PENDAHULUAN
Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam seperti gerak, kalor, cahaya, bunyi,
listrik, dan magnet. Proses pengamatan gejala alam tersebut bermula dari pengamatan yang
dilakukan oleh indera kita. Akan tetapi pengamatan tersebut harus disertai dengan data
kuantitatif yang dapat diperoleh dari hasil pengukuran. Pada proses pengukuran, alat ukur
merupakan bagian terpenting dari sebuah pengamatan. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa
kita sadari sesungguhnya kita tidak pernah luput dari kegiatan pengukuran. Kita membeli
minyak goreng, gula, beras, daging, mengukur tinggi badan, menimbang berat, mengukur
suhu tubuh merupakan bentuk aktivitas pengukuran. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pengukuran merupakan bagian dari kehidupan manusia. Melalui hasil pengukuran
kita bisa membedakan antara satu dengan yang lainnya. Pengukuran agar memberikan hasil
yang baik maka haruslah menggunakan alat ukur yang memenuhi syarat. Suatu alat ukur
dikatakan baik bila memenuhi syarat yaitu valid (sahih)dan reliable (dipercaya).
Disamping ke dua syarat di atas, ketelitian alat ukur juga harus diperhatikan. Semakin teliti
alat ukur yang digunakan, maka semakin baik kualitas alat ukur tersebut.
Untuk menyatakan suatu besaran , misalnya panjang , diperlukan satuan. Karena bila
kita hanya menyatakan panjang meja ini 25 saja akan membingungkan bagi penerima
informasi ini, apakah 25 meter, 25 centimeter atau 25 jengkal. Dalam hal ini meter, cm atau
jengkal tangan, disebut satuan. Karena kalau panjang meja tersebut 25 meter, itu berarti
bahwa panjang meja tersebut adalah 25 kali dari panjang satu meteran. Sedang
pendefinisian 1 meter adalah hasil kesepakatan (perjanjian). Demikian pula untuk besaran-
besaran lainnya selalu dibutuhkan satuannya. Jumlah besaran dalam Fisika ini banyak
karena itu akan diperlukan banyak sekali satuan. Hal ini akan merepotkan dalam
pendefinisian sistem satuannya. Namun karena ternyata dari besaran-besaran fisika yang
banyak itu ternyata banyak yang terbentuk dari besaran-besaran tertentu yang sejenis, maka
satuannya pun sering dinyatakan melalui besaran besaran pokok tersebut. Besaran yang
dapat dibentuk dari besaranbesaran lain disebut besaran turunan. Sedang besaran-besaran
tertentu yang membentuk besaran turunan disebut besaran pokok. Misal, besaran volume
merupakan perkalian dari panjang, lebar (besaran panjang juga), dan tinggi (besaran
panjang pula) maka volume tersebut merupakan besaran turunan yang dibentuk dari
perkalian tiga besaran pokok panjang, sehingga satuannya pun dapat dinyatakan dengan
meter kubik (m3) atau cm3. Satuan untuk suatu besaran sesungguhnya dapat ditetapkan
sembarang sesuai kebutuhan. Besaran panjang dapat dinyatakan dalam satuan jengkal, cm,
kaki dan lainnya. Namun pemakaian satuan yang bermacam-macam akan menimbulkan
banyak kesukaran. Pertama kita perlu banyak mendefisikan beragam alat ukur. Kedua akan
mengundang kerumitan saat mengkonversi dari satuan ke satuan lainnya, misalnya dari
jengkal ke cm atau ke meter dan kesulitan-kesulitan lainnya, karena tidak adanya
keteraturan konversinya. Karena itu dalam dunia ilmu pengetahuan digunakan satuan
standar yang disepakati secara Internasional.
1.3 Tujuan
ISI
2.1 Pengukuran
memiliki ketelitian atau ketidakpastian pengukuran sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm,
yakni setengah dari nilai skala terkecil yang dimiliki oleh mistar tersebut.
b. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang terdiri atas skala utama,
skala nonius, rahang pengatur garis tengah dalam, rahang pengatur garis tengah
luar, dan pengukur kedalaman. Rahang pengatur garis tengah dalam dapat
digunakan untuk mengukur diameter bagian dalam sebuah benda. Adapun rahang
pengatur garis tengah bagian luar dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian
luar sebuah benda.
Nilai skala terkecil pada jangka sorong, yakni perbandingan antara satu nilai
skala utama dengan jumlah skala nonius. Skala nonius jangka sorong pada Gambar,
memiliki jumlah skala 20 maka skala terkecil dari jangka sorong tersebut adalah
1 𝑚𝑚
= 0,05 mm. Nilai ketidakpastian jangka sorong ini adalah setengah dari skala
20
c. Mikrometer sekrup
d. Stopwatch
Stopwatch merupakan alat pengukur waktu yang memiliki skala utama (detik)
dan skala terkecil (milidetik). Pada skala utama, terdapat 10 bagian skala terkecil
sehingga nilai satu skala terkecilyang dimiliki oleh stopwatch analog adalah 0,1
detik. Ketelitian atau ketidakpastian (Δx) dari alat ukur stopwatch analog adalah
1
∆𝑥 = 2 × 0,1 detik = 0,05 detik. Selain stopwatch analog, terdapat juga stopwatch
digital.
e. Neraca
Neraca ini mempunyai tiga lengan dan satu cawan tempat benda. Neraca yang
dalam bahasa inggris disebut ohaus triipel beam ini mempunyai bagian-bagian
sebagai :
1. Lengan Depan memiliki anting logam yang dapat digeser dengan skala 0, 1, 2, 3,
…,10 gram. Masing-masing skala bernilai 1 gram.
3. Lengan Belakang, sama seperti lengan depan dan tengah tetapi dengan nilai tiap
skalanya 100 gram dari 100 gram hingga 500 gram (setengah kilo)
Mengukur berat benda dengan neraca ohaus sangat mudah. Cukup lepas
pengunci kemudian taruh beda dalam cawan atau wadah. Jangan lupa terlebih
dahulu lakukan kalibrasi dengan cara dengan cara memutar sekrup yang berada
disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan posisi dua garis pada neraca
sejajar. Pastikan benar-benar sejajar agar tidak terjadi keslahan penimbangan.
Setelah itu geser anting di ketiga lengannya mulai dari lengan belakang ke lengan
depan. Setelah itu jumlahkan nilai dari ketiga lengan tersebut.
f. Mengukur Suhu
Benda memiliki tingkat panas yang berbeda-beda, dingin, hangat, dan panas. Untuk
membedakan tingkat panas secara tepat diukur dengan termometer. Suhu satuan SI-
nya adalah Kelvin (K).
2.2 Angka Penting
Hasil pengukuran yang telah dilakukan dengan menggunakan alat ukur adalah
nilai data hasil pengukuran. Nilai ini berupa angka-angka dan termasuk angka penting.
Jadi, definisi dari angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil
pengukuran, termasuk angka terakhir yang ditaksir atau diragukan. Angka-angka
penting ini terdiri atas angka-angka pasti dan satu angka taksiran yang sesuai dengan
tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan. Semua angka-angka hasil pengukuran
adalah bagian dari angka penting. Namun, tidak semua angka hasil pengukuran
merupakan angka penting. Berikut ini merupakan aturan penulisan nilai dari hasil
pengukuran.
a. Semua angka bukan nol merupakan angka penting. Jadi, 548 memiliki 3 angka
penting dan 1,871 memiliki 4 angka penting.
b. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk angka penting.
Jadi, 2,022 memiliki 4 angka penting.
c. Angka nol yang terletak di sebelah kanan tanda koma dan angka bukan nol termasuk
angka penting.
d. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik yang terletak di
sebelah kiri maupun di sebelah kanan koma desimal, bukan angka penting.
Jadi, 0,63 memiliki 2 angka penting dan 0,008 memiliki 1 angka penting. Hal ini
akan lebih mudah terlihat jika ditulis 63 × 10-2 dan 8 × 10-3 . Dalam penulisan hasil
pengukuran, ada kalanya terdapat angka yang digarisbawahi. Tanda garis bawah ini
menunjukkan nilai yang diragukan. Angka yang digarisbawahi termasuk angka
penting, tetapi angka setelah angka yang diragukan bukan angka penting. Jadi, 3541
memiliki 3 angka penting dan 501,35 memiliki 4 angka penting.
2.3 Besaran dan Satuan
Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki
nilai besaran (besar) dan satuan. Sementara, satuan digunakan sebagai pembanding
dalam pengukuran. berdasarkan satuannya, besaran terdiri dari besaran pokok dan
besaran turunan.
1. Besaran
Setiap besaran memiliki satuan yang berbeda sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Besaran dalam Fisika dikelompokkan menjadi besaran pokok dan
besaran turunan.
a. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih
dahulu dan tidak bergantung pada besaran lainnya. Terdapat tujuh besaran pokok
yang telah ditetapkan, yakni massa, waktu, panjang, kuat arus listrik, temperatur,
intensitas cahaya, dan jumlah zat. Selain itu, terdapat dua besaran tambahan yang
tidak memiliki dimensi, yakni sudut datar dan sudut ruang (tiga dimensi).
b. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari beberapa besaran
pokok. Sebagai contoh, volume sebuah balok adalah panjang × lebar × tinggi.
Panjang, lebar, dan tinggi adalah besaran pokok yang sama. Dengan kata lain,
volume diturunkan dari tiga besaran pokok yang sama, yakni panjang. Contoh lain
adalah kelajuan, yakni jarak dibagi waktu. Kelajuan diturunkan dari dua besaran
pokok yang berbeda, yakni panjang (jarak) dan waktu. Selain memiliki satuan yang
diturunkan dari satuan besaran pokok, besaran turunan juga ada yang memiliki
nama satuan tersendiri.
Besaran berdasarkan arah dan nilai dibedakan menjadi dua yaitu besaran skalar dan
vektor.
a. Besaran skalar adalah besaran yang memiliki nilai tapi tidak memiliki arah. Artinya,
nilai besaran ini tidak ditentukan dari arahnya. Contoh besaran skalar misalnya
adalah massa, panjang, waktu, kelajuan, suhu, luas, jarak, volume, kerapatan
muatan, arus listrik, potensial listrik.
b. Besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan memiliki arah. Artinya, nilai
dari besaran tersebut ditentukan oleh arah. Contoh besaran vektor misalnya
kecepatan, percepatan (m/s*2), gaya (N), impuls, momentum, medan magnet,
medan listrik, perpindahan, dan tekanan (Pa).
2. Satuan
Ada dua macam sistem satuan yang sering digunakan dalam ilmu Fisika dan
ilmu teknik, yakni sistem metrik dan sistem Inggris. Satuan yang akan dibahas
dalam materi ini adalah sistem metrik saja. Sistem metrik kali pertama digunakan di
negara Prancis yang dibagi menjadi dua bagian, yakni system MKS (meter -
kilogram - sekon) dan CGS (centimeter - gram - sekon). Akan tetapi, satuan
internasional menetapkan sistem MKS sebagai satuan yang dipakai untuk tujuh
besaran pokok.
a. Satuan Baku
Satuan baku adalah satuan yang apabila digunakan oleh siapapun akan
memberikan hasil pengukuran yang sama. Sebagai contoh, mengukur meja yang
panjangnya 1 meter menggunakan meteran, baik dilakukan oleh orang dewasa, anak
kecil atau siapapun akan memberikan hasil pengukuran yang sama yaitu satu meter.
Contoh Satuan Baku
1. Untuk menyatakan besaran panjang, satuan bakunya adalah meter, centimeter,
feet, yard, inchi, mil dan sebagainya.
2. Untuk menyatakan besaran massa, satuan bakunya adalah kilogram, gram,ton,
kwintal, pon, ons dan sebagainya.
3. Untuk menyatakan besaran volume, satuan bakunya adalah meter kubik,
centimeter kubik, liter, galon dan sebagainya
4. Untuk menyatakan besaran kecepatan, satuan bakunya adalah m/s, km/h, mile/h,
knots dan sebagainya
b. Satuan Tidak Baku
Satuan tidak baku umumnya banyak digunakan pada zaman dahulu dimana
sistem satuan modern blm dibuat. Ada banyak sekali satuan tidak baku yang
digunakan, dantaranya adalah sebagai berikut :
1. Jengkal adalah jarak antara ujung ibu jari dan ujung jari telunjuk ketika
direntangkan
2. Depa adalah jarak antara ujung jari tengah tangan kiri dengan ujung jari tengah
tangan kanan jika kedua lengan direntangkan
3. Kilan adalah jarak antara ujung ibu jari dengan ujung kelingking ketika telapak
tangan direntangkan
4. Hasta adalah jarak antara siku lengan dan ujung jari tengah ketika direntangkan
5. Tumbak adalah satuan luas tanah yang digunakan di daerah Jawa Barat. 1
tumbak setara dengan 14 meter persegi.
3. Dimensi
Dalam Fisika, ada tujuh besaran pokok yang berdimensi dan dua besaran
pokok tambahan yang tidak berdimensi. Semua besaran dapat ditemukan
dimensinya. Jika dimensi sebuah besaran diketahui, dengan mudah dapat diketahui
pula jenis besaran tersebut. Dimensi besaran pokok sebgai berikut :
1 km = 1.000 m
1 jam = 3.600 s
72.000 m
maka 72 km/jam = = 3.600 s = 20 m/s
3.600 s
2.4 Evaluasi
A. 4,78 mm
B. 5,28 mm
C. 5,70 mm
D. 8,50 mm
E. 9,28 mm
Pembahasan
Mikrometer skrup menggunakan satuan milimeter dan skala terkecilnya adalah 0,01
milimeter.
Skala utama = 4,5 milimeter
Skala putar = 27,5 x 0,01 milimeter = 0,275 milimeter
Hasil pengukuran = 4,5 milimeter + 0,275 milimeter = 4,775 milimeter = 4,78
milimeter
Jawaban yang benar adalah A.
2. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar. Tebal pelat logam
adalah…
A. 4,85 mm
B. 4,90 mm
C. 4,96 mm
D. 4,98 mm
E. 5,00 mm
Pembahasan
Skala utama = 4,5 mm
Skala putar = 46 x 0,01 = 0,46 mm
A. 350 gram
B. 321,5 gram
C. 240 gram
D. 173 gram
E. 170,3 gram
Pembahasan
Hasil pengukuran = 150 gram + 20 gram + 3 gram = 173 gram
Jawaban yang benar adalah D.
4. Suatu segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat yang berbeda panjang 0,42
cm, lebar 0,5 cm. Maka luas segi empat tersebut dengan penulisan angka penting
adalah … cm2
A. 0,41
B. 0,21
C. 0,20
D. 0,021
E. 0,2
Pembahasan
Diketahui :
Panjang = 0,42 cm
lebar = 0,5 cm
Ditanya : luas segi empat
Jawab :
Aturan hasil perkalian dan pembagian angka penting : hasil perkalian atau pembagian
harus memiliki bilangan sebanyak bilangan dengan jumlah angka penting paling
sedikit yang digunakan dalam perkalian atau pembagian tersebut. Contoh : 2,5 x 3,20
= 8,0 (dua angka penting).
Luas = panjang x lebar = (0,42 cm)(0,5 cm) = 0,21 cm2.
Berdasarkan aturan perkalian angka penting, dibulatkan menjadi 0,2 cm2.
Jawaban yang benar adalah E.
5. Besaran yang dimensinya ML-1T-2adalah….
A. gaya
B. tekanan
C. energi
D. momentum
E. percepatan
Pembahasan :
Gaya satuannya kgms-2 jadi dimensinya MLT-2
Tekanan satuannya kg/ms-2 jadi dimensinya ML-1T-2
Energi satuannya kgm2s-2 jadi dimensinya ML-1T-2
Momentum satuannya kgms-1 jadi dimensinya MLT-1
Percepatan satuannya ms-2 jadi dimensinya LT-2
Jawaban : B
A. meter/volt
B. Newton.Coulomb
C. volt.meter
D. Newton/Coulomb
E. Coulomb/Newton
Pembahasan: Kuat medan listrik yaitu E. Kuat medan listrik memiliki rumusan
. Dimana satuan gaya (F) yaitu coulomb dan satuan muatan (q) yaitu Coulomb
Jawaban : D