DISUSUN OLEH :
Rika febrianti.k
AKADEMI KEBIDANAN
GRAHA ANANDA KAB. TOLITOLI
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
Rika febrianti .k
Delni rahyana
Firna ntalo
Hadrawati
Hardianti wulandari
Hasriani sarifuddin
Jumria
Nurainun
Nurfaisa
Ririn reskiyah
Ririn sulistia k
Riska aulia
Sahdania salman
Vidya eka astuty
wahda
Daftar Isi
Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
B. Rumusan Masalah................................................................................... 4
D. Krangkan Konseptual............................................................................. 5
Bab II Pembahasan
A. Kesimpulan .............................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
maupun wanita. Sebagian besar lapangan kerja banyak memberi peluang bagi
tenaga kerja wanita. Tuntutan ekonomi yang mendesak dan adanya kesempatan
untuk bekerja di bidang industri telah memberikan daya tarik yang kuat bagi
tenaga kerja wanita. Tidak hanya pada tenaga kerja wanita yang sudah dewasa
yang sudah dapat digolongkan pada angkatan kerja. Tetapi sering juga wanita
yang belum dewasa yang selayaknya masih harus belajar di bangku sekolah.
Bagi tenaga kerja wanita yang belum berkeluarga masalah yang timbul
menyangkut diri seseorang wanita secara umum seperti cuti hamil, kerja pada
dialami oleh perempuan di tempat kerja, baik oleh teman sekerja maupun oleh
tidak senonoh, tindakan atau kontak fisik yang mempunyai konotasi seksual.
Walaupun seringkali oleh orang yang menjadi sasaran tindakan tersebut tampak
tidak membahayakan secara langsung, namun dengan adanya tindakan itu yang
mempunyai unsur kekuasaan, pekerja atau buruh wanita tersebut selalu menjadi
sadar akan keperempuannya dan keperawanannya terhadap gangguan-gangguan
tersebut. Bentuk yang paling ekstrem dari gangguan seksual itu adalah perkosaan
yang seringkali pula bentuknya sangat terselubung, dalam artian bahwa sering
terjadi pada buruh atau tenaga kerja wanita dalam berita media online harian
kejahatan seksual yang kerap diterima oleh para buruh wanita. Di Jakarta, terdapat
sekitar 80.000 orang buruh. Sebanyak 90 persen dari angka tersebut merupakan
buruh wanita dan 75 persen buruh wanita yang ada di Jakarta telah mengalami
kekerasan seksual.
2012, terdapat 216.156 kasus kekerasan seksual. Di antaranya diterima oleh buruh
wanita sebanyak 2.521. Angka itu berdasar kepada buruh wanita yang melaporkan
pelecehan seksual yang diterima oleh para buruh wanita sering kali diterima di
dalam pabrik. Pelakunya pun bisa dari siapa saja, mulai dari atasan mereka,
Ini sudah biasa dilakukan di pabrik di Jakarta Utara," ujarnya di kantor Kontras,
Tidak hanya itu, menurut Jumingsih, para buruh juga kerap menjadi obyek
pelecehan seksual di luar pabrik. Hal tersebut biasanya terjadi ketika para buruh
itu pulang pada malam hari karena lembur. "Pada saat pulang lebih jam 22.00,
kami tidak disediakan transportasi yang aman sehingga pas pulang kena
pemerkosaan," katanya.
sudah melaporkan kepada polisi. Akan tetapi, masih banyak dari kasus-kasus ini
yang tidak diselesaikan oleh pihak kepolisian. Hal ini menurut Jumingsih karena
masih lemahnya hukum di Indonesia dalam tindak kasus pelecehan ini, apalagi
jika korban pelecehan ini ialah seorang buruh. "Di sini, kami bisa melihat adanya
mengatur hak dan kewajiban bagi para tenaga kerja maupun para pengusaha di
B. Rumusan Permasalahan
kerja wanita?
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:
D. Kerangka Konseptual
bekerja dengan bergantung pada orang lain yang memberi perintah dan
menguasainya sehingga orang tersebut harus tunduk pada orang lain yang
tercakup seseorang yang bekerja untuk kepentingan sendiri, dengan resiko dan
pekerjaan itu tetap terjamin. Hal-hal tersebut merupakan bentuk dari perlindungan
kerja.
dibayangkan, karena para wanita umumnya bertenaga lemah, halus tetapi tekun.
Tentunya juga memberikan norma-norma susila agar tenaga kerja wanita tidak
terpengaruh oleh perbuatan negatif dari tenaga kerja pria, terutama pekerjaan pada
malam hari.
BAB II
PEMBAHASAN
Wanita adalah Tenaga Kerja Wanita dalam jangka waktu tertentu berdasarkan
Aturan hukum untuk pekerja perempuan ada yang berbeda dengan pekerja
76, 81, 82, 83, 84, Pasal 93, Kepmenaker No. 224 tahun 2003 serta Peraturan
Perlindungan dalam hal kerja malam bagi pekerja wanita (pukul 23.00 sampai
pukul 07.00). Hal ini diatur pada pasal 76 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003
Tetapi pengecualian ini tidak berlaku bagi pekerja perempuan yang berum7ur di
makanan dan minuman bergizi tetapi diganti dengan uang padahal ketentuannya
terhadap pekerja wanita yang dalam masa haid tidak wajib bekerja pada hari
pertama dan kedua pada waktu haid dengan upah penuh. Dalam pelaksanaanya
lebih banyak yang tidak menggunakan haknya dengan alasan tidak mendapatkan
premi hadir.
selama 1,5 bulan sebelum saatnya melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan
dengan upah penuh. Ternyata dalam pelaksanaannya masih ada perusahaan yang
pekerja wanita yang anaknya masih menyusui untuk menyusui anaknya hanya
terhadap pekerja wanit yakni dengan melalui pengesahan dan pendaftaran PP &
PENUTUP
A. Kesimpulan
perusahaan.
keselamatan dan kesehatan kerja sudah cukup untuk mengatur dan memberikan
tenaga kerja khususnya tenaga kerja wanita. Selain itu pemerintahan harus
wanita apakah sudah mentaati peraturan yang ada atau belum. Dan peran aktif
http://yogalih.wordpress.com/about/
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/04/19/16235648/75.Persen.Buruh.Wan
ita.di.Jakarta.Alami.Kekerasan.Seksual
http://jantukanakbetawi.blogspot.com/2011/01/makalah-aspek-hukum-
perlindungan.html