Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH RENDAM KAKI AIR HANGAT MENGGUNAKAN

CAMPURAN GARAM TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR


LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAJA KECAMATAN
SEMAKA KABUPATEN TANGGAMUS

NAM : WIDDYA

NIM : 142012015046

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meningkatnya usia harapan hidup merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan suatu negara terutama dibidang kesehatan. Namun
dengan adanya peningkatan usia harapan hidup akan diikuti dengan
meningkatnya jumlah penduduk lansia (Kemenkokesra, 2012). Usia harapan
hidup dan jumlah penduduk lansia yang mengalami peningkatan
mencerminkan bahwa suatu negara mengalami perbaikan kesehatan, tetapi
kondisi ini menjadi tantangan diwaktu yang akan datang karena akan
menimbulkan bernagai masalah kesehatan (Jespersen, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO) jumlah penduduk lansia yang


berusia diatas 60 tahun akan mengalami peningkatan dua kali lipat dari 12%
akan menjadi 22% atau dari 900 juta jiwa akan menjadi 2 miliar pada tahun
2050 (WHO,2014). Hasil dari sensus penduduk pada tahun 2010 menyatakan
bahwa Indonesia masuk dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk
lansia terbanyak didunia yaitu mencapai sekitar 18,1 juta jiwa atau 7,6% dari
jumlah penduduk. Tahun 2014 jumlah penduduk lansia didunia diperkirakan
mencapai 18,781 juta jiwa. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun
2035 memperkirakan bahwa jumlah penduduk lansia akan mengalami
peningkatan hingga 1,1 milliar jiwa atau 13 % dari jumlah penduduk
(Kemenkeu RI,2015).
Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 pada bab 1 pasal 1 ayat 2
tentang kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud dengan lansia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia juga dapat diartikan
sebagai masa dimana seseorang telah mencapai kematangan ukuran dan
fungsi sel sehingga mengalami kemunduran dari waktu kewaktu (Sayekti dan
Hendarti, 2015). Sedangkan menurut Fatimah (2010) menjadi tua atau menua
adalah seseorang yang mengalami proses menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri secara perlahan dan mempertahankan
struktur serta fungsi normalnya sehingga tidak bisa untuk bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki dirinya terhadap kerusakan yang diderita. Seseorang
yang mengalami penuaan merupakan kelompok orang yang sedang
mengalami perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Oleh
sebab itu hal ini menuntut pemerintah untuk lebih memperhatikan lansia
terutama yang berkaitan dengan kesehatan lansia.

Perubahan yang terjadi pada lansia merupakan proses penuaan yang diikuti
dengan berbagai masalah kesehatan secara degeneratif yang akan
menimbulkan dampak terhadap tubuh lansia, perubahan-perubahan yang akan
terjadi yaitu perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial, dan seksual. Sehingga
akan menyebabkan berbagai macam gangguan, salah satunya adalah
gangguan tidur (Azizah, 2011). Faktor lain yang dapat menyebabkan lansia
mengalami gangguan tidur yaitu psikologis, lingkungan, penyakit, gaya hidup,
dan obat-obatan, serta terdapat juga factor resiko lain yang menyebabkan
lansia mengalami gangguan tidur yaitu pensiunan, kematian pasangan atau
teman dekat dan gaya hidup (Kozier, 2010).
Masalah gangguan tidur yang terjadi pada lansia akan menyebabkan
perubahan kualitas tidur. Lansia yang mengalami gangguan tidur biasanya
akan mudah stress dan depresi, karena ketika orang lain sudah tidur mereka
tidak mengantuk dan mata sulit untuk dipejamkan sepanjang malam, sehingga
akan membuat lansia mengalami waktu tidur yang kurang. Dampak yang akan
terjadi pada lansia yaitu mereka akan mengalami gangguan pada saaat
melakukan aktivitas esok harinya seperti sulit berkonsentrasi, kurang
bersemangat dan terjadinya gangguan emosi yang sulit dikendalikan sehingga
semakin lama akan menimbulkan penurunan kualitas hidup lansia (Wulandari,
2011). Oleh sebab itu lansia membutuhkan kualitas tidur yang efektif untuk
meningkatkan kesehatan dan sebagai pemulihan tubuh dari sakit. Hal ini
sesuai dengan yang dijelaskan dalam Undang-Undang No 36 pasal 138 tahun
2009 tentang kesehatan bahwa pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia
ditujukan untuk menjaga lansia tetap hidup sehat dan produktif secara sosial
maupun ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan.

Angka kejadian gangguan tidur pada lansia menurut hasil data dari National
Sleep Foundation (NSF) di Amerika yang berusia diatas 65 tahun yaitu sekitar
67% dari 1.508 jumlah penduduk lansia dan sekitar 7,3% lansia yang
mengeluhkan gangguan untuk memulai dan mempertahankan tidur (NSF,
2017). Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa di
Thailand angka kejadian gangguan tidur pada lansia hampir 50% lansia yang
berusia diatas 60 tahun (Putu & Gusti, 2013). Berdasarkan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) lanjut usia yang mengalami
gangguan tidur yaitu sekitar 750 jiwa pertahun. Setiap tahun lanjut usia yang
mengalami gangguan tidur yaitu sekitar 35% sampai 45% dan sekitar 25 %
lanjut usia mengalami gangguan tidur yang serius. Pada tahun 2009 lansia
yang mengalami gangguan tidur cukup tinggi yaitu mencapai 50% (Depkes
RI, 2013).
Semakin banyak jumlah lansia yang mengalami gangguan tidur memerlukan
penanganan yang tepat dan efektif. Penanganan yang dapat diterapkan untuk
mengatasi masalah gangguan tidur pada lansia agar lansia dapat meningkatkan
kualitas tidurnya dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan non
farmakologi. Farmakologi yaitu cara yang menggunakan bahan obat-obatan,
namun cara farmakologi ini kurang efektif jika diterapkan untuk lansia karena
dapat menyebabkan efek ketergantungan. Sedangkan salah satu terapi non
farmakologi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah gangguan tidur
pada lansia salah satunya yaitu terapi relaksasi rendam kaki air hangat
menggunakan garam dan tidak menggunakan garam dapat dilakukan untuk
meningkatan kualitas tidur lansia dan tidak memiliki efek samping
(Wijayanti,2009)

Menurut Kusumastuti dalam Wijayanti (2009) menjelaskan bahwa terapi


menggunakan media air berguna untuk pemulihan cidera dan meningkatkan
peredaran darah. Pemaparan yang serupa juga dijelaskan oleh Dinkes (2014)
bahwa terapi rendam kaki menggunakan air hangat dapat membuat kita
merasa nyaman, tenang, rileks, meringankan rasa sakit, dan melancarkan
sirkulasi darah. Selain itu terapi rendam kaki air hangat juga dapat
mengurangi stress dan tekanan mental yang dialami seseorang. Kondisi tubuh
yang rileks serta terbebas dari stress akan mempermudah seseorang untuk
tertidur, sehingga dapat mengurangi resiko gangguan tidur yang dialami lansia
(Dinkes dalam Gilang Permady, 2015). Hal ini diperkuat dengan penelitian
yang sudah pernah dilakukan oleh Khotimah (2012) bahwa terapi rendam
menggunakan media air hangat pada kaki dapat memperbaiki mikrosirkulasi
pembuluh darah vena dan vasodilatasi sehingga dapat meningkatkan kualitas
tidur. Terapi menggunakan media air hangat juga dapat membuat kita merasa
santai, meringankan sakit dan tegang pada otot.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andrian dan Arina
tahun 2016 membuktikan bahwa terdapat perbedaan kualitas tidur pada
kelompok intervensi yang diberikan rendam kaki air hangat dan kelompok
kontrol, artinya ada pengaruh rendam air hangat terhadap kualitas tidur
lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Chepi, Herlina, Revalino et al tahun
2018 didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh terapi rendam kaki
menggunakan air hangat pada kaki terhadap insomnia pada lansia. Penelitian
yang dilakukan oleh Endang tahun 2017 didapatkan hasil terdapat pengaruh
rendam kaki menggunakan air hangat terhadap kualitas tidur lansia.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya pada


tahun 2018 di Panti Tresna Werdha Lampung dengan jumlah 83 lansia
didapatkan hasil bahwa ada pengaruh rendam kaki air hangat terhadap
peningkatan kualitas tidur lansia, artinya terdapat peningkatan kualitas tidur
setelah dilakukan terapi rendam kaki air hangat. Saran dari peneliti untuk
membuktikan kembali rendam air hangat maka lebih baik ditambahkan garam
dalam rendam air hangat tersebut. Berdasarkan fenomena tersebut, maka
penulis tertarik untuk melakukan pembuktian tentang “Pengaruh rendam kaki
air hangat menggunakan campuran garam terhadap peningkatan kualitas tidur
lansia di Wilayah Puskesmas Sukaraja Kecamatan Semaka Kabupaten
Tanggamus”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk membuktikan
kembali tentang pengaruh rendam kaki air hangat menggunakan campuran
garam terhadap peningkatan kualitas tidur lansia sehingga peneliti
merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “adakah pengaruh rendam
kaki air hangat menggunakan campuran garam terhadap peningkatan kualitas
tidur lansia?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh rendam kaki air
hangat menggunakan campuran garam terhadap kualitas tidur lansia di
Wilayah Puskesmas Sukaraja Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin
dan pendidikan.
b. Mengetahui rata-rata kualitas tidur sebelum dilakukan terapi rendam
kaki air hangat menggunakan campuran garam
c. Mengetahui rata-rata kualitas tidur sesudah dilakukan terapi rendam
kaki air hangat menggunakan campuran garam
d. Menganalisis pengaruh rendam kaki air hangat menggunakan
campuran garam terhadap peningkatan kualitas tidur lansia

D. Ruang Lingkup Penelitian


Variabel pada penelitian ini yaitu terapi rendam kaki air hangat menggunakan
campuran garam terhadap peningkatan kualitas tidur pada usia lanjut,
penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen, subjek penelitian ini
yaitu pada penderita yang mengalami kualitas tidur yang buruk, dan lokasi
penelitian ini di Wilayah Puskesmas Sukaraja Kecamatan Semaka Kabupaten
Tanggamus.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah tinjauan teoritis sebagai
ilmu keperawatan khusus keperawatan gerontik dan komunitas tentang
kualitas tidur pada lanjut usia.
2. Manfaat Aplikatif
a. Manfaat bagi STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
tambahan yang bermanfaat bagi akademik dalam mengetahui
pengaruh rendam kaki air hangat menggunakan campuran garam
terhadap kualitas tidur lansia.
b. Manfaat bagi Puskesmas Sukaraja
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
perawat untuk dapat memberikan intervensi atau tindakan rendam kaki
air hangat menggunakan campuran garam pada lanjut usia dan
penyuluhan tentang kualitas tidur pada usia lanjut.
c. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian
ilmiah selanjutnya tentang penatalaksanaan atau terapi yang lain untuk
meningkatkan kualitas tidur pada lansia.
d. Manfaat Bagi Responden
Hasil penelitian ini untuk menambah informasi dan pengetahuan
dalam meningkatkan kualitas tidur lansia dengan terapi rendam kaki
air hangat menggunakan campuran garam.
DAFTAR PUSTAKA

Andrian, E.P & Arina, M (2016). Pengaruh Masase Kaki Dan Rendam Air Hangat
Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia. Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta,, Volume 8

Chepi, L, Herliana, W, Rivelino, S.H (2018). Pengaruh Terapi Rendam Air Hangat
Pada Kaki Terhadap Insomnia Pada Lansia Di Kelurahan Angges Kecamatan Tahuna
Barat. E-Journal Keperawatan (E-KP),, Volume 6 Nomor 2:8

Depkes, R.I (2013). Data Dan Informasi Kesehatan. Jakarta

Endang, S (2017) Pengaruh Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Kualitas
Tidur Lansia Di Desa Pakusemban Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon. Jurnal
Ilmiah Indonesia,, Volume 2

Kemenkokesra (2012). Lansia Kini Dan Masa Datang. From:


http://oldkesra.menkokesra.go.id. Diakses tanggal 23 April 2013

NSF (2017). Nasional Sleep Foundation. From:


http://sleepfoundation.org/sites/default/file/CME/SLEEPAwaranessWeek_MediaKit_
0.pdf. Diakses Tanggal 18 April 2018

Putu, A.D & Gusti, A.I.A (2013). Angka Kejadian Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna
Werdha Wana Seraya Denpasar Bali Tahun 2013. Jurnal Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana

WHO (2014). The Word Health Organization Quality Of Life (WHOQOL). From:
http://www.who.int//entity/substance_abuseresearch_tools_end.indonesian_whoqol.p
df.
Jespersen, K, V. (2012). The effect of relaxation music listening on sleep quality in
traumatized refugees.Jurnal of music therapy.http://jmt.oxfordjournal.org.diakses
pada 10 November 2015.

Kementrian Keuangan Republik Indonesia. (2015). Penduduk Lansia Dan Bonus


Demografi Keduahttp://wwwkemenkeu.go.id diakses pada 19 Desember 2015

Sayekti, Nilam dan Hendrati L. (2015). Analisis Risiko Depresi, Tingkat Sleep
Hygiene Dan Penyakit Kronis Dengan Kejadian Insomnia Pada Lansia. Jurnal FKM
Volume 3 No 2. Universitas Airlangga. Diakses 13 Januari 2016.
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdls1-2015.

Fatimah, 2010, Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan
Gerontik. Jakarta : Tim.

Azizah, M. L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Kozier. (2010). Fundamental keperawatan.

Wijayanti, D. (2009). Sehat Dengan Pengobatan Alami. Yogyakarta: Venus.

Wulandari,Ari. (2011). Cara Jitu Mengatasi Insomni.Yogyakarta: Penerbit CV Andi


Offset

Gilang Gumilar Permady. 2015. Pengaruh Merendam Kaki Dengan Air Hangat
Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Astanalanggar
Kecamatan Losari Cirebon Jawa Barat. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

Khotimah (2012). Pengaruh Rendaman Air Hangat pada Kaki dalam Meningkatkan
Kuantitas Tidur Lansia. Jombang : UPTDU Journal Nursing Studies

Anda mungkin juga menyukai