Anda di halaman 1dari 20

SISTEM RANGKA

Makalah Projek

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Struktur Perkembangan Hewan 1


Yang dibina oleh Ibu Dra. Nursasi Handayani, M.Si dan Ibu Sofia Erry Rahayu, S.Pd,
M.Si
Disajikan Pada Hari Senin Tanggal 19 Februari 2017

Disusun oleh :

Kelompok Offering B 2017

1. AMIRAH NADIAH VIDI I. 170341615106


2. DINDA RATU RAGIL AYU 170341615049
3. SERLY HERLINA 170341615084
4. YUSTICA ARISNA A. 170341615041

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
14 Februari 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Semua makhluk hidup yang hidup di dunia ini dibedakan atas makhluk hidup
vertebrata dan invertebrata. Pada makalah ini kami menyajikan tentang sistem rangka paa
golongan vertebrata yang terdiri dari lima kelas, yaitu Aves, Pisces, Reptile, Amphibi dan
Mamalia. Sistem rangka merupakan endoskeleton (rangka dalam), yang terdiri dari tulang
dan tulang rawan yang saling berhubungan.
Sistem rangka merupakan sistem organ terpenting dalam mempelajari morfologi,
serta memegang peran utama dalam analisis struktur vertebrata. Rangka vertebrata
merupakan endoskeleton (rangka dalam), terdiri atas tulang dan tulang rawan yang saling
berhubungan. Selain mempunyai endoskeleton, pada pisces, reptilia dan aves terdapat
pula sisik, dan pada golongan kura-kura terdapat karapas dan plastron yang dapat
dianggap sebagai rangka luar atau eksoskeleton. Sistem rangka mempunyai fungsi antara
lain sebagai: (1) pelindung organ dalam, (2) penunjang tubuh, (3) tempat melekatnya otot
rangka, (4) alat gerak pasif (penyalur gerakan), dan (5) tempat pembentukan sel-sel darah
(Tenzer,. dkk, 2014).
Karakteristik rangka vertebrata akuatik berbeda dengan vertebrata terestrial.
Tubuh pisces ditopang oleh lingkungan air sekelilingnya, karena itu rangkanya tidak perlu
sekuat rangka hewan-hewan darat. Struktur tulang vertebrata merupakan adaptasi
terhadap lingkungan hidupnya. Misalnya, struktur tulang burung spesifik dan berongga.
Struktur sedemikian menyebabkan berkurangnya massa rangka, yang sangat
menguntungkan untuk terbang (Tenzer,. dkk, 2014).
Kerangka dibagi menjadi 2, yaitu kerangka somatik dan kerangka visceral.
Kerangka somatik (Yunani, soma, tubuh); terletak dalam dinding tubuh dan anggota
tubuh. Kerangka ini terdiri atas tulang dermal dan tulang pengganti tulang rawan.
Kerangka somatik dapat dibagi menjadi 2, yaitu kerangka aksial dan kerangka
apendikular.
Kerangka aksial terdiri dari 4 bagian, yaitu tulang belakang (kolumna vertebralis),
tulang iga atau rusuk (kosta), tulang dada (sternum), dan sebagian besar tengkorak
(kranium dan tulang-tulang wajah). Sedangkan kerangka apendikular dibagi menjadi 2,
yaitu tulang kaki dan gelang bahu (gelang pektoral) atau gelang pinggul (gelang pelvis)
dan anggota gerak depan. Sedangkan kerangka viseral (Latin, viscera, usus); terletak
dalam tahapan primitif berkaitan dengan dinding faring dan insang. Kerangka ini hanya
terdapat tulang pengganti tulang rawan.
Selama perkembangan embrio, sebagian besar kerangka vertebrata terdiri atas
tulang rawan, tetapi pada sebagian vertebrata dewasa tulang rawan tersebut diganti
dengan tulang (tulang keras). Tulang ini disebut tulang pengganti tulang rawan untuk
membedakan dari tulang dermal yang berkembang tepat dibawah kulit tanpa melalui
tahap tulang rawan. Kedua jenis tulang ini hanya berbeda dalam cara perkembangan,
namun secara histologis kedua tulang itu sama (Ville,. dkk, 1999).
Menurut bentuk permukaan sentrum, vertebrata dibagi menjadi 5 jenis yaitu
Amfisol (Amphicelous) yaitu permukaan anterior dan posterior cekung, Opistosol
(Opisthocelous) yaitu permukaan posterior cekung, Prosol (Procelous) yaitu permukaan
anterior cekung, Asol (Acelous) yaitu bila kedua permukaan datar, dan Heterosol
(Heterocelous) yaitu bila kedua permukaan berbentuk pelana (Tenzer, dkk, Tanpa tahun).
Setiap vertebrata memiliki susunan rangka yang berbeda-beda, baik secara
histologis maupun secara anatomi. Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
jaringan, sedangkan anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan tubuh
makhluk hidup. Anatomi rangka pisces (ikan) tentu berbeda dengan anatomi rangka
amfibi (contonya katak), begitupun dengan anatomi rangka pada reptile (contohnya kadal)
berbeda dengan aves (contohnya burung merpati).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana struktur anatomi sistem rangka pada lima kelas vertebrata (pisces, amfibi,
reptile, aves, dan mamalia)?
2. Bagaimana perbandingan sistem rangka pada lima kelas vertebrata (pisces, amfibi,
reptile, aves, dan mamalia)?

1.3 TUJUAN

1. untuk mengetahui struktur anatomi sistem rangka pada kelas vertebrata (pisces, amfibi,
reptile, aves, dan mamalia).
2. untuk mengetahui perbandingan sistem rangka pada lima kelas vertebrata (pisces,
amfibi, reptile, aves, dan mamalia).

1.4 MANFAAT
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Pembaca dapat memahami dan mengetahui struktur anatomi pada rangka hewan
vertebrata (pisces, amfibi, reptile, aves, dan mamalia).
2. Pembaca dapat memahami dan mengetahui perbandingan sistem rangka pada lima
kelas vertebrata (pisces, amfibi, reptile, aves, dan mamalia).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Rangka Pisces (Ikan)


Rangka pada ikan seperti halnya pada golongan vertebrata lainnya berfungsi untuk
menegakkan tubuh, menunjang dan menyokong organ-organ tubuh serta berfungsi
pula dalam proses pembentukan butir darah merah. Pada beberapa ikan modifikasi
tulang penyokong sirip menjadi penyalur sperma ke dalam saluran reproduksi ikan
betina. Secara tidak langsung rangka menentukan bentuk tubuh ikan yang beraneka
ragam. Rangka yang menjadi penegak tubuh ikan terdiri dari tulang rawan dan tulang
sejati. Tulang rawan pada banyak vertebrata, kecuali cyclostomata dan elasmobranchii
merupakan jaringan embrional. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat
ikan tersebut di perairan dan pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi
ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat, diingat dalam
mempelajari dan mengidentifikasi ikan.

a. Struktur Histologis
Bentuk tubuh ikan merupakan interaksi antara sistem rangka dengan sistem otot
serta evolusi dalam adaptasi kedua sistem tersebut terhadap lingkungannya. Rangka
yang menjadi penegak tubuh ikan terdiri dari tulang rawan dan atau tulang sejati.
Osteichthyes terdiri dari tulang sejati. Sebagian besar tulang Osteichthyes pada
permulaannya terbentuk melalui tahap tulang rawan, kemudian materialnya menjadi
tulang sejati dalam bentuk bentuk yang khusus melalui osifikasi. Osifikasi merupakan
proses perubahan tulang rawan menjadi tulang sejati atau tulang keras (Ville,. dkk,
1999).
Tulang tengkorak pada ikan berfungsi untuk membungkus atau melindungi otak
karena otak merupakan organ yang lembut, tetapi mempunyai peranan yang besar bagi
kehidupan ikan. Tengkorak ikan Elasmobranch terbentuk dari satu tulang rawan yang
disebut chondrocranium dan dilengkapi branchiocranium beserta derivate-derivatnya.
Chondrocranium pada ikan elasmobranch memiliki kotak-kotak yang membentuk atap
otak yang tidak komplek. Sedangkan tengkorak ikan bertulang sejati tersusun atas dua
bagian yaitu neurocranium dan branchiocranium. Neurocranium terdiri dari bagian
endosteal yang membentuk lantai kotak otak dan ectosteal yang membentuk atap otak.
Bentuk atap otaklah yang nantinya mempengaruhi bentuk wajah dari ikan tersebut
(Ville,. dkk, 1999).

b. Struktur Anatomi
Secara garis besar tubuh ikan tersusun atas tiga bagian, yaitu kepala, batang tubuh
dan ekor. Pada tubuh ikan yang berbentuk simetri, yaitu terdiri atas dua belahan yang
sama apabila tubuh dibelah dua menjadi dua belahan yang sama, dari kepala ke
sampai ekor dengan arah punggung perut. Pada ujung depan terdapat mulut, diatas
mulut terdapat cekung hidung yang sebelah-menyebelah, pada bagian kepala terdapat
sepasang mata dan tutup insang. Pada tubuh ikan tertutup oleh selaput tipis yang
tembus oleh sinar, kulitnya banyak mengandung kelenjar lendir yang berfungsi untuk
menghindarkan goresan pada saat ikan berenang dengan cepat.
Rangka ikan berdasarkan letaknya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu eksoskeleton
dan endoskeleton. Sisik dan sirip ikan merupakan eksoskleton, sedang endoskeleton
terdiri atas tulang tempurung kepala, columna vertebralis, cingulum pectoralis, tulang-
tulang kecil tambahan yang menyokong sirip.
Struktur rangka pisces terdiri atas 2 bagian, yaitu rangka aksial dan rangka
apendikular. Rangka aksial pisces terdiri dari tulang-tulang tengkorak (terdiri 180
tulang), dan kolumna vertebralis. Tulang-tulang tempurung kepala terdiri atas cranium
sebagai tempat otak, capsula untuk tempat beberapa pasang organon sensoris
(olfactory, optic, auditory) dan skeleton viceralis, yang merupakan bagian pembentuk
tulang rahang dan penyokong lidah insang untuk mekanisme. Tengkorak
(tempurung) kepala melekat dekat sekali dengan columna vertebralis, oleh karena itu
ikan tidak bisa memutar kepalanya. Gigi biasanya terdapat pada tulang premaxillary
dentary, vomer dan tulang palatine (Jasin, 1984).
Kolumna vertebralis pada pisces hanya terbagi menjadi vertebra badan dan
vertebra ekor yang tersusun dari belakang tengkorak sampai ke pangkal ekor. Daerah
abdominal (badan) memiliki tulang rusuk (kosta) kiri dan tulang rusuk (kosta) kanan.
Kosta berguna untuk melindungi organ-organ di dalam rongga badan. Ikan Telostei
primitif mempunyai 2 rangkaian rusuk yang berhubungan dengan masing-masing
sentrum kolumna vertebralis, yaitu rusuk dorosal dan rusuk ventral. Rusuk ventral kiri
dan kanan pada bagian ekor bertemu dibawah arteri dan vena ekor untuk membentuk
lengkung hemal (Tenzer, dkk, Tanpa tahun).
Rangka apendikular tersusun dari gelang pektoral dan gelang pelvis. Gelang
pektoral pada ikan bertulang terdiri dari korakoid dan skapula yang biasanya
tereduksi. Struktur dari tulang membran (tulang dermal) meliputi klavikula yang
tereduksi, kleitrum dan supra kleitrum. Gelang pelvis pada ikan terdiri dari keeping-
keping pelvis bertulang atau bertulang rawan yang bersendian dengan sirip pelvis.
Pada ikan bertulang rawan, keping-keping tersebut bertemu dibagian tengah
membentuk simfisis pubis (Tenzer, dkk, Tanpa tahun).
Tulang-tulang anggota badan bebas pada ikan (extremis liberare) berupa sirip
(pinna). Terdapat 2 macam sirip pada ikan, yaitu sirip tunggal dan sirip berpasangan
(Tenzer, dkk, Tanpa tahun).
c. Pembagian Rangka Ikan
 Berdasarkan letak dan fungsinya rangka ikan dapat dibedakan menjadi :

 Rangka axial : yang mencakup tulang tengkorak, tulang punggung dan


tulang rusuk.
 Rangka visceral : meliputi semua bagian tulang lengkung insang dan
derivatnya
 Rangka appendicular : meliputi sirip dengan pelekat – pelekatnya.

 Berdasarkan letaknya terhadap tubuh, rangka ikan dibedakan menjadi :

 Eksoskeleton (rangka luar), contoh sisik (squama)


 Endoskeleton (rangka dalam), contoh: columna vertebralis

Struktur rangka pisces/ikan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

1. Sirip tunggal pada ikan disebut juga sirip median. Sirip ini terdiri dari:
 Sirip dorsal atau sirip punggung (pinnal dorsalis); terdapat pada sepanjang garis
medio dorsal.
 Sirip anal (pinna analis); terdapat diantara anus dan ekor.
 Sirip ekor (pinna kaudalis); terdapat pada ujung ekor.
Fungsi sirip dorsal dan sirip anal adalah menjaga agar posisi tubuh tidak terbalik
atau oleng ketika berenang, sedangkan sirip ekor berfungsi sebagai kemudi.
Terdapat 4 tipe sirip ekor, yaitu:
 Tipe protoserkal; kolumna vertebralis bagian dorosal dan ventral terbagi
hampir sama, ujung ekor membulat dan biasanya terdapat pada siklostomata
dewasa.
 Tipe difiserkal; kolumna vertebralis lurus ke ujung ekor. Ekor terbagi simetris
dari luar maupun dalam, ujung ekor meruncing, dan biasanya terdapat pada
ikan paru-paru.
 Tipe heteroserkal; kolumna vertebralis ke ekor agak membelok kebagian
dorsal, sehingga ekor terbagi asimetris baik dari dalam maupun luar, dan
biasanya terdapat pada Selachei dan Ganoidae.
 Tipe homoserkal; kolumna vertebralis berhenti pada pangkal ekor. Ekor terbagi
simetris dari luar, asimetris dari dalam, dan biasanya terdapat pada ikan
berangka tulang.

Tipe sirip ekor pada ikan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.1 Tipe Sirip Ekor


Sumber: (Tenzer, dkk, tanpa tahun)

2. Sirip berpasangan terdiri dari:


 Sirip dada (pinnae torakales/pektorales).
 Sirip pelvis atau sirip perut (pinnae abdominales). Sirip ini tidak dimiliki oleh
belut.
Sirip berpasangan juga berfungsi sebagai penyeimbang tubuh.

Berdasarkan letaknya rangka ikan dibagi menjadi 6 bagian, yaitu:


 tulang tengkorak
 tulang punggung
 tulang rusuk
 tulang penyokong insang, disebut rangka visceral
 tulang penyokong sirip, disebut rangka appendicular
 tulang-tulang penutup insang; terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
o Operculum
o sub operculum – di bawah
o pre operculum – di depan
o interculum – diantara

2.2 Sistem Rangka Amfibi (Katak)


2.2.1 Struktur Histologis
Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian yang lunak.
Pada fase berudu tulangnya masih lunak dan menjadi keras pada fase dewasa. Pada
sambungan-sambungan tulang masih tetap lunak dengan permukaan yang licin (Ahmad,
2013).
Pada katak, tulang yang panjang dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu bagian atas
pada bagian central yang disebut diaphyse dan kedua ujung yang disebut epiphyse. Pada
diaphyse dan epiphyse terdapat hubungan yang tidak teratur dan terkunci oleh sutura.
Sutura tersebut masih berupa tulang rawan yang masih dapat tubuh terus, sedangkan pada
burung dan sebagian besar mammalia, masing-masing sutura menjadi tulang keras pada
saat tertentu sehingga pertumbuhan tidak terjadi (Ahmad, 2013).

2.2.2 Struktur Anatomi


Skeleton pada katak/amfibi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Skeleton aksial: tempurung kepala, vertebrae, dan sternum.
b. Skeleton apendikular : kaki.
Tempurung kepala yang besar dan pipih terdiri atas:
a. cranium yang sempit,
b. beberapa pasang kapsula sensoris dari hidung kapsula pendengaran dan kapsula yang
besar untuk mata, dan
c. tulang-tulang rahang yang terdiri dari os hyoid dan tulang rahang dari larynx
(skeleton viseral).
Amfibi mempunyai tengkorak yang tebal dan luas secara
proporsional. Tengkorak amfibi modern mempunyai tulang-tulang premaksila (rahang
atas), nasal (tulang hidung), frontal, parietal, dan skuamosa. Tidak ada langit-langit atau
palatum sekunder pada amfibi. Akibatnya, neres internal lebih maju di dalam langit-langit
mulut. Di bagian ventral otak ditutupi oleh tulang dermal yang dinamakan parasfenoid.
Gigi amfibi terletak pada premaksila, maksila, palatine, vomer, parasfenoid, dan tulang
dental (Ahmad, 2013).
Ada beberapa amfibi yang sama sekali tidak memiliki gigi, atau gigi pada rahang
bawah mereduksi. Jumlah vertebra atau ruas tulang belakang pada amfibi bervariasi dari
10 ruas pada Salientia sampai 200 pada Gymnophiona. Tengkorak bersendi dengan tulang
tengkuk, jumlah vertedrata kaudalnya bervariasi (Ahmad, 2013).
Bangsa Amphibia merupakan vertebrata yang pertama mempunyai sternum
(tulang dada) tetapi perkembangannya kurang sempurna. Tulang iga hanya pendek dan
kurang berkembang sehingga tidak berhubungan dengan sternum seperti yang terjadi
pada reptil, burung, atau mamalia (Ahmad, 2013).
Sebagian besar amfibi mempunyai dua pasang tungkai dengan 4 jari (digiti) kaki
pada kaki depan dan 5 jari pada jari belakang. Jumlah digiti pada amfibi mungkin ada
yang berkurang 2 buah. Tungkai belakang berkurang seperti pada salamander, dan
pasangan tungkai tidak ada pada Caecillia. Tungkai biasanya tidak mempunyai kuku,
tetapi ada semacam tanduk pada jari-jarinya. Tulang punggung bersambung dengan
kepala dan ekstrimitas berfungsi menyokong tubuh dan melindungi sumsum, terdiri atas 9
columna vertebralis dan urostyle. Masing-masing vertebrae merupakan satu segmen
pendek yang fleksibel. Tiap-tiap vertebrae terdiri dari centrum atau corpus yang memiliki
lengkung atas (archus neuralis) sebagai tempat semsum. Sebelah atasnya terdapat cuatan
neuralis yang terdapat pada sepasang processus articularis yang membuat vertebrae
sedikit bergerak (Ahmad, 2013). Namun, beberapa amfibi memliki tulang tempurung
kepala bersenyawa yang tidak dapat digerak-gerakkan (Ahmad, 2013).
Struktur rangka katak dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.3 Sistem Rangka Katak

2.3 Sistem Rangka Reptil (Kadal)


2.2.1 Struktur Histologis
Sistem rangka pada kadal kebun dapat di bedakan menjadi dua bagian yaitu
endoskeleton dan ensoskeleton (Puspita, 2013).
a. Eksoskeleton; berasal dari epidermis, berupa sisik (squama) menanduk yang
menyelubungi permukaan tubuhnya dan posisi seperti sususnan genting. Bentuk
squama kadal berbeda antara bagian kepala, badan, ekor.
b. Endoskeleton; terdiri dari sekeleton aksial dan apendikular. Sekeleton aksial
terdiri tengkorak, kolumna vertebralis, sternum dan rusuk.
Vertebrae ekor pada kadal tidak menulang secara sempurna, ekor mudah putus,
tetapi dapat mengalami regenerasi. Kolumna vertebralis kadal terbagi menjadi servikal,
torax, lumbar, sakral, dan kaudal. Pada kadal juga terdapat tulang rusuk yang bebas.
Sebagian tulang-tulang reptil terdiri atas kartilago. (Puspita, 2013).
2.2.2 Struktur Anatomi
Tubuh kadal kebun terdiri dari tiga bagian yaitu: caput (kepala), serviks (leher),
truncus (badan), dan kaudal (ekor). Bagian caput berbentuk seperti pyramid dan bila
dibandingkan dengan tubuhnya, ukurannya relatif kecil. Mulutnya berbentuk celah
melebar. Terdapat sepasang mata yang terletak pada bagian dorsolateral. Masing-masing
mata memiliki dua pelupuk yang dapat digerakkan dan terdapat membran niktitans yang
transparans (terletak pada ujung anterior mata). Membran ini berfungsi untuk
membersihkan kornea pada saat diperlukan. Pada bagian sisi lateral terdapat celah
dangkal berbentuk oval yang merupakan lubang telinga luar (Puspita, 2013).
1. Caput
Caput adalah bagian tubuh pada daerah anterior. Bagian-bagian dari caput adalah
sebagai berikut.
1. Rima oris terletak diantara anterior caput
2. Labium superior dan inverior
3. Organon visus, yang dilengkapi dengan adanya palpebra superior dan inferior
yang keduanya dapat digerakkan. Disamping itu dijumpai pula adanya membrane
melintang disudut anterior orbita.
4. Sepasang nares anterior yang terletak diujung depan maksila.
5. Porus acusticus eksternum, terletak dibelakang mata.
2. Truncus
Truncus berbentuk memanjang yang ditutup oleh squama (sisik) yang berbentuk
heksagonal. Pada truncus juga dijumpai adanya extrimitas (anggota badan bebas) yang
terbagi atas extremitas cranialis (posterior) dan extremitas anterior. Extremitas ini
terbentuk oleh branchium, antribrancium, manus. Pada bagian extremitas memiliki falcula
(jari-jari) yang berjumlah 5 buah dibagian anterior (poluks, socundus, medium, numulus
dan minimus) dan yang berada dibagian posterior berjumlah 3 falcula (femur, crus, pes)
yang memiliki 5 buah digiti (jari-jari) bervakuola, yang nama jari-jarinya sama dengan
extremitas anterior kecuali pada urutan pertama disebut hallux (Puspita, 2013).
3. Serviks
Serviks atau leher merupakan bagian yang dapat digerakkan. Bagian serviks
panjang dan berlanjut dengan badan, bagian serviks ini hanya ditandai oleh adanya
lekukan saja.
4. Caudal
Caudal berbentuk silindris dengan panjang hampir dua kali panjang badan
ditambahkan dengan panjang kepala. Pada bagian pangkalnya tebal dan makin meruncing
ke arah distal. Pada bagian badan terdapat dua pasang alat gerak yaitu bagian anterior dan
bagaian posterior. Pada bagian ventral terdapat lubang kloaka yang berbentuk celah
melintang. Pada jenis kadal yang ditemukan di India (Uromastix), terdapat beberapa
lubang preanofemoral yang terdapat pada bagian pangkal alat gerak bagian belakang
(Puspita, 2013).
Selain morfologi yang disebutkan di atas, sebagaimana galibnya reptil, kadal
kebun berdarah dingin (itu sebabnya kadal kebun kerap berjemur) dan mempunyai sisik-
sisik yang beraneka bentuknya yang terbangun dari zat tanduk. Beberapa jenis kadal
mempunyai sisik-sisik yang halus berkilau, terkesan licin atau seperti berminyak,
walaupun sebenarnya sisik-sisik itu amat kering karena kadal tidak memiliki pori di
kulitnya untuk mengeluarkan keringat atau minyak Beberapa spesies kadal kebun tak
berkaki, seperti ular kaca misalnya, memiliki struktur gelangan bahu dan panggul dalam
tubuhnya, meski tak ada tungkainya. (Puspita, 2013).
Struktur rangka reptil dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.4 Kerangka Kadal (Anonim. 2010)

2.4 Sistem Rangka Aves (Burung)


2.4.1 Struktur Histologis
Struktur rangka pada burung banyak mengalami diferensiasi, misalnya pada
bagian kolumna vertebralis atau tulang belakang. Vertebra pada burung (misalnya burung
dara) dibagi menjadi 4 bagian, yaitu vertebra torakalis terakhir (posterior), vertebra
lumbalis, vertebra sakralis dan vertebra kaudalis anterior. Keempat vertebra tersebut
bersatu membentuk sinsakrum (Mutiara, 2011).
Tidak hanya pada bagian vertebra, bagian sternum (dada) berdiferensiasi menjadi
lebar dan kuat, yang disebut karina sterni. Sternum tersebut berfungsi untuk perlekatan
otot-otot pektoral yang kuat, yang berperanan penting untuk terbang. Rusuk sterna (rusuk
ventral) pada aves tersusun dari jaringan tulang rawan (Rani, 2012).
Pada aves terdapat tulang-tulang gelang bahu yang meliputi pola dasar gelang
pektoral yang terdiri dari tulang-tulang pengganti (berasal dari tulang rawan), meliputi
korakoid dan skapula, dan tulang-tulang membran (berasal dari jaringan ikat), yaitu
klavikula. Pada aves yang dapat terbang, kedua klavikula bersatu dibagian tengah dengan
interklavikula, membentuk furkula yang berbentuk huruf V. Bagian ujung furkula
dilekatkan dengan sternum oleh suatu ligamen. Aves memiliki korakoid sepasang, kokoh,
dan bersendian dengan sternum, sedangkan skapula tersusun sepasang, panjang, dan
bersendian dengan kosta (Mutiara, 2011).
2.4.2 Struktur Anatomi
Kerangka burung sangat beradaptasi untuk terbang. Kerangka tersebut sangat
ringan, namun cukup kuat untuk menahan tekanan pada saat lepas landas, terbang, dan
mendarat. Salah satu kunci adaptasi yakni tergabungnya tulang dalam osifikasi tunggal.
Hal ini membuat burung memiliki jumlah tulang yang sedikit dibanding vertebrata lain
yang hidup di darat. Burung juga tidak memiliki gigi bahkan rahang, namun memiliki
paruh yang lebih ringan. Paruh pada anak burung memiliki "gigi telur" yang digunakan
untuk membantu keluar dari cangkang telur (Mutiara, 2011).
Burung memiliki banyak tulang yang berongga yang saling bersilang untuk
menambah kekuatan struktur tulang. Jumlah tulang berongga bervariasi antarspesies,
meskipun burung yang terbang dengan melayang atau melambung cenderung memiliki
tulang berongga yang lebih banyak. Kantung udara dalam sistem pernapasan sering
membentuk kantung-kantung udara dalam tulang semi berongga pada kerangka burung.
Beberapa burung yang tidak mampu terbang seperti penguin atau burung unta hanya
memiliki tulang yang padat, hal ini membuktikan hubungan antara kemampuan terbang
burung dengan adaptasi pada sistem rongga pada tulang (Rani, 2012).
Rangka aves terdiri dari rangka aksial dan rangka apendikular. Rangka aksial yang
tersusun atas caput (kepala), kolumna vertebralis (tulang belakang), truncus (badan), dan
kosta (tulang-tulang rusuk), sedangkan rangka apendikular pada aves tersusun atas
extremitas (tulang-tulang anggota gerak).
Pada bagian caput terdapat tulang-tulang tengkorak kepala yang terdiri dari
beberapa tulang, yaitu rostum (paruh), cranium (tulang kotak otak), nares (lubang
hidung), dan tulang rongga mata. (Staf dosen Universitas Yogyakarta, 1990). Rostum
terdiri dari 2 bagian, yaitu os premaksila (paruh bagian atas yang langsung berhubungan
dengan nares) dan mandibula (paruh bawah). Kranium terdiri dari os frontal (tengkorak
bagian atas), os parietal, dan os oksipital. Tengkorak burung normal biasanya beratnya
sekitar 1% dari berat badan keseluruhan burung. Mata burung menempati sebagian besar
tengkorak dan dikelilingi oleh cincin mata-sklerotik, cincin tulang kecil yang mengelilingi
mata.
Sistem tulang belakang (kolumna vertebralis) aves dapat dibagi menjadi 5 bagian,
yaitu vertebra servikalis (leher), vertebra torakalis (bagian badan), synsacrum (menyatu
pada tulang punggung, juga menyatu pada pinggul), vertebra kaudalis (ekor), dan
pygostyle (ujung ekor). Ruas pertama pada vertebra servikalis disebut tulang atlas,
sedangkan ruas kedua disebut tulang aksis. Burung memiliki tulang leher (bagian
collum/cervix) yang lebih banyak dibanding binatang lainnya. Kebanyakan burung
memiliki tulang leher yang sangat fleksibel yang terdiri dari 13 - 25 tulang.
Pada bagian truncus, tepatnya bagian sternum (dada) terdapat cinglum anterior/
cinglum pektoral (gelang bahu) yang dibentuk oleh tulang-tulang frucula (tulang garpu),
korakoid (tulang leher), dan skapula (tulang belikat). Ketiga tulang tersebut bersama-
sama membentuk pektoral korset. Sisi dada dibentuk oleh tulang rusuk, yang bertemu di
tulang dada (Hasan, 2012). Frucula berfungsi sebagai penopang otot pada saat terbang,
atau serupa pada penguin untuk menopang otot pada saat berenang. Adaptasi ini tidak
dimiliki oleh burung yang tidak bisa terbang seperti burung unta. Menurut catatan, burung
perenang memiliki tulang dada yang lebar, burung yang berjalan memiliki tulang dada
yang panjang atau tinggi, sementara burung yang terbang memiliki tulang dada yang
panjang dan tingginya mendekati sama (Mutiara, 2011).
Burung memiliki bengkokan tulang rusuk yang merupakan perpanjangan tulang
yang membengkok yang berfungsi untuk menguatkan tulang rusuk dengan saling
bertumpang tindih. Fitur ini juga ditemukan pada Sphenodon. Sphenodon juga memiliki
tulang panggul tetradiate yang memanjang seperti pada beberapa reptil. Sphenodon
memiliki tengkorak diapsid seperti pada reptil dengan lekukan air mata. Tengkoraknya
memiliki oksipital kondilus tunggal (Hasan, 2012).
Pada bagian kosta (tulang-tulang iga) terdapat kosta servikalis yang melekat pada
vertebra servikalis dan kosta torakalis yang melekat pada vertebra torakalis (Staf dosen
Universitas Yogyakarta, 1990).
Extremitas anterior pada aves tersusun atas tulang bahu yang terdiri dari skapula
(tulang belikat), korakoid (tulang leher), dan humerus (tulang lengan atas). Humerus
bergabung dengan radius (tulang pengumpil) dan ulna (tulang hasta) untuk membentuk
siku. Tulang-tulang karpal dan metakarpal membentuk karpometakarpus (Rani, 2012).
Pinggul aves terdiri dari panggul yang meliputi tiga tulang utama: Illium (atas
pinggul), iskhium (bagian posterior), dan pubis (bagian anterior). Ketiga tulang ini
menyatu menjadi satu membentuk tulang innominate. Tulang innominate merupakan
evolusi yang signifikan yang memungkinkan burung untuk bertelur. tulang innominate
bertemu di acetabulum (soket pinggul) dan mengartikulasikan dengan femur (tulang
paha), yang merupakan tulang pertama dari kaki belakang (Hasan, 2012).
Extremitas posterior aves berupa kaki. Bagian atas terdiri dari os femur (tulang
paha). Pada sendi lutut (patella), femur menghubungkan ke tibiotarsus (tulang tibia yang
bersatu dengan bagian proksimal dari tulang tarsal) dan fibula (sisi tungkai bawah).
Tarsometatarsus (persatuan antara tulang-tulang tarsal bagian distal dengan metatarsal)
membentuk bagian atas kaki aves, serta jari
(digiti) yang membentuk kaki. Tulang kaki
burung merupakan tulang yang paling berat,
berkontribusi pada rendahnya titik berat
burung. Hal ini membantu dalam
penerbangan. Sebuah kerangka burung terdiri
dari hanya sekitar 5% dari total berat badan
burung (Rani, 2012).
Struktur rangka Aves dapat dilihat
pada gambar 2.5 di samping.
Gambar 2.5 Kerangka Burung Merpati
(Anonim, 2010)
Keterangan Gambar 2.5.
1. Kranium 10. Tibiotarsus 19. Skapula
2. Servikal vertebralis 11. Fibia 20. Lumbar vertebrae
3. Frucula 12. Femus 21. Humerus
4. Korakoid 13. Iskhium 22. Ulna
5. Sternum 14. Pubis 23. Radius
6. Keel 15. Illium 24. Karpus
7. Patela 16. Vertebral kaudalis 25. Metakarpus
8. Tarsometatarsus 17. Pygostyle 26. Digiti
9. Digiti 18. Synsacrum 27. Alula

Selain itu, kaki burung diklasifikasikan menjadi anisodactyl, zygodactyl,


heterodactyl, syndactyl atau pamprodactyl. Anisodactyl merupakan bentuk kaki burung
yang paling umum, dengan tiga jari di depan dan satu di belakang. Bentuk seperti ini
banyak ditemui di burung penyanyi, burung pengicau, elang, rajawali, dan falkon.
Beberapa burung memiliki bentuk kaki syndactyl yakni bentuk kaki yang
menyerupai anisodactyl namun jari ke tiga dan ke empat atau ketiga jari depan menyatu
seperti yang terdapat pada burung raja udang. Jenis kaki ini merupakan karakteristik
burung dari ordo Coraciiformes.
Zygodactyl (dari bahasa Yunani ζυγον, kuku) adalah bentuk kaki burung, dengan
dua jari kaki menghadap ke depan (jari 2 dan 3) dan dua jari menghadap ke belakang (jari
1 dan 4). Pengaturan ini paling sering terjadi pada spesies arboreal, terutama spesies yang
naik batang pohon atau memanjat melalui dedaunan. Bentuk kaki zygodactyl dapat
dijumpai pada burung bayan, burung pelatuk dan beberapa burung hantu. Dari hasil
penelusuran, zygodactyl telah ditemukan dari peride 120 - 110 juta tahun yang lalu (awal
jaman kapur), 50 juta tahun sebelum fosil zygodactyl pertama kali di identifikasikan
(Mutiara, 2011).
Heterodactyl menyerupai zygodactyl, yang membedakan hanya pada heterodactyl
jari 3 dan 4 menghadap ke depan sedang jari 1 dan 2 menghadap ke belakang. Bentuk
kaki seperti ini hanya ditemukan pada trogon, sedangkan pamprodactyl adalah susunan
jari kaki dimana keempat jari dapat menghadap ke depan, atau burung dapat memutar
kedua jari belakang. Bentuk kaki seperti ini merupakan karakteristik dari burung walet
(Hasan, 2012).
Berikut ini gambar berbagai jenis kaki pada burung.
Gambar 2.6 Jenis kaki Aves (Anonim, 2010)

2.5 Sistem Rangka Mamalia


2.5.1 Struktur Histologis
Tulang tengkorak mamalia hanya terdiri dari 35 tulang atau kurang dari itu.
Meskipun berjumlah lebih sedikit, tetapi tulang-tulang tengkorak mamalia lebih kuat dan
lebih padat. Rangka tengkorak terdiri dari tulang-tulang kotak otak (kranium) dan tulang-
tulang wajah.
Kolumna vertebralis (tulang belakang) dari kebanyakan vertebrata tersusun atas
serangkaian vertebra bertulang atau bertulang rawan yang memanjang dari bawah kepala
sampai ujung ekor. Masing-masing ruas tulang belakang (vertebra) terdiri atas tiga bagian
utama, yaitu badan vertebra (sentrum), lengkung neural (arkus neuralis) dan taju neural
(spina/prosesus neuralis). Penonjolan vertebra ke arah lateral disebut prosesus
transversus/artikularis. Vertebra-vertebra yang berdekatan selalu bersambungan pada
bagian sentrumnya. Di samping itu vertebra tetrapoda saling berhubungan melalui
tonjolan-tonjolan dari lengkung neural yang disebut zigapofisis (prezigapofisis dan
poszigapofisis).
Pada reptilia dan mamalia, kolumna vertebralis dibagi menjadi 5 bagian, yaitu
vertebra servikalis (leher), vertebra torakalis (punggung), vertebra lumbalis (pinggang),
vertebra sakralis (sakral atau pelvis), dan vertebra kaudalis (ekor). Ruas vertebra
servikalis pertama disebut tulang atlas, dan ruas yang kedua disebut tulang aksis.
Strenum berfungsi untuk memperkuat dinding tubuh, melindungi organ-organ
visera di dalam rongga dada, sebagai tempat melekatnya otot-otot pektoral, dan untuk
membantu gerakan pernafasan paru-paru (pada beberapa amniota). Macam strenum pada
mamalia adalah manubrium, korpus sternum (sternebrae), dan sifisternum (prosesus
sifoideus) yang berupa tulang rawan.
Mamalia mempunyai rusuk vertebral yang berkepala dua (bisipital). Kepala
bagian dorsal disebut tuberkulum, melekat pada diapofisis dari vertebra. Kelapa bagian
ventral disebut kapitulum, melekat pada parapofisis dari vertebra.

2.5.2 Struktur Anatomi


Struktur anatomi mamalia (marmot “Cavia cobaya”) terdiri dari 4 bagian utama,
yaitu caput (kepala), serviks (leher), truncus (badan), dan extremitas (anggota gerak).
1. Kepala (caput).
Pada bagian caput terdapat rima oris (celah mulut) yang dibatasi oleh labium
(bibir) yang terdiri dari labium superior (bibir atas) dan labium inferior (bibir bawah). Di
atas mulut terdapat nares anteriores (lubang hidung luar) atau nares yang merupakan dua
celah condong. Organon visus (mata) dilindungi oleh kelopak mata atas (pelpebrae
superior atau frontalis) dan kelopak mata bawah (palpebrae inferior). Di sekitar moncong
dan mata terdapat vibrissae berupa rambut-rambut kasar dan panjang. Umumnya
memiliki rambut halus, membrane nictitans pindah di sudut dekat hidung dari biji mata
atau sering sudah disebut pilica seminularis. Di belakang organon visus terdapat pinna
auricularis (daun telinga) sebagai corong dari porus acusticus externa (lubang telinga luar)
yang selanjutnya ke alat pendengar (Staf dosen Universitas Yogyakarta, 1990).
2. Leher (servix)
3. Badan (truncus)
Bagian truncus terdiri atas thorox (dada), dorsum (punggung), abdomen (perut),
glutea (pantat), perineum (daerah antara kelamin luar dan anus), dan cauda yaitu
bagian ekor (Staf dosen Universitas Yogyakarta, 1990).

4. Anggota gerak (Extremitas).


Cavia memiliki anggota gerak depan (extremitas anterior atau cranialis) yang
berjari empat dan anggota gerak belakang (extremitas posterior atau caudalis) yang berjari
empat (Raharjo, 2009). Tulang pada bagian extremitas anterior marmot sama dengan
tulang pada bagian extremitas superior pada manusia, sedangkan tulang pada bagian
extremitas posterior marmot sama dengan extremitas inferior pada manusia.
Extremitas cranialis marmot terdiri dari:
 Brachium (lengan atas) berupa os humerus.
 Antibracium (lengan bawah) berupa os radius dan os ulna.
 Manus (tangan) berupa digiti yang berupa ossa karpal (tulang pergelangan tangan),
ossa metakarpal (tulang telapak tangan) dan phalangus (ruas jari-jari).
 Cingulum pelvicus berupa tulang pinggul yang menempel secara kokoh ada sacrum
dan masing-masing setengah tulang pinggul itu terdiri atas: os iskhium (sebelah
posterior) dan os pubis (sebelah ventral). Pertemuan ketiga tulang itu membentuk
manglokan yang terkenal sebagai anterior dorsalis bersatu secara senyawa, disebelah
ventral dibagian vertebrae.
Extremitas caudalis terdiri dari:
 Femur sebagai tungkai atas.
 Crus sebagai tungkai bawah terdiri atas tulang tibia dan fibula.
 Pes (kaki) terdiri atas ossa tersalia (tulang pergelangan tangan), ossa metacarpalia
(telapak kaki) dan phalangus (ruas jari-jari). Jari ada yang berfucula (cakar) dan
berunggula (telacak) (Raharjo, 2009).

Struktur rangka mamalia dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.7 Kerangka Kelinci (Anonim, 2012)


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Secara histologis, rangka pisces (ikan) ada yang terbentuk dari satu tulang rawan yang
disebut chondrocranium dan dilengkapi branchiocranium beserta derivate-derivatnya,
misalnya pada bagian tengkorak ikan Elasmobranch dan pada tengkorak ikan bertulang
sejati tersusun atas dua bagian yaitu neurocranium dan branchiocranium. Sedangkan
secara anatomi, rangka pisces tersusun atas 3 bagian, yaitu kepala, batang tubuh dan
ekor.
2. Secara histologis, rangka amfibi (katak) tersusun atas endoskeleton yang disokong
oleh bagian yang lunak. Tulang yang panjang dibedakan atas bagian central yang
disebut diaphyse sedang kedua ujungnya disebut epiphyse. Sedangkan secara anatomi,
rangka katak dibagi menjadi 2, yaitu skeleton axiale (terdiri dari tempurung kepala,
vertebra, dan sternum) dan skeleton appendiculare (contohnya pada kaki).
3. Secara histologis, rangka reptil (kadal) tersusun atas eksoskeleton (berasal dari
epidermis, berupa sisik menanduk) dan endoskeleton (terdiri dari sekeleton aksial dan
apendikular). Sedangkan secara anatomi, rangka kadal terbagi menjadi 4, yaitu caput,
truncus, serviks, dan caudal.
4. Secara histologis, rangka aves (burung) tersusun atas jaringan tulang rawan, jaringan
tulang keras dan jaringan ikat. Sedangkan secara anatomi, rangka aves tersusun 2
bagian, yaitu rangka aksial (terdiri dari caput, lolumna vertebralis, truncus, dan kosta)
dan rangka apendikular (tersusun atas extremitas).
5. Secara histologis, rangka mamalia umumnya tersusun atas tulang rawan dan tulang-
tulang pengganti tulang rawan (tulang keras). Sedangkan secara anatomi, rangka
mamalia (marmot “Cavia cobaya”) terdiri dari 4 bagian utama, yaitu caput (kepala),
serviks (leher), truncus (badan), dan extremitas (anggota gerak).

3.2 Saran
Dari pembahasan di atas, penulis ingin memberikan saran kepada pembaca khusunya
pada mahasiswa biologi untuk bisa memahami sistem rangka ini dengan baik karena
sangat penting untuk mempelajari morfologi hewan.
DAFTAR RUJUKAN

Ahmad, Reza. 2013. Sistem Rangka Kadal. (Online), diakses pada 25 Januari 2015 dari:
http://ibanez-powell.blogspot.com/2013/10/makalah-tentang-vertebrata-kadal-
biologi.html
Anonim. 2010. Anatomi Vertebrata (Online). Diakses dari:
http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/anatomi-vertebrata.html
Anonim. 2012. Morfologi dan Anatomi Kelinci (Online). Diakses dari :
http://saruedisimamorae.blogspot.com/2012/09/morfologi-dan-anatomi-
kelinci.html
Hasan, Muhammad. 2012. Zoologi Vertebrata (Online). Diakses dari:
https://muhammadhasan811.wordpress.com/2012/05/29/zoologi- vertebrata/
Mutiara, Dian. 2011. Zoologi Vertebrata (Online). Diakses dari:
https://www.academia.edu/8837867/Zoologi_Vertebrata
Puspita, Rena. 2013. Sistem Rangka Amphibi.(Online),
http://rhenapuspita49.blogspot.com/2013/05/class-amphibi.html, diakses pada 25
Januari 2015
Raharjo, Galih Aditya. 2009. Anatomi Marmot (Cavia porcellus). Purwokrto.
Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Jenderal Soedirman.
Rani. 2012. Anatomi Rangka Vertebrata (Online). Diakses dari:
http://ranietariga.blogspot.com/2012/03/anatomi-rangka-vertebrata.html
Staf Dosen/Asisten Zoologi Dasar/Anatomi Hewan. 1990. Diktat Asistensi
Anatomi Hewan-Zoologi. Yogyakarta. Laboratorium Anatomi Hewan, Jurusan
Zoologi, Fakultas Biologi, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Tenzer, Amy, Umie Lestari, Nursasi Handayani, Abdul Gofur, Masjhudi, Sofia Ery
Rahayu, Nuning Wulandari, Siti Imroatul Maslikah. 2014. Hand Out Struktur
Perkembangan Hewan I (NBIO606). Malang: Universitas Negeri Malang.
Tenzer, Amy, Umie Lestari, Nursasi Handayani, Abdul Gofur, Masjhudi, Sofia Ery
Rahayu, Nuning Wulandari, Siti Imroatul Maslikah. Tanpa tahun. Struktur
Perkembangan Hewan I (SPH 1) (Bagian 1). Malang: Universitas Negeri Malang.
Ville, A. Claude, Warren F. Walker, Robert D. Barnes. 1999. Zoologi Umum
(terjemahan). Jakarta: Erlangga.

24

Anda mungkin juga menyukai