PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.1 Kelainan ini ditandai
oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus
dan pengecilan lapang pandang. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata
dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekstravasasi
(penggaungan/ cupping) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan
kebutaan.1,2,3
Glaukoma dibagi menjadi glaukoma primer (sudut terbuka dan tertutup), glaukoma
kongenital (glaukoma pada bayi), glaukoma sekunder dan glaukoma absolut (glaukoma
yang tidak terkontrol). Glaukoma dapat bersifat akut dengan gejala yang sangat nyata dan
bersifat kronik yang hampir tidak menunjukkan gejala, seorang dokter harus mampu
mengenali gejala dan tanda glaukoma sehingga dapat memberikan penatalaksanaan yang
tepat. 3,6
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
Sudut filtrasi merupakan bagian yang penting dalam pengaturan cairan bilik
mata. Sudut ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bilik mata. Sudut
ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh garis
yang menghubungkan akhir dari membrane descement dan membrane Bowman.
Akhir dari membrane Descement disebut garis Schwalbe. 1,3,7
Limbus terdiri dari 2 lapisan yaitu epitel dan strima. Epitelnya 2 kali
ketebalan epitel kornea. Di dalam stroma terdapat serat-serat saraf dan cabang akhir
dari arteri siliaris anterior.6,8
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabecular, yang terdiri dari :
1. Trabekula korneoskleral
Serabutnya berasal dari lapisan stroma kornea, menuju ke belakang
mengelilingi Schlemm untuk berinsersi pada sclera
2. Trabekula uveal
2
Serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke scleral
spur (insersi dari m. silliaris) dan sebagian ke m. silliaris meridional.
3. Serabut yang berasal dari akhir membrane descement (garis Schwalbe)
Serabut ini menuju ke jaringan pengikat m. silliaris radialis dan
sirkularis.
4. Ligamentum pektinatum rudimenter
Ligamentum ini berasal dari dataran depan iris menuju ke depan
trabekula9
3
Gambar 2.2 Fisiologi aliran humor aqueous
4
B. Glaukoma
1. Definisi Glaukoma
2. Epidemiologi
World Health Organization (WHO) tahun 2002 mengungkapkan bahwa
glaukoma merupakan penyebab kebutaan paling banyak kedua dengan prevalensi
sekiar 4,4 juta (sekitar 12,3% dari jumlah kebutaan di dunia). Pada tahun 2020
jumlah kebutaan akibat glaukoma diperkirakan meningkat menjadi 11,4 juta.
Prevalensi glaukoma juga diperkirakan meningkat, dari 60,5 juta pada tahun 2010
menjadi 79,6 juta pada tahun 2020.4 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi glaukoma di Indonesia adalah 4,6%.5
Glaukoma sudut terbuka adalah bentuk glaukoma yang paling sering
dijumpai, sekitar 0,4-0,7% orang berusia >40 tahun dan 2-3% orang berusia >70
tahun diperkiran menderita glaukoma sudut terbuka.1
5
3. Etiologi11
Glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan intraokular yang dapat
disebabkan bertambahnya produksi humor aqueous oleh badan sillier ataupun
berkurangnya pengeluaran humour aqueous di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil.
4. Faktor Risiko12
Beberapa faktor resiko yang dapat mengarah pada glaukoma adalah :
1. Tekanan darah rendah atau tinggi
2. Fenomena autoimun
3. Degenerasi primer sel ganglion
4. Usia diatas 45 tahun
5. Riwayat glaukoma pada keluarga
6. Miopia atau hipermetropia
7. Pasca bedah dengan hifema atau infeksi
Sedangkan beberapa hal yang memperberat resiko glaukoma adalah :
1. Tekanan bola mata, makin tinggi makin berat
2. Makin tua usia, makin berat
3. Hipertensi, resiko 6 kali lebih sering
4. Pekerja las, resiko 4 kali lebih sering
5. Riwayat keluarga dengan glaukoma, resiko 4 kali lebih sering
6. Merokok, resiko 4 kali lebih sering
6
7. Miopia, resiko 2 kali lebih sering
8. DM, resiko 2 kali lebih sering
5. Patofisiologi13
Setiap hari mata memproduksi sekitar 1 sdt humor aquos yang menyuplai
makanan dan oksigen untuk kornea dan lensa dan membawa produk sisa keluar
dari mata melalui anyaman trabekulum ke Canalis Schlemn.
Pada keadaan normal tekanan intraokular ditentukan oleh derajat produksi
cairan mata oleh epitel badan siliar dan hambatan pengeluaran cairan mata dari
bola mata. Pada glaukoma tekanan intraokular berperan penting oleh karena itu
dinamika tekanannya diperlukan sekali. Dinamika ini saling berhubungan antara
tekanan, tegangan dan regangan.
a. Tekanan
Tekanan hidrostatik akan mengenai dinding struktur (pada mata berupa
dinding korneosklera). Hal ini akan menyebabkan rusaknya neuron apabila
penekan pada sklera tidak benar.
b. Tegangan
Tegangan mempunyai hubungan antara tekanan dan kekebalan. Tegangan
yang rendah dan ketebalan yang relatif besar dibandingkan faktor yang sama
pada papil optik ketimbang sklera. Mata yang tekanan intraokularnya
berangsur-angsur naik dapat mengalami robekan dibawah otot rektus
lateral.
c. Regangan
Regangan dapat mengakibatkan kerusakan dan mengakibatkan nyeri.
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi aquoeus
humor oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aquoeus
humor melalui sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik mata
depan, keadaan jalinan trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan
vena episklera.
7
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel
ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam
retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga menjadi
atrofi, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.2
8
Keterangan gambar : Normal dan abnormal aliran humor aquos :
a. Aliran normal melalui anyaman trabekula (panah besar) dan rute uveasklera (panah
kecil) dan anatomi yang berhubungan. Kebanyakan aliran humor aquos melewati
anyaman trabekula. Setiap rute dialirkan ke sirkulasi vena mata.
b. Pada glaukoma sudut terbuka, aliran humor aquos melalui rute ini terhalang.
c. Pada glakuoma sudut tertutup, posisi abnormal iris sehingga memblok aliran humor
aquos melewati sudut bilik mata depan (iridocorneal).
6. Klasifikasi Glaukoma
Sugar mengklasifikasikan glaukoma menjadi: 4
1) Glaukoma Primer
a. Dewasa
- Glaukoma simpleks (glaukoma sudut terbuka, glaukoma kronis)
- Glaukoma akut (sudut tertutup)
b. Kongenital/Juvenil
2) Glaukoma Sekunder
a. Sudut tertutup
b. Sudut terbuka
1
Klasifikasi Vaughen untuk Glaukoma adalah sebagai berikut:
1) Glaukoma Primer
a. Glaukoma sudut terbuka (glaukoma simpleks)
b. Glaukoma sudut tertutup
2) Glaukoma Kongenital
a. Primer atau infantile
b. Menyertai kelainan kongenital lainnya
9
3) Glaukoma Sekunder
4) Glaukoma Absolut
1) Glaukoma Primer
a. Glaukoma Sudut Terbuka (Glaukoma Simpleks)
Glaukoma simpleks adalah glaukoma bentuk glaukoma yang
penyebabnya tidak diketahui. Merupakan suatu glaukoma primer yang ditandai
dengan sudut bilik mata terbuka. 1
Pada umumnya glaukoma simpleks ditemukan pada usia lebih dari 40
tahun, walaupun penyakit ini kadang kadang ditemukan pada usia muda. Diduga
glaukoma simpleks diturunkan secara dominan atau resesif pada kira-kira 50%
penderita, secara genetik penderitanya adalah homozigot. 1 Pada glaukoma ini,
sudut bilik mata depannya terbuka, hambatan aliran akuos humor mungkin
terdapat pada trabekulum, kanal Schlemn dan pleksus vena di daerah intrasklera.
Pada pemeriksaan patologi anatomi didapatkan proses degenerasi dari
trabekulum dan kanal Schlemn. Terlihat penebalan dan sklerose dari serat
trabekulum, vakuol dalam endotel, dan endotel yang hiperseluler, yang menutupi
trabekulum dan kanal Schlemn. Agaknya proses ketuaan memegang peranan
dalam proses sklerose ini, yang dipercepat bila mata tersebut mempunyai bakat
glaukoma. Terdapat faktor resiko pada seseorang untuk mendapatkan glaukoma
seperti diabetes melitus, hipertensi, pengobatan kortikosteroid yang lama, dalam
keluarga ada penderita glaukoma, dan miopia.4
Mulai timbulnya gejala glaukoma primer sudut terbuka agak lambat yang
kadang-kadang tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan
kebutaan. Pada keadaan ini glaukoma simpleks tersebut berakhir dengan
glaukoma absolut. 1
Pada glaukoma simpleks tekanan bola mata sehari-hari tinggi atau lebih
dari 20 mmHg. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang
mengakibatkan terdapat gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa disadari
oleh penderita. Gangguan saraf optik akan terlihat gangguan fungsinya berupa
penciutan lapang pandang. Pada waktu pengukuran bila didapatkan tekanan bola
mata normal sedang terlihat gejala gangguan fungsi saraf optik seperti glaukoma
mungkin akibat adanya variasi diurnal. Dalam keadaan ini maka dilakukan uji
10
provokasi minum air, pilokarpin, uji variasi diurnal, dan provokasi steroid.
Glaukoma primer yang kronis dan berjalan lambat sering tidak diketahui bila
mulainya, karena keluhan pasien amat sedikit atau samar. Misalnya mata sebelah
terasa berat, kepala pening sebelah, kadang-kadang penglihatan kabur dengan
anamnesa yang tidak khas. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan memerlukan
kacamata koreksi untuk presbiopi lebih kuat dibanding usianya. Kadang-kadang
tajam penglihatan tetap normal sampai keadaan glaukomanya sudah berat.1
b. Glaukoma Sudut Tertutup
Nama ini didasarkan keadaan sudut yang tampak pada gonioskopi.
Glaukoma primer sudut tertutup, bila terdapat kenaikan mendadak dari tekanan
intraokuler, yang disebabkan penutupan sudut COA yang mendadak oleh akar
iris, sehingga menghalangi sama sekali keluarnya akuos humor yang melalui
trabekula, menyebabkan tingginya tekanan intraokuler, sakit yang sangat di mata
secara mendadak dan menurunnya ketajaman penglihatan secara tiba-tiba,
disertai tanda kongesti di mata seperti mata merah, kelopak mata bengkak.
Karena glaukoma ini timbulnya mendadak disertai tanda-tanda kongesti, maka
disebut pula glaukoma akut kongestif atau glaukoma akut. Glaukoma akut, hanya
timbul pada orang yang mempunyai sudut bilik mata yang sempit. Jadi hanya
pada orang-orang dengan presdiposisi anatomis. Faktor anatomis yang
menyebabkan sudut sempit: 4
a) Bulbus okuli yang pendek. Biasanya pada mata yang hipermetrop. Makin
berat hipermetropnya makin dangkal coa nya
b) Tumbuhnya lensa. Menyebabkan coa menjadi lebh dangkal. Pada umur 25
tahun , dalamnya coa rata-rata 3,6mm, sedang umur 70 tahun 3,15mm
c) Kornea yang kecil. Dengan sendirinya coa nya dangkal
d) Tebalnya iris. Makin tebal iris makin dangkal coa
Pada sudut bilik mata yang sempit, letak lensa menjadi lebih dekat ke
iris, sehinga aliran cairan bilik mata dari bilik mata belakang ke bilik mata depan
terhambat. Inilah yang disebut hambatan pupil. Hal ini dapat menyebabkan
meningkatnya tekanan di dalam bilik mata belakang dan mendorong iris ke
depan. Pada sudut bilik mata depan yang memang sudah sempit, dengan adanya
dorongan ini menyebabkan iris menutupi jaringan trabekula, sehingga cairan
bilik mata tidak dapat atau sukar untuk keluar dan terjadilah glaukoma sudut
11
tertutup. Faktor fisiologis yang dapat menyebabkan coa sempit:4
2) Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebabnya. Dapat
disebabkan atau dihubungkan dengan keadaan-keadaan atau penyakit yang telah
diderita sebelumnya atau pada saat itu, yang dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan intraokuler. 2
12
a) Badan siliar : luksasi lensa ke belakang
b) Pupil : seklusio pupil, glaukoma yang diinduksi miotik
c) Sudut bilik mata depan : goniosinekia.
d) Saluran keluar aqueous : miopia
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah uveitis. Penyebab lainnya
adalah penyumbatan vena oftalmikus, cedera mata, pembedahan mata dan
perdarahan ke dalam mata. Beberapa obat (misalnya kortikosteroid) juga bisa
menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.
Pada uveitis, tekanan intraokular biasanya lebih rendah dari normal karena
korpus siliar yang meradang kurang berfungsi baik. Namun juga dapat terjadi
peningkatan tekanan intraokular melalui beberapa mekanisme yang berlainan.
Jalinan trabekular dapat tersumbat oleh sel-sel radang dari kamera anterior,
disertai edema sekunder, atau kadang-kadang terlibat dalam proses peradangan
yang spesifik diarahkan ke sel-sel trabekula (trabekulitis).
1) Glaukoma pigmentasi
Sindrom ini tampaknya disebabkan oleh degenerasi epitel pigmen
iris dan korpus siliaris. Granula pigmen terkelupas dari iris akibat friksi
dengan serat-serat zonular di bawahnya sehingga terjadi transiluminasi
iris. Pigmen mengendap di permukaan kornea posterior (Krukenberg’s
spindle) dan tersangkut di jalinan trabekular, mengganggu aliran keluar
humor aquos. Sindrom ini terjadi paling sering pada pria miopia usia
antara 25-40 tahun yang memiliki bilik mata depan yang dalam dengan
sudut bilik mata yang lebar.
2) Sindrom pseudo-exfoliasi
13
Pada sindrom eksfoliasi, dijumpai endapan-endapan bahan berserat
mirip serpihan di permukaan lensa anterior (berbeda dengan eksfoliasi
kapsul lensa sejati akibat pajanan terhadap radiasi inframerah, yakni
“katarak glass blower’), prosesus siliaris, zonula, permukaan posterior
iris, dam di jalinan trabekular (disertai peningkatan pigmentasi).
Penyakit ini biasanya dijumpai pada orang berusia lebih dari 65 tahun.
4) Glaukoma Fakolitik
Sebagian katarak stadium lanjut dapat mengalami kebocoran kapsul
lensa anterior, sehingga protein-protein lensa yang mencair masuk ke
bilik mata depan. Jalinan trabekular menjadi oedema dan tersumbat oleh
protein-protein lensa dan menimbulkan peningkatan mendadak tekanan
intraokular.
a. Uveitis
Pada uveitis, tekanan intraokuler biasanya lebih rendah daripada normal
karena korpus siliaris yang meradang kurang berfungsi dengan baik. Namun, juga
dapat terjadi peningkatan tekanan intraokuler melalui beberapa mekanisme yang
berlainan. Jalinan trabekular dapat tersumbat oleh sel-sel radang dari bilik mata
14
depan, disertai edema sekunder atau kadang-kadang terlibat dalam proses
peradangan spesifik diarahkan ke sel-sel trabekula (trabekulitis).
b. Trauma
Cedera kontusio bola mata dapat disertai peningkatan dini tekanan
intraokular akibat perdarahan ke bilik mata depan (hifema). Darah bebas
menyumbat jalinan trabekular, yang juga mengalami edema akibat cedera. 4,9,12
15
Kornea jernih atau keruh oleh sel pigmen dari iris pada endotel, sedikit insensitif.
Bilik mata depan: dangkal, mungkin keruh oleh sel pigmen iris
7. Gejala Klinis
a. Fase prodormal (fase nonkongestif)
1) Pengelihatan kabur.
2) Terdapat halo (gambaran pelangi) sekitar lampu.
3) Sakit kepala.
4) Sakit pada mata.
16
5) Akomodasi lemah.
6) Berlangsung ½ - 2 jam.
7) Injeksi perikornea.
8) Kornea agak suram karena edem.
9) Bilik mata depan dangkal.
10) Pupil melebar
11) Reaksi cahaya lambat
12) Tekanan intraokuler meningkat.
13) Mata dapat normal juga serangan reda.
b. Fase kongestif
1) Sakit kepala yang hebat sampai muntah-muntah.
2) Palpebra bengkak.
3) Konjungtiva bulbi : hiperemia kongestif, kemosis dengan injeksi silier,
injeksi konjungtiva, injeksi episklera
4) Kornea keruh, intensitif karena tekanan pada saraf kornea
5) Bilik mata depan dangkal
6) Iris : gambaran, corak bergaris tidak nyata, karena edema, berwarna
kelabu
7) Pupil : melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang midriasis total,
warna kehijauan, refleksi cahaya menurun sekali atau tidak sama sekali.
8. Diagnosis
1. Anamnesis14
Anamnesis pada pasien ditanyakan spesifik pada
a. Keluhan Utama
b. Keluhan Tambahan
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Glaukoma primer sudut terbuka : penurunan ketajaman
penglihatan progresif, sakit kepala, sakit mata, halo/pelangi
disekitar lampu.3,6
Glaukoma primer sudut tertutup : penurunan ketajaman
penglihatan mendadak, nyeri hebat periorbita, pusing, mual
17
muntah, mata merah, bengkak, berair, halo/pelangi disekitar
lampu.1,12
Glaukoma sekunder : keluhan mengarah pada penyakit/keadaan
lain yang dapat menjadi penyebab peningkatan TIO.12
Glaukoma kongenital : mata berair berlebihan, bola mata
membesar, silau, bayi tidak tahan sinar matahari dan menjauhi
sinar dengan menyembunyikan mata.1,13
Glaukoma absolut : kebutaan total, mata lelah, mata keras
seperti batu, nyeri periorbita.6
d. Riwayat Penyakit Dahulu6
Riwayat penyakit mata seperti mata merah, gangguan lapang
pandang, katarak, uveitis, retinopati diabetic, oklusi vascular dan
trauma
Riwayat penyakit dahulu seperti operasi mata
Riwayat penyakit sistemik hipertensi, DM, penyakit CVS
e. Riwayat Penyakit Keluarga6
Glaukoma, miopi, penyakit CVS, DM, migraine, Hipertensi,
vasospasme.
f. Riwayat Pengobatan6
Antihipertensi dan steroid topical
g. Riwayat Alergi
18
Reflex cahaya pupil dapat poitif atau negative.
e. Lensa
Bisa keruh dan adanya iris shadow
9. Pemeriksaan Penunjang6,13,15
19
Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang
dapat menyatakan tekanan mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2,
N-3 yang menyatakan lebih tinggi atau lebih rendah daripada
normal. Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer
tidak dapat dipakai atau dinilai seperti pada sikatrik kornea,
kornea irregular dan infeksi kornea. Cara pemeriksaan ini
memerlukan pengalaman pemeriksaan karena terdapat faktor
subyektif
- Tonometri Schiotz
20
Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas permukaan
kornea, sedangkan mata yang lainnya berfiksasi pada satu titik.
Jarum tonometer akan menunjuk pada suatu angka di atas skala.
Iap angka pada skalai disediakan pada tiap tonometer. Apabila
dengan beban 5,5gr (standar) terbaca angka 3 atau kurang, perlu
diambil beban 7,5 atau 10 gr. Untuk tiap beban memiliki kolom
tabel tersendiri
- Tonometer aplanasi
21
kornea yang bersinggungan dengan alat ini sudah teraplanasi.
Dengan melihat melalui mikroskop slit lamp dan dengan
memutar tombol, ujung dalam kedua setengah lingkaran
berpendar tersebut diatur agar bertemu yang menunjukkan
besarnya tekanan intraocular. Hasil pemeriksaan dapat dibaca
langsung dari skala micrometer dalam mmHg.
b. Gonioskopi
22
ii. Derajat 1, bila tidakterlihat ½ bagian trabekulum sebelah
belakang, dan garis Schwalbe terlihat disebut sudut sangat
sempit. Sudut sangat smpit sangat mungkin menjadi sudut
tertutup
iii. Derajat 2, bila sebagian kanal Schlemm terlihat disebut sudut
sempit sedang kelainan ini mempunyai kemampuan untuk
tertutup
iv. Derajat 3, bila bagian belakang kanal Schlemm masih terlihat
termasuk scleral spur, disebut sudut terbuka. Pada keadaan ini
tidak akan terjadi sudut tertutup
v. Derajat 4, bila badan siliar terlihat, disebut sudut terbuka
c. Oftalmoskopi
Oftalmoskopi adalah pemeriksaan ke mata bagian dalam dengan
memakai alat yang disebut oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat
dilihat saraf optic di dalam mata dan akan dapat ditentukan apakah
tekanan bola mata telah mengganggu saraf optic. Saraf optic dapat
dilihat secara langsung. Warna serta bentuk dari mangkok saraf optic
pun dapat menggambarkan ada atau tidak ada kerusakan akibat
glaukoma yang sedang diderita.
Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat dilihat :
i. Kelainan papil saraf optic
Saraf optic pucat atau atrofi
Saraf optic bergaung
ii. Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan
berwarna hijau
iii. Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar
23
Gambar 2.10 Nervus optikus normal dan lesi glaukoma nervus
optikus
e. Tes Provokasi
i. Tes minum air
24
Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24
jam. Kemudian disuruh minum 1L air dalam 5 menit. Lalu
tekanan intraocular diukur setiap 15 menit selama 1,5 jam.
Kenaikan 8 mmHg atau lebih, dianggap mengidap glaukoma.
ii. Pressure Congestive test
Pasang tensimeter pada ketinggian 50-60mmHg, selama 1
menit. Kemudian ukur tensi intraokularnya. Kenaikan 9 mmHg
atau lebih mencurigakan, sedang bila bila lebih dari 11 mmHg
pasti patologis.
iii. Kombinasi tes air minum dengan pressure congestive test
Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure
congestive test. Kenaikan 11mmHg dianggap mencurigakan,
sedangkan kenaikan 39mmHg atau lebih pasti patologis.
iv. Tes steroid
Diteteskan larutan deksametason 3-4 dd gt 1, selama 2
minggu. Kenaikan TIO 8 mmHg menunjukkan glaukoma
f. Pachymetry
Pachymetry adalah suatu tes untuk mengukur ketebalan dari
kornea. Setelah mata diberikan anestesi, ujung dari pachymeter
disentuhkan dengan ringan pada permukaan depan mata (kornea).
Ketebalan kornea pusat dapat mempengaruhi pengukuran tekanan
intraocular. Kornea yang lebih tebal dapat memberikan pembacaan
tekanan mata yang tinggi secara salah dan kornea yang lebih tipis dapat
memberikan pembacaan tekanan yang rendah secara salah. Lebih jauh,
kornea-kornea tipis mungkin adalah suatu faktor risiko tambahan untuk
glaucoma
25
5) Akomodasi lemah.
6) Berlangsung ½ - 2 jam.
7) Injeksi perikornea.
8) Kornea agak suram karena edem.
9) Bilik mata depan dangkal.
10) Pupil melebar
11) Reaksi cahaya lambat
12) Tekanan intraokuler meningkat.
13) Mata dapat normal juga serangan reda.
b. Fase kongestif
8) Sakit kepala yang hebat sampai muntah-muntah.
9) Palpebra bengkak.
10) Konjungtiva bulbi : hiperemia kongestif, kemosis dengan injeksi
silier, injeksi konjungtiva, injeksi episklera
11) Kornea keruh, intensitif karena tekanan pada saraf kornea
12) Bilik mata depan dangkal
13) Iris : gambaran, corak bergaris tidak nyata, karena edema,
berwarna kelabu
14) Pupil : melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang midriasis
total, warna kehijauan, refleksi cahaya menurun sekali atau tidak
sama sekali.
1) Pada iriditis akut terdapat lebih banyak fotofobia, tetapi rasa nyerinya
kurang jika dibandingkan dengan glaukoma ( rasa nyeri sedang sampai
berat). Tekanan intraokular dapat normal atau rendah, pupil kecil dengan
reaksi lambat atau absen, kornea jernih (namun kadang terlihat dengan
26
deposit pada permukaan posterior kornea). Serangan timbul perlahan, visus
nya dapat menurun sedikit.
2) Pada konjungtivitis akut rasa sakit membakar dan gatal. Injeksi
konjungtival, yaitu lebih pada forniks dan berkurang ke arah limbus. Mata
menjadi putih dengan epinefrin 1;1000, pembuluh superfisial, bergerak
dengan konjungtiva, warna merah bata dan masing-masing pembuluh darah
jelas terlihat. Terdapat sekresi pus bergetah, pupil normal, kornea jernih dan
tekanan intraokular normal. Serangan timbul perlahan, visus normal.
3) Iridosiklitis dengan glaukoma sekunder kadang-kadang sukar dibedakan.
Gonioskopi untuk menentukan jenis sudut sangatlah membantu. Jika
pengamatan terganggu dengan adanya kekeruhan kornea atau kekeruhan
didalam bilik mata depan, maka untuk memastikan diagnosis bisa
dilakukan gonioskopi pada mata lainnya, dan ini sangat membantu.
27
Gambar 2.11 Terapi Medikamentosa Glaukoma
1) Beta blockers
Farmakodinamik : Menurunkan produksi humor aqueous
Reduksi TIO: 20-25%
Efek Samping : Toksisitas kornea, reaksi alergi, bronkospasme,
bradikardi, depresi, impotensi
Kontraindikasi : PPOK (nonselektif), asma (nonselektif), gagal
jantung kongestif, bradikardia, hipotensi, blok jantung lebih dari
derajat I
Contoh Obat :
Timolol larutan 0,25% dan 0,5%; gel 0,25% dan 0,5%; 1-2x/hari,
12-24 jam
Betaksolol larutan 0,5%; suspensi 0,25%; 2x/hari, 12-18 jam
Levobunolol larutan 0,25% dan 0,5%; 1-2x/hari, 12-24 jam
Metipranolol 0,3%
28
2) Karbonik anhydrase inhibitor
Farmakodinamik : Menurunkan produksi humor aqueous
Reduksi TIO : 15-20%
Efek Samping :
Topikal sensasi rasa metalik, dermatitis atau konjungtivitis
alergi, edema kornea
Oral Sindrom Steven-Johnson, malaise, anoreksia, depresi,
ketidakseimbangan elektrolit serum, batu ginjal, diskrasia darah
(anemia aplastic, trombositopenia), rasa metalik
Kontraindikasi : Alergi sulfonamide, batu ginjal, anemia aplastic,
trombositopenia, penyakit anemia sel sabit
Contoh obat :
Topikal :
Dorzolamide larutan 2%; 2-3x/hari, 8-12 jam
Brinzolamide suspensi 1%; 2-3x/hari, 8-12 jam
Sistemik :
Asetazolamid 250 mg tab; ½-4 tab/hari, 6-12 jam
3) Agonis alfa adrenergic
Farmakodinamik :
Non-selektif : memperbaiki aliran aqueous
Selektif : menurunkan produksi aqueous humor, menurunkan
tekanan vena apisklera atau meningkatkan aliran keluar
uveosklera
Reduksi TIO : 20-25%
Efek Samping : Injeksi konjungtiva, reaksi alergi, kelelahan,
somnolen, nyeri kepala
Contoh obat :
Brimonidine 0,2% 2x/hari, 8-12 jam
Apraclonidine 1% dan 0,5%; jangka pendek
4) Agen Parasimpatomimetik (Miotika)
Farmakodinamik : meningkatkan aliran keluar trabekula
Reduksi TIO : 20-25%
29
Efek Samping : Peningkatan myopia, nyeri pada mata atau dahi,
penurunan tajam penglihatan, katarak, dermatitis kontak periokuler,
toksisitas kornea, penutupan sudut paradoksal
Kontraindikasi : Glaukoma neovskular, uveitis, atau keganasan
Contoh obat :
Pilocarpine larutan 0,5%, 1%, 2%, 3%, 4%, 6%; 2-4x/hari, 4-12
jam
Carbachol larutan 1,5%, 3%; 2-4x/hari, 4-12 jam
5) Analog prostaglandin
Farmakodinamik : meningkatkan aliran keluar uveosklera atau
trabecular
Reduksi TIO : 25-33%
Efek Samping : cystoid macular edema (CME), injeksi konjungtiva,
peningakatan pertumbuhan bulu mata, hiperpigmentasi periokular,
perubahan warna iris, uveitis, kemungkinan aktivasi virus herpes
Kontraindikasi : macular edema, riwayat keratitis herpes
Contoh obat :
Latanoprost, 0.005%, 1X/hari, 24-36 jam
Travoprost, 0.004%, 1X/hari, 24-36 jam
Bimstoprost, 0.03%, 1X/hari, 24-36 jam
Unoprostone, 0.15%, 1X/hari, 12-18 jam
6) Obat lainnya :
Dipivefrine, larutan 0,1%, 2/hari, 12-18 jam; adrenergic;
meningkatkan keluarnya aquos humor melalui saluran uveo-
sklera
7) Gabungan tetap
Timolol/dorzolamide, 0,5%/2%, 2/hari, 12 jam
Timolol/latanoprost, 0,5%/0.005%, 1X/hari, 24 jam
8) Neuroprotektor
Obat neuroprotektif dimasukkan kedalam kelompok berikut :
Anti radikal bebas
Obat anti eksitotoksik
Anti apoptosis
30
Obat anti radang
Faktor neurotrofik
Metal ion chelators
Ion channel modulators
Terapi gen
b. Terapi Bedah
Indikasi terapi bedah :
31
Kontraindikasi :
Kontraindikasi :
Edema kornea
Bilik mata depan dangkal
e. Bedah drainase1
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drainase
normal, sehingga terbentuk akses langsung humor aqueous dari kamera
anterior ke jaringan subkonjungtiva atau orbita dapat dibuat dengan
trabekulotomi atau insersi selang drainase.
32
Trabekulektomi adalah prosedur yang paling sering dilakukan.
Komplikasi trabekulektomi adalah kegagalan fibrosis pada jaringan episklera
menutup jalur drainase yang baru. Biasanya terjadi pada pasien berusia
muda, berkulit hitam dan pasien yang pernah menjalani bedah drainase atau
tindakan bedah lain yang melibatkan jarngan episklera. Terapi ajuvan dengan
antimetabolite biasanya fluorourasil dan mitomisin berguna untuk
memperkecil risiko ini.
Apabila trabekulektomi tidak efektif, dapat dilakukan penanaman suatu
selang silicon untuk membentuk saluran keluar permanen humor aqueous.
Jenis operasi lainnya yaitu sklerostomi, goniotomi, viskokanalostomi
untuk menatalaksana glaukoma kongenital dimana terjadi sumbatan drainase
humor aqueous di bagian dalam jaringan trabecular.
f. Siklodestruktif1,6
TIO diturunkan dengan cara merusak epitel sekretorik dari badan siliar.
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi pertimbangan untuk
dilakukannya destruksi korpus siliaris dengan laser atau bedah untuk
mengontrol tekanan intraocular. Metode yang digunakan adalah : krioterapi,
diatermik, utrasonografi frekuensi tinggi, terapi laser neodinium : YAG
termal mode atau laser diode.
Edukasi12
13. Komplikasi 12
A. Sinekia anterior perifer
Iris perifer melekat pada jalinan trabekel dan menghambat aliran mata keluar.
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular
(sinekiaanterior), sehingga menimbulkan sumbatan ireversibel sudut kamera
33
anterior dan menghambat aliran aqueous humor keluar. Kerusakan saraf pada
glaukoma umumnya terjadi karena terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata.
Bola mata normal memiliki kisaran tekanan antara 10 – 20 mmHg sedangkan
penderita glaukoma memiliki tekanan mata yang lebih dari normal bahkan
terkadang dapat mencapai 50 – 60 mmHg pada keadaan akut. Tekanan mata yang
tinggi akan menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan
semakin berat kerusakan saraf yang terjadi.
B. Katarak
Lensa kadang-kadang melekat membengkak, dan bisa terjadi katarak. Lensa
yang membengkak mendorong iris lebih jauh kedepan yang akan menambah
hambatan pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut.
Glaukoma, pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi, maka akan
terjadi gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kekeruhan lensa.
a. Atrofi retina dan saraf optic
Daya tahan unsure-unsur saraf mata terhadap tekanan intraokular yang
tinggi adalah buruk. Terjadi gaung glaukoma pada pupil optik dan atrofi
retina, terutama pada lapisan sel-sel ganglion.
b. Kebutaan
Kontrol tekanan intraokular yang jelek akan menyebabkan semakin
rusaknya nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadi
kebutaan.
c. Glaukoma kronik
Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat menyebakan perjalan progesif
dari glaucoma yang lebih parah.
14. Prognosis
Tanpa pengobatan, glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total. Apabila obat tetes
anti glaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada mata yang belum
mengalami kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan baik. Apabila proses
penyakit terdeteksi dini sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani dengan
baik.1,2
34
BAB III
KESIMPULAN
Camera occuli anterior (COA) dan produksi humor aquous merupakan struktur penting
dalam hubungannya dengan pengaturan tekanan intraokuler. Camera occuli anterior dibentuk
oleh persambungan antara kornea perifer dan iris. Bagian mata yang penting dalam glaukoma
adalah sudut filtrasi. Sudut filtrasi ini berada dalam limbus kornea. Bagian terpenting dari sudut
filtrasi adalah trabekula
Tiga Proses Produksi Humor Aquous oleh proc. Ciliar (epitel ciliar) yaitu: Transport
aktif (sekresi), ultrafiltrasi dan difusi. Humor akuous keluar dari Camera occuli anterior melalui
dua jalur konvensional (jalur trabekula) dan jalur uveosklera (jalur non trabekula).
35
DAFTAR PUSTAKA
36
37