Anda di halaman 1dari 13

Makalah Tutorial

Definisi dan Komposisi Cairan Rongga Mulut

Oleh:

Resza Utomo 161610101079


Radin Ahmad H.M. 161610101083
Adilia Putri Istadi 161610101090
Syifa Qurratu’ain 161610101096

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2016
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala karena
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah yang
menjadi laporan tutorial skenario 3 yang dengan judul “Karena Gigi Palsu”.
Makalah tutorial ini tentang learning objective mengenai definisi dan komposisi
dari cairan rongga mulut. Makalah tutorial ini penulis susun sebagai sarana untuk
lebih memahami dan mendalami materi mengenai cairan rongga mulut.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada keluarga, dosen, serta kerabat
yang telah mendukung untuk menulis makalah ini. Semoga dengan dibuat makalah
tutorial ini, bisa menambah ilmu dan lebih memahami materi definisi dan
komposisi dari cairan rongga mulut. Kesempurnaan hanyalah milik Allah, mohon
maaf apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan baik dalam isi ataupun
sistematika.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Tuhn dengan segala
kelebihan yang diberikan. Mulai dari bagian tubuh yang paling utama yaitu rongga
mulut. Karakteristik rongga mulut dari setiap individu memiliki perbedaan yang
signifikan. Seseorang yang memiliki keadaan rongga mulut yang dari sisi luar
nampak normal dapat terserag sebuah penyakit yang serius, karena tanpa kita sadari
kondisi rongga mulut dapat mengalami penurunan kekebalan dalam melawan
pathogen sehingga mudah terserang penyakit.
Kesehatan rongga mulut manusia yang meliputi gigi dan jaringan
periodontal di dalamnya dapat dilihat dari konsentrasi cariran rongga mulut. Dalam
hal ini cairan rongga mulut yang akan dibahas meliputi dua macam yaitu cairan
crevikular gingiva atau biasa disebut sebagai cairan sulkus gingiva dan saliva. Caira
crevikular gingiva merupakan produk filtrasi fisiologis dari pembuluh darah yang
termodifikasi, dapat berasal dari jaringan gingiva yang sehat, melalui mekanisme
perubahan tekanan osmosis sebab adanya makromolekul.
Cairan crevikular gingiva memiliki peranan yang penting pada kesehatan
rongga mulut. Cairan crevikular gingiva juga dapat dijadikan sebagai diagnostic
maker dengan melihat turun atau naiknya bahan yang terkandung didalamnya
sebagai parameter. Saliva merupakan cairan bening yang tidak berwarna yang
terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva besar dan kecil yang ada pada
mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar saliva atau kelenjar air liur. Aliran
saliva pada seseorang berbeda-beda. Aliran saliva dapat dipengaruhi adanya
pengaruh pemakaian potesa yang umumnya terjadi hipersalivasi pada orang normal
dewasa dan xerostomia pada lansia penderita diabetes mellitus. Factor lain yang
mempenagruhi aliran saliva termasuk berat badan , jenis kelamin, kebutuhan cairan
tubuh, postur tubuh, pencahayaan, stimulasi kelenjar saliva, keadaan individu yang
sedang puasa.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi Saliva ?
2. Apa definisi Cairan Sulkus Gingiva / Cairan Crevikular Gingiva?
3. Bahan apa saja yang menyusun (komposisi) saliva ?
4. Bahan apa saja yang menyusun (komposisi) Cairan Sulkus Gingiva /
Cairan Crevikular Gingiva?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat Mengetahui dan Memahami definisi Saliva
2. Mahasiswa dapat Mengetahui dan Memahami definisi Cairan Sulkus
Gingiva / Cairan Crevikular Gingiva
3. Mahasiswa dapat Mengetahui dan Memahami komposisi Saliva pada
manusia
4. Mahasiswa dapat Mengetahui dan Memahami komposisi Cairan Sulkus
Gingiva / Cairan Crevikular Gingiva pada manusia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Cairan Rongga Mulut


Cairan Rongga mulut adalah cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar saliva
ke dalam rongga mulut dan disebarkan melalui celah diantara permukaan gigi dan
gusi. Cairan rongga mulut terdiri dari saliva, cairan sulkus gingival dan secret dari
epitel rongga mulut. Jumlah dan susunannya sangat menentukan bagi kesehatan
mulut. Saliva merupakan sekresi campuran, lebih dari 90 % dihasilkan oleh kelenjar
parotis, submandibular, dan sublingual. Sisanya dari kelenjar-kelenjar tambahan.
2.1.1 Saliva
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang
terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva besar dan kecil yang ada pada
mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar saliva atau kelenjar air liur. Semua
kelenjar saliva mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan
mengeluarkan suatu sekret yang disebut “salivia” (saliva atau air liur).
Pembentukan kelenjar saliva dimulai pada awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu)
sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan
jaringan asinar. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi
seluruh jaringan rongga mulut. Pengeluaran air saliva pada orang dewasa berkisar
antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air saliva normal
adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air saliva (kapasitas dapar / asam) dan jumlah
air saliva yang kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang tinggi.
Dan meningkatnya pH air saliva (basa) akan mengakibatkan pembentukan karang
gigi. Saliva diproduksi secara berkala dan susunannya sangat tergantung pada
umur, jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi
biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Manusia memproduksi sebanyak 1000-
1500 cc air saliva dalam 24 jam.
Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva yang terdiri atas sepasang kelenjar
saliva mayor serta beberapa kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari
kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis. Kelenjar parotis merupakan
kelenjar saliva terbesar, terletak bilateral di depan telinga antara ramus
mandibularis dan processus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di
bawah lengkung zigomatik. Kelenjar submandbularis merupakan kelenjar saliva
terbesar kedua yang terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula.
Salurannya bermuara melalui lubang yang terdapat di samping frenulum lingualis.
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling
dalam, pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing
kelenjar sublingualis sebelah kanan dan kiri bersatu untuk membentuk massa
kelenjar di sekitar frenulum lingualis. Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar
lingualis, bukalis, labialis, palatinal, dan glossopalatinal. Kelenjar-kelenjar ini
berada di bawah mukosa dari bibir, lidah, pipi, serta palatum.
2.2 Cairan Sulkus Gingiva
Menurut Carranza JR CSG adalah suatu produk filtrasi fisiologis dari
pembuluh darah yang termodifikasi. Hipotesa Alfano membuktikan bahwa CSG
dapat berasal dari jaringan gingiva yang sehat, melalui mekanisme perubahan
tekanan osmosis sebab adanya makromolekul.
Cairan krevikular gingival atau gingival crevicular fluid (GCF) pada
manusia dianggap sebagai transudat. Pada gingiva yang normal, cairan krevikular
gingiva sangatsedikit bahkan tidak ada. Untuk mengukur GCF terdapat berbagai
metode yang telah dicoba termasuk penggunaan paper strip serap, twisted threads
(benang pilin) diletakkansekitar dan ke dalam sulkus, mikropipet, dan pembersihan
intrakrevikular. Sebagaiseorang dokter gigi penting untuk mengetahui cara
mengukur cairan krevikular gingival untuk membantu pelaksanaan diagnosa.
Cairan Krevikular gingiva (CKG) adalah cairan yang dapat ditemukan pada
runag fisiologis (sulkus gingiva) dan dapat merupakan ruang pathologis (poket
gingiva) dan dapat merupakan eksudat ataupun transudat. Aliran CKG pada
awalnya disebabkan oleh gradient osmotic (transudat) dan selanjutnya juga dapat
dipengaruhi oleh mekanisme inflamatorik pada daerah sekitar sulkus gingival.
Dengan demikian, cairan krevikuler gingiva (CKG) dapat digunakan sebagai
penanda diagnostic (diagnostic marker) aktivitas penyakit periodontal, karena
mengandung beberapa faktor biokimiawi yang berkaitan erat dengan status
penyakit periodontal. Selain itu, volume CKG bisa digunakan sebagai penanda
sederhana untuk mengetahui status inflamasi jaringan periodontal.
2.2 Komposisi Cairan Rongga Mulut
2.2.1 Komposisi Saliva
Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh
kelenjar saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun
demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum
karena pada saliva bahan utamanya adalah air yaitu sekitar 99.5%. Komponen
anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium, Magnesium, Bikarbonat,
Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat, Potassium dan Nitrat.
Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim
amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin, vitamin C, beberapa
asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.
2.2.1.1 Komponen Anorganik
Dari kation-kation, Sodium (Na+ ) dan Kalium (K+ ) mempunyai
konsentrasi tertinggi dalam saliva. Disebabkan perubahan di dalam muara
pembuangan, Na+ menjadi jauh lebih rendah di dalam cairan mulut daripada di
dalam serum dan K+ jauh lebih tinggi.
Ion Khlorida merupakan unsur penting untuk aktifitas enzimatik α-amilase.
Kadar Kalsium dan Fosfat dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi email
dan berperan penting pada pembentukan karang gigi dan plak bakteri. Kadar
Fluorida di dalam saliva sedikit dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida dalam air
minum dan makanan. Rodanida dan Thiosianat(CNS- ) adalah penting sebagai agen
antibakterial yang bekerja dengan sisitem laktoperosidase. Bikarbonat adalah ion
bufer terpenting dalam saliva yang menghasilkan 85% dari kapasitas bufer.
2.2.1.1 Komponen Organik
Komponen organik dalam saliva yang utama adalah protein. Protein yang
secara kuantitatif penting adalah α-Amilase, protein kaya prolin, musin dan
imunoglobulin.
Berikut adalah fungsi protein-protein dalam saliva:
1. α-Amilase mengubah tepung kanji dan glikogen menjadi kesatuan
karbohidrat yang kecil. Juga karena pengaruh α-Amilase, polisakarida
mudah dicernakan.
2. Lisozim mampu membunuh bakteri tertentu sehingga berperan dalam
sistem penolakan bakterial.
3. Kalikren dapat merusak sebagian protein tertentu, di antaranya faktor
pembekuan darah XII, dan dengan demikian berguna bagi proses
pembekuan darah.
4. Laktoperosidase mengkatalisis oksidasi CNS (thiosianat) menjadi OSCN
(hypothio) yang mampu menghambat pertukaran zat bakteri dan
pertumbuhannya.
5. Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi
penting: membentuk bagian utama pelikel muda pada email gigi.
6. Musin membuat saliva menjadi pekat sehingga tidak mengalir seperti air
disebabkan musin mempunyai selubung air dan terdapat pada semua
permukaan mulut maka dapat melindungi jaringan mulut terhadap
kekeringan. Musin juga untuk membentuk makanan menjadi bolus.
2.2.2 Komposisi Cairan Sulkus Gingiva
Lebih dari 40 senyawa di dalam CSG sudah dianalisis, namun sumbernya
sulit dibedakan, misalknya kolagenase bisa berasal dari fibroblast atau
polimorfonuklear neutrofil tetapi juga disekresikan oleh bakteri. Banyak penelitian
berusaha untukmenggunakan komponen dari CSG untuk mengidentifikasi atau
mengdiagnosis penyakit yang aktif, mengantisipasi resikonya, menentukan
perkembangannya dan menggunakannya sebagai indikator dari kehilangan jaringan
atau untuk memonitori respon dan pengobatan.
2.2.2.1 Materi Darah
Materi darah yang ada pada CSG adalah polimorfonuklear leukosit,
neutrofil, monosit, makrofag, dan limfosit.
Polimorfonuklear leukosit bermigrasi secara teratur dan terus menerus dari
pembuluh darah ke dalam epitel perlekatan, menembus ke sulkus gingiva dan
keluar ke ruang mulut. Poli morfonuklear merupakan sel paling aktif yang keluar
dari pembuluh darah melalui eptel perlekatan masuk ke dalam sulkus gingiva.
Schlunger serta korwashi menemukan lebih dari 500 leukosit setiap detik yang
bermigrasi ke ruang mulut dari gingiva dengan kondisi normal, pada mulut yang
mempunyai geligi lengkap. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa kecepatan
migrasi ini mempunyai hubungan erat dengan keparahan gingivitis.
Neutrofil bermigrasi melalui epitel perlekatan ke sulkus gingiva. Pada
sulkus, neutrofil membentuk rintangan diantara epitel dan plak yang mungkin
mencegah invasi bakteri pada epitel dan jaringan ikat dibawahnya. Oleh karena itu,
neutrofil dapat memperkecil efek merusak dari plak bakteri. Sekitar 92% leukosit
yang ditemukan di dalam sulkus gingiva sehat berupa neutrofil. Jumlahnya dapat
meningkat selama perubahan dari sulkus yang sehat menjadi saku gusi. Bila terjadi
kerusakan, seluruh sel ini akan melepaskan enzim cytosolic (enzim didalam
sitoplasma sel) dan konsentrasinya menggambarkan jumlah sel yang mati ketika
terjadi lesi. Dua dari enzim ini, aspartate amino transferase dan lactate
dehydrogenase, secara luas digunakan dalam ilmu kedokteran.
Monosit merupakan sel imatur yang mempunyai sedikit kemampuan untuk
melawan agen infeksi. Konsentrasi sel monosit ini di dalam darah antara 5-10%.
Sel monosit hanya berada di dalam darah selama 24 jam saja, untuk selanjutnya
bermigrasi ke berbagai jaringan, menetap disana dan berubah menjadi makrofag/
makrofag mempunya kemampuan menelan partikel yang lebih besar dan seringkali
lima kali atau lebih jumlah partikel yang dapat ditelan neutrofil.
Limfosit adalah leukosit kedua terbanyak di dalam darah sesudah leukosit
neutrofil. Antara 25-35% dari jumlah seluruh leukosit darah adalah limfosit. Jumlah
ini akan terus bertambah pada tahap kronis dari suatu peradangan karena infeksi.
Limfosit tidak dapat melakukan fagositosis, tapi bukan berarti limfosit kurang
penting dalam mekanisme pertahanan terhadap benda asing.
2.2.2.2 Elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang telah diukur pada CSG lebih tinggi daripada
konsentrasi elektrilit di plasma. Ini mencakup sodium, potasium, kalsium dan
magnesium. Konsentrasi ion-ion tersebut akan meningkat pada keadaan gingiva
meradang. Selain itu bang berpendapat, ion Ca++ dalam konsentrasi tinggi dapat
berperan dalam pembentukan kalkulus sub gingiva.
2.2.2.3 Protein
Konsentrasi protein digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi inflamasi
gingiva dan aktivitas penyakit periodontal. Pada keadaan sehat, seharusnya tidak
ada protein yang hadil pada celah gusi, meskipun saliva masuk ke sulkus. Protein
pada CSG diperkirakan hadir dari inflamasi, bakteri pada plak gigi atau pemecahan
neutrofil.
Pelepasan enzim lisosom dalam level yang tinggi oleh neutrofil, enzim
proteolitik seperti kolagenase, atau enzim intersitoplasmatik seperti laktase
dehidrogenase dan asapartate amino transferase dapat membantu memonitor
perkembangan dari penyakit periodontal. Kolagenase, hasil akhir dari kerusakan
jaringan, juga adalah petunjuk dari kerusakan jaringan periodontal.
2.2.2.4 Sistem Fibrinolisis
Suatu sistem penghancur fibrin yang merupakan salah satu faktor perekat
epitel ke jaringan gigi. Perdarahan gingiva adalah tanda khas dari inflamasi pada
periodontitis, memberi kesan penyakit dari sistem pembekuan darah pada lesi-lesi
seperti itu. Korelasi positif antara kehadiran porphyromonas gingivalis pada poket
periodontal dan kecenderungan berdarah telah diperlihatkan. Penelitian oleh Lantz
mengindikasikan bahwa hal tersebut dapat mengikat dan menurunkan fibrinogen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cairan Rongga mulut adalah cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar saliva ke dalam rongga
mulut dan disebarkan melalui celah diantara permukaan gigi dan gusi. Cairan rongga mulut
terdiri dari saliva, cairan sulkus gingival dan secret dari epitel rongga mulut. Jumlah dan
susunannya sangat menentukan bagi kesehatan mulut.

Cairan rongga mulut dibagi menjadi:

1. Saliva
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas
campuran sekresi dari kelenjar saliva besar dan kecil yang ada pada mukosa oral.
Saliva disekresi oleh kelenjar saliva. Semua kelenjar saliva mempunyai fungsi
untuk membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang
disebut “salivia” (saliva atau air liur). Pembentukan kelenjar saliva dimulai pada
awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu) sebagai invaginasi epitel mulut yang akan
berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan asinar.
2. Cairan Sulkus Gingiva
Menurut Carranza JR CSG adalah suatu produk filtrasi fisiologis dari pembuluh
darah yang termodifikasi. Hipotesa Alfano membuktikan bahwa CSG dapat
berasal dari jaringan gingiva yang sehat, melalui mekanisme perubahan tekanan
osmosis sebab adanya makromolekul. Cairan krevikular gingival atau gingival
crevicular fluid (GCF) pada manusia dianggap sebagai transudat. Pada gingiva
yang normal, cairan krevikular gingiva sangat sedikit bahkan tidak ada. Cairan
Krevikuler gingiva (CKG) adalah cairan yang dapat ditemukan pada ruang
fisiologis (sulkus gingiva) dan dapat merupakan ruang pathologis (poket gingiva)
dan dapat merupakan eksudat ataupun transudat.

Komposisi Cairan Rongga Mulut

1. Komposisi Saliva

Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar


saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun
demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum
karena pada saliva bahan utamanya adalah air yaitu sekitar 99.5%. Komponen
anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium, Magnesium,
Bikarbonat, Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat, Potassium dan
Nitrat. Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa
enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin, vitamin C,
beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron
dan kortisol.
2. Komposisi Cairan Sulkus Gingiva
Lebih dari 40 senyawa di dalam CSG sudah dianalisis, namun sumbernya sulit
dibedakan, misalknya kolagenase bisa berasal dari fibroblast atau
polimorfonuklear neutrofil tetapi juga disekresikan oleh bakteri.
a. Materi Darah
Materi darah yang ada pada CSG adalah polimorfonuklear leukosit,
neutrofil, monosit, makrofag, dan limfosit.
b. Elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang telah diukur pada CSG lebih tinggi daripada
konsentrasi elektrilit di plasma. Ini mencakup sodium, potasium,
kalsium dan magnesium.
c. Protein
Konsentrasi protein digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi
inflamasi gingiva dan aktivitas penyakit periodontal. Pada keadaan
sehat, seharusnya tidak ada protein yang hadil pada celah gusi,
meskipun saliva masuk ke sulkus. Protein pada CSG diperkirakan hadir
dari inflamasi, bakteri pada plak gigi atau pemecahan neutrofil.
d. Sistem Fibrolisis
Suatu sistem penghancur fibrin yang merupakan salah satu faktor
perekat epitel ke jaringan gigi.
Daftar Pustaka

Haskell R and Gayford J.J , Penyakit Mulut. Jakarta:1991

Roth Gerald I and Camles Robert, Oral Biology.The C. V. Mosby Company.


Chapter 8:196-213 , 1981.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20431/4/Chapter%20II.pdf

http://ebookbrowse.com/penyakit-periodontal-pdf-d87271227

Anda mungkin juga menyukai