SAP 3
OLEH:
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
3. Corporate Governance di Asia dan Dunia ditinjau dari Struktur
Pengurus/Pengelola Perusahaan.
Pada awal dekade 2000-an, dunia dikejutkan oleh tumbangnya perusahaan-
perusahaan raksasa terkemuka di berbagai negara industri maju termasuk Amerika
Serikat, Inggris, Italia, Australia, Singapura, dan Hongkong. Regulator pemerintah
tiap negara dan pakar manajemen memberikan kesimpulan bahwa penyebab utama
tumbangnya perusahaan-perusahaan besar tersebut adalah karena lemahnya
penerapan prinsip – prinsip good corporate governance mereka.
Dua negara yang paling serius menangani imbas skandal perusahaan-
perusahaan publik di dunia itu adalah Inggris dan Amerika Serikat. Hal itu
disebabkan karena pasar modal di kedua negara itu merupakan motor
perkembangan ekonomi mereka.
Krisis ekonomi yang melanda Asia Timur pada akhir tahun 1997 telah
memicu terjadinya diskusi tentang pentingnya sistem tata kelola dalam suatu
negara. Secara umum ada tiga persoalan utama di Asia yang menyebabkan
pelaksanaan good corporate governance masih begitu lemah. Tiga persoalan ini
antara lain:
1) Banyak perusahaan yang masih terbelakang atau belum didisain untuk
memainkan peran penting di pasar.
2) Pasarnya sendiri tidak bekerja secara optimal dan lingkungan bisnisnya tidak
kompetitif.
Sistem hukum yang lemah dan lembaga-lembaga yang menangani dan
menjalankan aturan main itu sendiri maupun keseluruhan penegakan peraturan
administratif masih lemah termasuk didalamnya penegakan peraturan di bursa
saham atau standarisasi laporan akutansi. Istilah Good Corporate Governance (CG)
kian populer. Tak hanya populer, istilah tersebut juga ditempatkan di posisi
terhormat. Pertama, CG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk
tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan
persaingan bisnis global. Kedua, krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika
Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan Corporate Governance.
Pada tahun 1999, kita melihat negara-negara di Asia Timur yang sama-sama
terkena krisis mulai mengalami pemulihan, kecuali Indonesia. Harus dipahami
bahwa kompetisi global bukan kompetisi antarnegara, melainkan antarkorporat di
negara-negara tersebut. Jadi menang atau kalah, menang atau terpuruk, pulih atau
tetap terpuruknya perekonomian satu negara bergantung pada korporat masing-
masing. Pemahaman tersebut membuka wawasan bahwa korporat kita belum
dikelola secara benar. Dalam bahasa khusus, korporat kita belum menjalankan
governansi. Survey dari Booz-Allen di Asia Timur pada tahun 1998 menunjukkan
bahwa Indonesia memiliki indeks corporate governance paling rendah dengan skor
2,88 jauh di bawah Singapura (8,93), Malaysia (7,72) dan Thailand (4,89).
Rendahnya kualitas CG korporasi-korporasi di Indonesia ditengarai menjadi
kejatuhan perusahaan-perusahaan tersebut.
Penerapan GCG didukung oleh Organisation for Economic Cooperation and
Development dengan penerbitan prinsip-prinsip GCG yang bertujuan untuk
membantu negara-negara baik negara anggota OECD maupun bukan anggota
OECD untuk menerapkan GCG di negaranya terutama untuk dapat menyediakan
pedoman dan saran-saran bagi bursa saham, investor, perusahaan, dan pihak-pihak
lain yang memiliki peranan dalam proses pengembangan GCG.
The Malaysian Code on Corporate Governance, tahun 2007 diterbitkan oleh Bursa
Efek Malaysia.
https://yanwariyanidwi.wordpress.com/2015/12/15/pengertian-prinsip-dan-
penerapan-good-governance-di-indonesia/ (Diakses tanggal 17 Februari
2019)
https://www.msci.com/documents/10199/1d443a3d-0437-4af7-aa27-
ada3a2655f6d (Diakses tanggal 17 Februari 2019)
file:///C:/Users/user/Downloads/NASKAH%20BUKU%20LENGKAP%20CORP
ORATE%20GOVERNANCE.pdf (Diakses tanggal 17 Februari 2019)