Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDEKATAN & METODOLOGI

I.1. Studi Kelayakan

Yang dimaksud dengan studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang


dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan
dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda -
beda. Ada yang menafsirkan dalam artian yang lebih terbatas, ada juga yang
mengartikan dalam artian yang luas. Artinya yang lebih terbatas, terutama
dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu
investasi. Sedangkan dari pihak pemerintah, atau lembaga non profit, pengertian
menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relative. Mungkin dipertimbangkn
berbagai factor seperti manfaat bagi masyarakat luas yang bisa berwujud penyerapan
tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah di tempat tersebut dan
sebagainya. Bisa juga dikaitkan dengan, misalnya penghematan devisa atau pun
penambahan devisa yang diperlukan oleh pemerintah. Kalau seseorang atau suatu
pihak melihat suatu kesempatan usaha, maka timbul pertanyaan, apakah kesempatn
itu bisa dimanfaatkan secara ekonomis? Apakah kita bisa mendapatkan suatu tingkat
keuntungan yang cukup layak dari usaha itu? Pertanyaan - pertanyaan semacam ini
yang sebenarnya mendasar dijalankannya studi kelayakan proyek. Proyek yang diteliti
bisa berbentuk proyek raksasa seperti pembangunan proyek listrik tenaga nuklir,
sampai dengan proyek sederhana seperti membuka usaha jasa foto copy. Tentu saja
semakin besar proyek yang akan dijalankan, semakin luas dampak yang terjadi.
Dampak ini bisa berupa dampak ekonomis, bisa juga yang bersifat sosial. Karena itu
ada yang melengkapi studi kelayakan ini dengan analisa yang disebut analisa manfaat
dan pengorbanan (Cost and Benefit Analysis) termasuk didalamya semua manfaat dan
pengorbanan Social (Social Cost And Social Benefit). Dengan demikian, pada
umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek, yaitu :

1. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering juga disebut
sebagai manfaat financial). Yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup
menguntungkan apabila dibandigkan dengan risiko proyek itu.
2. Manfaat ekonomis proyek itu bagi Negara tempat proyek dilaksanakan (sering
juga disebut sebgai manfat ekonomi nasional), yang menunjukkan manfaat
proyek tersebut bagi ekonomi makro sutu Negara.

Manfaat sosial proyek itu bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan
studi yang relative sulit dilakukan. Semakin serderhana proyek yang akan
dilaksanakan semakin sederhana pula lingkup penelitian yang akan dilakukan. Bahkan
banyak proyek - proyek investasi yang mungkin tidak pernah dilakukan studi
kelayanan secara formal, tetapi ternyata kemudian terbukti berjalan dengan baik pula.

I.2. Pengertian Persinyalan

Persinyalan kereta api adalah seperangkat fasilitas yang berfungsi untuk memberikan
isyarat berupa bentuk, warna atau cahaya yang ditempatkan pada suatu tempat
tertentu dan memberikan isyarat dengan arti tertentu untuk mengatur dan mengontrol
pengoperasian kereta api. Jenis sinyal pada perkeretaapian digolongkan dalam:

A. Sinyal Mekanik
Adalah perangkat sinyal yang digerakkan secara mekanik, disini ada
papan/lengan instruksi yang dinaikkan dan diturunkan untuk memberi perintah
kepada masinis kereta api. Sistem ini masih digunakan di Indonesia pada
lintasan dengan frekuensi yang rendah namun mulai ditinggalkan dan
digantikan dengan sistem yang lebih modern

B. Sinyal Mekanik dengan Blok Elektro Mekanik


Hampir sama dengan sinyal mekanis namun lengan isyarat dinaikkan dan
diturunkan dengan perangkat elektro mekanis . Urutan pemasangan sinyal:
1. Sinyal muka (elektrik)
2. Sinyal masuk (mekanik)
3. Sinyal keluar (mekanik)
C. Sinyal Elektrik
Sinyal elektrik adalah isyarat lampu seperti halnya lampu lalu lintas untuk
mengatur jalan tidak jalannya kereta api. Pada sistem persinyalan elektrik
warna lampu:
 Menunjukkan indikasi tidak aman (warna merah), sehingga kereta api harus
berhenti
 Menunjukkan indikasi hati-hati (warna kuning), sehingga harus mengurangi
kecepatan dan siap untuk berhenti
 Menunjukkan indikasi aman (warna hijau)
Untuk menghindari bola lampu putus, biasanya digunakan dua pasang lampu
atau setiap aspek dipasangi 2 lampu sedang perkembangan terakhir yang
sudah mulai digunakan di Indonesia adalah penggunaan lampu LED

I.3. Pengertian Telekomunikasi

Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau penyampaian infomasi, dari suatu


tempat ke tempat lain. Dalam kaitannya dengan 'telekomunikasi' bentuk komunikasi
jarak jauh dapat dibedakan atas tiga macam:

 Komunikasi Satu Arah (Simplex). Dalam komunikasi satu arah (Simplex)


pengirim dan penerima informasi tidak dapat menjalin komunikasi yang
berkesinambungan melalui media yang sama. Contoh :Pager, televisi, dan
radio.

 Komunikasi Dua Arah (Duplex). Dalam komunikasi dua arah (Duplex)


pengirim dan penerima informasi dapat menjalin komunikasi yang
berkesinambungan melalui media yang sama. Contoh : Telepon dan VOIP.

 Komunikasi Semi Dua Arah (Half Duplex). Dalam komunikasi semi dua arah
(Half Duplex)pengirim dan penerima informsi berkomunikasi secara
bergantian namun tetap berkesinambungan. Contoh :Handy Talkie, FAX, dan
Chat Room

I.3.1. Jenis Telekomunikasi dalam Perkeretaapian

Peralatan Telekomunikasi adalah seperangkat fasilitas yang digunakan untuk


penyampaian informasi dan/atau komunikasi guna membantu keamanan,
keselamatan, dan kelancaran operasi kereta api. Sejalan dengan tuntutan semakin
banyaknya kereta api yang berjalan pada suatu jalur jalan rel maka peran
telekomunikasi menjadi sangat penting dan dibutuhkan. Seiring perkembangan
teknologi telekomunikasi dengan ditemukannya tegangan listrik dengan arus rendah
(elektro) maka peralatan telekomunikasi tersebut mulai dipasang pada perkeretaapian.
Perelatan telekomunikasi yang pernah dipasang di perkeretaapian Indonesia, antara
lain:

A. Pesawat Morse
Morse adalah alat yang digunakan untuk menerima dan mengirimkan berita
antar stasiun. Di sepanjang rel kereta api didirikan tiang-tiang telegrap yang
menghubungkan antar stasiun. Kode Morse menggunakan rangkaian yang
sudah distandarisasi pendek dan panjangnya elemen garis atau titik untuk
merepresentasikan huruf, angka, tanda baca dan karakter khusus untuk
membuat pesan. Garis dan titik inilah yang dibaca oleh penerima berita di
stasiun tentang kedatangan atau keberangkatan kereta api. Kode morse ini
cukup rumit bila dibandingkan dengan sistem komunikasi perkerataapian saat
ini.
B. Pesawat Telepon Induktor
Telepon ini sejenis dengan ‘interkom’ karena tidak menggunakan nomor-
nomor untuk menghubungi stasiun-stasiun kereta api. Cara
mengoperasikannya dengan memutar alat pemutar yang ada di telepon ini
sebagai penyambungnya. Pada telepon jenis ini terdapat sebuah kumparan
induksi untuk membangkitkan arus signal bolak-balik ke papan sambung.
Untuk membangkitkan tegangan arus signal bolak-balik dengan jalan memutar
pada alat pemutar di telepon dengan kecepatan yang cukup
C. Pesawat Telepon Selektor
Dalam perkembangan selanjutnya, muncul telepon yang menggunakan angka,
sehingga untuk melakukan komunikasi antar stasiun harus memutar angka
yang sesuai dengan nomor tujuan. Pulsa-pulsa yang dikirim dari roda pilih
pesawat telepon, menggerakkan alat penyambung dan pemilihan dilakukan
oleh setiap angka (digit) yang dikirim secara beruntun mulai dari angka
pertama sampai angka terakhir. Kemudian selektor demi selektor menerima
pulsa-pulsa dari roda pilih dan secara selangkah demi selangkah menjalin
suatu hubungan sehingga akhirnya terciptalah suatu hubungan antara saluran-
saluran satu sama lain.

I.4. Metode Peramalan

Peramalan mempunyai tujuan untuk memprediksikan keadaan dari suatu kejadian,


dimana dengan cara demikian suatu proses perencanaan dapat diselengarakan dengan
tepat. Peramalan ini sebagian besar hasilnya digunakan untuk mendapat kesempatan-
kesempatan di masa mendatang dan juga untuk menghindarkan kesukaran di masa
mendatang. Berorientasi pada ketidakpastian di masa mendatang, peramalan dapat
memberikan pertolongan maksimum bagi perencanaan. Peramalan tidak dibutuhkan
pada kondisi yang pasti, tetapi pada kondisi yang tak tentu, maka peramalan dapat
memberikan beberapa petunjuk dan gejala tentang kemungkinan keadaan masa yang
akan datang. Meskipun petunjuk yang semacam itu tidak dapat dengan baik
digunakan, kecuali jika ada beberapa informasi yang tersedia yang merupakan dasar
bagi peramalan.

Pada beberapa organisasi sebagian besar dari peramalan digunakan untuk


mengurangi ketidak pastian dan meminimumkan ketidaktahuan. Peramalan erat
kaitannya dengan suatu perencanaan dan hubungan antara beberapa penugasan dalam
perencanaan jangka panjang.

I.4.1. Teknik – Teknik Peramalan

Berdasarkan data masa lalu, kemudian diolah dan dari pengolahan diambil prediksi
kemasa depan.

Metode kuantitative meliputi:

a. Komponen–komponen Time series

Pada umumnya Time series itu adalah hasil pekerjaan dari empat gerak

1. Gerak jangka panjang (long team movement atau Seculer trend), yang
menunjukan kearah mana tujuan dari time series tersebut dalam jangka
panjang waktu yang lama.

Ada 4 macam cara untuk menentukan trend tersebut :


 Cara penentuan trend dengan menggunakan tangan saja.

 Cara semi everage

 Cara dengan menggunakan rata-rata bergerak (moving average)

 Cara least-squares.

2. Gerak berulang (Cycling Movement), yaitu naik turun dalam jangka waktu
yang lama. Gerak seperti ini terjadi dengan teratur atau hampir teratur akan
tetapi mungkin lebar amplitudonya berbeda dari waktu ke waktu.

3. Gerak bermusim (Seasonal Veriations) yaitu suatu gerak yang teratur dan
serupa agar naik turun didalam jangka waktu yang singkat (bagian dari tahun
atau musim), dikenal juga dengan gerak periodik.

4. Gerak tak teratur (irreguler Movements), yaitu gerak yang terjadi tidak
mengikuti suatu pola tertentu. Gerak tersebut tidak dapat diramalkan.

b. Komponen–komponen Causal :

Data yang ada mempunyai kecenderungan hubungan sebab-akibat, yaitu antara


variabel bebas dengan variabel tak bebasnya. Variabel tak bebasnya merupakan
fungsi dari variabel bebasnya. Yang termasuk model causal:

 Model Regresi

 Model Ekonometrik

 Intention to buy & anticipations surveys

 Input-output

 Model Ekonomi Input – Output

 Diffusion index

 Leading indikator

 Analisa life-cycle
I.4.2. Kriteria Pemilihan Metode Peramalan

Berdasarkan karakteristik data atau masalah yang kita hadapi, maka dapat dilakukan
pemilihan metode peramalan dengan mempertimbangkan 6 dasar kriteria.

Dalam tabel berikut diperlihatkan semua alternatif metode peramalan kualitatif


dan kuantiatatif dan 6 kriteria dasar untuk membandingkan metode peramalan yang
ada. Sesuai dengan pengolahan data untuk menganalisa persoalan, maka model
regresi dan model trend-least squares dibahas lebih mendalam

a. Regresi

Regressi adalah dependen variabel sebagai variabel output dihubungkan dengan


variabel sebagai variabel input. Hubungan yang didapat pada umumnya
dinyatakan pada bentuk matematis yang menyatakan hubungan fungsional
dantara variabel-variabel yang ada.Variabel dependen yang digunakan pada
model regresi diasumsikan merupakan variabel kuantitatif. Namun dalam
kenyataannya, perubahan nilai suatu variabel tidak selalu hanya dipengaruhi oleh
variabel kualitatif (dummy variabel).

Variabel dummy dapat dibedakan atas :

 dummy independen, yaitu variabel dummy yang secara individual


mempengaruhi variabel dependen

 dummyinteraktif.yaitu variabel dummy yang secra bersama–sama ( interaksi)


dengan variabel independen lainya mempengaruhi variabel dependen.

b. Penentuan Persamaan Normal

𝜕𝑠
=0, j =0,1,2,3,….m
â𝑗

𝜕𝑠
=0
â𝑗

(𝑥 𝑡 . 𝑥)𝑎 = 𝑥 𝑡 . 𝑦
(𝑥1.1 − 𝑥1) (𝑥1.2 − 𝑥2) … … (𝑥1. 𝑚 − 𝑥𝑚)
(𝑥2.1 − 𝑥1) (𝑥2.2 − 𝑥2) … … (𝑥2. 𝑚 − 𝑥𝑚)
𝑥= ∗ ∗ ∗
∗ ∗ ∗
[(𝑥𝑛. 1 − 𝑥1)(𝑥𝑛. 2 − 𝑥2) … … (𝑥𝑛. 𝑚 − 𝑥𝑚)]

(𝒚𝟏 − ӯ) â𝟏
(𝒚𝟐 − ӯ) â𝟐
ŷ= ∗ â= ∗
∗ ∗
[(𝒚𝒏 − ӯ)] [ â 𝒎]

𝒙𝒕 adalah matrik transparan dari 𝑥

dan adalah nilai rata-rata.

Pada model multiple regressi linier, persamaan normal akan linier dengan
vektor A tidak diketahui. Solusi persamaan aljabar linier menyediakan untuk
perhitungan koefisien regressi yang tidak diketahui, a1 sampai dengan am.

ao ditentukan dari:

â0 = ӯ − ∑ â𝑗 𝑗
𝒋=𝟏

c. Test Signifikan

Persamaan regresi yang diperlukan dalam suatu proses perhitungan tidak selalu
baik untuk menaksir nilai variabel dependen. Untuk mengetahui apakah suatu
persamaan regressi yang dihasilkan baik dan valid digunakan untuk menaksir nilai
variabel dependen, dilakukan beberapa uji sebagai berikut:

a. Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara


bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh dan menaksir variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan menggunaka analisis variabel (ANOVA)
perubahan niali variabel yang dapat dijelaskan (explained) oleh perubahan
nilai variabel dependen. Langkah pelaksanaan uji F adalah :
1) Perumusan hipotesis

Ho : variasi perubahan nilai variabel independen tidak dapat menjelaskan


variasi nilai variabel dependen.

Ha : variasi perubahan nilai variabel dapat menjelaskan variasi perubahan


nilai variabel dependen.

2) Dibandingkan nilai F hitung (hasil pengolahan) dengan nilai F tabel (nilai


kritis), sesuai dengan tingkat segnifikan @ yang digunakan serta derajat
kebebasan (degree of reedom). Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima,
artinya secara statistik dapat dibuktikan bahwa semua variabel independen
secara bersama-sama (simultan) tidak berpengaruh terhadap perubahan
nilai variabel dependen. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak (Ha
diterima) artinya secara statistik dapat dibuktikan bahwa semua variabel
independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap
perubahan nilai variabel dependen. Nilai F hitung dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑆𝑢𝑚 𝑜𝑓 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟𝑟𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑠𝑖𝑜𝑛


𝐷𝑒𝑔𝑟𝑒𝑒 𝑜𝑓 𝑓𝑟𝑒𝑒𝑑𝑜𝑚𝑟𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑠𝑖𝑜𝑛
𝐹 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑆𝑢𝑚 𝑜𝑓 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙
𝐷𝑒𝑔𝑟𝑒𝑒 𝑜𝑓 𝑓𝑟𝑒𝑒𝑑𝑜𝑚𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙

𝑆𝑆𝑅/𝐾
=
𝑆𝑆𝐸/(𝑛 − (𝑘 + 1))
∑(ŷ𝑖 − ӯ)𝟐 /𝑘
=
∑(𝑦𝑖 − ŷ𝑖)2 /(𝑛 − (𝑘 + 1))

Selain menggunakan perbandingan antara F hitung dan F tabel, dapat juga


digunakan perbandingan antara angka probabilitas (p value) menerima Ho
yang terdapat dalam hasil perhitungan dengan tingkat signifiaksi ( ) yang
digunakan. Jika menerima Ho (p value) menerima Ho <= , maka Ho ditolak,
artinya secara statistik dapat dibuktikan bahwa semua independen secara
bersama-sama (simultan) bepengaruh terhadap perubahan nilai variabel
dependen, demikian sebaliknya jika p value >= .

b. Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial (individual), masing-
masing variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen. Caranya adalah denagn melakukan pengujian hipotesis terhadap
koefesien regresi semua variabel independen, dengan langkah-langkah sebagai
berikut :

(i) Perumusan hipotesis

H0 : β1 = 0, β2 = 0, β3 = 0,….., βn = n

Ha : β1 ≠ 0, β2 ≠ 0, β3 ≠ 0,….., βn ≠ n

(ii) Dibandingkan nilai absolut hitung (hasil pengolahan) dengan nilai t tabel
(nilai kritis), sesuai dengan tingkat segnifikan yang digunakan serta
secara banyaknya sampel yang digunakan. Karena pengujian dua sisi,
maka penetapan t tabel menggunakan /2

Jika It hitung I < t tabel, maka Ho diterima, artinya bahwa koefisien regresi
variabel independentersebut secara individualtidak berpengaruh terhadap
variabel dependen. Sebaliknya jika It hitung I > t tabel, maka Ho ditolak,
artinya koefisien regresi variabel independen tidak sama dengan nol atau
dengan kata lain independen tersebut secara individual berpengaruh terhadap
variabel dependen.

Nilai t hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagiberikut :

𝑏𝑖−𝛽𝑖0
𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑠𝑏𝑖

Dimana :

bi = koefisien regresi untuk variabel dependen ke-1

bio = nilai koefisien regresi sesuai hipotesis nol

Sbi = standar error koefisien regresi variabel dependen ke-i

Selain menggunakan perbandingan antara t hitung, t tabel, dapat juga


digunakan perbandingan antara angka probabilitas (p value) menerima Ho
yang terdapat dalam hasil perhitungan dengan tingkat segnifikan ( ) yang
digunakan. Jika probabilitas meneriam Ho (p value) <= maka Ho ditolak,
artinya secara statistik dapat dibuktikan bahwa independentersebut
berpengaruh terhadap variabel dependen, demikian sebaliknya jika p value >=

c. Analisis koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat besarnya pengaruh


(persentase) semua variabel independen dalam menaksir nilai variabel
dependen. Besarnya koefisiensi dari 0 sampai dengan 1, semakin mendekati
nol, maka semakin kecil pengaruh semua variabel independen terhadp nilai
variabel dependen. Misalnya diketahui dari hasil perhitungan nilai (R2) =
0,954, artinya pengaruh semua variabel independenterhadap perubahan nilai
variabel dependen adalah 95,4% dan sisanya 4,6% dipengaruhi oleh variabel
lain selain variabel independenyang digunakan. Untuk regresi dengan lebih
dari dua variabel independen, digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien
Determinasi. Nilai R^2 dapat dihitung sebagai berikut :

2
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑆 − 𝑆𝑆𝐸 𝑆𝑆𝑅 ∑(ŷ𝑖 − ӯ)2
𝑅 = = =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑆 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑆 ∑(𝑦𝑖 − ӯ)2

Sedangkan nilai Adjusted R^2 dapat dihitung sebagai berikut :

2
2
𝑛−1 𝑆𝑆𝐸 𝑛−1 ∑(𝑦𝑖 − ŷ𝑖 )
𝐴𝑑𝑗𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑅 = 1 − ( )( )=1−( )( )
𝑛 − 𝑘 − 1 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑆 𝑛 − 𝑘 − 1 ∑(𝑦𝑖 − ŷ𝑖 )2

a. Uji penyimpangan terhadap Asumsi model klasik.

Model persamaan regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa
(Ordinary least Square/OLS) merupakan model regresi yang menghasilkan
estometor linier tidak biasa yang terbaik ( Best Linear
UnbisaEstomator/BLUE), kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi dengan
asumsi, yang disebut dengan asumsi klasik, sebagai berikut :

1) Non Multikolinearitas.

Artinya antara variabel independen yang satu dengan variabel independen


yang lain dalam model regresi tidak saling berhubungan secara sempurna
atau mendekati sempurna. Atau dengan kata lain, koefisien korelasi antara
dua variabel independen tidak mendekati 1 atau -1. Konsekuensi yang
sangat penting bagi model regresi yang mengandung multikolinearites
adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat
dengan bertambahnya variabel independen, tingkat segnifikasi yang
digunakan untuk menolak Ho akan semakin besar, dan probabilitas
menerima hipotesis yang salah (kesalahan β atau kesalahan tipe II) juga
akan semakin besar.

2) Homoskedastisitas

Salah satu asumsi klasik dalam model regresi linier adalah bahwa variabel
pengganggu e mempunyai variansi yang sama dari satu pengamatan ke
pengamatan lainnya (Homoskedastisitas). Untuk menguji apakah ada
pengaruh heteroskedastisitas pada masing-masing pengamatan maka
dilakukan uji korelasi antara data residual (e) yaitu Iý - yI dengan data
masing-masing variabel independen. Jika asumsiHomoskedastisitas tidak
dipenuhi atau terjadiheteroskedastisitas, maka konsekuensinya penaksir
(predictor) yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun
dalam sampel besar. Diagnosis adanya heteroskediksitas dapat dilakukan
dengan melakukan korelasi renking spearmen( Rs).

Pengujian menggunakan distribusi t dengan membandingkan nilai t hitung


dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel, maka pengujian menolak Ho yang
menyatakan tidak terdapat heteroskedastisitas pada model regresi. Nilai
hitung dapat ditentukan dengan rumus:

𝑅𝑠 √𝑁 − 2𝑡
𝑡=
√1 − 𝑟𝑠2

Dengan degree of freedom (d.f) =n-2

Selain menggunakan uji korelasi renking Spearman, adanyaheteroskedisitas


dapat didiagnosis menggunakan uji glesjer(Glesjer test) dan Uji Park(Park
test)

3) Non Autokorelasi
Artinya tidak dapat pengaruh waktu (time lag) dari variabel dalam
modelantara data saat ini dengan data masa lalu atau data yang akan datang.
Penyimpangan ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data
time series. Konsekuensi dari adanyaautokorelasi dalam model regresi adalah
varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Lebih jauh
lagi model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai
variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu. Untuk
mendiagnosisadanya autokoreksi dalam suatu model regresi dilakukan melalui
pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan
sebagai berikut.

d. Teori Lokasi

Teori lokasi adalah Ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan
ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki lokasi geografis dari sumber-sumber yang
potensial serta hubungan-nya dengan atau pengaruh-nya terhadap keberadaan
berbagai macam usaha / kegiatan lain, baik ekonomi maupun sosial (Tarigan,
2006). Teori lokasi industri pertama kali diungkapkan oleh ahli ekonomi Jerman
pada tahun 1929, yakni Alfred Weber. Menurut teori Weber, pemilihan lokasi
industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa
lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja,
dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya
transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat
keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor yang
mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan
kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi.

Teori “tempat pusat” dikemukakan oleh Walter Christaller pada tahun


1933 dalam bukunya yang berjudul Central Places In Southern Germany. Dalam
buku ini Christaller mencoba menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota,
jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah Tempat pusat (central
place) merupakan suatu tempat dimana produsen cenderung mengelompok di
lokasi tersebut untuk menyediakan barang dan jasa bagi populasi di sekitarnya.
Kemudian August Losch (1954) melalui bukunya yang berjudul Economics of
Location mengembangkan Teori keseimbangan spasial dikemukakan. Losch
menyatakan bahwa lokasi suatu industri didasarkan pada kemampuan untuk
menjaring konsumen sebanyak-banyaknya (dalam Ardhian, 2010). Dengan kata
lain, konsep dasar teori lokasi industri yang dikemukakan oleh Losch ini
berprinsip pada permintaan pasar (demand). Selanjutnya pada tahun 1956,
Melvin Greenhut menggabungkan Teori biaya minimum dan ketergantungan
lokasi (Theory Least Cost and Place Interdependence) dalam bukunya Plant
Location in Theory and in Practice dan Microeconomics and The Space
Economy. Walter Isard (1956) yang mengembangkan logika teori dasar Weber
dengan menempatkan teori tersebut dalam konteks analisis substitusi sehingga
menjadi alat peramal yang tangguh (robust) namun sederhana. Pendekatan Isard
menggunakan asumsi bahwa lokasi dapat terjadi di titik-titik sepanjang garis yang
menghubungkan sumber bahan baku dengan pasar jika bahan baku setempat
adalah murni sehingga terdapat dua variabel, yaitu jarak dari pasar dan jarak dari
sumber bahan baku. Hubungan kedua variabel tersebut dapat diplotkan dalam
bentuk grafik dimana garis yang menghubungkan antara sumber bahan baku dan
pasar adalah tempat kedudukan titik-titik kombinasi antara bahan baku dan pasar
yang bersifat substitusi. Apabila ditambah lagi satu variabel baru yakni
penggunaan bahan baku kedua kedalam input produksi, maka terdapat tiga set
hubungan substitusi.

Anda mungkin juga menyukai