Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

TUBERCULOSIS PARU KLINIS KASUS BARU STATUS HIV (-)


ON TREATMENT FASE INTENSIF

Oleh:
KELOMPOK 1

Reny Kartini C014172031


Rezky Fajrianti Umar C014172033
Nurul Fadliah Fahrul C014172035
Fitri Febrianti Mustamin C014172038

RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Armita Dewi
SUPERVISOR PEMBIMBING:
Dr. dr. Nur Ahmad Tabri, Sp. PD, K-P, Sp. P(K)

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul Tuberculosis Paru Klinis Kasus Baru Status HIV (-) on
Treatment Fase Intensif oleh:

1. Reny Kartini C014172031


2. Rezky Fajrianti Umar C014172033
3. Nurul Fadliah Fahrul C014172035
4. Fitri Febrianti Mustamin C014172038

Telah dibacakan pada Pembacaan Laporan Kasus di Bagian Pulmonologi Fakultas


Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar pada:

Hari, tanggal : 20 Oktober 2018

Pukul : 08.00 WITA – selesai

Tempat : Ruang Pertemuan IC Lantai 2

Makassar, 20 Oktober 2018

Pembimbing,

Dr. dr. Nur Ahmad Tabri, Sp. PD, K-P, Sp. P(K)
BAB 1

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl. Lahir : 14 April 1982
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Makassar
Rumah Sakit : Perawatan IC Lt. 2 kamar 7
MR : 857506
Tanggal Masuk : 30 September 2018

B. SUBJEKTIF
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : Batuk
Anamnesis Terpimpin :
Pasien datang dengan keluhan batuk sejak 2 bulan terakhir, dahak warna putih.
Batuk berdarah tidak ada. Sesak tidak ada. Demam ada sejak 2 bulan yang lalu,
tidak terus menerus, umumnya timbul pada malam hari. Nyeri dada kadang-
kadang bila batuk.
Nafsu makan menurun disertai penurunan berat badan ± 11 kg dalam 1 bulan
terakhir. Pasien mudah lelah, dan ada keringat malam sejak 2 bulan yang lalu.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat sedang konsumsi OAT kategori 1 hari ke-21
 Riwayat kontak dengan penderita batuk lama ada sejak 2 tahun yang lalu
(mertua)
 Riwayat merokok tidak ada
 Riwayat hipertensi disangkal
 Riwayat diabetes mellitus disangkal
 Riwayat asma dan penyakit jantung disangkal
 Riwayat penyakit infeksi sebelumnya disangkal
 Riwayat alergi tidak ada

C. OBJEKTIF
1. Deskripsi Umum
Sakit sedang/ Gizi baik/ GCS E4M6V5 (composmentis)
BB : 52 kg; TB : 160 cm (IMT: 20,3 kg/m2)
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit, reguler, kuat angkat
Pernapasan : 20 kali/menit, tipe thoracoabdominal
Suhu : 37,0oC
SpO2 : 97% tanpa modalitas

3. Head To Toe
Kepala
Bentuk : Normocephal
Simetris muka : Simetris kiri dan kanan
Deformitas : Tidak ada
Rambut : Hitam, sukar dicabut
Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
Gerakan : Dalam batas normal
Kelopak mata : Edema palpebral (-)
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)
Kornea : Jernih
Pupil : Bulat, isokor 2,5mm/2,5mm
Telinga
Pendengaran : Dalam batas normal
Otorrhea : (-)
Pendarahan : (-)
Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), Kering (-)
Gigi geligi : Caries (-)
Gusi : Perdarahan gusi (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-),tremor (-),hiperemis(-) bercak putih(-)
Leher
Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
Kel. getah bening : Tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : Negatif
Tumor : Tidak ada
Nodul : Tidak ada
Thorax
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Tidak teraba massa, vokal fremitus melemah di basal paru kanan,
nyeri tekan tidak ada.
Perkusi : Redup di hemitoraks kanan setinggi ICS V, sonor di hemitoraks kiri
Auskultasi : Bunyi pernapasan : Vesikuler melemah di basal paru kanan, Vesikuler
di hemitoraks kiri. Bunyi tambahan : Ronkhi dan wheezing tidak ada.
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak tampak
Perkusi : dalam batas normal
- Batas kanan atas jantung ICS II dextra
- Batas kiri atas jantung ICS II sinistra
- Batas kanan bawah ICS IV linea parasternalis dextra
- Batas kiri bawah jantung ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II regular, bising jantung tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, kolateralisasi vena (-)
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor tidak teraba, hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani, undulasi (-)
Lain-lain : Ascites (-)
Extremitas
Akral hangat
Sianosis tidak ada
Pitting edema : (-/-) (dorsum pedis)
Perdarahan (-), palmar eritem (-)

Alat Kelamin :Tidak dilakukan pemeriksaan


Anus dan Rektum:Tidak dilakukan pemeriksaan
Punggung :
Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa tumor (-)
Nyeri ketok : (-)
Gerakan : Dalam batas normal
Lain-lain : Tidak ada skoliosis
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Rutin (30/9/2018)

PEMERIKSAAN NILAI NILAI RUJUKAN


WBC 9.3 4.00-10.0
RBC 4.89 3.80-5.80
HGB 14.3 11.5-16.0
HCT 42.4 37.0-47.0
MCV 87 80.0-100.0
MCH 29.3 27.0-32.0
MCHC 33.7 32.0-36.0
PLT 371 150-500
NEUT 62.6 33.0-66.0
LYMPH 25.8 20.0-45.0
MONO 5.9 1.0-8.0
EOS 2.4 1.0-3.00
BASO 3.3 0.00-1.00

2. Kimia Darah (30/9/2018)


PEMERIKSAAN NILAI NILAI RUJUKAN
KIMIA DARAH 89 140
GDS
FUNGSI GINJAL 11 10-50
Ureum 0.47 L(<1.3);P(<1.1)
Kreatinin
FUNGSI HATI 25 <38
SGOT 22 <41
SGPT

3. Mikrobiologi (29/08/2018)
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL
RUJUKAN

Jenis spesimen Sputum -

Aktifitas gram Gram positif dan gram Tidak ditemukan


negatif

Bentuk dan Coccus berpasangan dan Tidak ditemukan


konfigurasi basil tunggal
Kuantitas Positif (1+) dan positif (1+) Tidak ditemukan

Sel lain Leukosit (4+) dan epitel sel Tidak ditemukan


(3+)

Pewarnaan BTA 1 Negatif Negatif

Pewarnaan BTA 2 Negatif Negatif

Pewarnaan BTA 3 Negatif Negatif

4. Darah Rutin (30/9/2018)

PEMERIKSAAN NILAI NILAI RUJUKAN


PEMERIKSAAN NILAI NILAI RUJUKAN
WBC 9.46 4.00-10.0
RBC 4.79 4.00-6.00
HGB 13.1 12.0-16.0
HCT 38.9 37.0-48.0
MCV 81.2 80.0-97.0
MCH 27.3 26.5-33.5
MCHC 33.7 31.5-35.0
PLT 378 150-400
NEUT 71.0 52.0-75.0
LYMPH 21.4 20.0-40.0
MONO 5.2 2.00-8.00
EOS 2.2 1.00-3.00

5. Pemeriksaan Anti-HIV

PEMERIKSAAN NILAI NILAI RUJUKAN


IMUNOSEROLOGI Non Reactive Non Reactive
Anti HIV

6. Pemeriksaan Hematologi, Kimia Darah, dan Imunoserologi

PEMERIKSAAN NILAI NILAI RUJUKAN


HEMATOLOGI 8.00 4-10
Waktu Bekuan 3.00 1-7
Waktu Perdarahan
KIMIA DARAH 79 140
GDS
IMUNOSEROLOGI Non Reactive Non Reactive
HBs Ag (ICT)
7. Darah Rutin (30/9/2018)

PEMERIKSAAN NILAI NILAI RUJUKAN


WBC 19.6 4.00-10.0
RBC 4.36 4.00-6.00
HGB 12.3 12.0-16.0
HCT 38 37.0-48.0
MCV 86 80.0-97.0
MCH 28 26.5-33.5
MCHC 33 31.5-35.0
PLT 311 150-400
NEUT 85.7 52.0-75.0
LYMPH 7.8 20.0-40.0
MONO 6.2 2.00-8.00
EOS 0.1 1.00-3.00
BASO 0.2 0.00-0.10

8. RADIOLOGI

FOTO THORAKS (30/09/2018)

Kesan:

 TB Paru Aktif Lesi Luas


 Efusi Pleura Dextra
 Cor dalam batas normal

E. DIAGNOSIS KERJA
1. Tuberculosis Paru Klinis Kasus Baru Status HIV (-) on Treatment fase intensif
(Hari ke 21)
2. Efusi Pleura Dextra

F. ASSESMENT

N MASALAH SUBJEKTIF & OBJEKTIF RENCANA RENCANA TERAPI


O DIAGNOSTIK
1. TB Paru S : Pasien dating dengan keluhan  Sputum  Infus NaCl 0.9% 20
Klinis Kasus batuk sejak 2 bulan terakhir, BTA 3x tetes per menit
Baru Status dahak warna putih. Batuk  Foto thorax  N-Acetyl Cystein
HIV (-) on berdarah tidak ada. Sesak tidak  Darah rutin 200 mg/8 jam/oral
Treatment ada, demam ada, hilang timbul lengkap  OAT 4FDC/3
fase intensif sejak 2 bulan lalu umumnya  Kultur tablet/24 jam/oral
(Hari ke-21) timbul pada malam hari. Nyeri MTB,
dada kadang-kadang bila batuk. sensitivitas
Nafsu makan menurun disertai OAT
penurunan berat badan ± 11 kg
dalam 1 bulan terakhir. Pasien
mudah lelah, da nada keringat
malam sejak 2 bulan yang lalu.
Riwayat kontak dengan
penderita batuk lama ada sejak 2
tahun lalu (mertua). Riwayat
sedang mengkonsumsi OAT
kategori 1 hari ke-21

2. Efusi Pleura S: Nyeri dada kadang-kadang bila  Thoracosintes


Dextra batuk is dengan
O: Thorax USG thoraks
 Inspeksi : Pergerakan dinding marker
dada simetris kiri dan kanan  Analasis
 Palpasi : Tidak teraba massa, cairan pleura
vocal fremitus melemah di  BTA cairan
basal paru kanan, nyeri tekan pleura
tidak ada  PCR
 Perkusi : Redup di  ADA
hemithoraks kanan setinggi  Pemeriksaan
ICS V, sonor di hemithoraks mikroskopis
kiri cairan pleura
 Auskultasi : Bunyi pernapasan  Pemeriksaan
vesikuler melemah di basal sitologi
paru kanan, vesikuler di
hemithoraks kiri. Bunyi
tambahan : Ronkhi dan
wheezing tidak ada
G. FOLLOW UP
Waktu Subjektif Objektif Assessment Planning
Senin • Ada batuk Sakit sedang / gizi baik/  Tuberculosi  Infus NaCl 0,9% 20
01/10/2018 sejak 2 bulan. E4V5M6 (Compos s klinis tpm
Batuk Mentis) kasus baru  N-Asetilsistein 200
berlendir dalam mg/8 jam/oral
berwarna TANDA VITAL pengobatan  OAT 4FDC 3
putih.. Batuk TD : 110/70 mmHg OAT tablet/24 jam/oral
berdarah tidak N :88 kali/menit, regular, kategori I
ada. Nyeri kuat angkat fase intensif
dada ada saat P : 20 kali/menit hari ke-25
batuk.. Sp O2: 98% tanpa  Efusi pleura
• Demam tidak modalitas dextra
ada. Riwayat
demam yang KEPALA
disertai • Mata : Konjungtiva
dengan pucat (+), sklera ikterik
keringat (-)
malam tanpa • Leher: Tidak ada deviasi
aktivitas ada. trakea, tidak ada
• Ada pembesaran kelenjar.
penurunan •
berat badan THORAKS
dari sekitar 11 I: Pergerakan dada
kg dalam asimetris saat statis dan
enam bulan dinamis, hemithorax
terakhir. Ada sinistra tertinggal
penurunan P : Nyeri tekan tidak ada,
nafsu makan. vokal fremitus melemah
Pasien juga pada basal hemithorax
merasa lemas. dextra setinggi ICS IV
• Riwayat P : redup di basal
kontak dengan hemithorax kanan
penderita TB A : Bunyi napas
ada yaitu vesikuler melemah
sejak bersama hemithorax dextra,
mertua ronkhi dan wheezing
menderita TB tidak ada.
yang tinggal
serumah JANTUNG
selama kurang • Inspeksi : Ictus cordis
lebih 6 bulan. tidak tampak
• Riwayat • Palpas : Thrill tidak
konsumsi teraba
OAT tidak • Perkusi : Batas jantung
ada. kanan linea parasternalis
• Riwayat dextra, batas kiri linea
merokok tidak midklavikularis sinistra
ada. • Auskultasi : Bunyi
• Riwayat jantung I/II murni
diabetes regular, bising tidak ada
melitus tidak •
ada Lab : RBC 4.89x10^6
• Riwayat U/L; Hb 14.7 gr/dl;
hipertensi WBC: 9.300 U/L PLT:
tidak ada 371.000U/L. Ur/Cr:
11/0,47,
GOT/GPT:25/12
Selasa  Ada batuk. Sakit sedang / gizi baik/  Tuberculosi  Menunggu hasil
02/10/2018 Batuk E4V5M6 (Compos s klinis sputum 3x, sensitivitas
berlendir Mentis) kasus baru OAT, dan kultur.
berwarna dalam  Thoracosintesis
putih. Batuk TANDA VITAL pengobatan  Infus NaCl 0,9% 20
berdarah tidak TD : 110/70 mmHg OAT tpm
ada. Nyeri N :88 kali/menit, regular, kategori I  N-Asetilsistein 200
dada ada saat kuat angkat fase intensif mg/8 jam/oral
batuk. P : 20 kali/menit hari ke-26  OAT 4FDC 3
Sp O2: 99% tanpa tablet/24 jam/oral
modalitas

KEPALA
• Mata : Konjungtiva
pucat (+), sklera
ikterik (-)
• Leher: Tidak ada
deviasi trakea, tidak
ada pembesaran
kelenjar.

THORAKS
I: Pergerakan dada
asimetris saat statis dan
dinamis, hemithorax
sinistra tertinggal
P : Nyeri tekan tidak ada,
vokal fremitus melemah
pada basal hemithorax
dextra setinggi ICS IV
P : redup di basal
hemithorax kanan
A : Bunyi napas
vesikuler melemah
hemithorax dextra,
ronkhi dan wheezing
tidak ada.

JANTUNG
• Inspeksi : Ictus cordis
tidak tampak
• Palpas : Thrill tidak
teraba
• Perkusi : Batas
jantung kanan linea
parasternalis dextra,
batas kiri linea
midklavikularis
sinistra
• Auskultasi : Bunyi
jantung I/II murni
regular, bising tidak
ada

Rabu  Batuk Sakit sedang / gizi baik/  Tuberculosi  Sensitivitas OAT, dan
03/10/2018 berkurang. E4V5M6 (Compos s klinis kultur.
Batuk Mentis) kasus baru  Thoracosintesis
berlendir TANDA VITAL dalam  Infus NaCl 0,9% 20
berwarna TD : 110/70 mmHg pengobatan tpm
putih.. Nyeri N :84 kali/menit, regular, OAT  N-Asetilsistein 200
dada ada saat kuat angkat kategori I mg/8 jam/oral
batuk. P : 20 kali/menit, Sp O2: fase intensif  OAT 4FDC 3
99% tanpa modalitas hari ke-27 tablet/24 jam/oral
KEPALA
• Mata : Konjungtiva
pucat (+), sklera ikterik
(-)
• Leher: Tidak ada
deviasi trakea, tidak ada
pembesaran kelenjar.

THORAKS
I: Pergerakan dada
asimetris saat statis dan
dinamis, hemithorax
sinistra tertinggal
P : Nyeri tekan tidak ada,
vokal fremitus melemah
pada basal hemithorax
dextra setinggi ICS IV
P : redup di basal
hemithorax kanan
A : Bunyi napas
vesikuler melemah
hemithorax dextra,
ronkhi dan wheezing
tidak ada.

JANTUNG
• Inspeksi : Ictus cordis
tidak tampak
• Palpas : Thrill tidak
teraba
• Perkusi : Batas
jantung kanan linea
parasternalis dextra,
batas kiri linea
midklavikularis sinistra
• Auskultasi : Bunyi
jantung I/II murni
regular, bising tidak ada

Lab: hasil sputum 3x


negatif

Jumat  Batuk Sakit sedang / gizi baik/  Tuberculosi  Sensitivitas OAT, dan
05/10/2018 berkurang. E4V5M6 (Compos s klinis kultur.
Batuk Mentis) kasus baru  Thoracosintesis ->
berlendir dalam pasien menolak
berwarna TANDA VITAL pengobatan  Infus NaCl 0,9% 20
putih.. Nyeri TD : 110/70 mmHg OAT tpm
dada ada saat N :84 kali/menit, regular, kategori I  N-Asetilsistein 200
batuk. kuat angkat fase intensif mg/8 jam/oral
P : 20 kali/menit hari ke-29  OAT 4FDC 3
Sp O2: 99% tanpa tablet/24 jam/oral
modalitas

KEPALA
• Mata :
Konjungtiva pucat
(+), sklera ikterik
(-)
• Leher: Tidak ada
deviasi trakea,
tidak ada
pembesaran
kelenjar.

THORAKS
I: Pergerakan dada
asimetris saat statis dan
dinamis, hemithorax
sinistra tertinggal
P : Nyeri tekan tidak ada,
vokal fremitus melemah
pada basal hemithorax
dextra setinggi ICS IV
P : redup di basal
hemithorax kanan
A : Bunyi napas
vesikuler melemah
hemithorax dextra,
ronkhi dan wheezing
tidak ada.

JANTUNG
• Inspeksi : Ictus
cordis tidak
tampak
• Palpas : Thrill
tidak teraba
• Perkusi : Batas
jantung kanan
linea parasternalis
dextra, batas kiri
linea
midklavikularis
sinistra
• Auskultasi : Bunyi
jantung I/II murni
regular, bising
tidak ada

Lab: hasil sputum 3x


negatif

Minggu  Batuk Sakit sedang / gizi baik/  Tuberculosi  Sensitivitas OAT, dan
07/10/2018 berkurang. E4V5M6 (Compos s klinis kultur.
Dahak sulit Mentis) kasus baru  Thoracosintesis ->
dikeluarkan. TANDA VITAL dalam pasien menolak
Nyeri dada TD : 110/70 mmHg pengobatan  Infus NaCl 0,9% 20
ada saat N :88 kali/menit, regular, OAT tpm
batuk.. Lemas kuat angkat kategori I  N-Asetilsistein 200
P : 20 kali/menit fase intensif mg/8 jam/oral
Sp O2: 99% tanpa hari ke-31  OAT 4FDC 3
modalitas tablet/24 jam/oral
KEPALA
• Mata :
Konjungtiva pucat
(+), sklera ikterik
(-)
• Leher: Tidak ada
deviasi trakea,
tidak ada
pembesaran
kelenjar.

THORAKS
I: Pergerakan dada
asimetris saat statis dan
dinamis, hemithorax
sinistra tertinggal
P : Nyeri tekan tidak ada,
vokal fremitus melemah
pada basal hemithorax
dextra setinggi ICS IV
P : redup di basal
hemithorax kanan
A : Bunyi napas
vesikuler melemah
hemithorax dextra,
ronkhi dan wheezing
tidak ada.

JANTUNG
• Inspeksi : Ictus
cordis tidak
tampak
• Palpas : Thrill
tidak teraba
• Perkusi : Batas
jantung kanan
linea parasternalis
dextra, batas kiri
linea
midklavikularis
sinistra
• Auskultasi : Bunyi
jantung I/II murni
regular, bising
tidak ada

Lab: hasil sputum 3x


negatif

Selasa  Batuk Sakit sedang/gizi baik/  Tb klinis  Infus NACL 0,9% 20


09/10/2018 dirasakan E4V5M6 (compos kasus baru tetes per menut
berkurang, mentis) on OAT  N-acetylsysstein
hilang timbul (hari ke 33) 200mg/8jam/oral
Tanda Vital:  Efusi pleura  OAT
TD : 110/70 mmHg dextra 4FDC/3tablet/24jam/o
N :88 kali per menit minimal ral
P: 20 kali per menit
SpO2: 98% tanpa
modalitas

Kepala
• Mata : konjungtiva
pucat (+) skelra
ikterik (-)
• Leher : Tidak ada
deviasi trakea,
tidak ada
pembesaran
kelenjar

THORAX
I : Pergerakan dada
asimeris saat statis dan
dinamis, hemithora
sinistra tertinggal
P : nyeri tekan tidak ada,
vokal fremitus melemah
pada basal hemithorax
dextra setinggi ICS IV
P : redup di basal
hemithorax kanan
A : Bunyi napas
vesikuler melemah
hemithorax dextra,
ronkhi dan wheezing
tidak ada.

Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis
tidak tampak
Palpasi : Thrill tidak
teraba
Perkusi : batas jantung
kanan linea parasternalis
dextra, batas kiri linea
midklavikularis sinistra
Auskultasi: bunyi
jantung I/II murni
reguler, bising tidak ada

Lab : sputum 3x neatif

Jumat  Saat ini tidak Sakit sedang/gizi baik/  Tb klinis  Infus NACL 0,9% 20
12/10/2018 ada batuk E4V5M6 (compos kasus baru tetes per menut
mentis) on OAT  N-acetylsysstein
(hari ke 36) 200mg/8jam/oral
Tanda Vital:  Efusi pleura  OAT
TD : 110/70 mmHg dextra 4FDC/3tablet/24jam/o
N :88 kali per menit minimal ral
P : 20 kali per menit  Boleh perawatan biasa
SpO2: 98% tanpa dari pulmo, tetap
modalitas lanjutkan OAT

Kepala
• Mata : konjungtiva
pucat (+) skelra
ikterik (-)
• Leher : Tidak ada
deviasi trakea,
tidak ada
pembesaran
kelenjar

THORAX
I : Pergerakan dada
simetris
P : nyeri tekan tidak ada
P : redup di basal
hemithorax kanan
A : Bunyi napas
vesikuler melemah
hemithorax dextra,
ronkhi dan wheezing
tidak ada.

Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis
tidak tampak
Palpasi : Thrill tidak
teraba
Perkusi : batas jantung
kanan linea parasternalis
dextra, batas kiri linea
midklavikularis sinistra
Auskultasi: bunyi
jantung I/II murni
reguler, bising tidak ada

Lab : sputum 3x negatif

Rabu  Batuk Sakit sedang/gizi baik/  Tb klinis  Infus NACL 0,9% 20


17/10/2018 dirasakan E4V5M6 (compos kasus baru tetes per menut
berkurang, mentis) on OAT  N-acetylsysstein
hilang timbul (hari ke 39) 200mg/8jam/oral
Tanda Vital:  Efusi pleura  OAT
TD : 110/70 mmHg dextra 4FDC/3tablet/24jam/o
N :88 kali per menit minimal ral
P : 20 kali per menit  Boleh perawatan biasa
SpO2: 98% tanpa dari pulmo, tetap
modalitas lanjutkan OAT

Kepala
• Mata : konjungtiva
pucat (+) skelra
ikterik (-)
• Leher : Tidak ada
deviasi trakea,
tidak ada
pembesaran
kelenjar

THORAX
I : Pergerakan dada
asimeris saat statis dan
dinamis, hemithora
sinistra tertinggal
P : nyeri tekan tidak ada,
vokal fremitus melemah
pada basal hemithorax
dextra setinggi ICS IV
P : redup di basal
hemithorax kanan
A : Bunyi napas
vesikuler melemah
hemithorax dextra,
ronkhi dan wheezing
tidak ada.

Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis
tidak tampak
Palpasi : Thrill tidak
teraba
Perkusi : batas jantung
kanan linea parasternalis
dextra, batas kiri linea
midklavikularis sinistra
Auskultasi: bunyi
jantung I/II murni
reguler, bising tidak ada

Lab : sputum 3x neatif


BAB 2

MATERI KASUS

1. TUBERKULOSIS
a. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex.

b. Epidemiologi
Berdasarkan WHO pada tahun 2015, prevalensinya mencapai 9,6 juta orang
dengan kematian mencapai 1,5 juta jiwa dengan angka kematian 320 ribu jiwa
diantaranya meninggal dengan positif HIV. Adapun 3 negara dengan angka kejadian
TB tertinggi di dunia adalah India, Indonesia, dan China. Sedangkan di Indonesia
tahun 2015 ditemukan sebanyak 330.910 kasus.

c. Faktor Resiko
1. Konsentrasi/jumlah kuman yang terhirup
2. Lamanya waktu sejak terinfeksi
3. Usia dan jenis kelamin
4. daya tahan tubuh rendah
5. komorbid penyakit lain

d. Klasifikasi TB
1. Berdasarkan letak anatomi penyakit
- Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru.
Tuberkulosis milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena lesinya yang
terletak dalam paru.
- TB ektraparu adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain paru seperti
pleura, kelenjar getah bening (termasuk mediastinum dan/atau hilus), abdomen,
traktus genitourinarius, kulit, sendi, tulang dan selaput otak.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi
Tuberkulosis paru BTA positif, apabila:
- Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak
menunjukkan hasil positif pada laboratorium yang memenuhi syarat quality
external assurance (EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan dahak tersebut
berasal dari dahak pagi hari. Saat ini Indonesia sudah memiliki beberapa
laboratorium yang memenuhi syarat EQA.
- Pada negara atau daerah yang belum memiliki laboratorium dengan syarat
EQA, maka TB paru BTA positif adalah:
o Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA positif, atau
o Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan didukung hasil pemeriksaan
foto toraks sesuai dengan gambaran TB yang ditetapkan oleh klinisi, atau
o Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif ditambah hasil kultur M.
tuberculosis positif.

Tuberkulosis paru BTA negatif, apabila:


- Hasil pemeriksaan dahak negatif tetapi hasil kultur positif.
- Sedikitnya dua hasil pemeriksaan dahak BTA negatif pada laboratorium yang
memenuhi syarat EQA
- Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil pemeriksaan dahak BTA negatif
untuk memastikan diagnosis terutama pada daerah dengan prevalens HIV > 1%
atau pasien TB dengan kehamilan ≥ 5%
ATAU

Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negatif di daerah yang belum
memiliki fasilitas kultur M.tuberculosis

Memenuhi kriteria sebagai berikut:

- Hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif dan disertai salah satu
dibawah ini:
- Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara laboratorium sesuai HIV, atau
- Jika HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui atau prevalens HIV rendah),
tidak menunjukkan perbaikan setelah pemberian antibiotik spektrum luas
(kecuali antibiotik yang mempunyai efek anti TB seperti fluorokuinolon dan
aminoglikosida)
Kasus Bekas TB:
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial (dalam 2
bulan) menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT
adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat
pengobatan OAT 2 bulan tetapi pada foto toraks ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi
3. Berdasarkan Riwayat Sebelumnya

Pencatatan kasus Hasil Hasil pengobatan sebelumnya


BTA

Baru +/- -

Riwayat Kambuh +/- Sembuh


pengobatan
sebelumnya Pengobatan lengkap

Gagal + Pengobatan gagal

Lalai + Lalai berobat

Pindah +/- Masih dalam pengobatan

Lain-lain +/- Untuk semua kasus yang tidak memenuhi


kriteria diatas, seperti:

 Pasien dengan riwayat pengobatan tidak


diketahui sebelumnya
 Pasien dengan riwayat pengobatan
sebelumnya tetapi tidak diketahui hasil
pengobatan
 Pasien yang datang kembali untuk
pengobatan dengan hasil dahak BTA
negatif atau bakteriologis ekstraparu TB
negatif

4. Status HIV
Status HIV pasien merupakan hal yang penting untuk keputusan pengobatan. Akan
dibahas lebih lanjut pada pembahasan TB-HIV.

e. Diagnosis

Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala
respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).

1. Gejala respiratori:

 Batuk  2 minggu
 Batuk darah
 Sesak napas
 Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada
saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.

2. Gejala sistemik:
 Demam
 Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun

3. Gejala TB ekstraparu

Gejala TB ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada


limfadenitis TB akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar
getah bening. Pada meningitis TB akan terlihat gejala meningitis. Pada pleuritis
TB terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga
pleuranya terdapat cairan.

PEMERIKSAAN FISIS

Pada pemeriksaan fisis kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat. Pada TB paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak
(atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di
daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2),
serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan
antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.Pada pleuritis TB,
kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura.
Pada perkusi ditemukan redup atau pekak, pada auskultasi suara napas yang
melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.Pada limfadenitis
TB, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan
kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran
kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscess

PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI
1. Sputum BTA
Bahan pemeriksaan
- Sputum
- Cairan pleura
- Liquor cerebrospinalis
- Bilasan bronkus
- Bilasan lambung
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung
Disease) :
 Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang : (-)
 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan (scanty)
 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang : (1+)
 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang : (2+)
 >10 BTA dalam 1 lapang pandang : (3+)

2. Gene XPERT
3. Kultur MTB

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi aktif:
– Bayangan berawan/ nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah.
– Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular.
– Bayangan bercak milier.
– Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif:


• Fibrotik
• Kalsifikasi
• Kompleks ranke
Penebalan Pleura
f. Pengobatan

Tujuan pengobatan TB adalah:


 Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas
 Mencegah kematian karena penyakit TB aktif atau efek lanjutannya
 Mencegah kekambuhan
 Mengurangi transmisi atau penularan kepada yang lain
 Mencegah terjadinya resistensi obat serta penularannya

Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Pada
umumnya lama pengobatan adalah 6-8 bulan.

OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)

1. Jenis obat lini pertama adalah:


INH
Rifampisin
Pirazinamid
Etambutol
Streptomisin

2. Jenis obat lini kedua adalah:


Kanamisin
Kapreomisin
Amikasin
Kuinolon
Sikloserin
Etionamid/Protionamid
Para-Amino Salisilat (PAS)

Tabel jenis dan dosis OAT

Obat Dosis Dosis yg Dosis Dosis (mg) / berat


dianjurkan maks/hr badan (kg)/hr
(Mg/Kg (mg)
Harian Inter- < 40 40- >60
BB/Hari)
(mg/ mitten 60
kgBB / (mg/Kg
hari) /BB/kali)

R 8-12 10 10 600 300 450 600

H 4-6 5 10 300 300 300 300


Z 20-30 25 35 750 1000 1500

E 15-20 15 30 750 1000 1500

S* 15-18 15 15 1000 Sesuai 750 1000


BB

Tabel Dosis Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap

Fase intensif Fase lanjutan

2-3 bulan 4 bulan

BB Harian Haria 3x/minggu


n

(RHZE) (RH) (RH)

150/75/400/27 150/75 150/150


5

30-37 2 2 2

38-54 3 3 3

55-70 4 4 4

>71 5 5 5

g. Pengobatan suportif
1. Penderita rawat jalan
a) Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin
tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk penderita
tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya)
b) Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam. Bila perlu dapat
diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan lain.
2. Penderita rawat inap
a) Indikasi rawat inap : TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb :
- Batuk darah (profus)
- Keadaan umum buruk
- Pneumotoraks
- Empiema
- Efusi pleura masif / bilateral
- Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)
TB di luar paru yang mengancam jiwa :

- TB paru milier
- Meningitis TB

Pengobatan suportif / simtomatik yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan
indikasi rawat

f. Evaluasi Pengobatan
Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi, dan efek
samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.
Evaluasi klinis

 Pasien dievaluasi secara periodic.


 Evaluasi terhadap respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta
ada tidaknya komplikasi penyakit.
 Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisis.

Evaluasi bakteriologi (0 - 2 - 6 /8 bulan pengobatan)


 Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak.
 Pemeriksaan dan evaluasi pemeriksaan mikroskopis.
- Sebelum pengobatan dimulai

- Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)

- Pada akhir pengobatan

 Bila ada fasilitas biakan, dilakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan.

Evaluasi radiologi (0 - 2 – 6/8 bulan pengobatan)


Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
 Sebelum pengobatan.
 Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus yang juga dipikirkan
kemungkinan keganasan dapat dilakukan 1 bulan pengobatan).

Evaluasi pasien yang telah sembuh


Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya tetap dievaluasi minimal
dalam 2 tahun pertama setelah sembuh, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan foto toraks
(sesuai indikasi/bila ada gejala)
2. EFUSI PLEURA
a. Pengertian
Efusi pleura adalah penimbunan cairan yang berlebihan pada organ pleura.
penumpukan cairan di dalam ruang pleural, yaitu diantara permukaan visceral dan
parietal pleura, yang jarang merupakan proses penyakit primer, tetapi biasanya terjadi
sekunder akibat penyakit lain. Secara singkat, efusi pleura dapat didefinisikan sebagai
terkumpulnya cairan pada rongga pleura. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang
mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus. Jika efusi
terinfeksi disebut “empiema”, jika berhubungan dengan pneumonia disebut “efusi
parapneumonia”. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5
sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural
bergerak tanpa adanya friksi.
Penelitian di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2011 menunjukkan
bahwa 44,1% penderita efusi pleura disebabkan oleh TB. Penyebab efusi, penyakit
ganas menyumbang 41% dan tuberkulosis untuk 33% dari 100 kasus efusi pleura
eksudatif, 2 pasien (2%) memiliki koeksistensi tuberkulosis dan keganasan yang
dianalisis dengan kelompok ganas. Parapneumoni efusi ditemukan hanya 6% kasus,
penyebab lain gagal jantung kongestif 3%, komplikasi dari operasi by pass koroner
2%, rheumatoid atritis 2%, erythematous lupus sistemik 1%, gagal ginjal kronis 1%,
kolesistitis akut 1%, etiologi tidak diketahui 8%.3 Kasus efusi pleura mencapai 2,7%
dari penyakit infeksi saluran napas lainnya.

b. Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura.
Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura
parietalis sebesar 9 cm H2O. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis
karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian
cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil
lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini
mencapai 1 liter per hari.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia
akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan
vena (gagal jantung).
Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat
pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai
peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid
yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi.
Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya
tinggi cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudate
kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
Pathway Patofisiologi Efusi Pleura
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI. ISBN: 978-602-235-733-9
2. KepMenKes Nomor 364/MENKES/SK/V/2009
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis.
4. Persatuan Dokter Paru Indonesia. 2013. Pedoman Diagnostik dan Penatalaksanaan TB di
Indonesia. Jakarta: PDPI
5. Rab, T. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Trans Info Media. Jakarta: 157-61
6. Fatiyya I. 2011, Pedoman diagnostik dan Penatalaksanaan di Indonesia,
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Jakarta.Revisi pertama, Juli 2011.
7. International Standards of Tuberculosis Care, 2014

Anda mungkin juga menyukai