Oleh:
KELOMPOK 1
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Armita Dewi
SUPERVISOR PEMBIMBING:
Dr. dr. Nur Ahmad Tabri, Sp. PD, K-P, Sp. P(K)
Laporan kasus dengan judul Tuberculosis Paru Klinis Kasus Baru Status HIV (-) on
Treatment Fase Intensif oleh:
Pembimbing,
Dr. dr. Nur Ahmad Tabri, Sp. PD, K-P, Sp. P(K)
BAB 1
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl. Lahir : 14 April 1982
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Makassar
Rumah Sakit : Perawatan IC Lt. 2 kamar 7
MR : 857506
Tanggal Masuk : 30 September 2018
B. SUBJEKTIF
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : Batuk
Anamnesis Terpimpin :
Pasien datang dengan keluhan batuk sejak 2 bulan terakhir, dahak warna putih.
Batuk berdarah tidak ada. Sesak tidak ada. Demam ada sejak 2 bulan yang lalu,
tidak terus menerus, umumnya timbul pada malam hari. Nyeri dada kadang-
kadang bila batuk.
Nafsu makan menurun disertai penurunan berat badan ± 11 kg dalam 1 bulan
terakhir. Pasien mudah lelah, dan ada keringat malam sejak 2 bulan yang lalu.
C. OBJEKTIF
1. Deskripsi Umum
Sakit sedang/ Gizi baik/ GCS E4M6V5 (composmentis)
BB : 52 kg; TB : 160 cm (IMT: 20,3 kg/m2)
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit, reguler, kuat angkat
Pernapasan : 20 kali/menit, tipe thoracoabdominal
Suhu : 37,0oC
SpO2 : 97% tanpa modalitas
3. Head To Toe
Kepala
Bentuk : Normocephal
Simetris muka : Simetris kiri dan kanan
Deformitas : Tidak ada
Rambut : Hitam, sukar dicabut
Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
Gerakan : Dalam batas normal
Kelopak mata : Edema palpebral (-)
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)
Kornea : Jernih
Pupil : Bulat, isokor 2,5mm/2,5mm
Telinga
Pendengaran : Dalam batas normal
Otorrhea : (-)
Pendarahan : (-)
Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), Kering (-)
Gigi geligi : Caries (-)
Gusi : Perdarahan gusi (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-),tremor (-),hiperemis(-) bercak putih(-)
Leher
Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
Kel. getah bening : Tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : Negatif
Tumor : Tidak ada
Nodul : Tidak ada
Thorax
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Tidak teraba massa, vokal fremitus melemah di basal paru kanan,
nyeri tekan tidak ada.
Perkusi : Redup di hemitoraks kanan setinggi ICS V, sonor di hemitoraks kiri
Auskultasi : Bunyi pernapasan : Vesikuler melemah di basal paru kanan, Vesikuler
di hemitoraks kiri. Bunyi tambahan : Ronkhi dan wheezing tidak ada.
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak tampak
Perkusi : dalam batas normal
- Batas kanan atas jantung ICS II dextra
- Batas kiri atas jantung ICS II sinistra
- Batas kanan bawah ICS IV linea parasternalis dextra
- Batas kiri bawah jantung ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II regular, bising jantung tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, kolateralisasi vena (-)
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor tidak teraba, hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani, undulasi (-)
Lain-lain : Ascites (-)
Extremitas
Akral hangat
Sianosis tidak ada
Pitting edema : (-/-) (dorsum pedis)
Perdarahan (-), palmar eritem (-)
3. Mikrobiologi (29/08/2018)
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL
RUJUKAN
5. Pemeriksaan Anti-HIV
8. RADIOLOGI
Kesan:
E. DIAGNOSIS KERJA
1. Tuberculosis Paru Klinis Kasus Baru Status HIV (-) on Treatment fase intensif
(Hari ke 21)
2. Efusi Pleura Dextra
F. ASSESMENT
KEPALA
• Mata : Konjungtiva
pucat (+), sklera
ikterik (-)
• Leher: Tidak ada
deviasi trakea, tidak
ada pembesaran
kelenjar.
THORAKS
I: Pergerakan dada
asimetris saat statis dan
dinamis, hemithorax
sinistra tertinggal
P : Nyeri tekan tidak ada,
vokal fremitus melemah
pada basal hemithorax
dextra setinggi ICS IV
P : redup di basal
hemithorax kanan
A : Bunyi napas
vesikuler melemah
hemithorax dextra,
ronkhi dan wheezing
tidak ada.
JANTUNG
• Inspeksi : Ictus cordis
tidak tampak
• Palpas : Thrill tidak
teraba
• Perkusi : Batas
jantung kanan linea
parasternalis dextra,
batas kiri linea
midklavikularis
sinistra
• Auskultasi : Bunyi
jantung I/II murni
regular, bising tidak
ada
Rabu Batuk Sakit sedang / gizi baik/ Tuberculosi Sensitivitas OAT, dan
03/10/2018 berkurang. E4V5M6 (Compos s klinis kultur.
Batuk Mentis) kasus baru Thoracosintesis
berlendir TANDA VITAL dalam Infus NaCl 0,9% 20
berwarna TD : 110/70 mmHg pengobatan tpm
putih.. Nyeri N :84 kali/menit, regular, OAT N-Asetilsistein 200
dada ada saat kuat angkat kategori I mg/8 jam/oral
batuk. P : 20 kali/menit, Sp O2: fase intensif OAT 4FDC 3
99% tanpa modalitas hari ke-27 tablet/24 jam/oral
KEPALA
• Mata : Konjungtiva
pucat (+), sklera ikterik
(-)
• Leher: Tidak ada
deviasi trakea, tidak ada
pembesaran kelenjar.
THORAKS
I: Pergerakan dada
asimetris saat statis dan
dinamis, hemithorax
sinistra tertinggal
P : Nyeri tekan tidak ada,
vokal fremitus melemah
pada basal hemithorax
dextra setinggi ICS IV
P : redup di basal
hemithorax kanan
A : Bunyi napas
vesikuler melemah
hemithorax dextra,
ronkhi dan wheezing
tidak ada.
JANTUNG
• Inspeksi : Ictus cordis
tidak tampak
• Palpas : Thrill tidak
teraba
• Perkusi : Batas
jantung kanan linea
parasternalis dextra,
batas kiri linea
midklavikularis sinistra
• Auskultasi : Bunyi
jantung I/II murni
regular, bising tidak ada
Jumat Batuk Sakit sedang / gizi baik/ Tuberculosi Sensitivitas OAT, dan
05/10/2018 berkurang. E4V5M6 (Compos s klinis kultur.
Batuk Mentis) kasus baru Thoracosintesis ->
berlendir dalam pasien menolak
berwarna TANDA VITAL pengobatan Infus NaCl 0,9% 20
putih.. Nyeri TD : 110/70 mmHg OAT tpm
dada ada saat N :84 kali/menit, regular, kategori I N-Asetilsistein 200
batuk. kuat angkat fase intensif mg/8 jam/oral
P : 20 kali/menit hari ke-29 OAT 4FDC 3
Sp O2: 99% tanpa tablet/24 jam/oral
modalitas
KEPALA
• Mata :
Konjungtiva pucat
(+), sklera ikterik
(-)
• Leher: Tidak ada
deviasi trakea,
tidak ada
pembesaran
kelenjar.
•
THORAKS
I: Pergerakan dada
asimetris saat statis dan
dinamis, hemithorax
sinistra tertinggal
P : Nyeri tekan tidak ada,
vokal fremitus melemah
pada basal hemithorax
dextra setinggi ICS IV
P : redup di basal
hemithorax kanan
A : Bunyi napas
vesikuler melemah
hemithorax dextra,
ronkhi dan wheezing
tidak ada.
JANTUNG
• Inspeksi : Ictus
cordis tidak
tampak
• Palpas : Thrill
tidak teraba
• Perkusi : Batas
jantung kanan
linea parasternalis
dextra, batas kiri
linea
midklavikularis
sinistra
• Auskultasi : Bunyi
jantung I/II murni
regular, bising
tidak ada
Minggu Batuk Sakit sedang / gizi baik/ Tuberculosi Sensitivitas OAT, dan
07/10/2018 berkurang. E4V5M6 (Compos s klinis kultur.
Dahak sulit Mentis) kasus baru Thoracosintesis ->
dikeluarkan. TANDA VITAL dalam pasien menolak
Nyeri dada TD : 110/70 mmHg pengobatan Infus NaCl 0,9% 20
ada saat N :88 kali/menit, regular, OAT tpm
batuk.. Lemas kuat angkat kategori I N-Asetilsistein 200
P : 20 kali/menit fase intensif mg/8 jam/oral
Sp O2: 99% tanpa hari ke-31 OAT 4FDC 3
modalitas tablet/24 jam/oral
KEPALA
• Mata :
Konjungtiva pucat
(+), sklera ikterik
(-)
• Leher: Tidak ada
deviasi trakea,
tidak ada
pembesaran
kelenjar.
THORAKS
I: Pergerakan dada
asimetris saat statis dan
dinamis, hemithorax
sinistra tertinggal
P : Nyeri tekan tidak ada,
vokal fremitus melemah
pada basal hemithorax
dextra setinggi ICS IV
P : redup di basal
hemithorax kanan
A : Bunyi napas
vesikuler melemah
hemithorax dextra,
ronkhi dan wheezing
tidak ada.
JANTUNG
• Inspeksi : Ictus
cordis tidak
tampak
• Palpas : Thrill
tidak teraba
• Perkusi : Batas
jantung kanan
linea parasternalis
dextra, batas kiri
linea
midklavikularis
sinistra
• Auskultasi : Bunyi
jantung I/II murni
regular, bising
tidak ada
Kepala
• Mata : konjungtiva
pucat (+) skelra
ikterik (-)
• Leher : Tidak ada
deviasi trakea,
tidak ada
pembesaran
kelenjar
THORAX
I : Pergerakan dada
asimeris saat statis dan
dinamis, hemithora
sinistra tertinggal
P : nyeri tekan tidak ada,
vokal fremitus melemah
pada basal hemithorax
dextra setinggi ICS IV
P : redup di basal
hemithorax kanan
A : Bunyi napas
vesikuler melemah
hemithorax dextra,
ronkhi dan wheezing
tidak ada.
Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis
tidak tampak
Palpasi : Thrill tidak
teraba
Perkusi : batas jantung
kanan linea parasternalis
dextra, batas kiri linea
midklavikularis sinistra
Auskultasi: bunyi
jantung I/II murni
reguler, bising tidak ada
Jumat Saat ini tidak Sakit sedang/gizi baik/ Tb klinis Infus NACL 0,9% 20
12/10/2018 ada batuk E4V5M6 (compos kasus baru tetes per menut
mentis) on OAT N-acetylsysstein
(hari ke 36) 200mg/8jam/oral
Tanda Vital: Efusi pleura OAT
TD : 110/70 mmHg dextra 4FDC/3tablet/24jam/o
N :88 kali per menit minimal ral
P : 20 kali per menit Boleh perawatan biasa
SpO2: 98% tanpa dari pulmo, tetap
modalitas lanjutkan OAT
Kepala
• Mata : konjungtiva
pucat (+) skelra
ikterik (-)
• Leher : Tidak ada
deviasi trakea,
tidak ada
pembesaran
kelenjar
THORAX
I : Pergerakan dada
simetris
P : nyeri tekan tidak ada
P : redup di basal
hemithorax kanan
A : Bunyi napas
vesikuler melemah
hemithorax dextra,
ronkhi dan wheezing
tidak ada.
Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis
tidak tampak
Palpasi : Thrill tidak
teraba
Perkusi : batas jantung
kanan linea parasternalis
dextra, batas kiri linea
midklavikularis sinistra
Auskultasi: bunyi
jantung I/II murni
reguler, bising tidak ada
Kepala
• Mata : konjungtiva
pucat (+) skelra
ikterik (-)
• Leher : Tidak ada
deviasi trakea,
tidak ada
pembesaran
kelenjar
THORAX
I : Pergerakan dada
asimeris saat statis dan
dinamis, hemithora
sinistra tertinggal
P : nyeri tekan tidak ada,
vokal fremitus melemah
pada basal hemithorax
dextra setinggi ICS IV
P : redup di basal
hemithorax kanan
A : Bunyi napas
vesikuler melemah
hemithorax dextra,
ronkhi dan wheezing
tidak ada.
Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis
tidak tampak
Palpasi : Thrill tidak
teraba
Perkusi : batas jantung
kanan linea parasternalis
dextra, batas kiri linea
midklavikularis sinistra
Auskultasi: bunyi
jantung I/II murni
reguler, bising tidak ada
MATERI KASUS
1. TUBERKULOSIS
a. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex.
b. Epidemiologi
Berdasarkan WHO pada tahun 2015, prevalensinya mencapai 9,6 juta orang
dengan kematian mencapai 1,5 juta jiwa dengan angka kematian 320 ribu jiwa
diantaranya meninggal dengan positif HIV. Adapun 3 negara dengan angka kejadian
TB tertinggi di dunia adalah India, Indonesia, dan China. Sedangkan di Indonesia
tahun 2015 ditemukan sebanyak 330.910 kasus.
c. Faktor Resiko
1. Konsentrasi/jumlah kuman yang terhirup
2. Lamanya waktu sejak terinfeksi
3. Usia dan jenis kelamin
4. daya tahan tubuh rendah
5. komorbid penyakit lain
d. Klasifikasi TB
1. Berdasarkan letak anatomi penyakit
- Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru.
Tuberkulosis milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena lesinya yang
terletak dalam paru.
- TB ektraparu adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain paru seperti
pleura, kelenjar getah bening (termasuk mediastinum dan/atau hilus), abdomen,
traktus genitourinarius, kulit, sendi, tulang dan selaput otak.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi
Tuberkulosis paru BTA positif, apabila:
- Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak
menunjukkan hasil positif pada laboratorium yang memenuhi syarat quality
external assurance (EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan dahak tersebut
berasal dari dahak pagi hari. Saat ini Indonesia sudah memiliki beberapa
laboratorium yang memenuhi syarat EQA.
- Pada negara atau daerah yang belum memiliki laboratorium dengan syarat
EQA, maka TB paru BTA positif adalah:
o Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA positif, atau
o Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan didukung hasil pemeriksaan
foto toraks sesuai dengan gambaran TB yang ditetapkan oleh klinisi, atau
o Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif ditambah hasil kultur M.
tuberculosis positif.
Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negatif di daerah yang belum
memiliki fasilitas kultur M.tuberculosis
- Hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif dan disertai salah satu
dibawah ini:
- Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara laboratorium sesuai HIV, atau
- Jika HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui atau prevalens HIV rendah),
tidak menunjukkan perbaikan setelah pemberian antibiotik spektrum luas
(kecuali antibiotik yang mempunyai efek anti TB seperti fluorokuinolon dan
aminoglikosida)
Kasus Bekas TB:
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial (dalam 2
bulan) menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT
adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat
pengobatan OAT 2 bulan tetapi pada foto toraks ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi
3. Berdasarkan Riwayat Sebelumnya
Baru +/- -
4. Status HIV
Status HIV pasien merupakan hal yang penting untuk keputusan pengobatan. Akan
dibahas lebih lanjut pada pembahasan TB-HIV.
e. Diagnosis
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala
respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).
1. Gejala respiratori:
Batuk 2 minggu
Batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada
saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik:
Demam
Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun
3. Gejala TB ekstraparu
PEMERIKSAAN FISIS
Pada pemeriksaan fisis kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat. Pada TB paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak
(atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di
daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2),
serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan
antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.Pada pleuritis TB,
kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura.
Pada perkusi ditemukan redup atau pekak, pada auskultasi suara napas yang
melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.Pada limfadenitis
TB, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan
kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran
kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscess
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI
1. Sputum BTA
Bahan pemeriksaan
- Sputum
- Cairan pleura
- Liquor cerebrospinalis
- Bilasan bronkus
- Bilasan lambung
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung
Disease) :
Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang : (-)
1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan (scanty)
10-99 BTA dalam 100 lapang pandang : (1+)
1-10 BTA dalam 1 lapang pandang : (2+)
>10 BTA dalam 1 lapang pandang : (3+)
2. Gene XPERT
3. Kultur MTB
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi aktif:
– Bayangan berawan/ nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah.
– Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular.
– Bayangan bercak milier.
– Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Pada
umumnya lama pengobatan adalah 6-8 bulan.
30-37 2 2 2
38-54 3 3 3
55-70 4 4 4
>71 5 5 5
g. Pengobatan suportif
1. Penderita rawat jalan
a) Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin
tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk penderita
tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya)
b) Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam. Bila perlu dapat
diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan lain.
2. Penderita rawat inap
a) Indikasi rawat inap : TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb :
- Batuk darah (profus)
- Keadaan umum buruk
- Pneumotoraks
- Empiema
- Efusi pleura masif / bilateral
- Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)
TB di luar paru yang mengancam jiwa :
- TB paru milier
- Meningitis TB
Pengobatan suportif / simtomatik yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan
indikasi rawat
f. Evaluasi Pengobatan
Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi, dan efek
samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.
Evaluasi klinis
Bila ada fasilitas biakan, dilakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan.
b. Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura.
Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura
parietalis sebesar 9 cm H2O. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis
karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian
cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil
lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini
mencapai 1 liter per hari.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia
akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan
vena (gagal jantung).
Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat
pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai
peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid
yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi.
Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya
tinggi cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudate
kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
Pathway Patofisiologi Efusi Pleura
DAFTAR PUSTAKA