Anda di halaman 1dari 9

CORPORATE GOVERNANCE (CG)

(EMA 469 CP2)

SAP 3

OLEH:

Andrean Wismar Putra Saragih (1306305098 / 01)

Putu Agoes Suanthara (1607531098 / 23)

Gede Yuna Winaya (1607531100 / 24)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
3. Corporate Governance di Asia dan Dunia ditinjau dari Struktur
Pengurus/Pengelola Perusahaan.
Pada awal dekade 2000-an, dunia dikejutkan oleh tumbangnya perusahaan-
perusahaan raksasa terkemuka di berbagai negara industri maju termasuk Amerika
Serikat, Inggris, Italia, Australia, Singapura, dan Hongkong. Regulator pemerintah
tiap negara dan pakar manajemen memberikan kesimpulan bahwa penyebab utama
tumbangnya perusahaan-perusahaan besar tersebut adalah karena lemahnya
penerapan prinsip – prinsip good corporate governance mereka.
Dua negara yang paling serius menangani imbas skandal perusahaan-
perusahaan publik di dunia itu adalah Inggris dan Amerika Serikat. Hal itu
disebabkan karena pasar modal di kedua negara itu merupakan motor
perkembangan ekonomi mereka.
Krisis ekonomi yang melanda Asia Timur pada akhir tahun 1997 telah
memicu terjadinya diskusi tentang pentingnya sistem tata kelola dalam suatu
negara. Secara umum ada tiga persoalan utama di Asia yang menyebabkan
pelaksanaan good corporate governance masih begitu lemah. Tiga persoalan ini
antara lain:
1) Banyak perusahaan yang masih terbelakang atau belum didisain untuk
memainkan peran penting di pasar.
2) Pasarnya sendiri tidak bekerja secara optimal dan lingkungan bisnisnya tidak
kompetitif.
Sistem hukum yang lemah dan lembaga-lembaga yang menangani dan
menjalankan aturan main itu sendiri maupun keseluruhan penegakan peraturan
administratif masih lemah termasuk didalamnya penegakan peraturan di bursa
saham atau standarisasi laporan akutansi. Istilah Good Corporate Governance (CG)
kian populer. Tak hanya populer, istilah tersebut juga ditempatkan di posisi
terhormat. Pertama, CG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk
tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan
persaingan bisnis global. Kedua, krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika
Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan Corporate Governance.
Pada tahun 1999, kita melihat negara-negara di Asia Timur yang sama-sama
terkena krisis mulai mengalami pemulihan, kecuali Indonesia. Harus dipahami
bahwa kompetisi global bukan kompetisi antarnegara, melainkan antarkorporat di
negara-negara tersebut. Jadi menang atau kalah, menang atau terpuruk, pulih atau
tetap terpuruknya perekonomian satu negara bergantung pada korporat masing-
masing. Pemahaman tersebut membuka wawasan bahwa korporat kita belum
dikelola secara benar. Dalam bahasa khusus, korporat kita belum menjalankan
governansi. Survey dari Booz-Allen di Asia Timur pada tahun 1998 menunjukkan
bahwa Indonesia memiliki indeks corporate governance paling rendah dengan skor
2,88 jauh di bawah Singapura (8,93), Malaysia (7,72) dan Thailand (4,89).
Rendahnya kualitas CG korporasi-korporasi di Indonesia ditengarai menjadi
kejatuhan perusahaan-perusahaan tersebut.
Penerapan GCG didukung oleh Organisation for Economic Cooperation and
Development dengan penerbitan prinsip-prinsip GCG yang bertujuan untuk
membantu negara-negara baik negara anggota OECD maupun bukan anggota
OECD untuk menerapkan GCG di negaranya terutama untuk dapat menyediakan
pedoman dan saran-saran bagi bursa saham, investor, perusahaan, dan pihak-pihak
lain yang memiliki peranan dalam proses pengembangan GCG.

3.1 Good Corporate Governance di Malaysia


Pedoman Good Corporate Governance (The Malaysian Code on Corporate
Governance) ini diterbitkan oleh Bursa Efek Malaysia dan kewajiban untuk
melaksanakan Pedoman ini diatur dalam peraturan tentang pencatatan efek di bursa
efek tersebut. Pedoman ini diterbitkan pada tahun 2007 dan merupakan revisi atas
pedoman yang diterbitkan sebelumnya.
3.1.1 Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bagi perusahaan bersifat
comply and explain. Denagan demikian tidak ada sanksi apabila perusahaan tidak
menerapkan seluruh aspek dalam Pedoman tersebut. Bagi perusahaan yang tercatat
di bursa efek Malaysia, prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan praktik-
praktik terbaik yang telah diterapkan perusahaan wajib diungkapkan dalam laporan
tahunan. Perusahaan juga wajib mengidentifikasi prinsip dan praktik terbaik yang
tidak dilaksanakan disertai alasan atas ketidakpatuhan tersebut. Apabila perusahaan
mengadopsi praktek tata kelola negara lain, hal ini juga harus diungkapkan.
3.1.2 Sanksi atas Ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate
Governance
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply and explain
sehingga tidak terdapat sanksi dalam hal perusahaan tidak menerapkan seluruh
aspek dalam Pedoman Good Corporate Governance. Namun terdapat kewajiban
untuk mengungkapkan pelaksanaan dari Pedoman tersebut dalam laporan tahunan.
Dengan demikian bagi perusahaan yang tercatat atau akan mencatatkan sahamnya
di bursa tidak mengungkapkan dalam laporan tahunannya terkait dengan penerapan
tata kelola, Bursa Malaysia dapat mengambil tindakan terhadap perusahaan atau
direksi sebagaimana tercantum dalam Persyaratan Listing di Bursa Malaysia.

3.2 Good Corporate Governance di Singapura


3.2.1 Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply
and explain. Selanjutnya berdasarkan ketentuan pencatatan efek di Bursa efek
Singapore mengharuskan perusahaan tercatat untuk mengungkapkan praktik tata
kelola mereka dalam laporan tahunan dengan referensi khusus kepada prinsip-
prinsip yang terdapat dalam Pedoman. Perusahaan juga wajib mengungkapkan dan
menjelaskan setiap perbedaan pelaksanaannya dari Pedoman tersebut. Perusahaan
juga didorong untuk melakukan konfirmasi positif tentang pemenuhan prinsip-
prinsip tata kelola dan mengungkapkan setiap ketidak patuhan terhadap prinsip-
prinsip tersebut dalam laporan tahunan perusahaan.
3.2.2 Sanksi atas ketidakpatuhan
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan hanya
bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang tidak
menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan rinci alasan
untuk tidak menerapkannya.
3.2.3 Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
Ruang lingkup Tata Kelola perusahaan sebagai berikut.
1) Board Matters
2) Remuneration Matters
3) Accountability and Audit
4) Communication with Shareholders
5) Disclosure of Corporate Governance Arrangements

3.3 Good Corporate Governance di China


Pengakuan akan pentingnya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan memiliki
sejarah panjang di Tiongkok. Tata kelola perusahaan pertama di Tiongkok kode ini
diperkenalkan oleh Komisi Regulasi Sekuritas China (CSRC) pada tahun 2001, di
depan banyak rekan APAC, dan diperbarui lebih lanjut pada 2011. Pada Agustus
2016 tinjauan kode ini diumumkan oleh Ketua CSRC, dan reformasi legislatif
lainnya juga sedang ditinjau. Karena semakin banyak investor global
mempertimbangkan untuk berinvestasi di ekuitas Cina, pentingnya upaya ini untuk
mengadopsi dan mematuhi standar global tata kelola perusahaan yang baik hanya
dapat terus tumbuh. Laporan kami memeriksa banyak peluang - dan risiko - yang
disajikan oleh praktik tata kelola perusahaan saat ini di Cina, berdasarkan pada
harapan para calon investor ini. Harapan para investor global mengenai tata kelola
perusahaan publik telah dipandu oleh adopsi kode dan standar tata kelola
perusahaan di hampir semua pasar global, dimulai dengan publikasi di Inggris pada
tahun 1992 dari "Aspek Keuangan Tata Kelola Perusahaan", lebih dikenal sebagai
"Laporan Cadbury". Menurut Cadbury, "Peran pemegang saham dalam tata kelola
adalah untuk menunjuk direktur dan auditor dan untuk memuaskan diri mereka
sendiri yang sesuai struktur tata kelola sudah ada, ”dan“ Tanggung jawab dewan
termasuk menetapkan tujuan strategis perusahaan, menyediakan kepemimpinan
untuk menerapkannya, mengawasi manajemen bisnis dan melaporkannya kepada
pemegang saham penatalayanan. Tindakan dewan tunduk pada hukum, peraturan,
dan pemegang saham dalam rapat umum. ”Prinsip-prinsip inti ini telah digunakan
untuk menginformasikan definisi tata kelola perusahaan yang baik sejak saat itu.

3.4 Good Corporate Governance di Jepang


Konsep inti corporate governance yang diterapkan oleh jepang adalah
company community. Pandangan ini menganggap bahwa para pegawai tidak
dipekerjakan oleh perusahaan tetapi mereka termasuk dalam company community.
Company community itu sendiri terdiri dari manajemen, dewan direksi, dan para
pegawai inti yang membagi identitas mereka sebagai “company community”.
Dewan direksi yang dipilih oleh pemegang saham menentukan semua arah dan
kebijakan korporasi dan menunjuk eksekutif perusahaan yang
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan tersebut. Pada praktiknya yang berlaku
umum saat ini, corporate board di jepang mewakili kepentingan perusahaan dan
karyawannya secara kolektif, bukan hanya kepentingan pemegang saham semata.
Hampir semua direktur merupakan senior manajer atau mantan karyawan
perusahaan. Hampir 80% korporasi di jepang tidak mempunyai anggota dewan
direksi dari luar. Jikapun ada, tidak lebih dari 2 orang.

3.5 Good Corporate Governance di Amerika


Reformasi corporate governance pertama kali berawal dari sebuah pidato
Arthur Levitt pada tahun 1998. Levitt memaparkan berbagai permasalahan yang
ada dalam suatu perusahaan pada saat itu, yang mengakibatkan kinerja dan
akuntabilitas perusahaan terhadapt pemegang saham atau stakeholders menjadi
buruk. Reformasi kedua corporate governance kedua terjadi pada tahun 2002 yaitu
disahkannya undang-undang yang mengatur keberadaan komite audit dalam
perusahaan di Amerika Serikat.

3.6 Good Corporate Governance di Inggris


Mulai Mei 1991, upaya perbaikan corporate governance di Inggris dilakukan
dengan membentuk Cadbury Committee yang bertugas untuk membuat
rekomendasi untuk memperbaiki mekanisme corporate governance bukan hanya
untuk bank saja melainkan juga untuk semua perusahaan-perusahaan di Inggris.
Rekomendasi ini tertuang dalam Cadbury Report.

3.7 Good Corporate Governance di Australia


Australia adalah salah satu negara yang mempergunakan sistem voluntary
corporate governance. The Australia Stock Exchange Corporate Governance
Council menyatakan bahwa the Principles of Good Corporate Governance and the
Best Practice Recommendation mempergunakan sistem voluntary perusahaan yang
terdaftar di bursa efek Australia tetapi diperbolehkan untuk tidak memenuhi
ketentuan yang diamanatkan oleh kode corporate governance dengan harus
memberikan alasan yang tepat mengapa perusahaan tersebut tidak mematuhinya.
Oleh karena itu, sistem Australia berlandaskan kepada prinsip dasar “if not why
not” maka para pembuat kode Australia memberikan kebebasan kepada
perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar di bursa efek Australia untuk
membangun sistem milik mereka sendiri dalam menjalankan bisnis selama mereka
dapat memberikan alasan yang masuk akal mengapa mereka tidak mematuhi
prinsip yang tertuang dalam kode tersebut.

3.8 Implementasi CG dan peran OJK


Implementasi Corporate Governance merupakan hal yang wajib dilakukan
oleh tiap perusahaan baik BUMN maupun BUMS serta lembaga keuangan. Dalam
proses implementasinya tentunya diperlukan suatu pengawasan agar implementasi
GCG tersebut tetap berjalan dengan baik dan sesuai dengan prinsip Corporate
Governance itu sendiri.
OJK adalah lembaga yang dibentuk dengan fungsi untuk mengawasi kegiatan
sektor keuangan. OECD bersama OJK meluncurkan The New G20/OECD
Principles Of Corporate Governance (CG) di Jakarta sebagai bentuk partisipasi
OJK untuk mendukung penerapan prinsip GCG G20/OECD yang baru diluncurkan
September 2015 lalu di pertemuan G20 di Ankara, Turki. Prinsip-prinsip GCG
G20/OECD terbaru tersebut merupakan pengembangan dari versi terdahulu yang
memberikan rekomendasi bagi para pembuat kebijakan nasional tentang hak-hak
pemegang saham, remunerasi eksekutif, pengungkapan informasi keuangan,
perilaku investor institusi, dan bagaimana mekanisme pasar saham harus
berfungsi. OJK sebelumnya sudah mengeluarkan Peraturan OJK (POJK) terkait
pelaksanaan GCG yaitu, yaitu Tata Kelola Perusahaan Terbuka yang terdiri dari
lima aspek:
1) Hubungan Perusahaan Terbuka dengan Pemegang Saham Dalam Menjamin
Hak-Hak Pemegang Saham
2) Fungsi dan Peran Dewan Komisari
3) Fungsi dan Peran Direksi
4) Partisipasi Pemangku Kepentingan; dan
5) Keterbukaan Informasi.
Diharapkan penerapan prinsip-prinsip baru ini dapat memudahkan para
pelaku pasar untuk menyesuaikan implementasi prinsip GCG dengan perubahan
dan pertumbuhan bisnis di era sekarang untuk mendorong pertumbuhan dan
keberlangsungan sektor jasa keuangan Indonesia, sehingga dapat mendorong
ketahanan sektor jasa keuangan dan pertumbuhan ekonomi dalam kondisi normal
ataupun krisis.
Implementasi prinsip-prinsip terbaru ini diharapkan dapat menciptakan
kepercayaan, transparansi dan akuntabilitas, sehingga sektor jasa keuangan dapat
berkembang dan membuka akses serta peluang untuk investasi dan pendanaan
jangka panjang melalui pasar modal. Perubahan prinsip-prinsip GCG G20/OECD
dibagi menjadi 6 bab yang penambahannnya dimasukkan ke dalam tiap-tiap bab
tersebut:
1) Dasar kerangka tata kelola yang efektif
2) Hak dan perlakuan yang adil untuk pemegang saham dan fungsi kunci
kepemilikan
3) Investor institusi, pasar modal dan perantara lainnya
4) Peran pemangku kepentingan dalam tata kelola
5) Transparansi dan Keterbukaan informasi
6) Tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris
DAFTAR PUSTAKA

Asri Dwija Putri dan Agung Ulupui.2017. Pengantar Corporate Governance.


Denpasar: CV Sastra Utama.

Code of Corporate Governance 2005, Bursa Efek Singapura.

The Malaysian Code on Corporate Governance, tahun 2007 diterbitkan oleh Bursa
Efek Malaysia.

OJK.2015. OJK Luncurkan Prinsip GCG. https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-


modal/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/OECD-OJK-Luncurkan-
Prinsip-Good-Corporate-Governance-G20-OECD.aspx. (Diakses tanggal 17
Februari 2019).

Yanwariani, Dwi. 2015. Implementasi GCG.

https://yanwariyanidwi.wordpress.com/2015/12/15/pengertian-prinsip-dan-
penerapan-good-governance-di-indonesia/ (Diakses tanggal 17 Februari
2019)

https://www.msci.com/documents/10199/1d443a3d-0437-4af7-aa27-
ada3a2655f6d (Diakses tanggal 17 Februari 2019)

file:///C:/Users/user/Downloads/NASKAH%20BUKU%20LENGKAP%20CORP
ORATE%20GOVERNANCE.pdf (Diakses tanggal 17 Februari 2019)

https://core.ac.uk/download/pdf/11520142.pdf (Diakses tanggal 17 Februari


2019)

Anda mungkin juga menyukai