Anda di halaman 1dari 20

Rumah Sakit AR-ROYYAN

Jl. Lintas Timur KM. 33 Samping RM. Sederhana Kelurahan Timbangan


Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir
Telp. 0711-581976

UNDANGAN
Nomor : / RSAR/ II/2019

Mengharapkan kehadiran para pegawai Rumah Sakit Ar-Royyan dalam acara “Kegiatan
pelaksanaan koordinasi Tim PPI dengan IPCN tentang penetapan angka infeksi dan laporan
IPCN ” yang akan dilaksanakan pada :

Hari/ Tanggal : Selasa/ 5 Maret 2019


Waktu : 10.00 Wib s/d selesai
Tempat : Aula lantai 2 Rumah Sakit Ar-Royyan
Tema : Kegiatan pelaksanaan koordinasi Tim PPI dengan IPCN tentang
penetapan angka infeksi dan laporan IPCN
Pembicara : Dr. Farida Chandradewi

Demikian atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan Terimakasih.

DIREKTUR RUMAH SAKIT AR-ROYYAN

Dr.H.A.Restu Iman, MKR,Sp.PD,KKV,Finacim


NIK. 140570.110.115
Rumah Sakit AR-ROYYAN
Jl. Lintas Timur KM. 33 Samping RM. Sederhana Kelurahan Timbangan
Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir
Telp. 0711-581976

ABSENSI RAPAT

TEMA RAPAT : Kegiatan pelaksanaan koordinasi Tim PPI dengan IPCN tentang
penetapan angka infeksi dan laporan IPCN
HARI/TANGGAL : Selasa/ 5 Maret 2019
WAKTU : 10.00 Wib s/d selesai
TEMPAT : Aula lantai 2 Rumah Sakit Ar-Royyan
PIMPINAN : Dr. Andi Nopan, MH
MATERI/TOPIK : Kegiatan pelaksanaan koordinasi Tim PPI dengan IPCN tentang
penetapan angka infeksi dan laporan IPCN
NO NAMA JABATAN PARAF
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21
NO NAMA JABATAN PARAF
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.

Mengetahui,
Direktur RS.Ar-Royyan

Dr.H.A.Restu Iman MKR, Sp.PD,KKV,Finacim


NIK. 140570.110.115

Rumah Sakit AR-ROYYAN


Jl. Lintas Timur KM. 33 Samping RM. Sederhana Kelurahan Timbangan
Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir
Telp. 0711-581976

NOTULEN RAPAT

Tema Rapat : Kegiatan pelaksanaan koordinasi Tim PPI dengan IPCN tentang
penetapan angka infeksi dan laporan IPCN
Hari/Tanggal : Selasa/ 5 Maret 2019
Waktu : 10.00 Wib s/d selesai
Tempat : Aula lantai 2 Rumah Sakit Ar-Royyan
Pimpinan : Dr. Andi Nopan, MH
Materi/Topik : Kegiatan pelaksanaan koordinasi Tim PPI dengan IPCN tentang
penetapan angka infeksi dan laporan IPCN

Hasil Rapat :
1.
2.
3. dst

Pimpinan Rapat Notulen

(Nama Lengkap Pimpinan Rapat) (Nama Lengkap Notulen)

Lampiran Foto Rapat


LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN KOORDINASI TIM
PPI DENGAN IPCN TENTANG PENETAPAN ANGKA
INFEKSI DAN LAPORAN IPCN
RUMAH SAKIT AR-ROYYAN
Disusun Oleh:
Pokja PPI

RUMAH SAKIT AR-ROYYAN


KABUPATEN OGAN ILIR
TAHUN 2018

Rumah Sakit AR-ROYYAN


Jl. Lintas Timur KM. 33 Samping RM. Sederhana Kelurahan Timbangan
Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir
Telp. 0711-581976

LAPORAN KEGIATAN

A. TEMA KEGIATAN
“Kegiatan pelaksanaan koordinasi Tim PPI dengan IPCN tentang penetapan angka
infeksi dan laporan IPCN Rumah Sakit Ar-Royyan”

B. WAKTU PELAKSANAAN
5 Maret 2019

C. TEMPAT
Aula lantai 2 Rumah Sakit Ar-Royyan

D. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Menyiapkan agar Rumah Sakit Ar-Royyan kabupaten Ogan Ilir dengan sumber
daya terbatas dapat menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi, sehingga dapat
melindungi tenaga kesehatan dan masyarakat dari penularan penyakit menular
(Emerging Infectious Diseases) yang mungkin timbul.
2. Tujuan Khusus:
Membuat standar pelaksanaan Pencegahan dan pengendalian infeksi bagi petugas
kesehatan di Rumah Sakit Ar-Royyan Kabupaten Ogan Ilir meliputi :
a. Konsep dasar penyakit infeksi
b. Fakta – fakta penting beberapa penyakit menular
c. Kewaspadaan isolasi
d. Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di RS Ar-Royyan
e. Kesiapan menghadapi pandemi penyakit menular
f. Surveilans Pencegahan dan Pengendalian infeksi

E. MATERI SEMINAR
Secara umum, materi rapat adalah mengenai Kegiatan pelaksanaan koordinasi Tim PPI
dengan IPCN tentang penetapan angka infeksi dan laporan IPCN Rumah Sakit Ar-Royyan
yang disampaikan oleh Dr. Farida Chandradewi.
Materi pelatihan secara rinci adalah sebagai berikut :
1. Infeksi rumah sakit merupakan masalah serius bagi semua serius bagi semua rumah
sakit, dampak yang muncul sangat membebani rumah sakit maupun pasien. Adapun
faktor yang mempengaruhinya antara lain, Banyaknya pasien yang dirawat sebagai
sumber infeksi bagi lingkungan pasien lainnya maupun petugas kontak langsung antara
pasien dengan pasien lainnya maupun petugas kontak langsung antara pasien dengan
pasien lainnya, kontak langsung antara petugas dengan pasien yang tercemar,
penggunaan peralatan medis yang tercemar kuman, kondisi pasien yang lemah.
2. Kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit harus dilaksanakan
secara menyeluruh dengan baik dan benar disemua sarana kesehatan rumah sakit,
dengan prosedur yang baku untuk setiap tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
DIREKTUR
tersebut, untuk itu perlu
Dr. H.A. Restuadanya
Iman, suatu
MKR,pedoman yang Finasim
Sp.PD, KKV, digunakan di Rumah Sakit Ar-
Royyan Kabupaten Ogan Ilir.
3. Struktur Organisasi PPI
Berdasarkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ar-Royyan nomor
111...../PPI/KPTS/RSAR/XI/2018
KETUA TIM PPI

SEKRETARIS TIM PPI

IPCN ANGGOTA TIM PPI


Gambar 1. Struktur Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Susunan Tim Pencegahan dan Pengendalian infeksi pada Rumah Sakit Ar-
Royyan Kabupaten Ogan Ilir.
Direktur : Dr. H.A. Restu Iman,MKR, Sp.PD,KKV, Finasim
Ketua Tim PPI : Dr. Farida Chandradewi
Sekretaris Tim PPI : Sepri Julianti, Am.Keb
Perawat IPCN : Sari, S.Kep, Ners (IPCN)
Anggota : 1. Marianes Sari, Am.Keb (IPCLN)
2. Larasati, AMAK
3. Rahasan
4. Apriana Nuroika, S.Kep, Ners (IPCLN)
5. Eliyanti, Am. Kep (IPCLN)
6. Hasanah, S.Kep, Ners (IPCLN)
7. Riawati, Am.Kep (IPCLN)
8. Andriansyah, S.Kep (IPCLN)
9. Bambang Sudoyo, AMAK (IPCLN)
10. Yosina Marsal Wamese, Am. Rad (IPCLN)
11. Febri Yuria Ningsih, S.Farm, Apt (IPCLN)

4. Tugas dan Tanggung Jawab


a. Direktur
1) Membentuk Komite dan Tim PPIRS dengan surat keputusan.
2) Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upaya pencegahan dan Pengendalian HAIs.
3) Bertanggungjawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana
termasuk anggaran yang dibutuhkan.
4) Menentukan kebijakan pencegahan dan pengendalian HAIs.
5) Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian HAIs
berdasarkan saran dari tim PPIRS.
6) Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotik yang rasional dan
disinfektan di rumah sakit berdasarkan saran dari Tim PPIRS.
7) Dapat menutup suatu unit perawatan atau instalasi yang dianggap
berdasarkan saran dari Tim PPIRS.
8) Mengesahkan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk PPIRS.
b. Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (TPPI)
Bertanggung jawab kepada Direktur. Tugas dan tanggung jawab:
1) Membuat dan mengevaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian Infeksi.
2) Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS, agar kebijakan dapat dipahami
dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan Rumah Sakit.
3) Membuat prosedur tetap Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang bersifat
umum untuk semua unit kerja.
4) Menyusun dan mengevaluasi program pemantauan kejadian infeksi di rumah
sakit, baik dirawat inap maupun rawat jalan.
5) Memberikan usulan kepada Direktur untuk mengembangkan dan
meningkatkan cara pencegahan dan pengendalian infeksi.
6) Secara periodik memberikan usulan kepada Direktur tentang standar
penggunaan antibiotik berdasarkan hasil pemantauan kejadian infeksi di
rumah sakit.
7) Melakukan investigasi terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) infeksi di rumah
sakit
8) Mengusulkan kepada Direktur penetapan karantina, penutupan atau isolasi
suatu ruangan/ unit kerja sebagai hasil investigasi KLB infeksi.
9) Membantu dan membimbing unit-unit kerja untuk membuat prosedur tetap
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang sesuai dengan kondisi dan sifat
pekerjaan tiap unit kerja.
10) Melaksanakan pemantauan rutin kejadian Infeksi di rumah sakit dan
melaporkan secara berkala.
11) Melakukan identifikasi masalah infeksi di unit kerja serta mengusulkan
pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi.
c. IPCN (Infection Prevention and Control Nurse)
Tugas dan tanggung jawab:
1) Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang
terjadi di lingkungan kerjanya.
2) Memonitor pelaksanaan PPI, Penerapan SPO, kewaspadaan isolasi.
3) Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada Tim PPI
4) Bersama Tim PPI melakukan pelatihan petugas kesehatan tentang PPI di
Rumah Sakit Ar-Royyan.
5) Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama-sama Tim PPI
memperbaiki kesalahan yang terjadi.
6) Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan infeksi
dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya.
7) Bersama tim menganjurkan prosedur isolasi dan memberi konsultasi tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi yang diperlukan pada kasus yang
terjadi di rumah sakit.
8) Audit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi termasuk terhadap Limbah
Laundry, Gizi, dan lain-lain dengan menggunakan daftar titik.
9) Memonitor kesehatan lingkungan.
10) Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiotika yang rasional.
11) Mendesain, melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi surveilans infeksi
yang terjadi di rumah sakit.
12) Membuat laporan surveilans dan melaporkan ke Tim PPI.
13) Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI.
14) Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip
PPI.
15) Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang PPIRS.
16) Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan keluarga
tentang topik infeksi yang sedang berkembang di masyarakat, infeksi dengan
insiden tinggi.
17) Sebagai koordinator antara departemen/unit dalam mendeteksi, mencegah
dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.
d. IPCLN (Infection Prevention and Control Link Nurse)
Tugas dan tanggung jawab :
1) Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di unit rawat
inap masing-masing, kemudian menyerahkannya kepada IPCN ketika pasien
pulang.
2) Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan
pencegahan dan pengendalian infeksi pada setiap personil ruangan di unit
rawat masing-masing.
3) Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya HAIs pada
pasien.
4) Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB, penyuluhan
bagi pengunjung di ruang rawat masing-masing, konsultasi prosedur yang
harus dijalankan bila belum paham.
5) Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam menjalankan
standar isolasi.
5. Jenis-Jenis Infeksi Rumah Sakit
a. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
Merupakan jenis infeksi yang terjadi akibat masuknya mikroba melalui peralatan
yang kita masukkan langsung ke system pembuluh darah. Dalam istilah CDC
disebut sebagai Blood Stream Infection (BSI)
1) Kriteria IADP
Ada beberapa kriteria untuk menentukan IADP, kriteria IADP 1 dan 2 dapat
digunakan untuk semua peringkat umur pasien termasuk usia <1th, minimal
ditemukan satu kriteria seperti :
a) Kriteria 1 IADP ; berikut :
 Ditemukan pathogen pada >1 kultur darah pasien
 Mikroba dari kultur darah itu tidak berhubungan dengan infeksi dibagian lain
dari tubuh pasien.

2) Kriteria 2 IADP :
a) Pasien menunjukkan minimal satu gejala klinis : demam (suhu >38ºC) menggigil
atau hipotensi, tanda dan gejala klinis serta hasil positif pemeriksaan
laboratoriumyang tidak berhubungan dengan infeksi dibagian lain dari tubuh
pasien.
b) Hasil kultur yang berasal dari >2 kultur darah pada lokasi pengambilan yang
berbeda didapatkan mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya difteroid
(C. corynebacterium spp), Bacillus spp. (bukan B anthracis), Propionibacterium
spp, Staphylococcus coagulase negatif termasuk epidermidis, Steptococcus
viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp. Berasal dari >2 kultur darah pada
lokasi pengambilan yang berbeda (lihat catatan 3&4).

3) Kriteria 3 IADP :
a) Pasien anak usia <1 tahun menunjukkan minimal satu gejala seperti berikut :
demam (suhu rektal >38ºC), hipotermi ( suhu rektal <37ºC), apnu atau
bradikardia, dan
b) Tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan positif laboratorium yang tidak
berhubungan dengan infeksi dibagian lain dari tubuh pasien dan
c) Hasil kultur yang berasal dari >2 kultur darah pada lokasi pengambilan yang
berbeda didapatkan mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya difteroid
(corynebacterium spp), Bacillus spp (bukan B anthracis), Propionibacterium spp,
staphylococcus coagulase negatif termasuk S epidermidis, Streptococcus
viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.berasal dari >2 kultur darah pada
lokasi pengambilan yang berbeda.

b. Definisi VAP
VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pemakaian ventalasi mekanik > 48 jam, dan sebelumnya tidak ditemukan tanda-
tanda infeksi saluran napas.

c. Infeksi Saluran Kemih


Infeksi Saluran Kemih (ISK) dalam istilah CDC disebut sebagai Urinary Tract
Infection (UTI), merupakan jenis infeksi yang terjadi pada saluran kemih murni
(Urethra dan prmukaan kandung kemih) atau melibatkan bagian yang lebih dalam
dari organ-organ pendukung saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, uretra
dan jaringan sekitar retroperitonial atau rongga perinefrik).

Infeksi Saluran kemih yang lain


(Ginjal,Ureter, Kandung Kemih, Uretra dan jaringan sekitar retroperitonial atau rongga
perinefrik) harus memenuhi sekurang-kurangnya satu kriteria terkait organ diatas sebagai
berikut :
1) Kriteria 1 ISK Lain :
Ditemukan kultur kuman yang positif dari cairan (selain urin)atau jaringan terinfeksi.
2) Kriteria 2 ISK lain :
Ditemukan kultur kuman yang positif dari cairan ( selain urine ) atau jaringan terinfeksi
yang ditemukan baik pada pemeriksaan langsung, selama pembedahan atau dengan
pemeriksaan histopatologis.
3) Kriteria 3 ISK lain :
Ditemukan paling sedikit dua dari tanda atau gejala sebagai berikut :
a) Demam ( > 38ºc )
b) Nyeri lokal
c) Nyeri tekan pada daerah yang dicurigai terinfeksi,dan sekurang-kurang terdapat
paling sedikit satu hal berikut :
d) Drainase pus dari tempat yang di curigai terinfeksi
e) Kuman yang tumbuh pada kultur darah sesuai dengan kuman dari tempat yang
diduga infeksi.
f) Terdapat bukti adanya infeksi pada pemeriksaan radiologi ( USG, CT Scan,MRI,
Radiolabel Scan ).
g) Diagnosis infeksi oleh dokter yang menangani
h) Dokter yang menangani memberikan pengobatan anti mikroba yang sesuai jenis
infeksinya.
4) Kriteria 4 ISK lain pasien berumur ≤ 1 tahun :
Pada pasien di dapatkan paling sedikit satu tanda atau gejala berikut tanpa penyebab lain
:
a) Demam > 38ºC rektal
b) Hipotermi < 37ºC rektal
c) Apnea
d) Bradikardia
e) Letargia
f) Muntah-muntah, dan sekurang-kurang terdapat sedikit satu hal berikut :
g) Drainase pus dari tempat yang di curigai terinfeksi.
h) Kuman yang tumbuh pada kultur darah sesuai dengan kuman dari tempat yang di
duga infeksi
i) Terdapat bukti adanya infeksi pada pemeriksaan radiologi (USG, CT SCAN, MRI,
Radiolebel Scan .
j) Diagnosis infeksi oleh dokter yang menangani
k) Dokter yang menangani memberikan pengobatan anti mikroba yang sesuai
d. Infeksi Daerah Operasi (IDO)
IDO dalam istilah CDC disebut sebagai Surgical Site Infection (SSI).
Ada beberapa stadium dalam operasi, sehingga penilaian ada tidaknya IDO juga
dikelompokkan berdasarkan seberapa jauh organ atau jaringan yang dioperasi,
sehingga dikenal istilah :
1. IDO superfisial : bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit
(subkutan)
2. IDO Profunda : bila insisi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fascia
dan lapisan otot)
3. IDO Organ/ Rongga tubuh : bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai
rongga dalam tubuh.
Kriteria IDO
1. Kriteria (Surgical Site Infection/SSI)
IDO Superfisial (superficial incisional/ Surgical Site infection):
Harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi
b) Mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)pada tempat insisi
c) Pasien sekurang-kurangnya mempunyai/ memenuhi salah satu keadaan dibawah
ini :
1. Drainase bahan purulen dari insisi superficial.
2. Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan
atau jaringan yang diambil secara aseptic dari tempat insisi superficial.
3. sekurang-kurangnya terdapat :
- satu tanda atau gejala infeksi sebagai berikut : satu tanda atau gejala
infeksi sebagai berikut : rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir,
kemerahan, atau hangat pada perabaan.
- Insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr.bedah dan hasil biakan
positif atau tidak dilakukan biakan. Hasil biakan yang negatif tidak
memenuhi kriteria ini.
4. Diagnosis IDO superfisial oleh dokter bedah atau dokter yang menangani
pasien tersebut.

2. Kriteria IDO ( Deep incisional Surgical Site Infection ) :


a) Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi tanpa
pemasangan implant atau dalam waktu 1 tahun bila operasi dengan pemasangan
implant dan infeksi diduga ada kaitannya dengan prosedur operasi dan
b) Mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fascia dan lapisan otot) pada tempat
insisi dan
c) pasien sekurang-kurangnya mempunyai/ memenuhi salah satu keadaan dibawah
ini :
1) Drainase purulen dari jaringan lunak dalam tetapi bukan dari organ atau
rongga dalam pada tempat operasi.
2) Tempat insisi dalam mengalami”dehiscement” secara spontan atau terpaksa
dibuka oleh dokter bedah dan hasil biakan positif atau tidak dilakukan biakan
kuman apabila pasien mempunyai sekurang-kurangnya satu tanda atau gejala
sebagai berikut : febris (>38C), atau nyeri yang terlokalisir. Hasil biakan yang
negatif tidak termasuk dalam kriteria ini.
3) Abscess atau adanya bukti lain terjadinya infeksi yang mengenai insisi dalam
yang ditemukan berdasarkan pemeriksaan langsung, selama re-operasi, atau
berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi(PA) atau radiologi.
4) Diagnosis IDO profunda oleh dokter bedah atau dokter yang menangani
pasien tersebut.
d. Infeksi Daerah Operasi (IDO)
IDO dalam istilah CDC disebut sebagai Surgical Site Infection (SSI).
Ada beberapa stadium dalam operasi, sehingga penilaian ada tidaknya IDO juga
dikelompokkan berdasarkan seberapa jauh organ atau jaringan yang dioperasi,
sehingga dikenal istilah :
1) IDO superfisial : bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)
2) IDO Profunda : bila insisi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fascia dan
lapisan otot)
3) IDO Organ/ Rongga tubuh : bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai
rongga dalam tubuh.
Kriteria IDO
a) Kriteria (Surgical Site Infection/SSI)
IDO Superfisial (superficial incisional/ Surgical Site infection):
Harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi
2) Mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)pada tempat
insisi
3) Pasien sekurang-kurangnya mempunyai/ memenuhi salah satu keadaan dibawah
ini :
 Drainase bahan purulen dari insisi superficial.
 Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil
secara aseptic dari tempat insisi superficial.
 sekurang-kurangnya terdapat :
- satu tanda atau gejala infeksi sebagai berikut : satu tanda atau gejala
infeksi sebagai berikut : rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir,
kemerahan, atau hangat pada perabaan.
- Insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr.bedah dan hasil biakan
positif atau tidak dilakukan biakan. Hasil biakan yang negatif tidak
memenuhi kriteria ini.
4) Diagnosis IDO superfisial oleh dokter bedah atau dokter yang menangani pasien
tersebut.

6. Perhitungan Insiden Rate HAIs

Surgical Site Infection (SSI)


Jumlah kasus infeksi luka operasi
-------------------------------------------------- X 100
Jumlah kasus operasi
________________________________________________________________
Ventilator Associated Pneumonia ( VAP)

Jumlah VAP
------------------------------------------- x 1000
Jumlah hari pemakaian ventilator
Blood stream Infections ( BSI )

Jumlah Bakteremia
------------------------------------------------------------- X 1000
Jumlah hari pemakaian kateter vena sentral

Urinary Tractus Infection

Jumlah UTI
-------------------------------------------------- x 1000
Jumlah hari pemakaian kateter urine

Phlebitis

Jumlah plebitis
--------------------------------------------------------------X 1000
Jumlah hari pemakaian kateter vena perifer

Dekubitus

Jumlah dekubitus
-------------------------------------------- x 1000
Jumlah lama hari tirah baring

F. TINDAK LANJUT
1. Terselenggaranya rapat Kegiatan pelaksanaan koordinasi Tim PPI dengan IPCN
tentang penetapan angka infeksi dan laporan IPCN Rumah Sakit Ar-Royyan.
2. Mengimplementasikan Kegiatan pelaksanaan koordinasi Tim PPI dengan IPCN tentang
penetapan angka infeksi dan laporan IPCN Rumah Sakit Ar-Royyan dengan baik dan
benar.

G. DAMPAK
Dampak pelatihan ini terhadap peningkatan pengetahuan staf Rumah Sakit Ar-Royyan
antara lain sebagai berikut.
1. Secara umum rapat ini berdampak pada meningkatnya pencegahan dan pengendalian
infeksi, sehingga dapat melindungi tenaga kesehatan dan masyarakat dari penularan
penyakit menular (Emerging Infectious Diseases) yang mungkin timbul.
2. Secara khusus rapat ini berdampak pada meningkatnya:
a. Konsep dasar penyakit infeksi
b. Fakta – fakta penting beberapa penyakit menular
c. Kewaspadaan isolasi
d. Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di RS Ar-Royyan
e. Kesiapan menghadapi pandemi penyakit menular
f. Surveilans Pencegahan dan Pengendalian infeksi
H. PENUTUP
Demikian pelatihan ini kami buat sebagai pertanggung jawaban kami atas tugas yang
diberikan. Mohon maaf atas segala kekurangan dan terimakasih atas semua dukungan.
Semoga bermanfaat.

Indralaya, Februari 2019

Dilaporkan kepada
Direktur Utama Rumah Sakit Ar-Royyan, Yang Diberi Tugas,

Dr. H.A.Restu Iman, MKR, Sp.PD,KKV,Finacim (Nama)


NIK. 140570.110.115
Lampiran Foto Pelatihan
Rumah Sakit AR-ROYYAN
Jl. Lintas Timur KM. 33 Samping RM. Sederhana Kelurahan Timbangan
Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir
Telp. 0711-581976

LEMBAR EVALUASI PELATIHAN

Nilai Keterangan Nama :


1 Buruk
2 Kurang Jabatan :
3 Cukup
4 Bagus
5 Memuaskan Asal :

Kuisioner ini dipergunakan untuk perbaikan berkelanjutan, mohon diisi dengan sungguh-
sungguh. Jika anda lupa atau ragu, sebaiknya dikosongkan saja.

PELAKSANAAN PELATIHAN
1 2 3 4 5
Tema Pelatihan

Ketepatan Waktu

Kelengkapan Materi

Servis / Sikap Penyelenggara

Alat Bantu
Nilai keseluruhan

PEMBICARA :
Penguasaan Masalah

Cara Penyajian

Interaksi dengan Peserta

Penggunaan alat bantu

Nilai keseluruhan

NARASUMBER :
Penguasaan Masalah

Cara Penyajian

Interaksi dengan Peserta


Penggunaan Alat Bantu

Nilai keseluruhan

KOMENTAR POSITIF

SARAN
RENCANA TINDAKAN PENERAPAN

Anda mungkin juga menyukai