afiks kan dengan masalah interlanguage dan
yang tepat, penentuan asimilasi bunyi, interference dalam perolehan bahasa kedua
penentuan makna kata setelah mendapat (L2); Tarigan (1988) mengenai teori kesalah-
imbuhan, pembentukan konstruksi pasif an berbahasa dan langkah-langkah dalam
– aktif, pengucapan bunyi-bunyi sengau, melakukan analisis kesalahan berbahasa;
pemakaian kata depan, pemakaian peng- Tarigan (1989) yang membahas secara rinci
golong nomina, dan penerjemahan nomina pengajaran remidi bahasa sebagai tindak
yang disertai lebih dari satu ajektiva, serta lanjut ditemukannya berbagai kesalahan
kesalahan dalam memilih kata yang tepat berbahasa agar kesalahan-kesalahan terse-
untuk ujaran tertentu. but tidak terjadi lagi dalam proses pembe-
Dardjowidjojo (1995:1-10) secara umum lajaran bahasa. Referensi-referensi tentang
memaparkan kesalahan yang dialami oleh tata bahasa Indonesia dan aspek-aspeknya
pembelajar dalam pembelajaran bahasa dapat dirunut Dardjowidjojo (1995).
Indonesia seperti berikut. Pertama, bentuk Norish (1983: 6-8) berpendapat bahwa
kelas individual dan kelas klasikal sering ada tiga hal penyimpangan berbahasa yaitu
menimbulkan masalah bagi pembelajar. error, mistake, dan lapse. Error (kesalahan)
Hal ini disebabkan kemampuan awal ba- merupakan penyimpangan berbahasa se-
hasa target/bahasa tujuan yang dimiliki cara sistematis dan terus-menerus sebagai
pembelajar tidak sama sehingga ada ke- akibat belum dikuasainya kaidah-kaidah
timpangan kemampuan di kelas. Kedua, atau norma-norma bahasa target. Mistake
bahan pembelajar yang tidak sesuai de- (kekeliruan), terjadi ketika seorang pem-
ngan tingkat penguasaan bahasa dan latar belajar tidak secara konsisten melakukan
belakang pembelajar menimbulkan ke- penyimpangan dalam berbahasa. Kadang-
sulitan tersendiri dalam pemahamannya. kadang pembelajar dapat mempergunakan
Ketiga, metode yang dipakai dalam pem- kaidah/norma yang benar tetapi kadang-
belajaran tidak tepat. Keempat, kualifikasi kadang mereka membuat kekeliruan de-
pengajar yang relatif rendah, dan. Kelima, ngan mempergunakan kaidah/norma dan
masalah tersebut mengakibatkan pembela- bentuk-bentuk yang keliru. Lapse (selip
jaran bahasa Indonesia kurang efektif dan lidah) diartikan sebagai bentuk penyim-
pencapaian tujuannya kurang optimal. pangan yang diakibatkan karena pembe-
Munawarah (1996: 1-6) mencatat tiga lajar kurang konsentrasi, rendahnya daya
jenis kesalahan penulisan yang dilakukan ingat atau sebab-sebab lain yang dapat
terjadi kapan saja dan pada siapa saja. an penyiapan bahan untuk pembelajaran
Berkaitan dengan kesalahan dalam ulang dengan pendekatan yang berbeda
menulis, Norish berpendapat bahwa terhadap bentuk-bentuk yang diinginkan,
kemampuan berbahasa itu penting dan (4) menentukan organisasi dan strategi
mendorong pembelajar untuk dapat me- pembelajaran dalam kelas sehingga hasil
nyusun kalimat-kalimat secara tertulis remedi ini dapat diaplikasikan, (5) memi-
yang sesuai kaidah kebahasaan sehingga lih dan membuat materi remedi untuk
akibat kesalahan-kesalahan yang dibuat kesalahan-kesalahan khusus, dan (6) me-
dapat dihindari. nerapkan hasil-hasil tersebut dalam proses
Untuk itu, Norish mengajukan be- pembelajaran dan aktivitas kelas secara
berapa alternatife koreksi kesalahan dalam terus-menerus dengan tetap memperha-
menulis antara lain, (1) memeriksa peker- tikan kesalahan-kesalahan yang terjadi
jaan mahasiswa, (2) melakukan aktivitas (Norish, 1983: 80).
dengan keahlian terpadu, (3) mempergu- Tarigan menyatakan bahwa kesalahan
nakan kode-kode koreksi untuk menandai berbahasa sering dijumpai dalam pembe-
pembetulan atas kesalahan-kesalahan lajaran bahasa, baik pembelajaran bahasa
yang dibuat pembelajar. kedua atau juga dalam pembelajaran ba-
Kesalahan adalah sebuah bentuk yang hasa pertama. Untuk itu, diperlukan suatu
tidak diinginkan, khususnya, bentuk yang prosedur untuk mengurangi atau bahkan
tidak diinginkan oleh pembelajar dan para menghilangkan sama sekali kesalahan-
guru. Hal ini berkaitan erat dengan adanya kesalahan tersebut.
standar-standar tertentu yang telah di- Tarigan mengajukan langkah-langkah
gariskan oleh guru dan penyusun kuriku- prosedur tersebut yang merupakan modi-
lum. Penyimpangan atas standar-standar fikasi langkah-langkah analisis kesalahan
tersebut berarti melakukan kesalahan yang diajukan Ellis (1986). Langkah-lang-
dan harus segera diantisipasi dan diatasi. kah tersebut dijelaskan sebagai berikut: (1)
Mengenai klasifikasi kesalahan berba- mengumpulkan data yang berupa kesa-
hasa, diklasifikasikan kesalahan menurut lahan-kesalahan berbahasa yang dibuat
sistem gramatikal yang meliputi: fonologi, pembelajar, (2) mengidentifikasi dan meng-
sintaksis, morfologi, dan semantik, dan klasifikasi kesalahan; tahap pengenalan
klasifikasi kesalahan karena adanya peng- dan pemilah-milahan kesalahan berdasar-
hilangan, penambahan, dan penggantian kan kategori ketatabahasaan, (3) membuat
bentuk-bentuk tertentu. peringkat kesalahan yang berarti membuat
Sebagai langkah antisipasi kesalahan urutan kesalahan berdasarkan keseringan
berbahasa, terdapat dua alternatif, (1) kesalahan-kesalahan itu muncul, (4) men-
memberi waktu khusus untuk melakukan jelaskan kesalahan dengan mendeskripsi-
koreksis atas kesalahan-kesalahan, (2) kan letak kesalahan, sebab-sebabnya
mengarahkan sikap dan perasaan pembe- dan pemberian contoh yang benar, (5)
lajar pada bentuk-bentuk standar bahasa membuat perkiraan daerah atau butir
target. Apabila langkah antisipasi gagal kebahasaan yang rawan menyebabkan
dan terjadi kesalahan berbahasa, maka kesalahan, dan (6) mengoreksi kesalahan
diperlukan langkah-langkah remedi yang berupa pembetulan dan penghilangan
meliputi: (1) mengidentifikasi dan mendaf- kesalahan berupa penyusunan bahan yang
tar bentuk-bentuk yang tidak diinginkan, tepat dan penentuan strategi pembelajaran
(2) menyeleksi sejumlah bentuk yang tidak yang serasi (Tarigan, 1988: 71-72).
diinginkan tersebut untuk proses remedi, Menurut Pusat Pembinaan dan
(3) mempelajari setiap kesalahan yang Pengembangan Bahasa, kata tidak baku
sudah diseleksi sebagai bahan pertimbang- adalah kata yang cara pengucapan atau
Tabel 1. Data Distribusi Frekuensi Kesalahan Berbahasa Mahasiswa PGSD STKIP Nuuwar
Fak-Fak
Tabel 2. Tingkat Kesalahan Berbahasa Indonesia Mahasiswa S-1 PGSD STKIP Nuuwar
Fak-Fak
mendalam”; “pikiran khayal” seharusnya (3) taraf kesalahan dalam penulisan kata
“imajinatif”; “sebuah ular” seharusnya baku yang dipengaruhi oleh bahasa daerah
“seekor ular”; “tata cara bahasanya” se- atau bahasa percakapan, (4) kesalahan ma-
harusnya “menggunakan bahasa”; “pen- hasiswa dalam penulisan kata yang rancu
gucapan pikiran” seharusnya “ungkapan atau ambigu sebesar 13,4%.
pikiran”; “maksud” seharusnya “pema-
haman”; “mengucapkan dengan mu- DAFTAR PUSTAKA
lut” seharusnya “mengucapkan dengan Dardjowidjojo, Soenjono. 1995. “Masalah
lafal”. Kesalahan yang dipengaruhi oleh dalam Pengajaran Bahasa Indonesia
kesalahan yang dipengaruhi oleh bahasa sebagai Bahasa Asing di Indonesia”.
daerah atau percakapan seperti “beri” Kongres Internasional Pembelajaran
seharusnya “memberi”; “gak” seharusnya Bahasa Indonesia untuk Penutur As-
“tidak”; “cuma” seharusnya “hanya”. ing, 28-30 Agustus 1995 di Universitas
Kesalahan dalam menggunakan kata Indonesia, Jakarta.
yang ambigu, seperti “bahan penyimak” Ellis, Rod. (1986). Classroom Second Lan-
seharusnya “bahan simakan”; “proses guage Development. Oxford: Pergamon
pengetahuan” seharusnya “memperoleh Press.
pengetahuan”; “kata yang baik” sehar- Munawarah, Sri. (1996). “Kesalahan Penu-
usnya “kata yang tepat”. Penulisan kata lisan yang Dilakukan Penutur Asing
yang tidak baku seperti “ketrampilan” dalam Belajar Bahasa Indonesia”.
seharusnya “keterampilan”; “praktek” se- Konferensi Internasional II Pengajaran
harusnya “praktik”; “apotik” seharusnya Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing
“apotek”; “penyalah gunaan” seharusnya (KIPBIPA II), 29 Mei – 1 Juni 1996 di
“penyalahgunaan”; “pertanggung jawab- Padang.
an” seharusnya “pertanggungjawaban”. Nimmanupap, Sumalee. (1998). “Pengaja-
Beberapa contoh kesalahan di atas maha- ran Bahasa Indonesia untuk Pembelajar
siswa melakukan kesalahan paling banyak Asing di Thailand”, Makalah Kongres
adalah pada penggunaan kata baku tidak Bahasa Indonesia VII, Jakarta, 26 – 30
sesuai dengan konteks kalimat. Kesalahan Oktober 1998.
terkontaminasi / rancu seperti berulang Norish, John. (1983). Language Learners and
kali, senang didengar, tatacara bahasanya, Theirs Errors. London: The Macmillan
tujuan yang tertentu, mendengar kegiatan Press.
dan seterusnya. O’Grady, William dan Michael Dobrovol-
sky. (1989). Contemporary Linguistic: An
KESIMPULAN Introduction. New York: St. Martin’s
Berdasarkan hasil analisis kesalahan Press.
berbahasa Indonesia pada mahasiswa S1 Pusat Pembinaan dan Pengembangan
PGSD STKIP Fak-Fak dapat disimpulkan Bahasa. (2008). Pedoman Umum Ejaan
bahwa sebagian besar mahasiswa belum Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
memahami cara penulisan kata baku de- Depdiknas. Bandung: Pustaka Setya.
ngan benar, (1) kesalahan yang paling Soenardji. (1989). Sendi-Sendi Linguistika
banyak dilakukan mahasiswa dalam pe- bagi Kepentingan Pembelajaran Bahasa.
nulisan kata yang tidak sesuai dengan Jakarta.
konteks kalimat sebesar 69,2% namun Spillane, James. (1993). “Kesulitan Orang
masih masuk dalam taraf kesalahan ren- Asing Belajar Bahasa Indonesia”.
dah, (2) untuk kategori sedang 17,4%, Makalah Seminar Sehari Pengajaran
terutama kesalahan dalam penulisan kata Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa
berimbuhan dan penggunaan kata depan, Asing, 16 September 1993 di Yogya-
karta.