Anda di halaman 1dari 3

Konsep Dasar Model Pembelajaran Kontekstual

Konsep dasar pembelajaran kontekstual adalah bagaimana siswa dapat mengembangkan cara
belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa yang telah diketahui dan apa yang ada di
masyarakat, yaitu aplikasi dan konsep yang dipelajari. Adapun konsep dasar pembelajaran kontekstual
secara terperinci adalah sebagai berikut[3]:

1. Menekankan pada pemecahan masalah

2. Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat dan
tempat kerja

3. Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar
yang aktif dan terkendali

4. Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa

5. Mendorong siswa belajar dari satu dengan lainnya dan belajar bersama-sama

Pembelajaran kontekstual ini membantu siswa dapat menguasai tiga hal, yaitu :

1. Pengetahuan, yaitu apa yang ada di pikirannya membentuk konsep, definisi, teori dan fakta

2. Kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk bertindak atau sesuatu
yang dapat dilakukan

3. Pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaimana menggunakan


pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.
1. Konsep Dasar dan Karakteristik CTL
Terdapat tiga konsep dasar yang perlu diketahui dalam CTL[3]. Pertama, CTL menekankan kepada
proses keterlibatan siswa dalam menemukan materi, artinya proses belajar dalam CTL tidak
mengharapkan siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi juga proses mencari dan menemukan
materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari
dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk menghubungkan pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata. Dengan begitu, materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa, sehingga tidak mudah untuk dilupakan.
Ketiga, CTL medorong siswa agar dapat menerapkan materi yang telah ditemukannya dalam
kehidupan nyata, artinya konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan
tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

Selain itu, contekstual teaching learning (CTL) juga memiliki lima karakter penting, diantaranya yakni
:

1. Pembelajaran merupakan pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowladge), artinya
apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang telah dipelajari, dengan demikian
pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran yang kontesktual merupakan pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan baru
(acquiring knowladge) dengan cara deduktif.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowladge), artinya pengetahuan yang diperoleh tidak
untuk dihafal, tetapi untuk dipahami dan dikembangkan.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman (applying knowladge), artinya pengetahuan yang
diperoleh harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan, agar
terjadi umpan balik dan proses perbaikan dalam penyempurnaan strategi.

1. Kelebihan dan Kekurangan CTL


1. Kelebihan
2. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal
ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak
akan mudah dilupakan.
3. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa
karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa
dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
2 Kekurangan/Kelemahan

 Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang
sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru
bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah
pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide
dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi– strategi
mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan
bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang
diterapkan semula.
 Peran Guru dalam Strategi Pembelajaran Kontekstual
 Dalam proes pembelajaran kontekstual guru perlu memahami setiap tipe belajar
siswa, berikut ini merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam
menerapkan CTL:
 1. Siswa merupakan individu yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangan dan pengalamannya, oleh karena itu guru berperan sebagai
pembimbing siswa untuk belajar sesuai dengan tahapperkembangannya.
 2. Siswa memiliki kecenderungan untuk mencona hal baru yang menarik dan
menantang, oleh karrena itu belajar dapat dilakukan dengan memecahkan
persoalan yang menantang, guru berperan dalam memilih materi yang penting
untuk dipelajari siswa.
 3. Belajar bagi siswa adalah mencari keterkaitan hal baru dengan hal yang sudah
diketahui sehingga guru berkewajiban untuk membantu menemukan kaitan
antara pengalaman satu dengan yang lain.
 4. Belajar bagi siswa merupakan proses asimilasi, yaitu menyempurnakan skema
yang telah ada dan akomodasi yang merupakan pembeentukanskema baru. Guru
bertanggungjawab dalam memfasilitasi proses tersebut.

Anda mungkin juga menyukai