Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di abad milenium ini, segala sesuatu yang serba praktis dan mudah serta ditunjang oleh
manfaatnya yang besar, pastilah di cari oleh setiap orang. Salah satunya adalah sensor. Aplikasi
sensor yang paling sering kita jumpai adalah pintu otomatis yang terdapat di pusat-pusat
perbelanjaan. Pintu akan terbuka dan tertutup secara otomatis apabila ada orang yang lewat.
Contoh lainnya adalah detektor logam yang terdapat pada bandara udara, ataupun detektor asap
yang terdapat dalam perkantoran.

Secara umum, sensor sebenarnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu sensor fisika dan
sensor kimia. Sensor fisika lebih kepada kemampuannya untuk mendeteksi kondisi besaran fisika
seperti tekanan, gaya, tinggi permukaan air laut, kecepatan angin, dan sebagainya. Sedangkan
sensor kimia merupakan alat yang mampu mendeteksi fenomena kimia seperti komposisi gas,
kadar keasaman, susunan zat suatu bahan makanan, dan sebagainya. Termasuk ke dalam sensor
kimia ini adalah biosensor. Dewasa ini, biosensor telah banyak diteliti dan dikembangkan oleh
para peneliti dan industri, dan dalam dunia biosensor research, topik yang sedang berkembang
sekarang ini adalah biosensor yang berbasis DNA (genosensor).
BAB II
PEMBAHASAN

Biosensor didefinisikan sebagai suatu perangkat atau instrumen analitik yang


menggunakan biomolekul seperti mikroba, jaringan, sel, protein, enzim, antibodi, dan DNA untuk
melakukan pengenalan, deteksi, rekognisi pada suatu zat kimia tertentu yang menggabungkan
komponen biologis dengan komponen detektor fisikokimia. Biosensor, menurut definisi klasiknya
(hingga sekitar pertengahan dekade 90an) didefinisikan kira-kira sebagai berikut.: "Suatu
perangkat/instrumen analitik yang menggunakan biomolekul (molekul dari makhluk hidup) seperti
enzim, antibodi, jaringan, sel, mikroba, dan lain-lain untuk melakukan
pengenalan/deteksi/rekognisi (recognition) akan suatu zat (bio)kimia tertentu, yang kemudian
perubahan sifat fisika-kimia pada biomolekul itu yg merepresentasikan informasi ditransduksikan
dengan transduser fisis menjadi besaran elektronik untuk bisa diolah selanjutnya."
(Wicaksono,2000:79).Biosensor akan mengubah respon biokimia ke dalam sinyal informasi yang
dapat diukur, Oleh karena itu biosensor tidak membutuhkan tambahan proses atau reagen mulai
dari penyiapan sampel sampai mendapatkan sinyal informasi yang diukur, dan sebab itu sangat
menjanjikan bila biosensor tersebut menjadi metode pengukuran yang ekonimis, cepat, dan
kuantitatif (Gruhl, 2011).Fungsi biosensor yaitu untuk mendeteksi atau memonitor kondisi
berbagai hal, antara lain

a. Mengukur tingkat keasaman (pH)


b. Kontrol polusi dan mendeteksi & mengukur kadar mikroba atau zat kimia berbahaya tertentu,
toksik di udara, air, dan tanah misalnya pestisida
c. Mendeteksi kebocoran, menentukan lokasi deposit minyak.
d. Mengontrol kualitas makanan (mendeteksi kontaminasi mikroba, menentukan kesegaran,
analisis lemak, protein dan karbohidrat dalam makanan.
e. Mendeteksi & mengukur: kadar glukosa, kolesterol, tekanan darah, flu, infeksi, alergi dan
lain-lain.
f. Diagnosis untuk : obat, metabolit, enzim, vitamin
g. Studi efisiensi obat
Biosensor bersifat spesifik, karena bioreseptornya spesifik hanya klop/cocok untuk suatu
substansi/zat/mol yang spesifik. spesifik.Biosensor ada berbagai macam ukuran dan bentuk;
biasanya didesain portabel untuk penggunaan lapang secara efisien

Komponen Dasar Biosensor adalah


1. Bioreseptor, merupakan komponen biologis yang peka, yang dibuat dengan teknis biologis.
Misalnya jaringan, mikroba, organel, sel, protein, enzymes, antibodies, nucleic acids dan lain-
lain.
Bio-/Biomimetic Recognition Molecule ·
Enzim adalah biomolekul yang sering digunakan sebagai komponen biosensor. Prinsip
penggunaan enzim adalah dengan memanfaatkan reaksi katalitiknya, dan mendeteksi reaksi
tersebut. Jika reaksinya adalah reaksi reduksi-oksidasi, maka ada elektron yang dihasilkan yang
bisa dideteksi dengan metode elektrokimia seperti Amperometry, Voltametry dan lain-lain. Jika
reaksinya menghasilkan hidrogen atau oksigen atau ion K+, dan lain-lain, maka bisa dideteksi
dengan Ion-Selective Electrode. Contoh: Reaksi H2O2 ‡ H20 + O2, yang dikatalitisi oleh enzim
peroxidase. Dengan mengimmobilisasi peroxidase pada electrode Oksigen, kita bisa mensensing
kadar H2O2 (Wicaksono,2000:79-80).
2. Transduser, merupakan komponen atau elemen pendeteksi atau detektor, yang bekerja secara
fisikokimia, piezoelektronik, optik, elektrokimia, dan lain-lain yang mengubah sinyal yang
dihasilkan dari interaksi antara analit dengan bioreseptor menjadi sinyal lain (yaitu, transduser)
yang dapat lebih mudah diukur dan dihitung.
Beberapa jenis biosensor dijelaskan di bawah ini berdasarkan besaran fisis yg ditransduksi.
a) Elektrokimia
Pada sistem biologis, sering terdapat reaksi redoks pada enzim, yang mana pertukaran
elektronnya bisa dideteksi dengan metode elektrokimia untuk mendapatkan hubungan
dengan konsentrasi zat yang terkait dalam reaksi redoks tersebut. Metode elektrokimia
yang bisa dipakai misal:
- Voltammetry, dengan mengukur tegangan terhadap arus yang tetap
- Amperometry, tegangan tetap, arus diukur
- Cyclic Voltametry, arus diukur terhadap suatu tegangan yang berubah dengan fungsi
segitiga terhadap waktu (Wicaksono,2000:80).
b) Optik
Terjadinya reaksi seperti antara antibodi-antigen akan mengubah sifat optik seperti
turbiditasnya, atau indeks bias di bahan yang ditempeli biomolekul tersebut
(Wicaksono,2000:80).
c) Akustik
Dengan menempelnya suatu analyte dan bereaksi dengan biomolekul yang diimmobilisasi
di permukaan transduser, maka massanya berubah, dan sifat akustik pun berubah. Misal
pada QCM (Quartz Crystal Microbalance) frekuensi resonansi Crystal akan bergeser
karena adanya "tempelan" itu (Wicaksono,2000:81).
3. Elemen elektronik prosesor sinyal yang terutama bertanggung jawab untuk menampilkan hasil yg
mudah dibaca dan dipahami.

Prinsip Kerja Biosensor adalah


· Biokatalis (bioreseptor) yaitu senyawa aktif biologi akan berinteraksi dengan substansia atau zat
kimia yang akan dideteksi (sampel analit atau molekul target).
· Hasil interaksi yang berupa besaran fisik seperti panas, arus listrik, potensial listrik atau lainnya
akan dimonitor oleh transduser.
· Besaran tersebut kemudian diproses sebagai sinyal sehingga diperoleh hasil yang dapat dipahami
pada suatu layar monitor, recorder, atau komputer.
Berikut sketsa biosensor secara umum:

Perkembangan Biosensor
Biosensor yang pertama kali dibuat adalah sensor yang menggunakan tranduser
eletrokimia antara lain elektroda untuk menentukan kadar glukosa dengan metode amperometri.
Biosensor pertama kali dibuat adalah glucose sensor.
Perkembangan Biosensor :
1. Generasi pertama (Biosensor berbasis Oksigen )
2. Generasi kedua (Biosensor lebih spesifik dengan melibatkan mediator antara reaksi dan
transduser)
3. Generasi ketiga (Biosensor yang berbasis Enzyme Coupling)
Produk-produk Perusahaan Amerika yang menggunakan teknologi biosensor :
1) i-Stat
2) Micro Chips
3) Digital Angel
4) Very Chip
Keempat chip diatas dapat dipasang dalam tubuh manusia. Perusahaan Jepang yang ikut
menggunakan teknologi biosensor : Matsushita Electric Industrial Co dengan teknologi biosensor
mampu menetapkan dengan cepat dan mudah pengukuran kolesterol darah. Tokyo Medical and
Dental University dengan biosensor nafasnya yang memanfaatkan enzim monoamine oksidase A
(MAO A) dan lain sebagainya. Tetapi secara umum untuk penguna biosensor, hampir 60%
pengunanya berasal dari health-care industri.
Kegunaan Biosensor

Biosensor merupakan penggabungan dari bimolekul dengan transduser . Biosensor banyak


digunakan untuk kepentingan medis . Meskipun demikian, biosensor banyak digunakan untuk
pertanian , militer, lingkungan dan lain sebagainya. Berikut ini adalah kegunanaan Biosensor yang
ada di masyarakat .

Biosensor dan Bioinformatika

Bioinformatika Kedokteran ditopang oleh dua ilmu dasar, yaitu Biosensor dan Bioinformatika.
Biosensor merupakan suatu alat instrumen elektronik, yang bekerja untuk mendeteksi sampel
biokimia. Contoh paling sederhana dari aplikasi biosensor adalah alat uji diabetes. Saat ini kit uji
diabetes telah dijual bebas di apotik-apotik.Prinsip uji diabetes adalah mempergunakan enzim
untuk mendeteksi kelebihan kadar glukosa dalam darah. Enzim tersebut ditautkan kepada suatu
sistim elektronik, sehingga kelebihan gula darah bisa dideteksi secara kuantitatif. Detektor tersebut
mendeteksi perubahan elektronik, yang diinduksi oleh reaksi biokimiawi yang dikatalisis oleh
enzim.

Bionformatika merupakan penggunaan IT untuk menyelesaikan permasalahan yang berhubungan


dengan Biologi Molekular. Sepanjang sejarahnya, eksperimen biologi molekular telah
mengumpulkan banyak sekali data ekspresi genetis. Dalam konteks kedokteran, data-data tersebut
diambil dari sampel pasien.Data dalam jumlah banyak tersebut, perlu diolah menjadi informasi
yang berguna. Bioinformatika bertugas untuk mengolah data-data genetis tersebut, menjadi
informasi yang berguna secara kedokteran, misalnya untuk keperluan diagnostik dan terapi
terhadap penyakit.

Salah satu aplikasi konkrit dari bioinformatika adalah desain primer untuk mendeteksi keberadaan
mikroba patogen, desain primer untuk mendeteksi kelainan genetis (uji genetis) dan desain vaksin
untuk mencegah berbagai penyakit. Software yang digunakan pada umumnya bersifat open source,
seperti Bioedit, Clustal, Deep-View, Pymol, dan Treeview32.

Biosensor Kadar Gula Darah


Gula darah yang berbentuk glukosa pada awalnya diukur secara kimiawi oleh para peneliti
dari perusahaan Ames di Indiana, Amerika Serikat, Ernie Adams dan Anton Clemens adalah dua
tokoh dalam pengembangan paper strip (potongan kertas) yang dapat berubah warna karena reaksi
kimia dengan glukosa. Akan tetapi produk ini kurang popular karena banyak mengandung
kelemahan seperti akurasi rendah, kecepatan pengukuran lambat.
Contoh umum dari biosensor komersial adalah biosensor glukosa darah, yang
menggunakan enzim glukosa oksidase untuk memecah glukosa darah turun. Dalam melakukan hal
itu pertama mengoksidasi glukosa dan menggunakan dua elektron untuk mengurangi FAD
(komponen enzim) untuk FADH2. Pada gilirannya teroksidasi oleh elektrode (menerima dua
elektron dari elektroda) di sejumlah langkah. Arus yang dihasilkan adalah ukuran konsentrasi
glukosa.
Molekul glukosa yang dioksidasi oleh enzim glucose oxidase GOD menghasilkan elektron yang
ditangkap oleh elektroda sehingga kadar glukosa berbanding lurus dengan sinyal elektronik yang
diterima.
1. Data yang dihasilkan adalah ukuran kadar glukosa.
2. Transducer adalah electrode, sedang enzyme sebagai bioreseptor atau komponen biologis
aktif.
Bagian yang paling penting adalah strip berbentuk persegi panjang yang berfungsi sebagai sensor
untuk menempatkan darah dan mendapatkan pengukuran ditentukan dengan konverter analog-
digital / analog digital converter (ADC) dari mikrokontroler / microcontroller unit (MCU).

Wicaksono,Dedi Bgus Hermawan.2000. Mengenal Biosensor dan Generasi Terbaru Biosensor.


Seminar on Air - PPI Tokyo Institute of Technology 1999-2000 No1. Hal. 79-85

http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/biosensor_dan_aplikasinya/

http://himakiuj2014.blogspot.com/2014/11/sekilas-tentang-biosensor.html

http://www.komputasi.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1221258093

Anda mungkin juga menyukai