Laporan Rapat PPI Ep. 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 38

Lampiran Surat Keputusan Direktur RSPPbm

No. Kpts : /G00000/2016/S0


Tanggal : Februari 2016

PEDOMAN
PELAYANAN GIZI

RUMAH SAKIT PERTAMINA PRABUMULIH


2 0 1 6

0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) merupakan salah satu komponen sistem
pelayanan kesehatan. PGRS adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status
metabolisme tubuh. Ruang lingkup PGRS meliputi pelayanan/asuhan gizi rawat inap
dan rawat jalan, penyelenggaraan makanan, penelitian dan pengembangan gizi
terapan (Pedoman PGRS, 2013). Citra rumah sakit sangat tergantung pada mutu
layanan yang diberikan, termasuk mutu asuhan gizi dan mutu makanan yang
disajikan.
Masalah malnutrisi pada berbagai keadaan penyakit dapat mempengaruhi proses
penyembuhan dan lama rawat. Terdapat kecenderungan meningkatnya kasusus
penurunan status gizi pada pasien yang dirawat dirumah sakit (Hospital Malnutrition)
pada kelompok khusus mulai dari bayi, anak sampai usia lanjut sehingga dirasakan
perlu adanya penatalaksanaan gizi khusus, untuk mempertahankan dan meningkatkan
status gizi yang optimal serta mempercepat penyembuhan pasien. Untuk mengetahui
Hospital malnutrition maka Dietisian (Ahli Gizi) melakukan asuhan gizi yang
merupakan rangkaian kegiatan asessment (pengkajian) pada pasien yang beresiko
malnutisi setelah diskrining oleh perawat. Dalam asuhan gizi juga dilakukan juga
pendekatan multidisiplin dengan tebaga kesehatan yang lain. Untuk pemberian
asuhan gizi yang tepat, secara berurutan tahapan kegiatan yang harus dilakukan yaitu
asessment/pengkajian gizi (Nutrition Assessment). Diagnosa gizi (Nutrition Diagnosis),
intervensi gizi (Nutrition Intervention) yang didalamnya menguraikan mengenai
rencana terapi gizi, implementasi, edukasi dan konseling gizi. Terapi gizi yang
diberikan kemudian dilihat dampaknya terhadap perubahan yang terjadi pada pasien
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, tahapan ini disebut monitoring dan
evaluasi.
Pemberian intervensi gizi pada pasien dapat berubah setiap saat disesuaikan dengan
diagnosa gizi, kondisi yang ditemukan pada pasien, sehingga prekripsidiet definitif
ditetapkan berdasarkan kolaborasi antara Dietisien dengan Dokter Penanggung
Jawab Pasien/Dokter Residen/Dokter Jaga. Intervensi gizi dalam asuhan gizi
dilakukan oleh Dietisien pada pasien yang beresiko malnutrisi ringan dan sedang
sedangkan untuk pasien dengan resiko malnutrusi tingkat berat dilakukan oleh Dokter
Spesialis Gizi Klinik. Pada pasien yang tidak beresiko apabila setelah diskrining ulang
dinyatakan beresiko malnutrisi maka pasien tersebut mendapatkan tahapan kegiatan
asuhan gizi.
Pada pelaksanaan intervensi gizi, pengadaan makanan berperan penting dalam
menyediakan makanan sesuai dengan diet, jumlah zat gizi yang dibutuhkan, jenis
penyakit dan mendistribusikan makanan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Makanan yang disajikan selain bernilai gizi sesuai dengan kebutuhan pasien juga
harus aman dari bahaya secara biologi, fisik dan kimia. Proses pengadaan makanan
di rumah sakit melalui tahapan kegiatan perencanaan anggaran, penyusunan menu,
penerimaan, penyimpanan, persiapan, pengolahan dan pendistrubusian makanan.
Pelaksanaan pelayanan gizi di rumah sakit memerlukan sebuah pedoman sebagai
acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan
pasien, memperpendek lama hari rawat, serta menghemat biaya perawatan. Semoga
buku pedoman pelayanan gizi ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi tenaga
kesehatan di lingkungan RSPPbm.

1
B. Tujuan Pedoman
Tujuan buku pedoman pelayanan gizi ini adalah memberikan informasi tentang
pelayanan gizi di RSPPbm Bagi tenaga gizi dan profesi lain yang terkait, agar dapat
berkolaborasi memberikan pelayanan gizi yang bermutu.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan gizi di RSPPbm meliputi:
1. Skrining Gizi
2. Pelayanan Asuhan Gizi Rawat Inap
3. Konseling dan Edukasi Gizi
4. Penyelenggaraan Makanan
5. Pelayanan Asuhan Gizi Rawat Jalan

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit, untuk keperluan peningkatan
kesehatan maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
2. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terstruktur dalam identifikasi
masalah gizi, penyediaan diet yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan, dan
membantu mengarahkan pola makan yang tepat sesuai dengan penyakit melalui
konseling dan edukasi gizi. Kegiatan asuhan gizi diawali dengan skrining gizi,
untuk pasien yang malnutrisi dan beresiko malnutrisi diberikan asuhan gizi yang
sesuai dengan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT), terdiri dari 4 langkah yaitu:
asesmen atau pengkajian gizi, menentukan masalah/diagnosa gizi, intervensi gizi
termasuk didalamnya perencanaan dan implementasi terapi gizi, edukasi dan
konseling serta monitoring dan evaluasi.
3. Tim Dukungan Gizi (Nutrition Support Team)/Tim Terapi Gizi adalah sekelompok
tenaga profesi dirumah sakit yang terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter,
dietisien, farmasi dan perawat dari setiap unit pelayanan, yang menangani pasien-
pasien khusus (beresiko tinggi malnutrisi) untuk mencapai pelayan gizi yang
bermutu.
4. Skrining Gizi adalah proses dari identifikasi klinik yang berhubungan dengan
resiko malnutrisi dengan tujuan untuk merencanakan terapi gizi yang sesuai.
Informasi yang dikumpulkan pada skrining gizi meliputi: umur, tinggi badan, berat
badan saat ini dan perubahan badan, perubahan nafsu makan, adanya mual,
muntah, diare dan aktifitas.
5. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien yang diberikan
kepada pasien melalui kegiatan pemberian terapi diet. Terapi diet merupakan
pengaturan makan dengan tujuan memperbaiki kondisi penyakit. Modifikasi diet
dapat berupa pembatasan atau penambahan zat gizi tertentu contohnya
pemberian suplemen makanan bernilai gizi tinggi atau makanan khusus bagi
pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi melalui asupan makan peroral.
Nutrisi enteral diberikan melalui pipa ke saluran pencernaan untuk pasien yang
tidak dapat menerima makanan peroral, sedangkan pemberian nutrisi parenteral
diberikan melalui intra vena untuk pasien yang tidak dapat mengabsorbsi zat gizi
melalui saluran cerna.
6. Terapi Gizi Medis/Medical Nutition Theraphy (MNT) adalah pelayanan gizi yang
spesifik dalam menangani suatu penyakit. Terapi gizi medis terdiri dari 2 fase yaitu
pengkajian gizi dan terapi gizi, termasuk didalamnya konseling gizi atau terapi gizi
khusus misalnya pemberian makanan melalui intavena atau tube dan

2
suplementasi makanan. Pelayanan dari tenaga kesehatan profesional yang
berkualitas terdiri dari dietisien yang siap melayani asuhan gizi pada berbagai
kondisi termasuk pelayanan pasien rawat inap, pasien akan pulang, pelayanan
rawat jalan, perawatan jangka panjang, pusat rehabilitasi, sekolah, kantor dan
rumah. Untuk mengefektifkan biaya pelayanan terapi gizi medis, dilakukan
pengidentifikasian pasien beresiko malnutisi melalui skrining gizi yang merupakan
langkah pertama pengkajian gizi.
7. Penyuluhan Gizi adalah kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi untuk tujuan
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, serta perilaku sehat bagi
individu serta masyarakat rumah sakit.
8. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh diatisien untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah
gizi.
9. Tenaga Gizi adalah tenaga kesehatan meliputi nutrisionis dan dietisien menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia.
10. Dietisien adalah seorang ahli gizi yang telah mendalami pengetahuan dan
ketrampilan dietetik melalui pendidikan dasar D3/S1 Gizi, mendapat sertifikat dari
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) dan Majelis Tenaga Kesehatan
Indonesia (MTKI) bekerja di seluruh unit pelayanan yang melaksanakan asuhan.
11. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah dokter yang
bertanggungjawab dalam penatalaksanaan medis sesuai bidang spesifikasinya.
Dalam penatalaksanaan tersebut DPJP memberikan pengobatan medikamentosa
untuk penyakitnya, dan menentukan prekripsi diet awal.
12. Dietetik adalah kombinasi penerapan ilmu dan seni pengaturan macam dan
jumlah makanan berdasarkan kondisi kesehetan, kebutuhan gizi dan sosial
ekonomi pasien. Ilmu yang dimaksud adalah pengetahuan mengenai gizi,
makanan, dan kandungan zat gizi tertentu yang dibutuhkan pada setiap tahap
kehidupan dan kondisi penyakit. Sedangkan seni adalah pengetahuan dari
praktek merencanakan dan meyiapkan/mengolah dan menyajikan makanan yang
enak dan menarik untuk berbagai tingkat ekonomi sehingga orang yang sehat
maupun sakit mau menyantap makanan dan patuh terhadap diet.
13. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien yang memebutuhkan terapi dietetik untuk
memenuhi kebutuhan gizi, mengintrol kadar biokimia darah/urine terkait
penyakitnya dan memeperbaiki status gizi seperti pada pasien ginjal
kronik/hemodialisis, geriatrik, anak, penurunan iminitas, pasien dengan
kemoterapi, gangguan metabolik, gangguan fungsi hati, jantung, dll.
14. Unit Produksi Makanan adalah unit yang melaksanakan penyelenggaraan
makanan bagi pasien dan pegawai RSPPbm.
15. Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu, penerimaan bahan makanan, penyimpanan, persiapan,
produksi/pengolahan bahan makanan, sampai dengan pendistribusian makanan
kepada pasien, serta monitoring dan evaluasi.
16. Diet adalah pengaturan pola konsumsi makanan dan minuman yang dibatasi
jumlahnya, dilarang atau perlu ditambah/diperbolehkan dalam jumlah tertentu
disesuaikan dengan kebutuhan gizi untuk tujuan terapi penyakit yang diderita.
17. Bentuk Makanan adalah konsistensi makanan yang berupa makanan cair,

3
makanan saring, lunak dan makanan biasa.
18. Jenis Diet adalah macam diet berdasarkan kelompok penyakit atau atau zat gizi
seperti diet Diabetes Melitus, Diet Jantung, Diet Rendah Garam, Diet Rendah
Protein dll.
19. Penerimaan Bahan Makanan adalah pemeriksaan, pencatatan dan pelaporan
tentang macam, kualitas, kuantitas bahan makanan sesuai dengan spesifikasi dan
pesanan yang ditetapkan.
20. Penyimpanan Bahan Makanan adalah tata cara menata, menyimpan, menjaga
keamanan bahan makanan kering, dan segar digudang penyimpanan bahan.
21. Persiapan Bahan Makanan adalah kegiatan pra pengolahan bahan yang meliputi
membersihkan, mengupas, memotong, merendam, mencuci dll.
22. Pengolahan Makanan adalah kegiatan memproses bahan makanan mentah
menjadi makanan yang siap dikonsumsi, berkualitas (bergizi dan cita rasa tinggi)
dan aman.
23. Distribusi Makanan adalah kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah
porsi dan jenis makanan secara sentralisasi dan desentralisasi dari unit produksi
makanan ke pantry selanjutnya dibagikan kepada pasien di ruang rawat inap.
24. Makanan cair adalah makanan cair komersial dengankandungan gizi 1 cc= 1 Kkal.
Dapat diberikan melalui NGT atau oral.
25. Makanan Saring adalah makanan semi padat dengan tekstur halus. Makanan
dihaluskan menggunakan blender.
26. Makanan Lunak adalah makanan yang memiliki tekstur mudah untuk di kunyah,
ditelan dan dicerna dibanding makanan biasa. Makanan pokoknya terdiri dari
beras dibuat bubur atau nasi tim, lauk dan sayur dimasak sedemikin rupa
sehingga tidak keras dan tidak merangsang.
27. Makanan Biasa adalah makanan yang dapat dan biasa dikonsusmdi orang sehat
pada umumnya. Bentuk makanan pokoknya biasanya nasi, lauk dan sayur
beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur dan aroma yang normal.
28. Higiene Makanan adalah kondisi dan perlakuan yang diperlukan untuk menjamin
kebersihan dan keamanan makanan.
29. Sanitasi Makanan adalah upaya yang dilakukan utuk mengendalikan faktor
kebersihan makanan meliputi: orang, tempat, perlengkapan masak dan bahan
makanan yang dapat atau mungkin menimbulkan penyakit atau gangguan
kesehatan.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
2. Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5. Peraturan Pemerintah no 102 tahun 2000 tentang standarisasi nasional
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 161/MENKES/PER/I2010 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/MENKES/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Gizi.

4
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tenaga kerja yang terlibat dalam pelayanan gizi terdiri dari tenaga kerja dari Rumah
Sakit Pertamina Prabumulih dan tenaga kerja dari perusahaan yang terikat kontrak
pelayanan jasa penyediaan makanan dengan RSPPbm dalam waktu tertentu.
Tenaga kerja Unit Gizi RSPPbm terdiri dari : 1 orang D3 Gizi dan tenaga dari
perusahaan kontrak jasa pelayanan gizi terdiri dari : Tukang masak, Pramusaji, order
taker dan petugas gudang makanan. Petugas Dapur tersebut menyelenggarakan
pelayanan gizi sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang diatur oleh
RSPPbm.
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Pelayanan Gizi adalah :
1. Unit Gizi
Unit Gizi RSPPbm dipimpin oleh seorang Pws. Gizi yang ditetapkan oleh pimpinan
RS berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Pws Unit Gizi RSPPbm adalah D3 Gizi yang bertanggung jawab langsung kepada
Penunjang Medis, Penunjang Medis bertanggung jawab kepada Wadir Medis.
Pws. Gizi mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinir, mengawasai dan
mengevaluasi policy gizi (perencanaan dan penyusunan konsep dan sosialisasi,
Anggranan belanja (perencanaan anggaran), personalia (pengelolaan,
perencanaan dan pembinaan) dan biaya (pengawasan dan pengendalian).
Kegiatan Unit Gizi meliputi kegiatan administrasi, perbekalan, pelayanan produksi
dan distribusi makanan dan asuhan gizi.
Kualifikasi Pws. Unit Gizi RSPPbm adalah:
Pendidikan Formal : Lulusan D3 Gizi
Kursus/Pelatihan : Manajemen Logistik, Manajemen personal
Manajemen Food Cost Central, Dietetik,
Pelatihan PGRS.
Pengalaman Kerja : D3 Gizi dan pengalaman memimpin
penyelenggaraan makanan minimal 5
tahun
2. Juru Masak Jasa Boga
Juru masak adalah teanaga pengolah bahan makanan yang bertugas mualai dari
persiapan bahan makanan hingga pendistribusian.
Pendidikan : SMK-Tataboga atau SMU + Kursus masak
3. Petugas Gudang Jasa Boga
Tenaga yang bertugas pada unit penyimpanan bahan makanan untuk menjamin
ketersediaan dan kesiapan bahan makanan sesuai dengan pesanan harian, serta
kondisi fisik bahan makanan yang dibutuhkan sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
Pendidikan : SMA atau sederajat
4. Pramusaji Jasa Boga
Pelaksana kegiatan penyajian makanan diruang rawat inap, mulai dari penataan
didapur ruangan sampai ke pasien.
Pendidikan : SMK-tataboga atau sederajat
5. Order Taker
Tersedianya seluruh orderan makan dan minum pasien pada waktu yang telah
ditentukan sesuai dengan diet pasien.

6
B. Distribusi Ketenagaan
Perhitungan kebutuhan SDM menggunakan rumus Indicator Staffing Needs (ISN)
yang dikutip dari buku pedoman perhitungan kesehatan di sumah sakit yang
dikeluarkan oleh Pusat Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan
dan Pemberdayaan SDM Kesehatan RI.
Kuantitas tenaga di Unit Gizi RSPPbm.
No Kategori SDM Kebutuhan
1. Pws Gizi 1
2. Pemasak 3
3. Asisten Pemasak 3
4. Order Taker 2
5. Pramusaji 4
6. Petugas Gudang 1
7. Petugas Kebersihan 2
Total 16

C. Pengaturan Jaga
a. Jadwal dinas karyawan Unit Gizi RSPPbm di bagi atas 2 shift dan harian.
b. Pengaturan jadwal dinas dibuat oleh Pws Gizi
c. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan.
d. Jadwal dinas di Unit gizi
1. Jadwal dinas shift, 3 hari kerja dan 1 hari libur
Dinas Pagi : 05.00 – 13.00 wib
Dinas Siang : 12.00 – 19.00 wib
2. Jadwal dinas harian, 5 hari kerja dan 2 hari libur
Dinas : 07.00 – 16.00 wib
Bila ada kebutuhan yang mendesak maka jadwal dinas dapat disesuaikan dengan
kebutuhan
e. Apabila ada karyawan karena sesuatu hal sehingga tidak dapat bekerja sesuai
jadwal yang telah ditetapkan, maka karyawan yang bersangkutan harus
memberitahuakan kepada Pws Gizi dan dikategorikan dengan Cuti.

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Ruang Penyajian
Ruang Gizi
Makanan

Gudang
Ruang Pengolahan

Ruang Ganti
Kamar
Mandi

Ruang Persiapan

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas Pelayanan Asuhan Gizi Rawat Jalan dan Inap
a. Ruang Konsultasi Gizi 3 x 4 m²
b. Peralatan kantor : meja, kursi, telepon, komputer, printer.
c. Peralatan antropometri : alat ukur berat badan dan tinggi badan.
d. Alat peraga: food model
e. Formulir: Catatan asuhan gizi, permintaan konsultasi, jawaban konsultasi.
f. Formulir : Asessment Gizi.
g. Leaflet: Diet Diabetes Melitus, Rendah Garam, Rendah Lemak, Rendah Purin,
Rendah Protein, Diet Lambung, Diet Hati, Diet Tinggi Serat, Diet untuk Anak,
dsb.

2. Fasilitas di Unit Pelayanan Makanan


a. Ruang Penyelenggaraan Makanan
1. Tempat Penerimaan Bahan Makanan
Tempat penerimaan bahan makanan di Unit Gizi RSPPbm. digunakan
untuk penerimaan bahan makanan dan mengecek kualitas serta kuantitas
bahan makanan. Letak ruangan ini mudah dicapai kendaraan, dekat
dengan ruang penyimpanan serta persiapan bahan makanan. Peralatan
yang terdapat di ruang penerimaan meliputi:
 S/S Single Sink w/Cold Water Faucel - Pedal Operated 1
 Timbangan meja 5 kg 1
 Receiving Floor Scale - Cap 200 Kg 1
 Insect Killer - Double Lamp 0
2. Tempat Penyimpanan Bahan Makanan

8
Tempat penyimpanan bahan makanan di Unit Gizi RSPPbm. terdapat
tempat penyimpanan segar (freezer dan chiller) dan penyimpanan bahan
makanan kering.
a. Peralatan yang terdapat pada penyimpanan bahan makanan
terdiri dari;
 Meja
 Komputer
 Rak bertingkat
 Vegetable and Fruits Chiller Refrigeration System 3
 Meat and Fist Freezer Refrigeration System 3
3. Tempat Persiapan Bahan Makanan
Tempat persiapan bahan makanan di Unit Gizi RSPPbm untuk
mempersiapkan bahan makanan dan bumbu meliputi kegiatan
membersihkan, mencuci, mengupas, menumbuk, menggiling, memotong,
mengiris sebelum bahan makanan dimasak. Peralatan diruangan
persiapanan bahan makanan terdiri dari:
a. Tempat Persiapan Lauk Hewani, Sayuran dan buah.
 Pisau Buah 2
 Pisau sayur, daging dan ikan 3
 Damparan 3
 Baskom 10
 Timbangan 5 kg 0
4. Tempat Pemasakan/Pengolahan dan Distribusi Makanan
Tempat pemasakan makanan adalah tempat pengolahan makanan diet
khusus, pengolahan makanan biasa/lunak dan pengolahan snack pasien
a. Peralatan di tempat distribusi makanan
 Troli makanan 3
 Work Table 1
 Insect Killer 2
5. Tempat Pencucian dan Penyimpanan alat
Tempat pencucian alat-alat memasak, alat makan dipisahkan dengan
tempat pencucian alat minum. Setelah peralatan dicuci disimpan dalam
ruang khusus sehingga mudah bagi pengawas untuk memantau
pemakaian alat.Pencucian alat makan, masak dan minum di area
produksi Unit Gizi dibersihkan secara manual. Di tempat pencucian
tersedia air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan ±15 psi (1.2
kg/cm³), sabun dan zat kimia yang mengadung klorin sebagai definsektan
alat makan serta tersedia tempat sampah.
a. Peralatan yang terdapat diruang pencucian alat minum
 Wastafel 2
 Sabun Cair 1
 Spoon 3
b. Peralatan yang terdapat diruang pencucian alat makan dan masak
 Baskom cuci piring
 Sabun cair
 Spoon
Cairan kimia yang mengandung klorin
6. Tempat Pembuangan Sampah
Unit Gizi RSPPbm menyediakan tempat penampungan sampah yang

9
tertutupdan dilapisi dengan kantong plastik hitam ukuran disesuaikan
dengan kapasitas tempat sampah untuk menghindari kebocoran pada
saat pembuangan sampah. Setelah cukup menampung sampah yang
dihasilkan, sampah dibuang ke TPS RSPPbm.
Jadwal pengumpulan dan pembuangan sampah dibuat 1 kali dalam satu
hari:
 Jadwal pengumpulan sampah pagi pukul 05.0-19.00 wib.
 Jadwal pembuangan sampah pukul 06.00 wib.
(lihat SPO pembuangan sampah)
7. Ruang Fasilitas Pegawai
Ruang fasilitas pegawai Unit Gizi RSPPbm terdiri dari tempat ganti
pakaian pegawai, kamar mandi dan kamar kecil

3.Sarana Fisik
a. Letak tempat penyelenggaraan makanan.
Letak tempat penyelenggaraan makanan di RSPPbm antara lain:
 Terletak di bagian belakang RSPPbm, mudah dicapai dari semua ruang
perawatan.
 Kebisingan dan keributan di pengolahan tidak mengganggu ruangan lain
disekitarnya.
 Mudah dicapai kendaraan dari luar untuk memudahkan pengiriman bahan
makanan sehingga perlu mempunyai jalan langsung dari luar.
 Tidak dekat dengan pembuangan sampah, kamar jenazah, ruang cuci
(laundry) dan lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan.
 Mendapat udara dan sinar yang cukup.

4. Bangunan
Belum ada standar yang tetap untuk sebuah tempat pengolahan makanan, akan
tetapi disarankan luas bangunan adalah 1-2 m per tempat tidur. Dalam
merencanakan luas bangunan pengolahan makanan harus dipertimbangkan
kebutuhan bangunan pada saat ini, serta kemungkinan perluasan sarana
pelayanan kesehatan dimasa mendatang. Setelah menentukan besar atau luas
ruangan kemudian direncanakan susunan ruangan dan peralatan yang akan
digunakan sesuai dengan arus kerja dan macam pelayanan yang akan diberikan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu bangunan Unit
pelayanan gizi yaitu: macam rumah sakit, macam pelayanan dan macam menu,
macam dan jumlah fasilitas yang diinginkan, kebutuhan biaya, arus kerja dan
susunan ruangan, serta macam dan jumlah tenaga yang digunakan. Luas
bangunan Unit gizi RSPPbm adalah 100m2.
a. Konstruksi
1. Lantai : harus kuat, mudah dibersihkan, tidak licin, tidak menyerap air
dan tahan terhadap asam dan tidak memberikan suara keras. Beberapa
macam bahan yang dapat digunakan seperti bata keras, teraso tegel,
dsb.
2. Dinding: halus, mudah dibersihkan, dapat memantulkan cahaya yang
cukup bagi ruangan, dan tahan terhadap cairan. Semua kabel dan pipa
atau instalasi pipa uap dalam keadaan terbungkus atau tertanam dalam
lantai atau dinding.
3. Langit-langit : tertutup, terdapat exshoese fan. Jarak langit-langit harus
tinggi agar udara panas dapat bersirkulasi dengan baik.

10
4. Penerangan dan ventilasi : Penerangan minimal berkekuatan 200 lux.
Ventilasi harus cukup untuk mengeluarkan asap, bau makanan, bau uap
lemak, bau panas, untuk itu dapat digunakan “exhause fan” pada
tempat-tempat tertentu.
5. Ventilasi harus dapat mengatur pergantian udara sehingga ruangan
tidak terasa panas, tidak terkondensasi uap air atau lemak pada lantai,
dinding, langit-langit.

5. Arus Kerja
Arus kerja di Unit Gizi RSPPbm adalah urut-urutan kegiatan kerja dalam
memproses bahan makanan menjadi hidangan. Arus kerja ini meliputi gerak dari
penerimaan bahan makanan, persiapan, pemasakan, pembagian/pendistribusian
makanan. Arus kerja di Unit Gizi RSPPbm sudah memperhatikan:
a. Pekerjan dilakukan searah atau satu jurusan
b. Pekerjaan dapat lancar sehingga energi dan waktu dapat dihemat
c. Bahan tidak dibiarkan lama sebelum diproses
d. Jarak yang ditempuh pekerja sependek mungkin, tidak bolak-balik
e. Ruang dan alat dapat dipakai sesefektif mungkin

6. Ruang Perkantoran
Ruang perkantoran Unit Gizi RSPPbm terdiri dari:
a. Ruang Pws. gizi
Untuk dapat bekerja dengan baik diperlukan ruang kerja seluas 2 m²/orang
untuk pekerjaan yang bersifat administratif. Fasilitas antara lain meja, kursi,
filling kabinet, lemari buku, alat peraga, alat tulis menulis, komputer, printer,
AC.

11
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PELAYANAN GIZI RAWAT JALAN


Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang
berkesinambngan dimulai dengan asesmen/pengkajian, pemberian diagnosis,
intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada klien/pasien dirawat jalan.
Tujuan: Memberikan pelayanan kepada klien/pasien rawat jalan atau kelompok
dengan membantu mencari solusi masalah gizinya melalui nasehat gizi mengenai
jumlah asupan makanan yang sesuai, jenis diet yang tepat, jadwal makan dan cara
makan, jenis diet dengan kondisi kesehatannya.
Sasaran:
 Pasien dan keluarga
 Kelompok pasien dengan masalah gizi yang sama
 Individu pasien yang datang atau dirujuk
 Kelompok masyarakat rumah sakit yang dirancang secara periodik oleh rumah
sakit.

Mekanisme Kegiatan
1. Skrining Gizi
Kegiatan skrining gizi pada pasien rawat jalan dilakukan oleh perawat dengan
mengisi Tinggi Badan, Berat badan dan IMT.
7. Asessment Gizi Rawat Jalan
Asessment gizi rawat jalan dilakukan oleh Dokter dan Pws Gizi. Kegiatan
Asessment gizi rawat jalan adalah melakukan pemeriksaan dan penilaian
menyeluruh status gizi dan klinis pasien baru, pasien pasca rawat atau kontrol
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, penunjang, pola makan, yang ditulis
menggunakan sistem SOAP dan rencana kontrol dicatat di dalam status rekam
medis pasien. Evaluasi kedua pasien dan selanjutnya dilakukan setiap 3 bulan.
Langkah-langkah asessment gizi rawat jalan terdiri dari:
 Pws Gizi menerima surat rujukan dari dokter pengirim
 Pws. Gizi melakukan anamnesis asupan makan selama di rumah, kendala dalam
menjalankan diet serta keluhan baik yang berhubungan dengan penyakit utama
maupun lainnya.
 Pws. Gizi mengukur berat badan dan tinggi badan
 Pws. Gizi melakukan penilaian kebutuhan gizi pasien berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang dan hasil penilaian dicatat didalam
brosur.
 Pws. Gizi memberikan brosur gizi.
 Pws. Gizi mendokumentasi di dalam rekam medis. (lihat Daftar SPO)
.
B. PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
Pelayanan Gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses
pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan
makanan, penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi serta monitoring dan evaluasi gizi.
Tujuan: Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh
asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat

12
proses penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
Sasaran
 Pasien
 Keluarga

Mekanisme Kegiatan
1. Skrining Gizi
Kegiatan skrining gizi pada pasien rawat inap dengan kriteria tidak beresiko
malnutrisi, beresiko ringan, sedang dan berat. Skrining gizi dilakukan oleh perawat
1 x 24 jam, selain itu perawat juga mengukur tinggi badan dan berat badan.
Langkah-langkah Skrining gizi adalah:
 Perawat melakukan skrining gizi menggunakan formulir Pengkajian
Keperawatan.
 Jika jumlah skor asupan dan penyakit penyerta 0 – 2, asesmen dilakukan
secara otomatis oleh Ahli Gizi.
 Jika jumlah skor asupan dan penyakit penyerta > 2, dan bila standar deviasi (-)
3 SD sampai dengan (-) 2 SD pada pasien anak maka perawat memberikan
informasi ke DPJP untuk mengkonsulkan ke Dokter dan menginformasikan
kepada pasien tentang hasil pengkajian nutrisi di formulir pengkajian
keperawatan.
 Perawat mendokumentasikan informasi hasil skor > 2 ke DPJP dan rencana
konsulnya di formulir Catatan Perkembangan Terintegrasi.
 Simpan formulir Pengkajian Keperawatan dan Catatan Perkembangan
Terintegrasi yang telah dilengkapi di dalam status rekam medis pasien.
 Skrining dilakukan 1 x 24 jam.
2. Preskripsi Diet /Order Diet
Preskripsi diet/order diet awal adalah pemesanan diet pasien yang ditulis oleh
dokter dalam waktu 1 x 24 jam terdiri dari bentuk makanan dan jenis khusus. Untuk
pasien dengan kondisi khusus dicantumkan anjuran kebutuhan energi dan atau zat
gizi lain. Preskripsi diet definitif/lanjutan ditetapkan oleh dokter bekerjasama
dengan dietisien dalam menentukan bentuk makanan dan kebutuhan gizi, jadwal
dan jenis diet yang lebih tepat sesuai dengan kondisi pasien. Preskripsi diet definitif
dituliskan kembali dalam dokumen medik oleh dokter dan dieteisien. Dalam kondisi
tertentu dietisien dapat menetapkan preskripsi diet awal dan mengusulkan
perubahan diet, penambahan preskripsi diet definitif. Dietisien akan berkomunikasi
dan berkolaborasi dengan dokter.
3. Asesmen Gizi
a. Asesmen Gizi Awal
Melakukan penyaringan pasien yang membutuhkan tatalaksana gizi berdasarkan
status gizi dan penyakit yang diderita dan melakukan asesmen lanjutan sesuai
tingkat risiko malnutrisi pasien. Asesmen dilakukan oleh Dokter dan Ahli Gizi.
Pasien baru yang beresiko malnutrisi ringan dan sedang dan atau kondisi khusus
berdasarkan dari skrining perawat akan dikunjungi oleh Ahli Gizi dalam waktu 2
x 24 jam.
Kegiatan Asessment gizi pasien dengan risiko malnutrisi ringan dan sedang:
 Ahli Gizi melakukan asesmen menggunakan Formulir Asesmen Gizi
meliputi: Antropometri, Pola makan, Laboratorium, Diagnosa dan terapi Gizi
 Ahli Gizi berkoordinasi dengan dokter ruangan dan perawat jika ada
perubahan diet.
 Ahli Gizi menginformasikan ke Unit Gizi jika ada perubahan diet.
 Ahli Gizi mendokumentasikan Formulir Asesmen Gizi di rekam medis

13
 Ahli Gizi mencatat dalam lembar terintegrasi dengan metode SOAP
 Ahli Gizi melakukan asesmen awal pasien dalam waktu 1 x 24 jam setelah
pasien di skrining. (Lihat daftar SPO)
b. Asessment Gizi pada pasien dengan perawatan kritis
Melakukan asesmen pasien yang membutuhkan tatalaksana gizi berdasarkan
status gizi dan penyakit yang diderita. Asesmen gizi pada pasien dengan
perawatan kritis (HCU) dilakukan oleh Dokter dan Ahli Gizi.
Kegiatan Asesssment gizi dengan malnutrisi berat meliputi:
 Dokter dan Ahli Gizi melakukan asesmen menggunakan Formulir Asesmen
Gizi meliputi : Antropometri, Pola makan, Laboratorium, Diagnosa dan
Terapi Gizi.
 Dokter dan Ahli Gizi menginstruksikan perawat untuk melakukan
perubahan diet (bila ada perubahan) dan dikirim Unit Gizi.
 Dokter dan Ahli Gizi mengisi daftar absen sebagai tanda bukti kunjungan.
 Dokter dan Ahli Gizi mendokumentasikan Formulir Asesmen Gizi di rekam
medis

 Dokter dan Ahli Gizi mencatat dalam lembar terintegrasi dengan metode
SOAP
 Dokter dan Ahli Gizi melakukan asesmen awal pasien dalam waktu 1 x 24
jam setelah pasien masuk ruang perawatan pasien kritis (HCU)
(lihat daftar SPO)

c. Asesmen/Pengkajian Ulang
Melakukan penilaian ulang secara menyeluruh status gizi dan kaitannya dengan
penyakit pasien dan rencana terapi.
Asesmen lanjut pada kondisi sebagai berikut:
1. Pasien dengan resiko tinggi malnutrisi, asesmen gizi lanjut dilakukan oleh
dokter dan Ahli gizi.
2. Pasien dengan resiko sedang malnutrisi asesmen gizi ulang dilakukan oleh
dietisien setiap 4 hari.
3. Pasien dengan resiko ringan malnutrisi dilakukan assessment kembali
setelah 7 hari rawat dan apabila ada perubahan resiko maka dilakukan
asesment sesuai dengan kondisi terkini.
Tahapan dari asesmen ulang adalah:
1. Dietisien mengunjungi pasien menurut tingkat resiko malnutrisi, yaitu setiap
4 hari untuk pasien beresiko malnutisi sedang, atau setiap 7 hari untuk
pasien beresiko malnutrisi ringan/tidak beresiko.
2. Dietisien memonitor tingkat asupan makan pasien, perubahan berat badan
dan hasil laboratorium
3. Dietisien mencatat perubahan asupan makan dan status gizi pasien dengan
format SOAP pada Formulir catatan Perkembangan Terintegrasi.
(lihat daftar SPO)
4. Diagnosa Gizi
Penentuan diagnosa gizi adalah kegiatan identifikasi masalah gizi/diagnosis
gizi berdasarkan hasil asesmen gizi yang ditulis dengan format kalimat yang
terdiri dari problem, etiologi, dan tanda/gejala. Diagnosa gizi merupakan

14
langkah kritis yang menghubungkan antara asesmen gizi dengan intervensi
gizi. Diagnosa gizi ditentukan untuk mengidentifikasi masalah gizi yang
aktual/terbaru agar dapat memberikan intervensi gizi yang tepat. Diagonasa
gizi dapat dikelompokkan menjadi 3 domain, domain intake, (Asupan),
Domain Klinis/fisik dan Domain Perilaku.
5. Intervensi Gizi
Intervensi gizi adalah serangkaian aktifitas spesifik dan berkaitan dengan
pengggunaan bahan makanan untuk menaggulangi masalah gizi. Selama
pemberian intervensi Dietisien bekerjasama dengan pasien, keluarga dan
pengasuh. Komponen intervensi gizi adalah perencanaan terapi gizi,
implementasi/pemberian diet, edukasi dan konseling.
Dietisien menetapkan tujuan intervensi gizi, Intervensi gizi
memepertimbangkan preskripsi diet awal dari dokter peneggunagjawab
pasien yang baru masuk. Selanjutnya dieteisien merencanakan terapi gizi
berdasarkan masalah gizi pasien, berupa merencanakan kebutuhan zat gizi,
bentuk makanan, jadwal, frekuensi pemberian makanan sesuai dengan
kondisi penyakit dan kemampuan makan pasien.
Dietisien berkolaborasi dan berkomunikasi dengan dokter mengenai
preskripsi diet definitif terutama apabila terdapat ketidaksesuaian antara
preskripsi diet dari dokter dengan perencanaan diet yang dibuat oleh
dietisien. Implementasi pemberian diet pada psien rawat inap dapat berupa
intervensi pemberian makanan baik oral, enteral maupun parenteral.
Dalam hal implementasi ini dietisien berkolaborasi dengan unit produksi
makanan yang secara khusus menyelenggarakan makanan yang akan
dibahas dalam prosedur penyelengaran makanan pada lembar berikutnya.
Berdasarkan preskripsi diet pasien, perawat membuat permintaan makan
ke unit produksi makanan atas persetujuan dari kepala ruangan atau kepala
regu/shift.
Konseling dan edukasi gizi pasien/keluarga rawat inap yang mendapatkan
diet tertentu selama dirawat ataupun sebelum pulang dari rumah sakit
dengan mengunakan brosur yang ditulis oleh dietisien. Tujuan diberikan
konseling dan edukasi gizi adalah untuk memberikan pengetahuan dan
membantu pasien dalam melaksanankan diet sesuai penyakit dan
kebutuhannya selama dirawat dan dirumah setelah pulang rawat.
Langkah-langkahnya antara lain:
1. Dietisien membaca dokumenmedik untuk mengetahui kondisi pasien dan
preskripsi diet pasien yang dibuat oleh dokter.
2. Dietisien memberikan edukasi dan konseling gizi sesuai dengan masalah
yang didapat dari hasil pengkajian gizi.
3. Edukasi dan konseling menggunakan media leaflet diet sesuai dengan
jenis diet yang dibutuhkan dan alat peraga foot model.
4. Edukasi dan konseling gizi dilakukan diruangan rawat inap dan
mengikutsertakan keluarga.
5. Dietisien menyiapkan dan mengisi leaflet diet sesuai dengan penyakit dan
kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan jadwal, jenis, jumlah (porsi)
bahan makanan sehari menggunakan alat peraga food model,
menjelaskan tentang makanan yang diajurkan dan tidak dianjurkan, cara
pemasakan dan lain–lain yang disesuaikan dengan pola makan dan
keinginan serta kemampuan pasien.
6. Dietisien memotivasi pasien untuk menjalankan anjuran diet.

15
7. Dietisien memberikan edukasi dan konseling gizi ulang pada saat pasien
akan pulang dari rawat inap sesuai dengan diet yang harus dijalani saat
dirumah.
8. Dietisien dapat menganjurkan pasien untuk konsul ulang ke ruang
layanan gizi rawat jalan.
9. Pencatatan hasil konseling gizi ditulis pada formulir catatan terintegrasi
dan formulir edukasi terintegrasi didalam rekam medis.

Edukasi gizi untuk keluarga pasien yang membawa makanan dari luar
rumah sakit setelah mendapatkan persetujuan doker penanggunag jawab
pasien. Penjelasan mengenai makanan yang boleh dan tidak boleh
diberikan pasien sehubungan dengan diet serta penyakitnya. Tujuannya
adalah untuk memberikan kesempatan kepada pasien yang berdiet untuk
menukar makanan rumah sakit dengan yang diinginkan dari luar rumah
sakit, tanpa menyalahi jumlah/takaran, jenis makanan, bentuk dan prinsip
diet serta memperhatukan higiene makanan.
6. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah kegiatan memantau tanda dan gejala dari masalah gizi
(asupan gizi dan berat badan) setelah mendapat intervensi gizi. Evaluasi
adalah menilai keberhasilan intervensi gizi yang diberikan pada pasien
dengan masalah gizi. Tujuan dilakukan monitoring dan evaluasi alah untuk
mengetahui efektifitas intervensi gizi dengan memantau progres/perubahan
asupan, berat badan pasien setelah mendapat intervensi gizi.
Langkah-langkah penentuan monitoring dan evaluasi adalah:
a. Dietisien memantau asupan makan pasien dan berat badan/status gizi
pasien beresiko malnutrisi
b. Hasil pementauan asupan dan berat badan dievaluasi, apabila hasil
pemantauan ada perbaikan berarti intervensi gizi yang diberikan berhasil,
apabila hasil pementauan tidak menunjukan perbaikan bahkan
perburukan berati intervensi gizi yang diberikan perlu dimodifikasi lagi
untuk mencapai kebutuhan pasien.
c. Hasil monitoring dan evaluasi gizi merupakan bagian dari asuhan gizi
dicatat pada lembar terintegrasi dalam dokumen medik pasien.

C. PENYELENGGARAAN MAKANAN
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran
belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan
bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi.
Tujuan penyelenggaraan makanan di Unit Gizi RSPPbm adalah menyediakan
makanan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan gizi, biaya, aman dan dapat
diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal.
Sasaran penyelenggaraan makanan di Unit Gizi RSPPbm terutama pasien rawat inap,
rawat jalan (Medical Chek Up), dan penyelenggaraan makanan untuk karyawan.
Ruang lingkup penyelenggaraaan makanan adalah meliputi produksi dan distribusi
makanan.
Bentuk Penyelenggaraan Makanan di RSPPbm menggunakan system out-sourching,
selaku penyelenggara makanan menggunakan sarana dan prasarana milik RS.
Fungsi dieteisien RS adalah sebagai perencana menu, penentu standar porsi,
pemesanan makanan, penilai kualitas dan kuantitas makanan yang diterima sesuai
dengan spesifikasi hidangan .

16
Kegiatan Penyelenggaraan Makanan
Kegiatan penyelenggaraan makanan untuk konsumen RS meliputi:
1. Penetapan Peraturan Pemberian Makanan Rumah Sakit
a. Pengertian
Peraturan Pemberian Makanan Rumah Sakit (PPMRS) adalah suatu pedoman
yang ditetapkan pimpinan rumah sakit sebagai acuan dalam memberikan
pelayanan makanan pada pasien dan karyawan yang sekurang-kurangnya
mencakup 1) ketentuan macam konsumen yang dilayani, 2) kandungan gizi, 3)
pola menu dan frekuensi makan sehari, 4) jenis menu.
b. Tujuan
Tersedianya ketentuan tentang macam konsumen, standar pemberian makanan,
macam dan jumlah makanan konsumen sebagai acuan yang berlaku dalam
penyelenggaraan makanan RS.
Penyusunan penentuan pemberian makanan RS ini berdasarkan
1. Kebijakan RS tentang penyelenggaraan makanan
Penyelenggaraan makananan di RSPPbm bagi pasien rawat inap adalah Unit
Gizi. Pemberian makanan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
Gizi berdasarkan preskripsi diet, jenis penyakit dan kondisi pasien. Unit Gizi
memantau hasil produksi dan mengendalikan mutu serta arus biaya
penyelenggaraan makanan.
Pemantauan mutu layanan makanan pasien dilakukan dengan cara:
 Pengendalian mutu pelayanan kandungan gizi pasien oleh Unit gizi
 Pengendalian mutu kepuasan pasien terhadap cita rasa makanan oleh ma
ajemen mutu dan perawat ruang rawat inap
2. Macam konsumen yang dilayani
Konsumen yang dilayani di RSPPbm dalam penyelenggaraan makanan
adalah Pasien rawat inap, pasien rawat jalan (medical chek up), karyawan
rumah sakit yang diatur dalam peraturan pemberian makanan rumah sakit.
3. Angka kecukupan yang mutakhir dan kebutuhan gizi untuk diet khusus
Pemberian makanan di Unit Gizi RSP Pbm mengacu pada angka kecukupan
gizi yang dianjurkan untuk orang Indonesia tahun 2012, kebutuhan gizi untuk
pasien dengan diet khusus ditentukan berdasarkan perhitungan kebutuhan gizi
per individu yang disesuaikan dengan jenis penyakit, umur dan kondisi.
4. Standar makanan
Standar makanan sehari di Unit Gizi berdasarkan dengan jenis diet yang
diberikan dan kelas perawatan.
5. Penentuan menu dan pola makan
Unit Gizi RSPPbm mengunakan siklus menu 15 hari, dengan pembagian 3 kali
makan dalam satu hari dan 2 kali selingan, pola pembagian makanan ini tidak
mutlak tetapi dapat disesuaikan dengan jenis diet, penyakit dan kemampuan
pasien.
6. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang berlaku

2. Penyusunan Standar Bahan Makanan Rumah Sakit


a. Pengertian
Standar bahan makanan sehari adalah acuan/patokan macam dan jumlah
bahan makanan (berat kotor) seorang sehari, disusun berdasarkan kecukupan
gizi pasien yang tercantumkan dalam Penuntun Diet dan disesuaikan denngan
kebijaksanaan rumah sakit.

17
b. Tujuan
Tersedianya acuan macam dan jumlah bahan makanan seorang sehari sebagai
alat untuk merancang kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan dalam
penyelenggaraan makanan.
c. Langkah Penyusunan Standar Bahan Makanan Seorang Sehari
1. Menetapkan kecukupan gizi atau standar gizi pasen dirumah sakit dengan
memperhitungkan ketersediaan dana dirumah sakit.
2. Terjemahkan standar gizi (1) menjadi item bahan makanan dalam berat kotor.

3. Perencanaan Menu
a. Pengertian:
Proses kegiatan menyusun hidangan dengan komposisi bahan makanan yang
bervariasi, penampilan yang menarik, memenuhi kebutuhan gizi seimbang,
serta berdasarkan kelas perawatan dan ketetapan Rumah Sakit.
b. Tujuan
Tersusunnya menu yang memenuhi kecukupan gizi, selera konsumen serta
untuk memenuhi kepentingan penyelenggaraan makanan di rumah sakit.
c. Prasyarat
1. Peraturan pemberian makanan rumah sakit
2. Kecukupan gizi konsumen
3. Ketersediaan bahan makanan di pasar
4. Dana/anggaran
5. Karakteristik bahan makanan
6. Food habit dan preferences
7. Fasilitas fisik dan peralatan
8. Macam dan jumlah tenaga
d. Langkah-langkah perencanaan menu
1. Bentuklah tim perencanaan menu terdiri dari Ahli Gizi, Pekerja Dapur
yang disahkan oleh Wadir Medis untuk kurun waktu 6 bulan.
2. Kumpulkan tanggapan/ keluhan pasien mengenai menu dari hasil
kuesioner pasien rawat inap oleh ahli gizi.
3. Tetapkan pola makan sehari, yaitu terdiri dari Makan Pagi, Snack Pagi,
Makan Siang, Snack Sore, Makan Malam oleh Ahli Gizi.
4. Tetapkan format menu, contoh : Makan Pagi terdiri dari Makanan Pokok,
Lauk Hewani, Sayuran, Minuman, dst oleh Ahli Gizi.
5. Tetapkan standar porsi oleh Ahli Gizi.
6. Tetapkan siklus menu dan periode penggunaan menu yang akan
dipakai Ahli Gizi.
7. Tetapkan daftar bahan makanan yang akan dimasukkan dalam menu
dan frekuensi pemakaian dalam satu siklus oleh Ahli Gizi.
8. Buatlah master menu oleh Ahli Gizi.
9. Tetapkan jenis hidangan dengan bantuan kumpulan berbagai resep
masakan oleh Pws. Pengadaan Makanan/ Ahli Gizi.
10. Lakukan penilaian konsep menu oleh Tim Evaluasi Menu (Ahli Gizi dan
Pekerja Dapur).
11. Periksalah keseluruahan menu oleh Ahli Gizi.
12. Sosialisasikan menu baru ke Pemasak untuk dilaksanakan.
(Lihat SPO Perencanaan Menu)

7. Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan


a. Pengertian: Serangkaian kegiatan menetapkan macam, jumlah dan mutu
bahan makanan yang dilperlukan dalam rangka mempersiapkan

18
penyelenggaraan makanan rumah sakit.
b. Tujuan : tersedianya taksiran macam dan jumlah bahan makanan dengan
spesifkasi yang ditetapkan, dalam kurun waktu yang ditetapkan untuk pasien
rumah sakit.
c. Langkah-langkah perhitungan kebutuhan bahan makanan:
1. Hitunglah rata-rata jumlah pasien per hari oleh ahli gizi.
2. Hitunglah jumlah bahan makanan yang dibutuhkan dengan berat kotor
sesuai dengan standar porsi dan siklus menu per hari oleh ahli gizi.
3. Hitunglah berapa kali pemakaian bahan makanan setiap siklus menu,
dengan cara : Jumlah Pasien x Berat Kotor x Kerap Pemakaian oleh ahli
gizi.
4. Susunlah semua kebutuhan bahan makanan per hari oleh ahli gizi.
5. Susunlah item bahan makanan serta jumlah yang dibutuhkan per hari.
Kemudian dibuat kebutuhan bahan makanan untuk 1 bulan oleh ahli gizi.
6. Mintalah persetujuan Kepala Unit Gizi tentang kebutuhan pemesanan
bahan makanan per bulan.
7. Buatlah Material Request (MR) semua kebutuhan bahan makanan per
sepuluh hari oleh Pws. Gizi .
8. Mintalah persetujuan Material Request (MR) tersebut ke Ka. Penunjang
Medis dan Wadir Medis.
9. Ajukan MR ke Bagian Logistik untuk pengadaan bahan makanan.
(Lihat SPO perencanaan kebutuhan bahan makanan)

8. Persiapan Bahan Makanan


Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam mempersiapkan
bahan makanan yang siap diolah (mencuci, memotong, menyiangi, meracik, dsb)
sesuai dengan menu, standart resep, standar bumbu dan jumlah pasien yang
dilayani. (Lihat Daftar SPO Persiapan Bahan Makanan).

9. Pemasakan Bahan Makanan


Pemasakan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah (memasak)
bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas dan
aman untuk dikonsumsi.
Macam Proses Pemasakan di Unit Gizi RSPPbm.
a. Pemasakan dengan medium udara, seperti: memanggang/mengoven
b. Pemasakan dengan medium air, seperti: merebus (memasak dengan banyak
air), menyetup (memasak dengan sedikit air)
c. Pemasakan dengan menggunakan lemak, seperti menggoreng.
d. Pemasakan langsung melalui dinding panic, seperti: menyangrai.
e. Pemasakan dengan kombinasi, seperti; menumis (mesak dengan sedikit
minyak untuk membuat layu dan tambah sedikit dan ditutup.
f. Pemasakan dengan elektromagnetik: memasak dengan menggunakan oven.
Jenis Pengolahan makanan berdasarkan diet pasien di Unit Gizi RSPPbm.
1. P engolahan makanan biasa
2. Pengolahan makanan lunak
3. Pengolahan makanan diet
4. Pengolahan makanan tim campur, saring, breda, blender. (Lihat SPO
pengolahan makanan).

10. Distribusi Makanan


Adalah serangkaian proses kegiatan penyampaian makanan sesuai dengan jenis
makanan dan jumlah porsi konsumen/pasien yang dilayani.

19
Tujuan: Konsumen/pasien mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang
berlaku.
Macam Pendistribusian Makanan di Unit Gizi RSPPbm adalah:
a. Distribusi makanan yang dipusatkan (sentralisasi) yaitu makanan dibagi dan
disajikan dalam alat makan diruang produksi makanan.
(Lihat SPO Distribusi Makanan di Unit Gizi)

20
BAB V
LOGISTIK

1. Perencanaan Anggaran Belanja/Bahan Makanan


Pengertian: Perencanaan Anggaran Belanja Bahan Makanan adalah suatu kegiatan
penyusunan biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien
dan karyawan yang dilayani.
Tujuan: tersedianya rancangan anggaran belanja makanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi konsumen yang
dilayani sesuai dengan standar yang ditetapkan
Langkah perencanaan anggaran bahan makanan:
1. Kumpulkan data tentang macam dan jumlah konsumen/pasien tahun
sebelumnya
2. Tetapkan macam dan jumlah konsumen/pasien
3. Kumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar dengan melakukan
survey pasar, kemudian tentukan harga rata-rata bahan makanan
4. Buat pedoman berat bersih bahan makanan yang digunakan dan dikonversikan
kedalam berat kotor
5. Hitung indeks harga makanan perorang perhari dengan cara mengalikan berat
kotor bahan makanan yang digunakan dengan harga satuan ssuai konsumen
yang dilayani.
6. Hitung anggaran bahan makanan setahun (jumlah konsumen/pasien yang
dilayani dalam 1 tahun dikalikan indeks harga makanan).
7. Hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepada pengambil keputusan.
8. Rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur administrative yang
berlaku. (Lihat SPO Perencanaan anggaran belanja)

2. Pengadaan Bahan makanan


Kegiatan pengadaan bahan makanan meliputi penetapan spesifikasi bahan
makanan, perhitungan harga makanan, pemesanan dan pembelian bahan makanan
dengan melakukan survey pasar.
a. Spesifikasi bahan makanan
Spesifikasi bahan makanan adalah standar bahan makanan yang ditetapkan
oleh Unit gizi sesuai dengan ukuran, bentuk, penampilan dan kualitas bahan
makanan. Spesifikasi bahan makanan yang digunakan di Unit Gizi RSPPbm
adalah:
 Spesifikasi tehnik untuk bahan yang dapat diukur secara objektif dan diukur
dengan menggunakan instrument tertentu.
 Spesifikasi Penampilan, secara garis besar berisi: nama bahan
makanan/produk, ukuran, tipe/container/kemasan, tingkat kualitas, umur
bahan makanan, warna bahan makanan, identitas pabrik, masa kadaluarsa,
data isi produk, satuan bahan makanan, dll.
 Spesifikasi Pabrik, diaplikasikan pada kualitas barang yang telah dikeluarkan
oleh suatu pabrik dan telah diketahui oleh pembeli.
b. Survey Pasar
Survey pasar adalah kegiatan untuk mencari informasi mengenai harga bahan
makanan yang ada dipasaran, sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan
sebagai dasar perencanaan anggaran bahan makanan.
c. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan
Pemesanan Bahan Makanan adalah penyusunan permintaan(order) bahan
makanan berdasarkan pedoman menu dan rata-rata jumklah konsumen/pasien

21
yang dilayani, sesuai periode pemesanan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai menu,
waktu pemesanan, standar porsi bahan makanan dan spesifikasi yang
ditetapkan.
Langkah pemesanan bahan makanan:
1. Menentukan frekuensi pemesanan bahan makanan segar dan kering.
2. Rekapitulasi kebutuhan bahan makanan dengan cara mengalikan standar
porsi dengan jumlah konsumen/pasien kali kurun waktu pemesanan.
Pembelian Bahan Makanan
Pembelian bahan makanan merupakan serangkaian kegiatan penyediaan
macam, jumlah, spesifikasi bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen sesuai ketentuan/kebijakan yang berlaku.
Sistem pembelian yang dilakukan di Unit Gizi catering RSPPbm antara lain:
a. Pembelian langsung kepasar
d. Penerimaan Bahan Makanan
Suatu kegiatan yang meliputi memeriksa, meneliti, mencatat, memutuskan dan
melaporkan tentang macam dan jumlah bahan makanan sesuai dengan pesanan
dan spesifikasi yang telah ditetapkan, serta waktu penerimaannya.
Tujuannya adalah diterimanya bahan makanan sesuai dengan daftar pesanan,
waktu pesanan dan spesifikasi yang ditetapkan.
Langkah penerimaan bahan makanan basah di Unit Gizi RSPPbm
1. Gunakan APD (penutup rambut, masker, safety shoes dan sarung tangan
plastik) oleh petugas gudang.
2. Lakukan 6 langkah cuci tangan oleh petugas gudang.
3. Terimalah bahan makanan basah berdasarkan Blanket Order (BO) yang
berisi daftar bahan makanan basah yang dipesan untuk dua hari.
4. Periksalah kuantitas bahan makanan basah yang diterima sesuai pesanan
oleh petugas gudang.
5. Periksalah kualitas bahan makanan basah yang diterima oleh petugas
gudang.
 Daging sapi kondisi whole/ utuh, sesuai jenis bagian daging yang
dipesan (misal top side), frozen dengan suhu - 10°C.
 Ayam kondisi whole/ utuh tanpa kepala, kaki, berat 1, 2 kg/ ekor,
frozen dengan suhu -10°C.
 Ikan dalam bentuk utuh, bersih, frozen dengan suhu -10°C
 Sayuran dalam kondisi segar, bersih, tidak ada akar.
 Buah-buahan dalam kondisi segar, matang, bersih dan tidak busuk.
 Tahu kondisi tidak berlendir, tidak asam, utuh.
 Tempe kondisi segar dan ”matang”.
 Jenis ikan seperti ikan gurami,ikan nila,ikan patin,ikan gabus, cumi dan
udang, diterima dalam kondisi segar.
6. Catatlah kondisi bahan makanan basah dan kuantitasnya dalam formulir
pengecekan penerimaan bahan makanan basah oleh petugas gudang.
7. Lakukanlah pencucian bahan makanan basah oleh petugas gudang.
8. Berilah label tanggal kedatangan barang, pada setiap bahan makanan yang
diterima oleh petugas gudang.
9. Susunlah bahan makanan basah yang bersih ke ruang penyimpanan bahan
makanan basah sesuai jenisnya oleh petugas gudang.
10. Lepaskan APD (sarung tangan plastik).

22
11. Buanglah sarung tangan plastik ke tempat sampah domestik oleh petugas
gudang.
12. Lakukan 6 langkah cuci tangan oleh petugas gudang.
13. Tandatanganilah bukti penerimaan oleh petugas gudang.
14. Masukkan data barang yang telah diterima, ke dalam kartu stock oleh
petugas gudang.
Langkah-langkah penerimaan bahan makanan basah:
1. Gunakan APD (penutup rambut, masker, safety shoes dan sarung tangan
plastik) oleh petugas gudang.
2. Lakukan 6 langkah cuci tangan oleh petugas gudang.
3. Terimalah bahan makanan kering berdasarkan Blanket Order (BO), yang
berisi daftar bahan makanan kering yang dipesan untuk satu minggu oleh
petugas gudang.
4. Periksalah kuantitas bahan makanan kering yang diterima oleh petugas
gudang.
5. Catatlah pada formulir pengecekan penerimaan bahan makanan oleh
petugas gudang.
6. Periksalah kualitas dan kondisi bahan makanan kering yang diterima oleh
Petugas gudang dan Ahli Gizi.
7. Catatlah kondisi bahan makanan kering dalam form pengecekan
penerimaan bahan makanan oleh petugas gudang.
8. Periksalah kadaluarsa bahan makanan kering oleh Petugas gudang dan Ahli
Gizi, bila masih dalam waktu yang sesuai, petugas gudang mencatat tanggal
kadaluarsa dalam form pengecekan bahan makanan kering. Jika sudah
tidak sesuai, bahan makanan kering tidak diterima/ ditolak. Batas expired
date bahan makanan kering adalah 1 bulan sebelum waktu expired date
yang tertera dalam setiap bahan makanan kering.
9. Berilah label tanggal kedatangan barang, pada setiap kemasan bahan
makanan kering yang diterima oleh petugas gudang.
10. Tandatanganilah bukti penerimaan bahan makanan oleh petugas gudang
11. Susunlah bahan makanan kering di ruang penyimpanan bahan makanan
kering sesuai jenisnya oleh petugas gudang.
12. Lepaskan APD (sarung tangan plastik) oleh petugas gudang.
13. Buanglah sarung tangan plastik ke tempat sampah domestik oleh petugas
gudang.
14. Lakukan 6 langkah cuci tangan oleh petugas gudang.
15. Masukkan data barang yang telah diterima, ke dalam kartu stock oleh
petugas gudang.
(Lihat SPO penerimaaan bahan makanan basah dan kering)

e. Penyimpanan dan Penyaluran Bahan Makanan


a. Penyimpanan Bahan Makanan
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,
memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan
segar digudang bahan makanan kering dan dingin/beku.

Langkah penyimpanan bahan makanan basah di Unit Gizi RSPPbm


1. Gunakan APD (penutup rambut, masker dan sarung tangan plastik)
oleh petugas gudang.
2. Gunakan baju tebal jika menyimpan bahan makanan ke dalam freezer.
3. Lakukan 6 langkan cuci tangan oleh petugas gudang.
4. Berilah label pada bahan makanan/ kemasan sesuai tanggal
penerimaan.

23
5. Bungkuslah bahan makanan dengan menggunakan plastik oleh
petugas gudang.
6. Masukkan bahan makanan ke dalam freezer/ chiller oleh petugas
gudang.
7. Pastikan Suhu ruangan harus sesuai bahan makanan, agar tidak
mudah rusak.
 Untuk Daging, Ikan, Ayam, Udang dan hasil olahnya suhu freezer -
10°C -- -5°C. Lama waktu penyimpanan < 1 minggu.
 Untuk Telur dan hasil olahnya -5°C -- 0°C, Lama waktu
penyimpanan <1 minggu.
 Untuk Sayur dan Buah suhu Chiller 10°C. Lama waktu
penyimpanan < 1 minggu. Beberapa jenis buah tidak memerlukan
pendingin karena sifat buah tersebut.
8. Lakukan pengecekan terhadap suhu ruang pendingin dilakukan 2 X
sehari, dan pembersihan ruangan pendingin dilakukan setiap hari oleh
petugas gudang.
9. Gunakan bahan makanan basah dengan system FIFO (First In First
Out) dan FEFO (First Expired First Out). Untuk mengetahui bahan
makanan basah yang diterima, dilihat darilabel pada kemasan. Dan
dilihat pada urutan susunan bahan makanan pada rak.
10. Lakukan pembukuan dan pengisian kartu stock segera tanpa ditunda
pada bahan makanan yang disimpan dan dikeluarkan. Buku dan kartu
stock diletakkan pada tempatnya, diperiksa dan diteliti oleh Pws Gizi
secara kontinyu.
11. Lepaskan APD (sarung tangan plastik).
12. Buanglah sarung tangan plastik ke tempat sampah domestik oleh
petugas gudang.
13. Lakukan 6 langkah cuci tangan oleh petugas gudang.
Langkah-langkah penyimpanan bahan makanan kering:
1. Tempatkan bahan makanan kering secara teratur berdasarkan macam
dan golongan oleh petugas gudang.
2. Tempatkan bahan makanan kering dengan system FIFO (First In First
Out) dan FEFO (First Expired First Out) oleh petugas gudang. Untuk
mengetahui bahan makanan kering yang diterima, lihat pada label
kemasan dan lihat pada urutan/ susunan bahan makanan pada rak.
3. Tulislah pada kartu stock segera tanpa ditunda untuk bahan makanan
kering yang disimpan dan dikeluarkan oleh petugas gudang.
4. Letakkan buku dan kartu stock pada tempatnya oleh petugas gudang.
5. Tempatkan bahan makanan kering dalam tempat tertutup, terbungkus
rapat dan tidak berlobang oleh petugas gudang.
6. Pastikan rak penyimpanan harus kuat dan tidak menempel di dinding.
7. Pastikan suhu ruangan harus kering, berkisar 19 – 21° C.
8. Bukalah ruang penyimpanan bahan makanan kering pada waktu yang
ditentukan oleh petugas gudang.
9. Bersihkan ruangan dan perbaikilah susunan barang setiap hari oleh
petugas gudang.
10. Lakukan 6 langkah cuci tangan setelah selesai oleh petugas gudang.
(Lihat SPO penyimpanan bahan makanan)

b. Penyaluran Bahan Makanan


Penyaluran bahan makanan adalah tata cara mendistribusikan bahan
makanan berdasarkan permintan dari unit kerja pengolahan makanan.
Tujuannya adalah tersedianya bahan makanan siap pakai dengan jumlah

24
dan kualitas yang tepat sesuai dengan pesanan dan waktu yang diperlukan.
Langkah-langkah penyaluran bahan makanan di Unit Gizi RSPPbm:
1. Gunakan APD (seragam, penutup rambut, masker dan safety shoes)
oleh petugas gudang.
2. Isilah dan tandatangani Bon Pengeluaran Barang sesuai barang/
bahan makanan basah/kering yang diminta oleh Pemasak.
3. Serahkan Bon Pengeluaran Barang kepada petugas gudang.
4. Lakukan 6 langkah cuci tangan oleh petugas gudang.
5. Keluarkan bahan makanan basah/kering sesuai permintaan pada Bon
Pengeluaran Barang oleh petugas gudang.
6. Berikan bahan makanan basah/kering oleh petugas gudang kepada
Pemasak.
7. Terimalah bahan makanan basah/kering dengan mengecek kesesuaian
permintaan dan jumlahnya oleh Pemasak .
8. Tandatanganilah Bon Pengeluaran Barang bahwa bahan makanan
basah/kering sudah diterima oleh Pemasak .
9. Serahkan Bon Pengeluaran Barang yang sudah ditandatangani oleh
Pemasak kepada petugas gudang.
10. Tulislah pada kartu stock sesuai jenis bahan makanan basah/kering
yang dikeluarkan oleh petugas gudang.
11. Simpanlah Bon Pengeluaran Barang dalam satu file oleh petugas
gudang.
12. Lakukan 6 langkah cuci tangan setelah selesai oleh petugas gudang.
(Lihat SPO pengeluaran bahan makanan)

25
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)


Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, yang
meliputi :
1. Ketepatan identifikasi pasien
Identifikasi pasien di ruang rawat inap mengacu pada standar yang berlaku di
RSPPbm yaitu menggunakan no kamar pasien dan nomor tempat tidur.
Penggunaan identifikasi dengan menggunakan nomor tempat tidur sudah tidak
digunakan lagi.
Untuk pasien yang sadar, petugas harus memastikan identitas pasien dengan
meminta pasien menyebutkan nama dan tanggal lahirnya sebelum melakukan
tindakan.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
Tujuan dari komunikasi efektif adalah mengurangi kesalahan dan meningkatkan
keselamatan pasien. Setiap instruksi diet dari dokter harus tertulis, bila instruksi
diberikan secara perlisan/pertelpon, maka penerima instruksi harus mencatat
instruksi tersebut dalam rekam medis. Instruksi Diet dari dokter dicatat dalam
formulir permintaan makan ke unit gizi dengan tulisan yang jelas dan tidak
menggunakan singkatan.
3. Pengurangan resik infeksi terkait pelayanan kesehatan
Dalam pencegahan infeksi di ruang intensif bekerjasama dengan ICN (Infection
Control Nurse) melalui program cuci tangan, penggunakan alat pelindung diri,
pengelolaan sampah yang benar, pembersihan alat makan dan alat masak,
pembersihan ruangan dan pemantauan mikrobiologi sampel makanan,alat
makan dan ruang kerja

B. TUJUAN KESELAMATAN PASIEN


1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

C. METODE KESELAMATAN PASIEN


1. Menghormati hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D. KEAMANAN MAKANAN, HYGIENE DAN SANITASI


1. Keamanan Makanan
Makanan merupakan salah satu komponen penting dalam rantai penyembuhan
pasien di RS. Makanan yang diberikan tidak hanya harus memenuhi unsur gizi
tetapi juga unsur keamanannya, dalam arti harus bebas dari komponen-
komponen yang menyebabkan penyakit. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan.

26
Penerapan kaidah keamanan pangan dilakukan dari mulai pemilihan bahan
makanan sampai penyajian makanan ke konsumen.
a. Pemilihan Bahan Makanan
Dalam pemilihan bahan makanan di Unit Gizi penyelenggara makanan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Pilih makanan dalam keadaan tertutup
 Pilih makanan dalam kondisi baik atau sebelum tanggal kadaluarsa
 Mengamati apakah makanan tersebut berwarna terlalu mencolok dari
warna aslinya
 Memperhatikan kesegaran bahan makanan
 Mengamati komposisi bahan makanan, adakah kandungan bahan
makanan tambahan yang berbahaya
 Untuk makanan impor, pastikan produk tersebut telah memiliki izin edar.
c. Penyimpanan Bahan Makanan
Lihat SPO Penyimpanan bahan makanan basah dan Bahan makanan Kering.
d. Pengolahan Makanan
 Unit Gizi RSPPbm bekerja sama dengan unit sanitasi lingkungan RSPPbm
dalam mencegah dan menanggulangi masuknya lalat, kecoa, tikus dan
hewan lainnya di unit pengolahan makanan.
 Melakukan pemilahan bahan untuk membuang bagian bahan makanan
yang rusak utuk menjaga keawetan mutu serta mengurangi resiko
pencemran makanan.
 Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan sesuai
tahapan dan harus higienis dan semua bahan yang siap dimasak harus
dicuci dengan air mengalir.
 Peralatan memasak terbuat dari bahan food grade, talenan terbuat dari
fiber, perlengkapan pengolahan seperti kompor, tabing gas, lampu, kipas
angin berfungsi dengan baik. Peralatan yang sudah bersi tidak boleh
dipegang di bagian yang kontak langsung dengan makanan atau yang
menempel dimulut. Kebersihan alat tidak boleh mengandung E. Coli.
Keadaan peralatan harus utuh, tidak cacat dan retak. Wadah penyimpanan
harus mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna dan dapat
mengeluarkan panas dari makanan untuk mencegah kondensasi. Wadah
penyimpanan terpisah untuk setiap jenis makanan, makanan jadi serta
makanan basah atau kering.
 Suhu pengolahan minimal 90ᴼC agar kuman patogen mati.
 Mendahulukan memasak makanan yang tahan lama seperti goring-
gorengan yang kering. Makanan yang rawan seperti makanan yang
berkuah dimasak paling akhir. Menyimpan bahan makanan yang belum
waktunya dimasak kedalam lemari pendingin. Simpan makanan jadi yang
belum waktunya dihidangkan dalam keadaan panas.
 Menjamah makanan matang dengan menggunakan atat, seperti pencepit
dan sendok, petugas menggunakan sarung tangan.
 Mencicipi makanan menggunakan sendok khusus yang selalu di cuci.
e. Penyimpanan Makanan Masak (Sampel Makanan)
 Penyimpanan makanan matang ditempatka dalam wadah dan tertutup
dengan plastic wraping, dan diberi lobang-udara serta diberikan labeling.

27
Makanan matang disimpan pada suhu 5 – 10◦ C. (Lihat SPO Penyimpanan
makanan matang).
 Di Unit Gizi RSPPbm dilakukan pengambilan sampel makanan matang
untuk di lihat secara organoleptik tentang rasa, aroma, warna dan tekstur
setelah disimpan selama 3 hari dalam lemari pendingin.
 Makanan matang yang disimpan bila di lakukan pemeriksaan bakteriologis
makan:
Angka kuman E.Coli pada makanan/minuman harus 0/gr contoh
makanan/minuman
 Penyimpanan menggunakan prinsip FIFO. (Lihat SPO Penyimpanan
Sampel Makanan)
f. Pengangkutan Makanan
Pengangkutan makanan dari Unit Gizi RSSPPbm ke pasien di Rawat Inap
mengunakan trolly.
g. Penyajian Makanan
Penyajian makanan untuk pasien rawat inap diporsikan secara terpisah untuk
setiap setiap jenis makanan jadi. Prinsip penyajian makanan harus dalam
keadaan panas.

2. Hygiene dan Sanitasi Makanan


Hygiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitik beratkan kegiatannya
pada usaha kesehatan individu. Sedangkan sanitasi adalah usaha kesehatan
lingkungan lebih banyak memperhatikan masalah kebersihan untuk mencapai
kesehatan.
Tujuan kegiatan penyehatan makanan dan minuman di rumah sakit adalah:
1. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan
konsumen
2. Menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan
melalui makanan
3. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan
makanan.
Langkah penting dalam mewujudkan hygiene dan sanitasi makanan
a. Mencapai dan mempertahankan hasil produksi yang sesuai dengan suhu
hidangan (panas atau dingin).
b. Penyajian dan penanganan yang layak terhadap makanan yang dipersiapkan
lebih awal.
c. Memasak tepat waktu dan suhu
d. Dilakukan oleh pegawai/penjamah makanan yang sehat mulai dari
penerimaan hingga distribusi.
e. Memantau secara teratur bahan makanan mentah dan bumbu-bumbu
sebelum di masak.
f. Memanaskan kembali suhu makanan menurut suhu yang tepat (74◦C)
g. Menghindari kontaminasi silang antara bahan makanan mentah, makanan
masak melalui orang (tangan), alat makan dan alat dapur.
h. Membersihkan semua permukaan alat/tempat setelah digunakan untuk
makanan.

Higiene Tenaga Penjamah Makanan


 Tenaga penjamah dilakukan pemeriksaan secara berkala melalui medical
chek up 1 kali dalam setahun untuk pemeriksan kondisi kesehatan apakah
tenaga penjamah makanan layak bekerja di unit pengolahan makanan.

28
 Pembiasaan mencuci tangan sebelum menjamah atau memegang makanan,
sebelum memegang peralatan makan, setelah meracik bahan mentah seperti
daging, ikan, sayuran dll, setelah melakukan pekerjaan lain dan tindakan
aseptic.
Langkah-langkah penerapan Higiene dan penggunaan alat pelindung diri:
1. Lakukan 6 langkah cuci tangan saat datang bekerja, mulai bekerja dan
selesai bekerja oleh seluruh pekerja di lingkungan Unit Gizi .
2. Gantilah baju seragam di loker yang sudah disediakan oleh seluruh pekerja di
lingkungan Unit Gizi .
3. Gunakan seragam dan alat pelindung diri sesuai bagiannya oleh seluruh
pekerja di lingkungan Unit Gizi .

Bagian Seragam APD


ORDER TAKER Seragam yang ditentukan Tutup kepala
Apron Masker
Kartu tanda pengenal Sarung tangan
Sepatu safety
PETUGAS DISTRIBUSI Seragam yang ditentukan Tutup kepala
Apron/ jas lab Masker
Kartu tanda pengenal Sepatu safety
Sarung tangan plastic
COOK Seragam yang ditentukan Masker
Kartu tanda pengenal Sepatu safety
Apron Sarung tangan plastik
Tutup Kepala
PRAMUSAJI Seragam yang ditentukan Masker dan
Kartu tanda pengenal Sarung tangan plastik (bila
Topi yang ditentukan di area Catering)
Sepatu yang ditentukan
STORE MAN Seragam yang ditentukan Masker
Kartu tanda pengenal Sepatu safety
Tutup Kepala
Mantel (di area freezer &
Chiller)

4. Lepaskan baju seragam dan APD di loker yang sudah disediakan oleh
seluruh pekerja di lingkungan Unit Gizi.
(Lihat SPO Higiene dan Alat pelindung Diri).

Higiene peralatan pengolahan Makanan


 Peralatan memasak menggunakan peralatan yang terbuat dari stainless steel
agar mudah dibersihkan.
 Bersihkan permukaan meja tempat pengolahan makanan menggunakan
sabun yang mengandung klorin dan air bersih dengan benar.
 Membersihkan semua peralatan dengan menggunakan sabun dan air panas.
 Melakukan tehnik pencucian alat masak dan alat makan dengan benar.
(Lihat SPO Pencucian alat makan dan minum pasien, alat masak,
perendaman peralatan makan dan minum menggunakan bahan kimia,
penanganan alat makan dan minum yang terkontaminasi di Unit Gizi)

Sanitasi Air dan Lingkungan


 Sumber air bersih untuk pengolahan makanan berasal dari PDAM. Dilakukan
uji kualitas air bersih setiap 6 bulan. Pipa saluran air bersih menggunakan
bahan yang aman dan tertutup rapat (tidak ada yang bocor)
 Membersihkan lantai dan dinding secara teratur setiap hari dengan

29
menggunakan deterjen yang mengandung klorin.
 Pembersihan saluran pembuangan air limbah dilakukan setiap hari.
 Dilakukan general cleaning untuk area produksi makanan 1 kali dalam
seminggu.
 Pengendalian tikus, kecoa, lalat, serangga dan hewan lain bekerja sama
dengan layanan sanitasi lingkungan RSPPbm.
 Tempat sampah selalu tertutup dan membuang sampah secara teratur (lihat
SPO pembuangan sampah)
 Disediakan fasilitas cuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun
serta fasilitas cuci tangan dengan berbasis alkohol.

30
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja adalah upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam rangka
menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupaun
kelalaian/kesengajaan.

B. TUJUAN
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
d. Memberi kesempatanatau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian yang lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaaan
f. Memberi perlindungan kepada pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarnya luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca, sinar atau
radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulanya penyakit akibat kerja, baik fisisk, psikis,
keracunan, infeksi dan penularan.
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerja.
l. Mengamankan dan memeperlancar pengenkutan orang, binatang, tanaman atau
barang.
m. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
n. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
o. Mencegah terkena aliran listrik
p. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Upaya-upaya tersebut yang tertuang dapat UU keselamatan kerja tahun 1970
juga berlaku bagi karyawan yang bekerja pada penyelenggaraan makanan atau
pelayanan gizi di rumah sakit.

C. PRINSIP KESELAMATAN KERJA PEGAWAI DALAM PROSES


PENYELENGGARAAN MAKANAN
a. Pengendalian teknis mencakup:
 Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenhi syarat
yang telah ditentukan.
 Ruangan dapur cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan dapur dibuat
dari bahan atau konstruksi yang memenui syarat.
 Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis.
 Penerangan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukanoleh Pws. Gizi dan terciptanya
kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai.
c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari
pegawai.
d. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah
ditetapkan,

31
e. Perawatan alat dilakukan secara berkala agar peralatan tetap dalam kondisi layak
pakai.
f. Pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai dilakukan secara berkala
g. Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang
cukup.
h. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.

D. PROSEDUR KESELAMATAN KERJA


a. Ruang Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan
Keamanan kerja diruang ini terlaksana bila:
 Menggunakan alat pembuka/bungkus bahan makanan menurut cara yang tepat
dan jangan melakukan dan meletakkan posisi tangan pada tempat kearah
bagian alat yang tajam (berbahaya).
 Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah dengan
alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut.
 Menggunakan tutup kotak/tutup panci yang sesuai dan hindari tumpahan bahan.
 Tidak merokok diruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan.
 Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan.
 Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
 Tidak mengangkat barang dalam jumlah besar yang dapat memebahayakan
badan dan kualitas barang
 Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin diruang penerimaan dan
penyimpanan.

b. Diruang persiapan dan pengolahan makanan


 Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik.
 Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan/mengolah bahan makanan.
 Menggunakan brbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk
pemakaiannya.
 Mematikan mesin setelah digunakan dan bersihkan mesin sesuai dengan
petunjuk.
 Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan
dibersihkan.
 Berhati-hati bila membuka dan menutup, menyalakanatau mematikan mesin,
lampu, gas/listrik dll.
 Meneliti dulu peralatan sebelum digunakan.
 Pada saat selesai menggunakannya, teliti kembali apakah semua alat sudah
dimatikan mesinnya.
 Mengisi panic-panci menurut ikuran semestinya dan jangan melebihi porsi
yang ditetapkan.
 Tidak meletakkkan muatan kedalam kereta makan yang melebihi
kapasitasnya.
 Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi.
 Bila ada alat pemanas perhatikan cara penggunaan dan pengisiannya.
 Bila membawa air panas, tutup dengan rapat dan jangan mengisi terlalu
penuh.
 Bila membawa makanan pada baki jangan sampai tertumpah atau makanan
tersebut tercampur.
 Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng.

c. Diruang Disribusi Makanan di Unit Pelayanan Gizi


 Tidak mengisi panic/piring terlalu penuh

32
 Tidak mengisi kereta makan melebihi kapasitas
 Meletakkan alat dengan teratur dan rapi
 Bila ada alat pemanas perhatiakan waktu menggunakannya
 Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi tempat
tersebut sampai penuh.

d. Alat Pelindung Kerja


1. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin
dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja.
2. Menggunakan sepatu yang tidak licin bila dilingkungan dapur.
3. Menggunakan cempal pada tempatnya
4. Tersedianya alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup, sabun dan alat pengering.
5. Tersedianya alat pemadm kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang
mudah dijangkau.
6. Tersedianya alat/obat P3K yang sederhana.

33
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar
pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, peraturan dan hasil
yang telah ditetepkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan.
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan pembetulan atau
perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang ditetapkan.
Evaluasi/penilaian merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen. Wvaluasi
ini bertujuan untuk menilai peleksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan
kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.
Pada dasarnya terdapat 4 langkah yang dapat dilakukan dala pengawasan dan
pengendalian mutu pelayanan, yaitu:
a. Penyusunan standar, baik standar biaya, standar performance mutu, standar
kualitas keamanan produk.
b. Penilaian kesesuaian, yaitu membendingkan dari produk yang dihasilkan atau
pelayanan yang ditawarkan terhadap standar tersebut.
c. Melakukan koreksi bila diperlukan, yaitu dengan mengoreksi penyebeb dan factor-
faktor yang memepengaruhi kepuasan
d. Perencanaan peningkatan mutu, taitu membangau upaya-upaya yang
berkelanjutan untuk memeperbaiki standart yang ada.

B. Tujuan
Pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan gizi dirumah sakit, pada dasarnya
ditujukan untuk menjamin ketepatan dan keamanan produk yang dihasilkan, yaitu
berupa makanan dan pelayanannya serta asuhan gizi. Fungsi dari kegiatan
pengawasan dan pengendalian mutu dalam pelayanan gizi dirumah sakit adalah:1)
mengawasai setiap tahapan proses, 2). Menjamin keamanan produksi yang
dihasilkan serta 3). Menghasilkan produk dengan mutu yang ditentukan.

C. Pengawasan dan Pengendalian Dalam Penyelenggaraan Makanan


Penyelenggaraan makanan di RSPPbm menggunakan tenaga outsourshing.
a. Mekanisme pengawasan dalam proses, meliputi:
a. Pengawasan dalam perencanaan menu.
Menu disusun oleh Pws Gizi bekerjasama dengan juru masak. (Lihat SPO
perencanaan menu)
b. Pengawasan dalam pembelian bahan makanan.
Pembelian bahan makanan dilakukan oleh RSP Pbm dengan melihat
spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan oleh Unit Gizi RSP Pbm.
c. Pengawasan dalan penerimaan bahan makanan.
Penerimaan bahan makanan dilakukan oleh petugas gudang dengan melihat
spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan oleh Pws. Gizi RSP Pbm.
d. Pengawasan dalam penyimpanan dan distribusi bahan makanan.
Pengawasan penyimpanan dan distribusi makanan dilakukan oleh Pws. Gizi
melalui monitoring suhu ruang penyimpanan bahan makanan basah dan
kering, monitoring suhu makanan jadi, monitoring system FIFO dan FEFO,
monitoring jumlah/stok bahan makanan.
e. Pengawasan dalam persiapan dan pengolahan bahan makanan
Pengawasan dalam potongan bahan makanan sesuai menu masakan,
pengawasan cita rasa dan penampilan makanan jadi.
f. Pengawasan dalam distribusi dan pelayanan makanan.

34
Pengawasan dalam ketepatan waktu pendistribusian makanan jadi di Unit gizi
dan waktu pendistribusian diruang rawat inap. Pengawasan terhadap sisa
makanan pasien rawat inap yang dilakukan setiap 1 bulan.
b. Pengawasan Standar Porsi
a. Untuk bahan makanan padat pengawasan porsi dilakukan dengan
penimbangan.
b. Untuk bahan makanan yang cair atau setengah cair seperti susu dan lainnya
yang sudah distandarisasi atau ditimbang, pengukuran cair dukur dnegan
gelas ukur.
c. Untuk pemotongan bentuk makanan yang sesuai untuk jenis hidangan dapat
dipakai alat-alat pemotong atau dipotong menurut petunjuk
d. Untuk memudahkan persiapan sayuran dapat diukur dengan container/panic
yang standard dan bentuk sama.
e. Untuk mendapatkan porsi yang tetap harus digunakan standar porsi dan
standar resep.
c. Pengendalian Biaya Makan
Pengawasan terhadap standar porsi makanan, biaya bahan makanan, biaya
tenaga dan biaya over head antara lain biara air, listrik, bahan bakar, ATK/RTK,
pengadaan peralatan memasak, pengadaan plastik sampah, linen, pengadaan
bahan kimi, telepon, penyusutan alat makan.
d. Pengendalian Biaya Tenaga
Tujuan pengendalian biaya tenaga untuk memaksimalkan tenaga kerja secara
berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan standar kualitas dan pelayanan
yang dilakukan.

Pencatatan & Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan data dan
pengolahan data kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dalam jangka waktu tertentu,
untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan gizi rumah sakit maupun
untuk pengambilan keputusan.
1. Pencatatan dan Pelaporan Asuhan Gizi Rawat Inap
a. Buku pasien tentang diet dan perkembangan diet
b. Buku catatan serah terima antar shift pramusaji
c. Pencatatan asuhan gizi pada rekam medik
d. Pencatatan asesment gizi
e. Pencatatan konseling gizi
f. Pencatatan kesalahan/keluhan pelayanan makanan
g. Pencatatan ketepatan pemberian makan pada pasien rawat inap berdasarkan
intsruksi diet dari dokter
h. Pencatatan ketepatan waktu pemberian makanan pasien rawat inap
i. Pencatatan hasil survai jumlah porsi makanan yang bersisa
j. Laporan bulanan dan tahunan kegiatan asuhan gizi

2. Pencatatan dan Pelaporan Asuhan Gizi Rawat Jalan


a. Pencatatan registrasi pasien baru
b. Pencatatan asessment gizi
c. Pencatatan asuhan gizi pada rekam medis
d. Pencatatan kegiatan penyuluhan gizi
e. Pencatatan kunjungan ulang pasien
f. Laporan harian, bulanan dan tahunan

3. Pencatatan dan Pelaporan Penyelenggaraan Makanan

35
a. Pencatatan permintaan makanan pasien dari ruang rawat inap
b. Pencatatan permintaan makanan Medical Chek Up dan Instalasi Gawat
Darurat
c. Pencatatan Permintaan makanan/minuman/snack untuk pekerja.
d. Pencatatan permintaan makanan/minuman/snack untuk rapat
e. Pencatatan kebutuhan bahan makanan setiap hari berdasarkan siklus menu
f. Pencatatan penerimaan bahan makanan
g. Pencatatan penyimpanan bahan makanan kering dan basah
h. Pencatatan suhu gudang bahan makanan kering, freezer sampling, freezer
ikan, freezer daging, chiller sayur, chiller buah.
i. Pencatatan sampel makanan
j. Pencatatan penyaluran bahan makanan dan makanan
k. Pencatatan kebutuhan peralatana.
l. Pencatatan inventori peralatan
m. Pencatatan biaya makanan pasien dan pekerja.
n. Pencatatan kebersihan ruangan
o. Pencatatan kesalahan dan kecelakaan kerja
p. Laporan harian, bulanan dan tahunan

36
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan Gizi di RSPPbm merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan lainnya
di rumah sakit dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat
jalan dirumah sakit.
Pedoman pelayanan gizi rumah sakit bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas dan
professional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit yang
tepat bagi pasien sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Selain itu pedoman ini juga
akan bermanfaat bagi pengelola gizi rumah sakit dalam mengimplementasikan dan
mengevaluasi kemajuan serta perkembangan pelayanan gizi yang holistic.
Pedoman ini memberikan panduan bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap
layanan Unit gizi di RSPPbm yang selanjutnya perlu dijabarkan dalam bentuk Standar
Prosedur Operasional guna kelancaran pelaksanaannya.
Apabila dikemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Pedoman Pelayanan Gizi di
RSPPbm. ini, maka akan dilakukan penyempurnaan pada penyusunan petunjuk teknis
selanjutnya.

Prabumulih, Februari 2016


RUMAH SAKIT PERTAMINA PRABUMULIH
Direktur,

dr. Fidi Hendra Anwar

37

Anda mungkin juga menyukai