Anda di halaman 1dari 14

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemakaian dan penggunaan B3 dalam industri merupakaan aspek


keselamatan yang penting khususnya dalam industri nuklir karena dapat
menimbulkan dampak yang cukup besar bila terjadi kecelakaan kerja yakni
kontaminasi dan paparan radiasi. Hal ini dimungkinkan karena dalam industri nuklir
banyak digunakan B3 sebagai pelarut, aditif maupun bahan penunjang dalam analisis
kendali kualitas. Bila terjadi kecelakaan seperti ledakan/ kebakaran yang ditimbulkan
oleh B3, maka tidak tertutup kemungkinan terjadi paparan/kontaminasi radiasi
sebagai akibat penyebaran zat radio aktif ke lingkungan.
Faktor manusia merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya kecelakaan.
Pembinaan rasa tanggung jawab, sikap disiplin dalam bekerja serta peningkatan
pengetahuan memegang peranan penting dalam mencegah kecelakaan khususnya
yang berkaitan dengan B3.
Secara umum B3 terdiri dari bahan beracun, korosif, mudah terbakar, mudah
meledak, reaktif terhadap air/asam, dan gas bertekanan. Bahan ini dapat berpengaruh
dan berdampak pada manusia/pekerja maupun lingkungan seperti keracunan,
ledakan, kebakaran, dan iritasi.
Prinsip utama dalam sistem manajemen B3 meliputi beberapa aspek yaitu:
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pelaksanaan, dan
4. Pengendalian yang berupa pengawasan.
Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci aspek-aspek tersebut:
1. Perencanaan
Pengadaan B3 perlu perencanaan yang baik dan benar untuk menghindari
penumpukan dan penggunaan yang tidak benar yang berpotensi untuk terjadinya
kecelakaan. Pengadaan B3 harus disesuaikan dengan kebutuhan terhadap kegiatan
yang akan dilaksanakan, selain itu harus memperhatikan stok yang masih ada. Untuk
itu perlu adanya pembuatan kartu stok sebagai kontrol dalam menyusun rencana
kebutuhan bahan kimia dan identifikasi status bahan yang masih ada. Selain itu juga
dilakukan klasifikasi terhadap bahan yang akan diadakan sehingga dalam
pengelolaan maupun penyimpanan dilakukan sesuai persyaratan yang telah
ditentukan.
2. Pengorganisasian
Pengelola harus terkualifikasi dan ditetapkan sesuai dengan tugas dan
wewenangnya dalam pengorganisasian B3. Hal ini sangat perlu karena dengan
adanya wewenang dan tanggung jawab akan memudahkan penelusuran jika terjadi
sesuatu yang tidak dinginkan, yakni siapa pelaku dan siapa yang harus bertanggung
jawab. Penetapan kualifikasi personel sangat dibutuhkan karena untuk dapat
menangani bahan berbahaya dan beracun dengan baik maka dibutuhkan pengetahuan
dasar yang memadahi mengenai B3 yakni sifat fisik, kimia, dan bahayanya dari
bahan-bahan tersebut.
3. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya, prosedur pengelolaaan B3 harus ditetapkan dan
penempatan/penggudangan yang baik harus memenuhi persyaratan. Hal ini sangat
penting karena penggudangan yang tidak memenuhi persyaratan dan kegiatan
pemakaian/ penggunaan tanpa adanya prosedur sering menimbulkan kecelakaan
kerja. Selain itu dalam penanganan B3 perlu adanya instruksi kerja dan rekaman
serta mendapatkan pengawasan melalui inspeksi, audit dan pengujian oleh organisasi
yang berwewenang ataupun oleh manajemen yang lebih tinggi agar bila terjadi
sesuatu dapat tertlusur. Salah satu sumber kecelakaan dalam menangani bahan kimia
berbahaya adalah faktor penyimpanan. Banyak sekali kebakaran dan ledakan berasal
dari tempat penyimpanan. Untuk dapat memahami cara penyimpanan yang aman,
maka selain harus mengetahui sifat-sifat berbagai jenis bahan kimia berbahaya, juga
perlu memahami reaksi kimia akibat interaksi dari bahan-bahan yang disimpan.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah batas waktu penyimpanan. Untuk zat
tertentu seperti Eter, parafin cair, dan olefin membentuk peroksida jika berkontak
dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan semakin besar jumlah peroksida
yang terbentuk. Zat sejenis eter tak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali
ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama 6 bulan.
Secara umum penyimpanan B3 harus memenuhi persyaratan diantaranya:
ruangan dingin dan berventilasi, jauh dari sumber panas/api, tersedia alat pelindung
seperi sarung tangan, masker, pelindung badan/jas lab dll. Untuk bahan yang reaktif
harus disimpan dalam keadaan tertutup rapat dan terpisah dengan bahan yang lain
untuk mencegah agar tidak terjadi kontak dengan udara maupun bahan lain
disamping persyaratan diatas. Hal ini dilakukan karena bahan reaktif bersifat bahaya
(dapat bereaksi spontan) akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi
dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik sehingga eksplosif.
Beberapa bahan reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas beracun.
Beberapa bahan kimia bereaksi hebat dengan bahan kimia lain dan bahan-bahan yang
berhubungan tersebut disebut inkompatibel. Contoh: Asetilene yang akan bereaksi
hebat dengan Klorin; Asam Nitrat akan bereaksi dengan cairan yang mudah terbakar
seperti etanol/alkohol.
4. Pengendalian yang berupa pengawasan
Prinsip utama dalam menangani bahan-bahan berbahaya tersebut adalah
mendapat informasi sebanyak mungkin lebih dahulu sebelum menanganinya.
Tidaklah mungkin dapat mengenal cara penanganan dari semua jenis bahan kimia,
bukan saja tidak praktis tetapi masing-masing memiliki sifat yang berbeda. Cara
penanganan yang tepat untuk setiap bahan kimia, hanya dapat diperoleh dari pabrik
atau pemasok yang memang telah berpengalaman dengan bahan tersebut. Informasi
spesifikasi bahan juga dapat dilihat melalui Material Safety Data Shet (MSDS)
Dalam MSDS terdapat keterangan mengenai suatu bahan yaitu identitas, sifat,
penanganan dan lain-lain yang berkaitan dengan keselamatan. Untuk itu sebelum
bahan kimia tersebut diterima, disimpan dan digunakan, maka keterangaan yang ada
dalam MSDS tersebut harus dipahami. Menangani bahan berbahaya tanpa
mengetahui informasi tersebut di atas dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan
sakit akibat kerja.
Berikut ini merupakan tabel hasil pengamatan yang telah kami amati
sebelumnya di Laboratorium Kimia Anorganik. Pada pengamatan ini kelompok kami
lebih cenderung mengamati bahan yang bersifat oksidator.
Tabel Hasil Pengamatan
Rumus No. Jumlah
No Nama Kimia Katalog Botol R S Sifat Rak
Ammonium 1 (2,5
1 Nitrate NH4NO3 2214670 Kg/btl) Oksidator 3C
Ammonium 1 (500
2 Thiocyanate NH4SCN 43722 g/btl) Oksidator 3C
3 Amonium NH4NO3 416 2 (1 8-9 15- Oksidator 3A
Nitrat A879 Kg/btl) 16-41
288
1 (2,5
4 Aniline C6H5NH2 61623 L/btl) Oksidator 3C
Besi(III)
Klorida FeCl3.6H2 941 1 (1 22-
5 Hexahydrat O B161343 Kg/btl) 41 26 Oksidator 3A
Besi(III) 8-
Nitrat Fe(NO3)3. 1.03883. 2 (250 36/
6 Monohidrat 9H2O 0250 g/btl) 38 26 Oksidator 3A
Besi(III) 709 3 (250
7 Oksida Fe2O3 A183124 g/btl) Oksidator 3A
406
Calciumchlo CaCl2.2H2 TD38198 1 (1
8 rid-Dihydrat O 2 Kg/btl) Oksidator 3C
Chrom(III)- Cr3(NO3)2. 2 (250
9 nitrat 9H2O 7454792 Kg/btl) Oksidator 3C
Chrom(III)-
Nitrat- Cr(NO3).9 202cc65 1 (250
10 Nonahydrat H20 6981 g/btl) Oksidator 3B
Eisen(III)-
chlorid FeCl3.6H2 2 (1
11 krist.rein O 4181754 Kg/btl) Oksidator 3C
Kalium
Aluminium 7019702 1 (1
12 Sulfat Kal(SO4)2 1 Kg/btl) Oksidator 3A
Kalium K212456 1 (1
13 Asetat CH3COOK 20503 Kg/btl) Oksidator 3A
Kalium K235464 1 (1
14 Asetat CH3COOK 20649 Kg/btl) Oksidator 3A
Kalium K232549 1 (500
15 Bromida KBr 05 g/btl) Oksidator 3B
207
Kalium K144580 1 (500
16 Bromida KBr 05 g/btl) Oksidator 3B
Kalium K211816 1 (500
17 Bromida KBr 05 g/btl) Oksidator 3B
Kalium
hexacyanof K3[Fe(CN) 722A231 1 (250
18 errat(III) 6] 973 g/btl) Oksidator 3B
Kalium A286463 1 (500
19 Nitrat KNO3 228 g/btl) 8 16-41 Oksidator 3B
Kalium
Hidrogen 1 (250
20 phthalat C8H5KO4 IE70538 g/btl) Oksidator 3B
kalium
Hidrogen 032A511 1 (500
21 Posfat KH2PO4 673 g/btl) Oksidator 3B
Kalium
22 Iodat KIO3 Oksidator 3B
Kalium B114243 1(500g/
23 Iodida KI 731 btl) Oksidator 3B
Kalium 6375369 1 (1
24 Karbonat K2CO3 A Kg/btl) Oksidator 3C
9- 12-
Kalium 1 (500 20/ 13-
25 Klorat KClO3 105907 g/btl) 22 16-27 Oksidator 3A
Kalium 1 (500
26 Klorida KCl 61261 g/btl) Oksidator 3A
Kalium
metaperiod
27 at 5079.01 Oksidator 3B
3
Kalium 413cc41 (1Kg/btl
28 Nitrat KNO3 1863 ) Oksidator 3B
Kalium
Permangan 3 (500
29 at KMnO4 73592 g/btl) Oksidator 3B
Kalium 3 (250
30 Sulfat K2SO4 6391 g/btl) Oksidator 3B
Kaliumhexa
cyanoferrat K4[Fe(CN) 1 (1
31 (II) 6].3H2O 54044 Kg/btl) Oksidator 3B
Kalsium 1 (1
32 Karbonat CaCO3 8E90458 Kg/btl) Oksidator 3A
Lithium K311453 1 (250
33 Nitrat LiNO3 0332 g/btl) 8 25 Oksidator 3B
Magnesium
Chlorid MgCl2.6H 6387361 1 (1
34 Krist.reinst 2O A Kg/btl) Oksidator 3C
1
Magnesium Mg(NO3) (256,41
35 Nitrat 2.6H2O mL/btl) Oksidator 3C
1 (250
36 Naphthol C10H8O 6361878 g/btl) Oksidator 3C
Oksidator
8- ,
Natrium A259337 2 (1 22- 22- berbahay
37 Nitrat NaNo3 111 Kg/btl) 36 24-41 a 3B
Natrium 109cc63 2 (500 8- Oksidator
38 Nitrit NaNo2 4149 g/btl) 25 44 , beracun 3B
2 (25 Oksidator
Natriumhex g/btl) ,
anitrocobalt Na3[Co(N K309065 8- 25- berbahay
39 a(III) O2)]6 21230 40 36/37 a 3B
Natriumsulf Na2SO3.7 1 (1
40 it 7-hydrat H2O 390039 Kg/btl) Oksidator 3C
631
Natronwass K275822 1 (250
41 erglas 1 g/btl) Oksidator 3C
11-
21- Oksidator
31- ,
C2H2O4.2 51- berbahay
42 Oxal Saure H2O 7501243 1 54 63-91 a 3B
Perchlorid 729 4 (1,67
43 Acid HClO4 C638319 Kg/btl) Oksidator 3C
Potasium
Sodium
Tartrate C4H4KNa 1.08087. 2 (1
44 tetrahidrat O6.4H2O 1000 Kg/btl) Oksidator 3A
Sodium
45 Iodate NaIO3 Oksidator 3B
Sodium
46 Perchlorate NaClO4 Oksidator 3C
Zinkchlorid 6 (250
47 trocken ZnCl2 7441007 mL/btl) Oksidator 3C

Bahan kimia mudah terbakar merupakan bahan kimia yang mudah bereaksi
dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang sangat
cepat sehingga dapat menimbulkan ledakan. Berdasarkan teori segitiga api,
kebakaran dapat terjadi apabila tiga faktor yaitu A (bahan mudah terbakar), P
(panas atau energi cukup) dan I (oksigen yang cukup) berada bersamaan. Dalam
laboratorium, oksigen tidak dapat ditiadakan. Untuk menghindarkan kebakaran
adalah mencegah adanya pertemuan antara panas atau sumber penyalaan dan
bahan mudah terbakar. Sumber penyalaan dapat berasal dari api terbuka,
logam bersuhu tinggi(permukaan pemanas), reaksi eksotermis dan loncatan
listrik.

Contoh bahan kimia mudah terbakar

FASA CONTOH

Padat belerang, fosfor, kertas, hibrida logam, kapas

Cair eter, alkhohol, aseton, benzena, hexana, dll

Gas hidrogen, asetilen, etilen oksida


Urutan tindakan–tindakan yang harus di lakukan bila terjadi kebakaran di
laboratorium:

 Menolong korban
 Luka bakarnya kecil, dibasahi air mengalir
 Rambut atau pakaian korban terbakar, jangan berlarian tetapi bergulir dilantai
atau ditutup handuk basah akan lebih baik lagi memakai selimut kebakaran.
 Luka bakar sebaiknya minta diobati oleh tenaga medis.
 Melaporkan terjadinya kebakaran
 Mahasiswa lapor kepada pemimpin praktikum
 Kebakaran besar panggil barisan pemadam kebakaran
 Batasi Lingkup kebakaran
 Tutup keran gas
 Matikan saklar listrik utama
 Singkirkan bahan
 bahan mudah terbakar
 Kebakaran di ruang asam, matikan motor ruang asam
 Memadamkan kebakaran dengan pemadam kebakaran (kebakaran skala kecil)

Syarat penyimpanan:

 Temperatur dingin dan berventilasi,


 Tersedia alat pemadam kebakaran,
 Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara
rokok.

1. Bahan Kimia Peledak

Bahan kimia peledak merupakan suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya
yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan
yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga dapat menimbulkan kerusakan
disekelilingnya. Zat eksplosif sangat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis
(gesekan atau tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau
bahan peledak seperti trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat
(NH4NO3). Ada dua jenis ledakan yaitu ledakan fisika dan ledakan kimia.
Ledakan fisika misalnya meledaknya bejana tertutup berisi gas bertekanan
tinggi. Ledakan kimia diakibatkan oleh reaksi eksotermis yang amat cepat
menghasilkan panas dan gas dalam jumlah besar.

Contoh bahan kimia peledak

INDUSTRI BAHAN YANG DI PRODUKLSI

Peledak NH4NO3, TNT

Amunisi Campuran

Gas industri Asetilen, H2, O2

Mercon NaNO3, KClO3, karbon

Korek api KClO3, belerang

Zat warna Azo dan diazo

Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan sebagai pencegahan terjadinya


ledakan :

 Pengendalian suhu (pendinginan)


 Menambahkan jumlah zat dengan benar
 Mencegah zat-zat yang mempercepat berlangsungnya reaksi secara katalis
 Menggunakan sarana pelindung wajah

Syarat penyimpanan:

 Ruangan dingin dan berventilasi


 Jauhkan dari panas dan api
 Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis

1. Bahan Kimia Oksidator


Bahan kimia oksidator merupakan suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah
terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran
bahan-bahan lainnya. Bahan kimia ini dapat menghasilkan oksigen dalam
penguraian atau reaksinya dengan senyawa lain. Bahan tersebut bersifat reaktif
dan eksplosif serta sering menimbulkan kebakaran.

Contoh bahan kimia oksidator

BAHAN CONTOH

MnO4, perklorat, bikromat, hidrogen


Oksidator anorganik
peroksida, peiodat, persulfat

Benzil peroksida, asetil peroksida, eter


Oksidator organik
oksida, asam perasetat

Penanganan peledakan peroksida tersembunyi perlu dilakukan sbb:

 Uji KI keberadaan peroksida dalam pelarut


 Menyimpan pelarut dalam botol coklat
 Tidak menyimpan sisa-sisa pelarut
 Memakai pelindung muka.

Syarat penyimpanan :

 Temperatur ruangan dingin dan berventilasi


 Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
 Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor

1. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air

Bahan kima ini sangat mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan
gas yang mudah terbakar.

Contoh bahan kimia reaktif terhadap air


JENIS BAHAN CONTOH

Golongan alkali Na, K

Logam halida anhidrat Alumunium tri bromida

Logam oksida anhidrat CaO

Oksida non logam halida Sulfuril klorida

Karena itu bahan-bahan kimia tersebut harus dijauhkan dari air dan disimpan
diruangan kering.

Syarat penyimpanan :

 Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi


 Jauh dari sumber nyala api atau panas
 Bangunan kedap air
 Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)

1. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam

Bahan kimia ini sangat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas
yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif. Umumnya bahan–bahan
yang reaktif terhadap air juga reaktif terhadap asam.

Contoh : K, N, Ca, Kalium klorat ( KClO3 ), Kalium permanganat, Kromat (Cr2O3)


amat reaktif terhadap asam sulfat dan asam asetat. Zat yang menghasilkan gas
beracun adalah NaCN atau KCN. Demikian pula Cu, Zn dan Al reaktif terhadap
asam nitrat menghasilkan gas beracun NO2.

Penanganan terhadap bahan-bahan ini adalah dengan cara menjauhkan dari bahan-
bahan yang bersifat asam.

Syarat penyimpanan:
 Ruangan dingin dan berventilasi
 Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
 Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk
kantong-kantong hidrogen
 Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja.

1. Gas Bertekanan

Gas bertekanan ini merupakan gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang
ditekan maupun gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.
Gas-gas tersebut dapat disimpan dalam silinder dalam bentuk gas tekan seperti udara,
cair dan terlarut.

Contoh gas bertekanan

GAS BAHAYA

Asetilen Mudah terbakar, aspiksian

Amoniak Beracun

Etilen oksida Beracun, mudah terbakar

Hidrogen Mudah terbakar, aspiksian

Nitrogen Aspiksian

Klor Beracun, korosif

Vinil klorida Beracun, mudah terbakar

Bahaya gas-gas bertekanan tersebut selain beracun, korosif dan mudah terbakar
juga bahaya mekanik. Karena itu selinder gas tersebut harus disimpan di tempat yang
tidak kena panas, terikat dan bebas dari kebocoran kran. Selain itu penempatan
tabung-tabung gasi ini harus diberikan simbol-simbol keamanan.

Syarat penyimpanan:

 Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat


 Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
 Jauh dari api dan panas
 Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub.

1. Bahan Kimia Radioaktif

Bahan kimia radioaktif merupakan bahan kimia yang mempunyai kemampuan


memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002
microcurie/gram. Bahan kimia ini mampu memancarkan sinar alfa, beta dan gama.
Banyak dipakai untuk bahan sintetis atau analisis. Penanganan bahaya dari zat
ini ialah dengan cara melindungi diri dengan panahan timbal, menjauhkan diri
dari sumber radiasi.

Pada dasarnya teknik penanganan bahan kimia sangat mutlak diperlukan di suaatu
Laboratorium Kimia. Selain penanganan untuk bahan – bahan kimia yang belum
dipergunakan, maka penanganan untuk proses pembuangan limbah laboratorium juga
tak kalah pentingnya untuk diperhatikan. Secara umum, metoda pembuangan limbah
laboratorium terbagi atas empat metoda.

1. Pembuangan langsung dari laboratorium.


Metoda pembuangan langsung ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang
dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air dibuang
langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa
yang mengandung asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa
dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun
seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu.
Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.

2. Pembakaran terbuka.
Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar
racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar
ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.

3. Pembakaran dalam insenerator.


Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan toksik
yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa yang
bersifat toksik.

4. Dikubur didalam tanah


Dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air. Metoda ini dapat
diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa manajemen B3 memerlukan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Dengan menerapkan sistem
manajemen B3 maka pemakaian, penanganan, maupun penyimpanan B3 diharapkan
akan lebih terkontrol/terkendali dan tertelusur, sehingga keselamatan dan kesehatan
kerja serta perlindungan lingkungan akan terjaga. Dalam pelaksanaan penanganan
B3 sangat tergantung dari jenis, sifat dan bahaya dari bahan tersebut. Karena masing-
masing B3 memiliki sifat yang berbeda, maka cara penanganan yang paling tepat
hanya dapat diperoleh dari pabrik atau pemasok bahan tersebut.
4.2 Saran
Sebaiknya dalam mengidenfikasi bahan-bahan kimia di gudang perlu
menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, baju laboratorium,
memakai sepatu tertutup dan lain-lain. Karena dalam mengidentifikasi bahan-bahan
kimia safety yang paling diutamakan, serta perhatikan baik-baik symbol yang ada
pada wadah atau botol tempat dimana bahan kimia tersebut disimpan.

Anda mungkin juga menyukai