Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Migasian

ISSN-p 2580-5258 ; ISSN-e 2615-6695


Vol. 2 No. 1 : 15-21, Juni 2018

PROSES PENGOLAHAN AIR PENDINGIN PADA UNIT UTILITAS


AREA KARAWANG
Indah Dhamayanthie1), Dikky Faisal Nugraha2)
1)
Program Studi Teknik Kimia, Diploma III Akademi Minyak dan Gas Balongan Indramayu
2)
Mahasiswa Program Studi Teknik Kimia, Diploma III Akademi Minyak dan Gas Balongan Indramayu
E-mail: idhamayanthie@gmail.com

ABSTRAK

Proses pengolahan air pendingin pada unit utilitas area Karawang. Salah satu pabrik polyster terkemuka di Indonesia yang memproduksi
berbagai macam produk, seperti: Purified Terephthalic Acid (PTA), Polyester Chips, Filament Yarn. Tujuan melakukan penelitian ini
antara lain untuk mengetahui secara langsung proses pengolahan air pendingin pada unit utilitas dan untuk mengetahui metode – metode
yang digunakan dalam Proses Pengolahan Air Pendingin. Unit Utilitas merupakan unit yang berfungsi untuk menunjang unit – unit lain
di dalam suatu industri dan pada Suatu industri sekarang sudah banyak menggunakan sistem pendinginan Air (Cooling Water System)
dalam prosesnya, Proses pengolahan air pendingin ini merupakan bagian dari cooling water system. Proses pengolahan air pendingin
menggunakan air sebagai bahan utamanya, air banyak digunakan karena memiliki kapasitas panas yang besar, selain itu juga
kesediannya yang melimpah. Pengolahan air pendingin bersumber awal dari aliran sungai citarum. Sebelum di proses untuk menjadi air
pendingin, air terlebih dahulu di olah dalam unit Pre-treatment. Pengolahan dalam unit Pre-treatment diantaranya berupa Koagulasi,
Flokulasi, Sedimentasi dan Filtrasi. Hasil dari proses pendinginan ini adalah Air Pendingin yang digunakan untuk kebutuhan unit – unit
lain dalam suatu industri.

Kata Kunci: Air Pendingin, Filtrasi, Flokulasi, Koagulasi, Sedimentasi

ABSTRACT

Cooling water process in utility unit at Karawang Area. One of the leading Polyster manufacturers in Indonesia producing a wide range
of products, such as: Purified Terephthalic Acid (PTA), Polyester Chips, Filament Yarn. The purpose of doing this research is to know
firstly the Process of Cooling Water Treatment in utility unit and to know the methods used in Cooling Water Treatment Process. Utility
Unit is a unit that serves to support other units in an industry and in an industry now many use Cooling Water System (Cooling Water
System) in the process, This cooling water processing is part of Cooling Water System. Water cooling process using Water as its main
material, Water is widely used because it has a large heat capacity, in addition to its abundance. The cooling water treatment is sourced
early from the citarum stream. Before in the process to become water cooler, water first in though in Pre-treatment unit. Processing in
Pre-treatment unit such as Coagulation, Flocculation, Sedimentation and Filtration. The result of this cooling process is Cooling Water
used for the needs of other units in an industry.

Keywords: Air Condition, Filtration, Flocculation, Sedimentation

akan berhubungan langsung dengan komponen atau struktur


PENDAHULUAN reaktor. Air yang digunakan sebagai pendingin harus memenuhi
persyaratan yang sesuai dengan komponen atau struktur yang
dirumuskan dalam spesifikasi kualitas air pendingin. Dalam
Ukuran Air merupakan kebutuhan penting dalam memenuhui spesifikasi dari air pendingin maka dilakukan
proses produksi dan kegiatan lain dalam suatu industri. pengolahan terhadap air pendingin tersebut dengan berbagai
Penggunaan air untuk proses industri dapat memanfaatkan air metode dan teknologi peralatan yang bervariasi.
permukaan. untuk itu diperlukan penyediaan air bersih yang Secara kimiawi, molekul air tersusun atas dua atom
secara kualitas memenuhi standar yang berlaku dan secara Hidrogen dan satu atom Oksigen (H2O). Dalam keadaan cair,
kuantitas dan kontinuitas harus memenuhi kebutuhan industri. molekul-molekul air saling bertautan membentuk polimer via
Salah satu dari air untuk industri adalah air pendingin. Air ikatan hidrogen. Karena ikatan inilah air mempunyai panas
pendingin merupakan salah satu jenis air yang diperlukan dalam latent penguapan yang besar serta daya pelarutan yang tinggi.
proses industri. Air yang digunakan sebagai pendingin harus Air proses atau biasa kita kenal sebagai Process Water
memenuhi persyaratan yang sesuai dengan komponen atau memiliki fungsi yang berbeda satu sama lainnya, oleh karena
struktur yang dirumuskan dalam spesifikasi kualitas air itu karakter serta spesifikasi air yang diperlukan juga berbeda
pendingin. Dalam memenuhui spesifikasi dari air pendingin satu dengan yang lain, misalnya standar air untuk boiler tentu
maka dilakukan pengolahan terhadap air pendingin tersebut berbeda dengan standar air untuk produksi hydrogen.
dengan berbagai metode dan teknologi peralatan yang Ada beberapa peralatan proses yang membutuhkan air
bervariasi. Dari uraian diatas karena pentingnya peranan air secara terus-menerus dan dengan sifat tertentu, seperti:
dalam proses pembuatan polyster, maka penulis tertarik pada 1). Air proses (Process Water) untuk Hydrolysis, Boiler dan
proses pengolahan air pendingin pada unit utilitas. Destilasi
Air pendingin adalah air yang digunakan untuk menyerap Kebutuhan Process Water untuk Boiler, Hydrolisis serta
panas yang berlebihan pada suatu alat proses. Kualitas air produksi H2, dimana diperlukan air yang terlebih dahulu di
pendingin akan mempengaruhi integritas komponen atau olah melalui Ion Exchange untuk meminimalisir
struktur reaktor, karena pada dasarnya air sebagai pendingin
©
Copyright by Jurnal Migasian, ISSN-p 2580-5258 ; ISSN-e 2615-6695
15
Jurnal Migasian - AKAMIGAS Balongan Vol. 2 No. 1 : 15-21, Juni 2018 16
Proses Pengolahan Air Pendingin pada Unit Utilitas Area Karawang

timbulnya karat serta sumbatan pada pipa api dan jalur Corrosion, Scale, Fouling dan Pertumbuhan Mikrobiologi.
distribusi uap dan kondensatnya. Produk air yang Besarnya masalah yang dihadapi sangat ditentukan oleh desain
dihasilkan melalui Ion Exchange kemudian disebut sistem dan khususnya kualitas air yang digunakan. Karena air
sebagai Soft Water bahkan untuk produksi Hydrogen tidak berubah secara signifikan dalam karakteristik kimia atau
diperlukan Demineralized Water (Demin Water) agar H2 fisik, sifat air baku sangat menentukan masalah yang akan
yang diproduksi betul-betul 99,9 % murni. berkembang.
2). Air untuk pendingin (Cooling Water) pada Cooling Air untuk sistem sekali lewat bisa diambil dari sumur,
Tower, Mesin, danau, sungai, sungai atau sistem air kota. Permukaan air
Kebutuhan akan air pendingin (Cooling Water) bisa di seperti danau dan sungai akan cenderung memiliki masalah
kategorikan kebutuhan umum dalam setiap mesin lebih ditangguhkan dan kontaminan dengan jenis dan jumlah
penggerak, pengolahan air pendingin biasanya kurang material yang terus menerus berubah dengan musim. Perairan
diperhatikan oleh operator pabrik karena persepsi yang sering mengandung sejumlah besar ion pembentuk scale dan
salah dimana setiap air bersuhu rendah bisa digunakan. kation logam. Karakteristik air ini, ditambah aliran dan
Tetapi mereka lupa bahwa air pendingin disalurkan perubahan suhu dalam sistem, mempersulit apa yang awalnya
melalui pipa-pipa yang diameternya terkadang cukup akan muncul menjadi situasi yang cukup sederhana.
kecil, panjang dan melingkar-lingkar sehingga rawan Secara umum, kita dapat mengklasifikasikan sistem
terhadap karat dan sumbatan tentunya. sekali lewat ke dalam tiga kategori utama:
3). Air untuk kebutuhan domestik dan umum. • Sistem Pendingin Kecil
Air yang akan digunakan sebagai air untuk keperluan • Sistem Pendingin Besar
domestik seperti memasak, toilet dan cuci-cuci lain • Sistem Air Minum
biasanya digunakan air dari sumber terdekat seperti Sistem kecil dapat berkisar dari beberapa galon per
Perusahaan air Minum (PAM) lokal maupun dari sumber menit dari aliran air ke beberapa ribu galon per menit. Sistem
sumur dalam. Pengolahan biasanya dilakukan secara ini dapat digunakan untuk pendingin minyak dingin, kompresor
terbatas seperti penjernihan dan aerasi terutama untuk udara, udara unit pendingin, dan lain-lain. Untuk sistem ini,
mengurangi kadar besi yang biasanya berasosiasi dengan sistem sekali lewat efektif dan memungkinkan memiliki sifat
air dari sumber sumur dalam (Deep Well). fleksibilitas yang besar.
Sumber air baku industri yang memerlukan Sumber air sumur umum atau sistem air perkotaan.
pembahasan lebih lanjut adalah kebutuhan air dan sifat yang Karena perairan ini biasanya mengandung jumlah yang sangat
diperlukan untuk keperluan proses dan sebagai pendingin pada terbatas dari bahan tersuspensi dan pertumbuhan mikroba, juga
Cooling Tower di pabrik. Ion Exchange untuk Process dan memiliki potensi yang sangat sedikit untuk Fouling dan
Cooling. Kebutuhan untuk air proses dan pendinginan sangat pembentukan lendir mikrobiologi. Kecenderungan air yang
mendominasi kebutuhan air untuk pabrik karena lebih dari 80% digunakan untuk membentuk korosi dapat ditentukan dengan
kebutuhan akan air di pabrik dikonsumsi oleh kedua proses menggunakan indeks Langelier atau Stabilitas indeks Ryznar.
tersebut, sementara untuk kebutuhan domestik relatif kecil. Sistem besar bisa berkisar dari 10.000 galon per menit
(gpm) aliran air untuk lebih dari 100.000 gpm. Sistem ini dapat
Sistem Air Pendingin digunakan dalam berbagai industri dan sering ditemukan pada
tanaman dengan utilitas besar. Berbeda dengan sistem kecil,
Dalam pengoperasian industri kimia biasanya sistem besar jarang menggunakan sumur atau sistem air
dibutuhkan media pendingin untuk mendinginkan fluida panas perkotaan sebagai sumber air utama. Sebaliknya, karena
dari berbagai unit operasi. Sistem air pendingin yang biasanya volume kebutuhan air untuk pendinginan, sistem ini biasanya
ada di industri dikategorikan menjadi 3 jenis [1]: menggunakan air dari sungai, laut atau danau. Karena perairan
ini biasanya mengandung jumlah yang signifikan padatan
Sistem Sekali Lewat (Once Through System) tersuspensi dan bakteri.
Keuntungan menggunakan Once Through Systems:
Dalam sistem sekali lewat (Once Through System), air  Tidak diperlukan Cooling Tower
mengalir melalui Heat Exchanger cukup sekali. Karena  Tidak diperlukan Pengolahan / Pre-Treatment
biasanya air pendingin yang digunakan dalam jumlah yang Kerugian menggunakan Once Through Systems:
besar maka kenaikan suhu air keluaran tidak terlalu besar.  Corrosion
Sistem ini biasanya diterapkan untuk industry di tepi laut, di  Fouling
mana ketersediaan air melimpah. Dari sisi lingkungan, batasan  Sampah dan kotoran
suhu keluaran biasanya harus dipertimbangkan.  Polusi / pencemaran temperatur di badan air
Karena kesederhanaannya, sistem sekali lewat ini merupakan
sistem pendinginan air yang pertama kali dirancang. Suhu air Diagram sederhana :
pada umumnya rendah dan pendinginan dapat cepat dicapai
dengan jumlah masalah yang minimum. Sistem sekali lewat
dapat digunakan untuk berbagai aplikasi mulai dari Oil Cooler
kecil untuk Kondensor Utilitas besar. Keuntungan utama dari
sistem sekali lewat adalah kesederhanaan dan fleksibilitas.
Jumlah besar panas yang tidak diinginkan dapat dihilangkan
dengan sangat efektif dan suhu air yang relatif rendah
memungkinkan pendinginan dengan permukaan perpindahan
panas minimum.
Air menyebabkan masalah di sistem sekali lewat yang
sama dengan sistem air pendingin lainnya antara lain: Gambar 1. Once Through System

©
Copyright by Jurnal Migasian, ISSN-p 2580-5258 ; ISSN-e 2615-6695
Jurnal Migasian - AKAMIGAS Balongan Vol. 2 No. 1 : 15-21, Juni 2018 17
Indah Dhamayanthie dan Dikky Faisal Nugraha

Penggunaan kolom atau tabung Ion Exchange untuk merupakan sumber air limbah di industri sehingga harus
air baku untuk Boiler (Boiler Feed Water) dan Sistim dialirkan ke unit pengolahan air limbah sebelum dialirkan ke
Pendinginan (Cooling System) akan meningkatkan efisiensi perairan umum agar tidak terjadi pencemaran.
kedua sistim peralatan tersebut dengan cara membebaskan Air tawar yang berasal dari sungai atau danau
pipa-pipa saluran air dan uap pada sistem tersebut dari karat dipompakan sebagai Make-up Cooling Tower setelah
dan endapan yang mengganggu yang dapat menimbulkan sebelumnya dilakukan Treatment terlebih dahulu dalam unit
kebocoran maupun tersumbatnya saluran pada kedua sistim Pre-treatment (Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi). Air tersebut
tersebut digunakan untuk mendinginkan proses-proses lainnya di dalam
pabrik.
Sistem Tertutup (Closed System) Air pendingin yang telah panas kemudian didinginkan
di Cooling Tower untuk kemudian disirkulasikan kembali ke
Sistem pendinginan dengan Closed System adalah sistem dalam pabrik. Untuk menjaga kualitas air, misalnya agar tidak
pendinginan di mana air pendingin dipakai berulang-ulang terdapat Algae/Bacteria dan pengendapan (Scaling), maka perlu
secara tertutup. Pertama air menyerap kalor dari fluida proses di diinjeksikan beberapa jenis Chemicals tertentu. Kualitas air
alat ukur penukar panas kemudian melepaskannya di alat juga dijaga melalui mekanisme Make-up dan Blowdown.
penukar panas lainnya. Sistem ini banyak digunakan oleh pabrik yang berada
Salah satu contoh sistem ini adalah sistem pendinginan dekat dengan sumber air tawar atau jauh dari laut. Spesifikasi
radiator mobil. Kadang-kadang sistem ini diterapkan untuk material untuk peralatan yang menggunakan air tawar tidak
menjaga kondisi kebersihan komponen dan Equipment, atau air perlu sebagus peralatan yang menggunakan air laut, karena air
dengan kualitas tertentu sulit didapatkan dalam jumlah yang tawar lebih tidak korosif dibandingkan dengan air laut.
memadai. Cooling Water teruapkan sekitar 1-2 % Dari Air yang
Air tawar pendingin digunakan untuk mendinginkan di olah. Kehilangan air akibat penguapan ini harus
proses-proses didalam pabrik. Air tawar pendingin yang telah dikompensasi / diganti oleh Make-up Cooling Water.
panas didinginkan kembali di suatu “Secondary Cooler” Diagram sederhana :
(biasanya Plate Heat Exchanger) untuk selanjutnya
disirkulasikan kembali secara tertutup kedalam pabrik.
Cooling Water didinginkan pada Secondary Heat
Exchanger. Tidak ada loss akibat penguapan juga tidak
ada make up. Diagram sederhana :

Gambar 3. Open Evoporative System

Klasifikasi Cooling Tower

Cooling Tower adalah sebuah bangunan dari kayu


Gambar 2. Closed System yang biasanya berbentuk kubus ataupun kerucut/silinder dengan
menggunakan kipas penghisap/penghembus udara. Pada tugas
Sistem Sirkulasi (Recirculated System) pengambilan air pendingin menjadi panas, untuk mendinginkan
kembali biasanya air dihujankan kembali pada menara
Sistem ini juga sering disebut sistem resirkulasi pendingin, dimana bagian-bagian air bersinggungan dengan
terbuka, yang biasanya terdiri dari menara pendingin (Cooling udara yang dihisap/dihembus oleh kipas (Fan).
Tower) yang menerima air Make-up dan dilengkapi dengan Ada banyak jenis klasifikasi menara pendingin, namun
fasilitas Blowdown dan sistem sirkulasi air. Air pendingin pada umumnya pengklasifikasian dilakukan berdasarkan
setelah menyerap kalor dari proses akan mengalami kenaikan sirkulasi air yang terdapat di dalamnya [3]. Menurut J.R.
suhu. Penurunan suhu air pendingin ini dilakukan di Cooling Singham menara pendingin dapat diklasifikasikan atas tiga
Tower. Air pendingin dialirkan dari atas tower sedangkan udara bagian, yaitu:
mengalir dari bawah atau samping. Proses penurunan suhu ini 1. Menara pendingin basah (Wet Cooling Tower)
diikuti juga dengan penguapan air di mana yang menguap 2. Menara pendingin kering (Dry Cooling Tower)
adalah air bersih. Oleh karena itu, konsentrasi parameter kimia 3. Menara pendingin basah-kering (Wet-Dry Cooling Tower)
air pendingin tersirkulasi akan meningkat, seperti kandungan
padatan terlarut (TDS). Media Pendingin
Sistem pendinginan resirkulasi banyak diterapkan di
industri yang berada di daratan karena keterbatasan Media pendingin yang sering digunakan adalah air, dengan
ketersediaan air sungai atau danau. Dalam resirkulasi ini perlu berbagai pertimbangan:
diperhatikan adanya akumulasi pengotor selama siklus putaran  Mempunyai kapasitas panas spesifik yang tinggi. Cp air
air pendingin. Untuk itu diperlukan kegiatan pengurasan atau sebesar 1 BTU/lbm.F yang berarti air akan menyerap 1
Blowdown menara pendingin secara berkala untuk mengurangi BTU kalor untuk meningkatkan suhu 1 lbm sebesar 1oF.
pengotor yang terakumulasi. Blowdown air pendingin Bandingkan dengan media pendingin freon yang menyerap
©
Copyright by Jurnal Migasian, ISSN-p 2580-5258 ; ISSN-e 2615-6695
Jurnal Migasian - AKAMIGAS Balongan Vol. 2 No. 1 : 15-21, Juni 2018 18
Proses Pengolahan Air Pendingin pada Unit Utilitas Area Karawang

hanya 0,22 BTU untuk meningkatkan suhu 1 lbm sebesar 1oF. permukaan Tube Heat Exchanger dapat menyebabkan
Hal ini akan memperkecil laju alir massa air pendingin yang korosi local (Local Corrosion) pada material jenis
harus digunakan untuk menyerap sejumlah tertentu kalor untuk Carbon Steel.
menurunkan suhu fluida panas yang didinginkan. m) Residual Chlorine : konsentrasi minimum Chlorine harus
 Air berada dalam fasa cairnya dalam rentang suhu operasi dipertahankan dalam Cooling Water untuk menciptakan
yang relatif besar. Sehingga selama proses pendinginan efek anti bakteri atau Biocidal Effect.
fluida panas, suhu air akan meningkat tetapi tidak akan n) Corrosion Inhibitor: konsentrasi tertentu Corrosion
terjadi perubahan fasa. Inhibitor atau bahan kimia penghambat korosi harus
 Viskositas rendah sehingga Friction Loss dan Pressure dipertahankan dalam Cooling Water untuk menjaga efek
Drop selama pengaliran air di pipa cukup rendah yang anti korosi. Salah satu contoh Corrosion Inhibitor adalah
berakibat biaya pemompaan tidak besar. Phosphate, yang biasanya diukur sebagai total Phosphate.
 Murah, tersedia dalam jumlah besar, walaupun saat ini
ketersediaan air dalam jumlah yang besar biasanya tidak
diikuti dengan kualitas air yang baik. METODOLOGI
 Tidak beracun, stabil secara kimia, dan tidak mudah
terbakar. Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
data, yaitu data-data hasil uji lab perusahaan dan hasil uji
Kualitas Air Pendingin laboratorium dari pihak Nalco Company selaku patner kerja
perusahaan. Hasil uji laboratorium untuk proses air pendingin
Untuk mengetahui kualitas Cooling Water, maka ini biasanya di dapat sekitar pukul 11.00 – 12.00 WIB,
parameter-parameter di dalamnya harus ditinjau secara periodik kemudian mengamati uji laboratorium dengan pihak Nalco
melalui analisa laboratorium. Dengan mengetahui nilai dari Company mulai jam 09.00 – 11.00 WIB dalam beberapa hari.
parameter-parameter tersebut, maka pengendalian kualitas Uji laboratorium untuk proses pengolahan air pendingin
Cooling Water dapat dilakukan dengan baik [2]. meliputi uji kandungan pH, M-Alkalinty, Ca-Hardness, T-
Berikut ini adalah parameter-parameter dalam analisa Hardness, Iron, Silica, Phosphate, Conductivity dan Turbidity
Cooling Water Treatment yang harus dipantau secara periodik dalam Air baku dan air pendingin. Selain itu hasil uji
atau berkala : laboratorium dapat menjadi parameter kualitas air hasil
a) Turbidity : menunjukkan jumlah padatan tersuspensi di pengolahan [3].
dalam air. Dimana data yang diperoleh dari pengamatan secara
b) pH : Parameter yang menunjukkan kecenderungan langsung pada lapangan dan melihat tentang proses pengolahan
terjadinya korosi dan pembentukan kerak. pengolahan air pendingin dari mulai masuknya air baku,
c) Electrical conductivity : menunjukkan jumlah padatan sampai menjadi air pendingin. Observasi lapangan yang
terlarut di dalam air. pertama adalah mengunjungi unit RAW Water Treatment. Di
d) M-alkalinity : dianalisa untuk memprediksi pertumbuhan unit RAW Water Treatment ini penulis dapat mengunjungi
kerak Kalsium Karbonat. M-alkalinity memiliki korelasi beberapa unit proses yaitu, Unit Koagulasi, unit Flokulasi, unit
yang positif dengan pH. Sedimentasi, unit Filtrasi dan Unit Chemical dosing. Masuk
e) Calcium hardness : merupakan parameter penting dalam pada observasi lapangan yang kedua yaitu Unit Fire Water
memperkirakan pertumbuhan kerak dari kalsium karbonat Tank dan Unit Cooling Tower, Unit Fire Water tank ini unit
dan biasa digunakan untuk menghitung Cycle Number dari yang menampung Air yang telah melewati proses treatment
Cooling Water. sebelumnya. Dari unit Fire water tank ini, air bersih dialirkan
f) Magnesium hardness : dianalisa untuk memperkirakan ke dalam unit cooling tower untuk dijadikan air pendingin.
pertumbuhan kerak yang timbul dari ion magnesium yang Observasi yang ketiga mengunjungi unit Chiller.
membentuk Magnesium Silikat.
g) Chloride : parameter yang biasa digunakan sebagai indeks HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk mengendalikan Cycle Number Cooling Water.
Cooling Water dengan konsentrasi Chloride yang tinggi
Pengolahan Air Pendingin
cenderung lebih bersifat korosif.
h) Sulfate : Cooling Water dengan konsentrasi sulfate yang
Raw Water Treatment
tinggi cenderung lebih bersifat korosif.
i) Silica : merupakan salah satu komponen pembentuk kerak
Raw Water Treatment adalah suatu cara atau bentuk
pada peralatan.
pengolahan air dengan cara – cara tertentu dengan tujuan untuk
j) COD : adalah Chemical Oxygen Demand. Konsentrasi
mencapai hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan. Suatu sistem
COD yang tinggi mempercepat pembentukan Slime.
desain Raw Water Treatment ditentukan oleh sumber air dan
k) Ammonium Ion, Nitrate Ion & Nitrite Ion : konsentrasi
kualitas air. Kualitas air yang rendah akan menghasilkan uap
Ammonium Ion yang tinggi mempercepat pembentukan
yang kurang baik. Sumber air secara umum dibagi menjadi dua
Slime. Ammonium ion mempercepat proses terjadinya
yaitu air permukaan(Surface Water) dan air tanah (Ground
korosi pada tembaga dengan membentuk senyawa
Water) air perrmukaan didapat dari sungai, danau dan laut,
kompleks garam tembaga-ammonium. Ketika amonia
sedangkan air tanah adalah air yang berada didalam perut bumi.
berubah menjadi Asam Nitrat oleh Bakteri Nitrifikasi, pH
Untuk air industri dilakukan beberapa tahapan proses
Cooling Water menjadi rendah dan mengakibatkan bahan
pengolahan agar air tersebut dapat digunakan sesuai kebutuhan
kimia penghambat korosi (Corrosion Inhibitor) menjadi
kita antara lain seperti: air minum, air pendingin,air umpan
tidak berfungsi.
boiler,air untuk pemadam kebakaran dll. Dalam hal ini, air yang
l) Total Iron : merupakan salah satu Fouling material dalam
di gunakan dalam penelitian ini adalah air permukaan (Surface
Cooling Water. Menempelnya senyawa besi (Iron) pada
Water) yang di dapat dari Sungai Citarum.
©
Copyright by Jurnal Migasian, ISSN-p 2580-5258 ; ISSN-e 2615-6695
Jurnal Migasian - AKAMIGAS Balongan Vol. 2 No. 1 : 15-21, Juni 2018 19
Indah Dhamayanthie dan Dikky Faisal Nugraha

Proses – Proses yang ada di dalam Raw Water Sedimentasi


Treatment ini diantaranya adalah sebagai berikut :
Sedimentasi merupakan proses selanjutnya yang
Koagulasi berfungsi untuk memisahkan zat padat tersuspensi melalui
proses pengendapan atau sedimentasi. Zat padat tersuspensi
Koagulasi adalah pengumpulan bersama dari kotoran ini dapat dipisahkan di unit sedimentasi, tetapi sebelumnya
yang halus ataupun koloid dalam air kedalam kelompok harus mengalami proses koagulasi dan flokulasi, Pada unit
besar (massa) yang akan mengendap dengan segera atau sedimentasi partikel yang mempunyai berat jenis lebih besar
dapat disaring untuk dipisahkan dari air. Partikel koloid dari pada air akan mudah mengendap, tetapi yang berat
mempunyai permukaan yang luas dan mempunyai muatan jenisnya kurang dari air harus dipisahkan. Sedimentasi
negatif saling mendorong dan tidak saling mengumpul dimaksudkan untuk memisahkan endapan yang masih
sehingga tetap dalam bentuk koloid. Koagulasi adalah terikut walaupun sudah dipisahkan di unit proses
netralisasi dari muatan negatif dan memberikan untuk sebelumnya. Alat sedimentasi yang digunakan adalah Tube
partikel tersuspensi saling menempel. Proses Koagulasi ini Settler.
biasanya di sebabkan oleh Penambahan Chemical berupa
Alum yang di injeksikan Sebagai Koagulan pada Proses ini. Filtrasi
Injeksi Alum ini tergantung dari Tingkat Kekeruhan Air
(Turbidity) yang di dapat dari Sungai Citarum (Water Filtrasi merupakan Proses lanjutan dari proses
Intake). Jika Turbidity Air Rendah Maka Injek Alum sedimentasi. Proses filtrasi ini bertujuan untuk menyaring
sebagai Koagulan berkisar diantara 50 ppm, Sedangkan jika partikel yang masuk kedalam unit filtrasi melalui zona
Turbidity Tinggi maka Injek Alum sebagai Koagulan outlet sedimentasi melaui Perforated Wall di unit Filtrasi.
berkisar antara 300 ppm. Partikel yang di saring di unit ini biasanya adalah partikel
flokulen yang tidak bisa mengendap dikarenakan berat
Aerasi molekul yang ringan sehingga mengapung pada saat masuk
ke unit sedimentasi. Filtrasi yang digunakan tipe penyaring
Aerasi adalah suatu proses penambahan udara atau Gravity Filter. Dimana dalam Gravity Filter ini Proses
oksigen dalam air dengan membawa air dan udara ke dalam Filtrasi akan di lakukan melalui Perbedaan Gaya berat
kontak yang dekat, dengan cara menyemprotkan air ke (Gravitasi) Suatu Partikel.
udara (air ke dalam udara) atau dengan memberikan
gelembung-gelembung halus udara dan membiarkannya Water Tank
naik melalui air (udara ke dalam air). Aerasi dalam hal ini di
maksudkan untuk mempercepat Reaksi Koagulasi yang Water Tank Adalah Sebuah Unit Penampung Air. Air
sebelumnya telah terjadi di dalam air sebelum masuk ke yang ditampung dalam Water Tank ini merupakan air yang
dalam Cascade Aerator Cascade Aerator yang digunakan sudah diolah terlebih dahulu dalam Unit Raw Water Treatment.
adalah tipe Surface Aerator. Dalam proses Aerasi ini pula Dalam Unit Water Tank dibedakan menjadi 2 bagian.
kotoran atau gumpalan padatan yang telah di dapat akan di Diantaranya adalah :
pisahkan atau di alirkan ke Drain Chamber.
Fire Water Tank
Flokulasi
Fire Water Tank merupakan Unit Penampung Air
Flokulasi merupakan proses kelanjutan dari sistem yangdi fungsikan untuk kegiatan Emergency (Kebakaran
Koagulasi dan Aerasi, setelah flok – flok halus terbentuk Dll). Dalam Fire Water Tank ini Terdapat Beberapa Pompa
karena adanya penambahan koagulan dan Proses Aerasi. untuk mengalirkan Air yang ada didalam Fire Water Tank.
Maka partikel – partikel kecil (koloid) ini menjadi bentuk Pompa yang ada di Fire Water Tank diantaranya adalah :
yang tidak stabil sehingga dapat saling berikatan Jockey Pump, Main Electrical Fire Pump dan Diesel Main
membentuk partikel yang lebih besar (makroflok) sehingga Fire Fighting Pump (Pompa Diesel Khusus untuk Kejadian
pada prinsipnya berat molekul partikel akan menjadi lebih Emergency).Pompa – pompa itu pun akan beroperasi sesuai
berat dan partikel akan mudah mengendap. Proses Flokulasi Pressure (Auto Running) Ataupun Manual Running.
ini biasanya di sebabkan oleh Penambahan Chemical berupa
Poly Elektrolit (PE) yang di injeksikan Sebagai Flokulan Filter Water Tank
pada Proses ini. Injeksi PE ini tergantung dari Tingkat
Kekeruhan Air (Turbidity) yang di dapat dari Sungai Filter Water Tankmerupakan Unit Penampung Air yang
Citarum (Water Intake). Jika Turbidity Air Rendah Maka fungsikan untuk Mengalirkan Air ke berbagai Unit dalam
Injek PE sebagai Flokulan berkisar diantara 2 ppm, pabrik. Air untuk Filter Water Tank ini di dapat dari
Sedangkan jika Turbidity Tinggi maka Injek PE sebagai Luapan Air Fire Water Tank. Prosesnya Air yang sudah
Flokulan berkisar antara 5 ppm. Dalam Proses Flokulasi di penuh dalam Fire Water Tank akan meluap dan masuk ke
alat Floktator juga di injek Chemical lain yaitu Chlorine dalam Filter Water Tank. Di unit Filter Water Tank ini
(Cl2). Chlorine disini dimaksudkan untuk membunuh dilengkapi dengan Pompa yang beroperasi sesuai Pressure
bakteri dan menjernihkan air yang telah dipisahkan dari yang telah di atur oleh bagian Control Room(Auto Running)
padatan yang mengendap. Padatan yang mengendap akan ataupun Manual Running.
dipisahkan atau dialirkan ke Drain Chamber.

©
Copyright by Jurnal Migasian, ISSN-p 2580-5258 ; ISSN-e 2615-6695
Jurnal Migasian - AKAMIGAS Balongan Vol. 2 No. 1 : 15-21, Juni 2018 20
Proses Pengolahan Air Pendingin pada Unit Utilitas Area Karawang

Cooling Water System (penghambat). Inhibitor yang umum dipakai adalah


polifosfat, kromat, dikromat, silikat, nitrat ferrosianida dan
Coolling Water System adalah Proses pengolahan air molibdat, tetapi Inhibitor yang dipakai oleh PT Asia Pacific
baku menjadi Air pendingin menggunakan Alat Cooling Tower Fibers Tbk ini adalah PO4 (Posfat) danCorrosion Inhibitor
Khusus Kuningan dari pihak Nalco Company . Dosis
Dalam hal ini Cooling Tower yang digunakan adalah inhibitor yang digunakan harus tepat, karena suatu inhibitor
Cooling Tower dengan Sistem Sirkulasi Terbuka yang terdiri hanya dapat bekerja efektif setelah kadarnya mencapai
dari menara pendingin (Cooling Tower) yang menerima air harga tertentu. Kadar minimum yang dibutuhkan oleh suatu
make-up dan dilengkapi dengan fasilitas Blowdown dan sistem inhibitor agar dapat bekerja secara efektif disebut batas
sirkulasi air. Air pendingin setelah menyerap kalor dari proses kritis. Pemakaian inhibitor yang melebihi batas kritis akan
akan mengalami kenaikan suhu. Penurunan suhu air pendingin menambah biaya operasi. Jika kadar inhibitor turun di
ini dilakukan di Cooling Tower. Air pendingin dialirkan dari bawah batas kritis, bukan saja menjadi tidak efektif, tetapi
atas tower sedangkan udara mengalir dari bawah atau samping. dapat pula menyebabkan Pitting.
Proses penurunan suhu ini diikuti juga dengan penguapan air di
mana yang menguap adalah air bersih. Sedangkan untuk Fouling
Klasifikasinya Cooling Tower yang di gunakan di PT. Asia
Pacific Fibers Tbk ini adalah Cooling Tower dengan jenis atau Fouling disebabkan oleh padatan yang ditimbulkan oleh
tipe aliran angin tarik (Induced Draft). Pada menara pendingin material biologi, dirt, padatan tersuspensi, dan endapan
aliran tarik, udara masuk dari sisi menara melalui bukaan- produksi korosi.Dampak Fouling adalahMengurangi laju
bukaan yang cukup besar pada kecepatan rendah dan bergerak pindah panas, Penyumbatan saluran pipa atau Tube,
melalui bahan pengisi (Filling material). Kipas dipasang pada Mengurangi umur pakai alat, Menambah Cost seperti
puncak menara dan membuang udara kalor dan lembab ke Maintenance, Pumping Cost naik, Korosi meningkat,
atmosfer. Dalam Design yang di buat Cooling Tower dengan Menjadi tempat pembiakan mikroba. Pembentukan Fouling
nama “Marley” ini memiliki Range Perbedaan suhu air masuk yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat dicegah atau
dan keluar kurang lebih 10 C. Dalam Proses Air pendingin ini dikendalikan menggunakan klorin, klorofenol, garam
tidak lepas dari perhitungan neraca massa, dimana massa yang organometal, ammonium kuartener, dan berbagai jenis
masuk harus sama dengan massa yang keluar. Bagian – bagian mikrobiosida (Biocide). Klorin merupakan Chemicals
dalam Neraca massa tersebut adalah Make Up, Evaporasi sebagai Oxidising Biocide dan NonOxidising Biocide dari
(Penguapan), Blowdown (Pembuangan), dan Drift/ pihak Nalco Company sebagai pembunuh bakterinya. Dosis
Windage Loss. pemakaian klorin yang efektif adalah sebesar 0,3 sampai 1,0
Dalam Aplikasinya pengolahan Air pendingin ini tidak ppm. Pengolahan yang tepat diperoleh secara percobaan,
akan lepas dari persoalan yang terjadi dalam Alat Cooling karena penggunaan beberapa Biocide secara bersama-sama
Towernya ini. Masalah – masalah yang terjadi di Cooling kadang-kadang memberikan hasil yang lebih baik dan
Tower akan sangat mempengaruhi Kinerja/Efiensi Pendingan senyawa-senyawa tersebut acap kali digunakan bersama
dan hasil pendinginan yang kurang memuaskan atau cenderung klorin.Padatan tersuspensi dalam air merupakan masalah
merugikan untuk proses lanjutan pada pabrik. yang cukup serius. Padatan tersuspensi tersebut dapat
Permasalahan dalam menara pendingin diantaranya menempel pada permukaan perpindahan panas sehingga
adalah : mengakibatkan berkurangnya efisiensi perpindahan panas.
Salah satu metoda yang digunakan untuk mengendalikan
Korosi padatan tersuspensi adalah dengan melakukan filtrasi secara
Korosi oleh air pendingin pada rentang temperatur air kontinu terhadap sebagian air yang disirkulasi.
biasanya disebabkan oleh gas-gas terlarut (CO2, O2, dsb)
dan garam-garam terlarut (sulfat, NaCl, bikarbonat, dll). Scale
Pada umumnya air pendingin mengandung banyak oksigen
terlarut karena kontak dengan udara bebas, namun kondisi Scale disebabkan oleh garam mineral terlarut yang
anaerobik juga dapat terjadi, misalnya pada saat Shut Down, mempunyai konsentrasi melebihi batas kelarutannya.
atau pada permukaan yang tertutup kerak atau endapan. Presipitasi terjadi di permukaan perpindahan panas (Heat
Dalam keadaan seperti di atas, ada kemungkinan terjadi Transfer Surface). Nilai kelarutan garam tergantung dari
serangan korosi oleh bakteri pereduksi sulfat yang suhu system. Semakin tinggi suhu, kelarutran Ca karbonat
menghasilkan zat-zat korosif terhadap baja dan paduan semakin rendah. Kerak biasanya terdiri dari Ca karbonat, Ca
tembaga, seperti hidrogen sulfat dan sulfur terlarut.Bentuk Sulfat, Ca phosphate, Mg silicat, dan silica. Gangguan yang
korosi lain yang terjadi pada sistem air pendingin adalah ditimbulkan oleh terbentuknya kerak antara lain, Penurunan
Crevice Corrosion, baik pada celah mekanik (sambungan efisiensi dan laju perpindahan panas, Memperbesar
ulir, antar muka flange, sambungan yang diroll) maupun di Pressure Drop, Naiknya kehilangan tekanan karena naiknya
bawah endapan, film, atau kerak. Korosi celah terutama tahanan dalam pipa, Penyumbatan pada pipa-pipa berukuran
disebabkan oleh sel konsentrasi oksigen, dengan daerah kecil, Deposit kerak mempunyai sifat inulasi yang besar
permukaan yang miskin oksigen berfungsi sebagai anoda (menyerap panas) dan akan meningkatkan suhu permukaan
dan terkorosi secara intensif. Kerugian yang ditimbulkan kulit yang dramatis sehingga merangsang pembentukan
oleh korosi pada sistem air pendingin adalah penyumbatan kerak lanjut dan terjadinya korosi . pengendalian Scale
dan kerusakan pada sistem perpipaan. Kontaminasi produk dilakukan dengan cara menambahkan Chemicals yang
yang diinginkan karena adanya kebocoran-kebocoran, dan berfungsi sebagai inhibitor (penghambat). Ada cukup
menurunnya efisiensi perpindahan panas. banyak jenis bahan kimia penghambat kerak dan umumnya
Selain itu, pengendalian korosi dilakukan dengan cara dari jenis bahan kimia organic, baik jenis polymer maupun
menambahkan Chemicals yang berfungsi sebagai inhibitor
©
Copyright by Jurnal Migasian, ISSN-p 2580-5258 ; ISSN-e 2615-6695
Jurnal Migasian - AKAMIGAS Balongan Vol. 2 No. 1 : 15-21, Juni 2018 21
Indah Dhamayanthie dan Dikky Faisal Nugraha

jenis non polymer. Inhibitor yang digunakan adalah Rata – Rata Efisiensi Cooling Tower selama 1 minggu
Corrosion Inhibitor dari pihak Nalco Company. adalah 49,061 %. Jika dilihat dari persentase hasil perhitungan,
kinerja Cooling Tower tersebut menurun dikarenakan alat yang
Kualitas Cooling Water yang di inginkan. sudah lama dan jarangnya perawatan pada peralatan sehingga
dapat berpengaruh pada Efisiensi atau kinerja Cooling
Berikut adalah Tabel Kualitas Air Pendingin (Cooling Tower tesebut. Kurang baiknya kinerja Cooling Tower akan
Water) yang di inginkan adalah : berpengaruh terhadap hasil Air Pendingin yang tidak
maksimal [4].
Tabel 1. Kualitas Air Pendingin yang di inginkan
KESIMPULAN

Setelah melakukan Penelitian maka dapat disimpulkan


beberapa hal sebagai berikut:
1. Proses Pengolahan Air Pendingin di PT. Asia Pacific
Fibers Tbk Karawang meliputi Raw Water Treatment
(Koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi), Water Tank
dan Cooling Water System.
2. Masalah – masalah di Alat dalam Proses Pengolahan Air
Pendingin ialah, korosi, Scale, Fouling, dan Biological
Contamination. Sedangkan Masalah – Masalah yang
terdapat dalam Hasil / Kualitas Air Pendingin adalah : pH,
Conductivity, Total PO4, Silika (SiO2), Chloride,
Suspended Solid (SS) dan Residual Chlorine.
3. AditifPada Proses Pengolahan Air Pendingin diantaranya
adalah : Corrosion Inhibitor(khusus untuk Kuningan),
Dispersan, Corrosion Inhibitor, CL2(Oxidising Biocide),
NaOH (pH Adjuster), Non Oxidising Biocide.
4. Persentase Rata – rata Efisiensi Cooling Tower dalam
rentang waktu 1 minggu adalah 49,061 %. Jika dilihat
dari persentase hasil perhitungan, kinerja Cooling Tower
tersebut menurun.
Dari Pengolahan Data Cooling Water Systemdi dapat nilai
Efisiensi dari Alat Cooling Sebagai berikut : REFERENSI

Tabel 2. Persentase Efisiensi Cooling Tower [1] Company, Nalco, Tanpa Tahun, “Cooling Water
Treatment”. The Nalco Company
[2] Flynn, Danny J, 2009, “The Nalco Water Handbook Third
Edition”.McGraw- Hill Book Company.
[3] Kemmer, Frank N, 1979, “The Nalco Water Handbook
Second Edition”. McGraw-Hill Book Company.
[4] Perry R.H. and Green D., 1985, Perry’s Chemical
Engineers’ Hand Book, Mc Graw Hill International Book
Company, New York

©
Copyright by Jurnal Migasian, ISSN-p 2580-5258 ; ISSN-e 2615-6695

Anda mungkin juga menyukai