Kotoran ayam merupakan salah satu bahan penyusun ransum alternatif pada ternak
ayam pedaging. Kotoran ayam mengandung protein, lemak, energi, vitamin dan mineral
yang cukup tinggi. Namun Kotoran ayam memiliki kekurangan yaitu aroma yang
dihasilkan, sehingga dapat mempengaruhi tingkat konsumsi daging ayam di masyarakat
.
Kotoran ayam mengandung protein kasar yang cukup tinggi dengan kandungan
NPN yang tinggi pula tetapi memiliki kandungan energi yang rendah, untuk mengatasi
kendala tersebut maka ditambahkan molases dimana molases merupakan sumber
energi yang mengandung karbohidrat, dimana didalamnya terdapat unsur carbon (C)
sedangkan pada kotoran ayam mengandung unsur nitrogen (N). Unsur C pada molases
digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi untuk memecah substrat yaitu
NPN dan mengikat nitrogen (N) sehingga dapat meningkatkan kualitas kotoran ayam.
Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan kotoran ayam fermentasi dalam ransum
terhadap income over feed cost ayam pedaging ?
2. Pada level berapa penggunaan kotoran ayam fermentasi dalam ransum memberikan
pengaruh terhadap income over feed cost ayam pedaging ayam pedaging ?
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Kotoran ayam (manur) yang baru diambil dari kandang sebaiknya tidak langsung
diberikan sebagai bahan pakan atau campuran pakan. Hal ini disebabkan kotoran
ayam yang masih baru dan basah, banyak mengandung gas ammonia dan
mikroorganisme patogen misalnya, Streptococcus sp, Salmonella sp, Clostridium
sp, Mycobacterium sp yang dapat membahayakan kesehatan ternak, oleh karena
itu, kandungan gas ammonia dan mikroorganisme harus dihilangkan terlebih
dahulu dengan cara pengeringan.
Kotoran ayam terdiri dari sisa pakan dan serat selulosa yang tidak dicerna. Kotoran ayam
mengandung protein, karbohidrat, lemak dan senyawa organik lainnya. Protein pada
kotoran ayam merupakan sumber nitrogen selain ada pula bentuk nitrogen inorganik
lainnya. Komposisi kotoran ayam sangat bervariasi bergantung pada jenis ayam, umur,
keadaan individu ayam, dan makanan (Foot et all, 1976).
Fontenot et all (1983) menyatakan bahwa rata- rata produksi buangan segar ternak ayam
petelur adalah 0,06 kg/hari/ekor, dan kandungan bahan kering sebanyak 26%,
sedangkan dari pemeliharaan ayam pedaging kotoran yang dikeluarkan sebanyak 0, 1
kg/hari/ekor dan kandungan bahan keringnya 25%.
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Tambun, Kecamatan Baolan, Kabupaten Tolitoli, Provinsi Sulawesi Tengah. Selama 6
minggu mulai dari tanggal 05 September sampai 16 Oktober 2014.
Penelitian ini menggunakan 80 (Delapan Puluh) ekor DOC (Day Old Chick) ayam pedaging . Berasal dari PT. Satwa Raya Makassar SR
707.
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang sistem panggung yang terbuat dari belahan bambu sebanyak 16 unit/petak
kandang dengan ukuran masing-masing 1m x 1m x 1m. Pada setiap kandang yang ditempatkan 5 ekor anak ayam percobaan.
Tempat ransum yang akan digunakan terbuat dari plastik dengan kapasitas 1 kg ransum, untuk tempat air minum terbuat dari plastik
dengan kapasitas 1 liter.
3.2.4 Timbangan
Timbangan yang akan digunakan yaitu timbangan analitik untuk menimbang ayam pedaging dan sisa ransum, sedangkan untuk
menimbang bahan pakan dalam menyusun ransum untuk kebutuhan tiap minggu digunakan timbangan merk bintang yang berkapasitas
10 kg dengan skala ketelitian 10 gram.
Proses Pembuatan Kotoran Ayam Fermentasi
1. Bersihkan kotoran ayam dari sampah kertas atau plastik
2. Kemudian Kotoran ayam dan bekatul dicampur secara merata.;
3. Larutkan Cairan EM4 dan molase dalam 2 liter air, kemudian campur secara
merata dengan kotoran ayam
4. Adonan tersebut kemudian dimasukkan dalam karung goni untuk proses fermentasi
selama 24 jam;
5. Setelah diperam kemudian dibuka dan diangin-anginkan sampai kering betul.
6. Bungkil kedelai, tepung jagung dan tepung ikan dicampur secara merata, kemudian
ditambahkan secara merata dalam adonan yang sudah terfermentasi.
7. Campuran siap diberikan pada ternak ayam pedaging.
Metode Penelitian
3.3.1 Rancangan Percobaan
Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan setiap perlakuan mendapat 4 kali ulangan, sehingga terdapat 16 unit percobaan.
3.3.2 Perlakuan
Income Over Feed Cost (IOFC) = Pendapatan Usaha
Biaya Ransum
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari semua peubah yang diamati akan dianalisis dengan sidik ragam menurut petunjuk
Hanafiah (1991).
Adapun model matematik yang digunakan adalah:
Yij = µ + ai + ∑ij
Keterangan : i = 1,2,3,4 (Perlakuan)
J = 1,2,3,4 (Ulangan)
Yij = Respon dari percobaan apa yang diukur pada perlakuan ke-1,
ulangan ke-j
µ = Nilai rata-rata umum
ai = Pengaruh perlakuan pada taraf ke-i
∑ij = Pengaruh komponen galat pada perlakuan ke-i, Ulangan ke-j
Data yang diperoleh dianalisis pada sidik ragam. Apabila diperoleh hasil berpengaruh nyata atau sangat nyata dari
perlakuan maka akan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) 5%.
Pengaruh Perlakuan Terhadap Income Over Feed Cost
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rataan income over feed cost ayam pedaging dari
masing – masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel. 10 berikut ini :
Tabel. 10 Rata-rata Income Over Feed Cost Ayam pedaging selama penelitian (g/ekor)
R0
13144.42 25836.89 15313.48 17415.28 71710.06 14342.01
R1
17646.51 28599.00 22079.12 16809.77 85134.39 17026.88
R2
22946.79 29915.19 19061.50 22953.86 94877.34 18975.47
R3
21422.15 19893.44 22443.80 24808.93 88568.31 17713.66
Jumlah
340290.11 68058.02
Income over feed cost yang paling baik dapat dilihat pada perlakuan
R2 (18975.47) kemudian berturut-turut pada perlakuan R3 (17713.66),
R1 (17026.88) dan R0 (14342.01). Hasil analisis sidik ragam pada
lampiran 4b menunjukkan bahwa pemberian kotoran ayam fermentasi
dengan tingkat persentase yang berbeda terhadap income over feed cost
ayam pedaging tidak memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05), hal ini
diduga karena perbedaan keuntungan yang diperoleh hanya sedikit antara
perlakuan.
Hasil perhitungan data Income Over Feed Cost sangat dipengaruhi oleh
konsumsi ransum, pertambahan berat badan dan biaya pakan selama
penelitian. Rasyaf (2004) menyatakan bahwa besarnya nilai Income Over
Feed Cost dipengaruhi oleh konsumsi ransum, pertambahan berat badan,
biaya pakan dan harga jual per ekor. Soeharsono (1976) menyatakan
bahwa konsumsi pakan yang diharapkan lebih efisien dan pertambahan
berat badan bisa berbanding terbalik (lebih cepat) sehingga konversi
pakan yang digunakan sebagai pegangan dalam produksi ayam broiler
juga semakin efektif karena melibatkan berat badan dan konsumsi pakan,
laju perjalanan pakan dalam seluran pencernaan, bentuk fisik pakan,
komposisi pakan dan imbangan kandungan gizi pakan.
Hasil penelitian yang dilakukan tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap in come over feed cost ayam pedaging, hal ini diduga bahwa
tidak efisiennya ransum yang digunakan hal ini berbanding terbalik
dengan pernyataan Biohop dan Thusant (1986) yang menyatakan dengan
mengeefisienkan penggunaan pakan akan mengurangi biaya pakan yang
menempati unsur pengeluaran tertinggi dari biaya produksi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan
dapat ditarik kesimpulan bahwa Penggunaan
kotoran ayam fermentasi tidak memberikan
pengaruh terhadap income come over feed cost
ayam pedaging. Penggunaan kotoran ayam
fermentasi pada ransum ayam pedaging pada
level pemberian 5%, 10% dan 15% tidak
memberikan pengaruh yang nyata tehadap
income over feed cost ayam pedaging yang
dipelihara selama 6 minggu.
Saran
Hasil perhitungan data income over feed cost
sangat di pengaruhi oleh konsumsi ransum ,
pertambahan berat badan dan biayapakan selama
penelitian