Anda di halaman 1dari 24

KESEHATAN MASYARAKAT

TEKNOLOGI KEBIDANAN TEPAT GUNA


DOSEN : Ermawati, S.kep N.s

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK X

DIAN
RAFNI
SEPTI
VINES VERA

AKADEMIK KEBIDANAN GRAHA ANANDA PALU


TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. Yang telah menciptakan kami dengan akal dan
budi, kehidupan yang patut kami syukuri, keluarga yang mencintai kami, dan teman –
teman yang menginspirasi. Karena berkat rahmat – Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Teknologi Kebidanan Tepat Guna. Shalawat
beriring salam kami sampaikan juga kepada Nabi Besar Muhammad saw. Sebagai
suri tauladan atas umatnya.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
Makalah ini dibuat adalah untuk membantu mempermudah pemahaman dalam
mendalami mata kuliah Kesehatan Masyarakat.
Penulis menyadari segala keterbatasan yang dimiliki, oleh karena itu penulis
memohon saran dan kritik kepada semua pihak agarmakalah ini menjadi sempurna.
Atas saran dan kritiknya penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat, memberikan kelancaran, dan barokah. Aamiin.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

Bab II Tinjauan Teori


A. Pengertian Teknologi Tepat Guna
B. Jenis Teknologi Kebidanan Tepat Guna
C. Macam – Macam Teknologi Kebidanan Tepat Guna Ciri – ciri Teknologi
Tepat Guna
D. Mamfaat Teknologi Tepat Guna
E. Fungsi Teknologi Tepat Guna
F. Dampak Teknologi Tepat Guna dalam Kebidanan

Bab III Penutup


1. Kesimpulan
2. Saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan sistem usaha pembangunan masyarakat supaya lebih
produktif dan efisien, diperlukan teknologi. Pengenalan teknologi yang telah
berkembang di dalam masyarakat adalah teknologi yang telah dikembangkan secara
tradisional, atau yang dikenal dengan "teknologi tepat guna" atau teknologi sederhana
dan proses pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata
pencaharian pokok masyarakat tertentu.
Pertumbuhan dan perkembangan teknologi, ditentukan oleh kondisi dan tingkat
isolasi dan keterbukaan masyarakat serta tingkat pertumbuhan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat tersebut. Untuk memperkenalkan teknologi tepat guna perlu
disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu kebutuhan yang berorientasi kepada keadaan
lingkungan geografis atau propesi kehidupan masyarakat yang
bersangkutan. Teknologi yang demikian itu merupakan barang baru bagi masyarakat
dan perlu dimanfaatkan dan diketahui oleh masyarakat tentang nilai dan
kegunaannya. Teknologi tersebut merupakan faktor ekstern dan diperkenalkan
dengan maksud agar masyarakat yang bersangkutan dapat merubah kebiasaan
tradisional dalam proses pembangunan atau peningkatan kesejahteraan masyarakat.

B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas adalah,
adapun tujuan penulisan masalah ini adalah untuk mengetahui konsep dasar
dari teknologi tepat guna dalam praktik kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teknologi Tepat Guna


Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi tepat guna
adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai
dengan fungsinya. Selain itu, teknologi tepat guna atau yang disingkat dengan TTG
adalah teknologi yang digunakan dengan sesuai (tepat guna). Ada yang menyebutnya
teknologi tepat guna sebagai teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional,
sederhana dan proses pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan
mata pencaharian pokok masyarakat tertentu.
Secara teknis TTG merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan
teknologi maju. Oleh karena itu aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi juga
merupakan dimensi yang harus diperhitungkan dalam mengelola TTG. Dari tujuan
yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat
sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif minimalis dibandingkan dengan
teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari
lingkungan.
Dengan demikian teknologi tepat guna mempunyai kriteria yang dapat dikatan
sebagai TTG, yaitu:
1. Apabila teknologi itu sebanyak mungkin mempergunakan sumber-sumber
yang tersedia banyak di suatu tempat.
2. Apabila teknologi itu sesuai dengan keadaan ekonomi dan sosial masyarakat
setempat.
3. Apabila teknologi itu membantu memecahkan persoalan/ masalah yang
sebenarnya dalam masyarakat, bukan teknologi yang hanya bersemayam
dikepala perencananya.
4. Suatu yang harus diperhatikan bahwa, masalah-masalah pembangunan boleh
jadi memerlukan pemecahan yang unik dan khas, jadi teknologi-teknologi
tersebut tidak perlu dipindahkan ke negara-negara atau kedaerah lain dengan
masalah serupa. Apa yang sesuai disuatu tempat mungkin saja tidak cocok di
lain tempat. Maka dari itu tujuan TTG adalah melihat pemecahan-pemecahan
terhadap masalah-masalah tertentu dan menganjurkan mengapa hal itu sesuai.

B. Jenis Teknologi Kebidanan Tepat Guna


a. Pelatiham BCLS (BCLS:Basic Cardiac Life Support for Paramedic).
Pelatihan BCLS ini dapat memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan
peserta untuk dapat memberikan bantuan sesuai dengan standar dasar keterampilan
hidup. Pelatihan ini bisa diikuti oleh pekerja perawatan kesehatan khususnya perawat
dan bidan yang bekerja di rumah sakit dan perusahaan kesehatan dan mahasiswa yang
tidak bekerja untuk dapat mengobati kasus-kasus darurat penyakit kardiovaskuler
seperti serangan jantung (Acute Miocard infark) dan aritmia lethal. Dalam pelatihan
ini akan diajarkan penggunaan defibrillator eksternal otomatis, yang merupakan alat
dasar dari standar internasional IAS. Pendidikan sangat di tujukan pada mahasiswa
Ilmu Keperawatan dan Kebidanan untuk lebih matang dalam memasuki dunia kerja
dan mampu bersaing di pasar kerja.
b. Training Manajement K3 Laboraturium
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk kemajuan
teknologi laboratorium, Nah..disini kinta melihat bahwasanya resiko terhadap pekerja
laboratorium semakin meningkat dan lebih kompleks. Pekerja atau petugas
Laboratorium adalah pekerja yang sangat identik dengan terpaparmnya zat berbahaya
dan bahan kimia yang beracun, korosif, mudah meledak, mudah terbakar dan terkena
berbagai bahaya.
c. Cara Penerapan dan Pendekatan Ergonomis
Ergonomi dapat dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan
produksi yang kompleks. Hal ini berlaku baiik dalam industry maupun sektor
informal. Dengan mengetahui prinsip ergonomi tersebut dapat di tentukan pekerjaan
apa yang sesuai bagi tenaga kerja tau konstruksi alat seperti apa yang layak di
gunakan agar mengurangi kemungkinan keluhan dan menunjang produktifitas.

Penerapan ergonomi dapat di lakukan melalui dua pendekatan yaitu:

1. Pendekatan kuratif
Pendekatan ini di lakukan pada suatu proses yang sudah atau yang
sedang berlangsung. Kegiatan berupa interfensi, modifikasi atau perbaikan
dari proses yang telah berjalan. sasaran dari kegiatan ini adalah kondisi
kerja dan lingkungan kerja. Dalam pelaksanaanya terkait dengan tenaga
kerja dan proses kerja yang sedang berlagsung.
2. Pendekatan konseptual
Pendekatan ini di kenal sebagai pendekatan sistem dan akan sangat
efektif dan efisien jika di alakukan pada saat perencanaan. Jika terkait
dengan teknologi, sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip-
prinsip ergonomi telah di tetapkan penerapanya bersama-sama dengan
kejian lain, misalnya kajian teknis, ekonomi, sosial budaya dan
lingkungan. Pendekatan holistik ini kenal dengan pendekatan Teknologi
Tepat Guna
d. ISO baru / IEC standar pada penilaian resiko melengkapi peralatan manajement
resiko
Dua baru-baru ini diterbitkan standar ISO pada manajemen risiko baru saja
bergabung dengan ketiga teknik penilaian risiko. Bersama-sama, mereka
menyediakan organisasi dari semua jenis dengan peralatan yang lengkap
untuk mengatasi situasi yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan mereka.
ISO / IEC 31010:2009
e. Kinerja OHSAS 18001.
Standar OHSAS 18001 adalah alat untuk mengelola tantangan yang dihadapi
bisnis dari semua ukuran dan sektor: tingginya tingkat kecelakaan dan penyakit
kerja, kehilangan hari kerja, absensi, denda, biaya perawatan medis dan
kompensasi pekerja … Implementasinya sehingga memiliki efek meningkatkan
lingkungan kerja, mengurangi absensi dan peningkatan produktivitas kerja.
C. Macam – Macam Teknologi Kebidanan Tepat Guna
a. Fetal Doppler
Adalah merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung
bayi, yang menggunakan prinsip pantulan gelombang elektromagnetik,
alat ini sangat berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan janin, sangat
disarankan untuk dimiliki dirumah sebagai deteksi rahim harian, selain
aman juga mudah dalam penggunaannya serta harga yang sangat
terjangkau untuk dimiliki.
b. Fetal Doppler Sunray
Adalah salah satu jenis dan merk Doppler yang digunakan untuk
mengetahui denyut jantung janin dalam kandungan, fetal Doppler ini
sangat praktis digunakan baik secara pribadi atau digunakan oleh kalangan
paramedic.
c. Staturmeter
Adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini adalah
sangat sederhana pada desainnya karena hanya ditempelkan pada tembok
bagian atas dan ketika akan digunakan hanya perlu untuk menariknya
sampai ke bagian kepala teratas, sehingga dapat diketahui tinggi badan
orang tersebut.
d. Eye Protector Photo Therapy
Adalah alat bantu yang diigunakan untuk melindungi bagian mata bayi
pada saat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan sinar X-ray atau
jenis pemeriksaan lain yang menggunakan media sinar agar tidak
menggangu penglihatan bayi yang akan diperiksa.
e. Alat Pengukur Panjang Bayi
Adalah merupakan peralatan sederhana yang biasa digunakan oleh bidan
dan petugas posyandu, untuk mengetahui perkembangan tinggi bayi dari
waktu ke waktu, terbuat dari kayu dan mistar yang mudah dibaca.
f. Breast Pupm
Biasanya digunakan oleh para ibu yang berkarier diluar rumah, agar ASI
tidak terbuang dengan percuma, sehingga tetap bisa mendapatkan ASI dari
bundanya.
g. Lingkar Lengan Ibu Hamil
Adalah tanda yang digunakan untuk mempermudah mengidentifikasi bayi
dan bundanya, pada umumnya dipakaikan pada bayi dan bundanya di
rumah sakit bersalin.
h. Pengukur Panjang Bayi (calipher)
Adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang bayi dengan
ketepatan pengukuran yang tinggi, karena skala yang digunakan pada alat
ini lebih detail, sehingga setiap inchi pertumbuhan bayi dapat diketahui.
i. Reflek Hammer / Reflek Patela
Sejenis hammer yang dilapisi dengan karet yang digunakan untuk
mengetahui respon syaraf dari anggota tubuh biasanya kaki.
j. Umbilical Cord Clem Nylon
Adalah merupakan alat yang digunakan untuk menjepit tali pusar bayi
sesaat setelah bayi dilahirkan.
k. Tourniquet
Adalah alat bantu yang digunakan untuk sarana pendukung pada
pengmbilan darah, pada umumnya dilingkarkan pada lengan saat akan
dilakukan pengabilan darah segar, agar darah bisa lebih mudah untuk di
ambil.
D. Ciri-ciri Teknologi Tepat Guna
Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria dan syarat dan kesesuaian
TTG, dapat dikemukakan ciri-ciri yang cukup menggambarkan TTG
(walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:
1. Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung
pertanian, industri, pengubah energi, transportasi, kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat di suatu tempat.
2. Biaya investasi cukup rendah/ relatif murah.
3. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh
keterampilan setempat.
4. Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.
5. Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam,
energi, bahan secara lebih baik dan optimal.
6. Alat mandiri masyarakat dan mengurangi ketergantungan kepada pihak
luar (self-realiance motivated).
E. Manfaat Teknologi Tepat Guna
Sebelum berbicara mengenai manfaat dari TTG, maka ada sebuah proses yang
harus diketahui sebelum memperoleh manfaat dari TTG tersebut, yaitu penerapan
teknologi tepat guna tersebut. Penerapan TTG adalah sebuah usaha pembaharuan.
Meskipun pembaharuan itu tidak mencolok dan masih dalam jangkauan masyarakat,
tetapi harus diserasikan dengan keadaan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat
setempat serta alam. Kalau tidak, maka usaha pembaharuan itu akan mendapat
hambatan yang dapat menggagalkan usaha pembaharuan tersebut.
Usaha pembaharuan itu dirancang sedemikan rupa sehingga seluruh masyarakat
merasa bahwa pembaharuan adalah prakarsa mereka sendiri. Berarti di dalam
pembaharuan teknologi itu, terdapat minat dan semangat dalam masyarakat tersebut.
Banyak orang keliru dalam berpendapat kalau orang membawa pompa bambu,
biogas, pengering dengan energi radiasi matahari sederhana kedesa, maka orang itu
telah menerapkan teknologi tepat guna. Membawa paket-paket teknologi sederhana
tersebut kesebuah desa belum dapat dikatakan sebagai penerapan teknologi tepat
guna, bahkan dapat menjerumuskan, apabila tidak disertai pendidikan kepada
masyarakat desa tersebut, bagaimana cara membuat dan memperbaiki alat tersebut.
Paling ideal penerapan teknologi tepat guna adalah teknologi yang telah ada pada
suatu masyarakat dan perbaikan itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
yang semakin meningkat.
Penerapan TTG juga harus mempertimbangkan keadaan alam sekitar. Dapat
diartikan bahwa dampak lingkungan yang disebabkan penerapan Teknologi Tepat
Guna (TTG) harus lebih kecil dibandingkan pemakaian teknologi tradisional maupun
teknologi maju. Dengan demikian manfaat dari teknologi tepat guna itu dapat
dirasakan oleh masyarakat tersebut. Sebagai mana manfaat dari teknologi tepat guna
adalah:
1. Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin hari makin meningkat,
tentu hal itu di barengi dengan kemampuan masyarakatnya yang mampu
mengoperasionalkan dan memanfaatkan TTG tersebut.
2. Teknologi tepat guna mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui pemenuhan kebutuhannya, pemecahan masalahnya dan
penambahan hasil produksi yang makin meningkat dari biasanya.
Teknologi tersebut relatif mudah dipahami mekanismenya, mudah
dipelihara dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Masuknya
teknologi baru tidak akan membebani masyarakat baik mental
(ketidakmampuan skill) maupun materiil (dapat menimbulkan beban biaya
yang tidak mampu dipenuhi masyarakat).
3. Teknologi tepat guna dapat mempermudah dan mempersingkat waktu
pekerjaan tenaga kesehatan dan klien.
4. Masyarakat mampu mempelajari, menerapkan, memelihara teknologi tepat
guna tersebut.
5. Masyarakat / klien bisa lebih cepat ditangani oleh tenaga kesehatan.
Hasil diagnosa akan lebih akurat, cepat, dan tepat
F. Fungsi Teknologi Tepat Guna
Sebagai mana fungsi dari teknologi tepat guna adalah:
1. Alat kesehatan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat.
2. Biaya yang digunakan cukup rendah dan relatif murah.
3. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara.
4. Mengurangi kesalahan dalam mendiagnosis suatu penyakit.
G. Dampak Teknologi Tepat Guna Dalam Kebidanan
a. Dampak positif sebagai berikut:
1. Dengan adanya teknologi tepat guna dalam kebidanan, maka masyarakat
akan mendapat kemudahan dalam menjaga kesehatan yang lebih efisien
dan efektif.
2. Teknologi yang ada, dapat membuat kegiatan khususnya di dalam
kebidanan akan lebih sederhana dan mudah
b. Dampak negatif sebagai berikut :
1. Jika penggunaannya teknologi tepat guna tidak sesuai dengan lingkup
yang memerlukan maka itu akan sia-sia. Contoh penggunaan USG di
daerah pedalaman, disana tidak orang yang mengelolanya dan tidak sesuai
dengan kebudayaan masyarakat disana.
2. Dengan ketidaktepatan penggunaan alat tersebut maka akan berdampak
buruk terhadap pasien. Contoh : penggunaan USG pada pasien dengan
cara-cara yang tidak tepat.
3. Penggunaan teknologi pada daerah pedalaman dengan tenaga yang tidak
ahli akan menimbulkan resiko terhadap pasien.

(PENGENALAN)
a. Kartu menuju sehat (KMS)
Kartu Menuju Sehat Usia Lanjut (KMS-Usila) merupakan suatu kartu yang
berisikan catatan kesehatan usila baik secara fisik, mental, maupun
emosionalnya. Kartu tersebut juga digunakan sebagai alat pendeteksi sejak
dini terjadinya penyakit sebagai sumber informasi yang ada.
KMS-Usila basanya akan bermanfaat ketika ada kunjungan kesehatan di
puskesmas. Dari kunjungan tersebut petugas kesehatan yang ada di puskesmas
bekerja sama dengan kader kesehatan lainnya. Jika dilihat dari kacamata yang
jernih, peran lansia sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari.
Lansia jika dilihat dari usianya, tentu saja telah memiliki berbagai pengalaman
yang nantinya dapat dibagi pada generasi bawahnya. Selain itu penalaran atas
moral serta nilai yang ada dalam kehidupan lebih dimiliki lansia daripada
manusia dewasa lainnya
Dilihat sebagai ciri lansia juga memilki peranan penting yaitu manusia yang
dianggap tepat memberikan penalaran akan norma serta nilai kepada anak-
anak, remaja, hingga usia dewasa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran
lansia yang paling besar ialah mampu membina moral serta nilai yang ada
pada generasi bawahnya.
Pada umumnya lansia membutuhkan suasana hidup yang nyaman, dikelilingi
keluarga, serta merasakan relaksasi dari proses hidupnya tersebut. Jika semua
itu tidak terpenuhi akan terjadi bebrapa gangguan pada lansia tersebut
biasanya dapat berupa gangguan kejiwaa samapai menimbulkan penyakit.
Jika hal tersebut samapi terjadi tentu saja akan mengganggu ketentraman
masyarakat yang tinggal berdampingan dengan lansia tersebut.
Tata perilaku serta norma yang ditujukkan pada lansia berkurang dan
memiliki sisi negatif. Secara kuantitas dan kualitas tidak akan memenuhi
norma serta moral yang seharusnya terjadi pada lingkungan
tersebut. Misalnya saja, ada lansia yang memiliki tata cara perilaku yang tidak
sesuai norma maka ia akan mengganggu kegidupan yang ada disekitarnya
alhasil generasi bawahnya tidak mampu memberikan penghormatan
terhadapnya.
Hal tersebut juga dapat dilihat secara lanjut pada jalanan yang dipenuhi oleh
lansia yang terlantar. Sejak tahun 2009 kasus tersebut menjadi perhatian
pemerintah untuk lebih meningkatkan kebutuhan lansia dari segala bidang.
Pada pelayanan kesehatan untuk lansia pemerintah telah menyediakannya
dengan berbagai fasilitas berbentuk Puskesmas, dan pelayanan tingkat
lanjutan adalah Rumah Sakit.
Demikian artikel yang berjudul Kartu Menuju Sehat Usia Lanjut (KMS-
Usila).. semoga artikel ini mampu memberikan wawasan Anda secara lebih
mengenai Kesehatan.

b. Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)


Pada tahun 2011 kemarin WHO menerbitkan manual Manajemen
terpadu balita sakit “merawat anak-anak dan bayi baru lahir di masyarakat”.
Dalam preambule-nya dikatakan, manual ini dirancang untuk membantu
pekerja awam kesehatan masyarakat menilai dan mengobati anak sakit (usia 2
– 59 bulan). Manual antara lain memuat topik terkait mengidentifikasi dan
merujuk anak dengan tanda-tanda bahaya; memperlakukan (atau merujuk)
pneumonia, diare dan demam; mengidentifikasi dan merujuk anak dengan gizi
buruk ke fasilitas kesehatan; merujuk anak dengan masalah lain yang
memerlukan perhatian medis, juga aspek terkait saran pada perawatan rumah
untuk semua anak-anak sakit. Manual dapat rekan-rekan
Kembali pada topik MTBS, kita kembali menengok beberapa latar
belakang lahirnya strategi MTBS ini. Berdasarkan beberapa hasil penelitian,
disebutkan bahwa di negara berkembang setiap tahun terjadi 12 juta kematian
anak bawah lima tahun. Dan hampir 70 % penyebab kematian tersebut
disebabkan oleh lima penyakit yaitu pneumonia, diare, malaria, campak, dan
masalah gizi buruk.
Untuk menurunkan angka kematian bayi WHO membuat strategi
Integrated Management of Childhood Illness (IMCI). Metode ini pada tahun
1997 mulai dikembangkan di Indonesia dengan nama Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS), sebuah program yang bersifat menyeluruh dalam
menangani balita sakit yang datang ke pelayanan kesehatan dasar. Strategi ini
memadukan pelayanan terhadap balita sakit dengan cara memadukan
intervensi yang terpisah menjadi satu paket tunggal (Integrated Management
of Childhood Illness). Pada dasarnnya metode ini merupakan sebuah strategi
menurunkan kematian melalui tiga komponen utama, yaitu dengan
meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan, meningkatkan dukungan sistem
kesehatan, dan meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat.

c. Manajemen terpadu bayi muda (mtbm)


Kematian anak di Indonesia sering dijumpai pada usia neonatal atau
bayi muda. Rasionya 19 per 1000 anak meninggal pada usia neonatal-bayi
muda. Bayi muda adalah bayi berusia 1 hari – 2 bulan. Pada usia ini, bayi
sangatlah rentan terserang penyakit. Sekali terkena akan sangat cepat
mengalami perburukan bahkan kematian jika tidak mendapat penanganan
yang tepat dan segera. Berbagai upaya terus dilakukan di berbagai negara
untuk meningkatkan angka harapan hidup pada rentang usia ini. Mulai dari
WHO, Kemenkes, dan berbagai organisasi kesehatan anak lainnya membuat
panduan dalam upaya peningkatan angka harapan hidup anak. Di Indonesia
sendiri sudah dibentuk peraturan mentri kesehatan dalam manajemen terpadu
bayi muda atau yang dikenal dengan MTBM.
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan suatu pendekatan yang
terpadu dalam tatalaksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun
yang sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi
oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan neonatal.
Pada Permenkes RI Nomor 70 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan
manajemen terpadu balita sakit berbasis masyarakat, disebutkan bahwa pada
bayi muda usia 0 – 2 bulan harus mendapatkan 4 macam pelayanan yang
termsuk dalam MTBS-M:
- Perawatan esensial bayi baru lahir
- Pengenalan tanda bahaya bayi baru lahir dan persiapan
rujukan bila memang diperlukan
- Penatalaksanaan bayi berat lahir rendah (BBLR)
- Penatalaksanaan infeksi pada bayi baru lahir

Keempat pelayanan ini diberikan tidak hanya sesaat setelah lahir saja, namun
hingga bayi mencapai usia 2 bulan bila suatu waktu mengalami keluhan
tertentu yang termasuk dalam 4 pelayanan tadi wajib segera ditindaklanjuti.

Manajemen standar pada bayi muda dilakukan minimal 3 kali pada 6 – 24


jam, 3 – 7 hari, dan 8 – 28 hari setelah melahirkan. Sebagian besar bayi hanya
memerlukan perawatan sederhana pada saat dilahirkan, yaitu diberikan
kehangatan, jalan napas dibersihkan, dikeringkan, dan dinilai warna untuk
menentukan kondisi serta perlu tidaknya dilakukan rujukan.

Pada bayi baru lahir jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang hangat,
hindarkan aliran udara, selimuti dengan baik. Bila tidak ada kondisi bahaya
pada bayi dan ibu telah cukup stabil bayi bisa tetap bersama ibunya (rawat
gabung). Lakukan inisiasi menyusui dini dalam jam pertama kehidupan. Jika
mampu mengisap, biarkan bayi minum ASI sesuai permintaan. Jangan lupa
untuk selalu menjaga tali pusar tetap bersih dan kering.

Selain itu beberapa obat, vitamin, maupun vaksin diberikan juga pada bayi
yang baru lahir, antara lain: memberikan tetrasiklin salep mata pada kedua
mata satu kali. Berikan juga vitamin K1 (fitomenadion) 1 mg intramuskular
(IM) di paha kiri, dan vaksin hepatitis B 0.5 mL IM di paha kanan
sekurangnya 2 jam sesudah pemberian vitamin K1. Jika bayi lahir di rumah
sakit, beri imunisasi BCG intrakutan dan vaksin polio oral 2 tetes ke mulut
bayi saat akan pulang dari rumah sakit.

Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir dan Bayi Muda

Tanda dan gejala adanya penyakit atau gangguan pada bayi baru lahir dan
bayi muda sering tidak spesifik. Tanda ini bisa dijumpai pada saat atau sesudah bayi
lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat perawatan di rumah sakit. Berikut adalah
beberapa tanda yang dikategorikan bahaya jika ditemukan pada bayi baru lahir
ataupun bayi muda:

1. Tidak bisa menyusu


2. Kejang
3. Mengantuk atau tidak sadar
4. Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama
>15 detik)
5. Frekuensi napas > 60 kali/menit
6. Merintih dan terlihat tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
7. Sianosis sentral.

Pada bayi muda, dianjurkan untuk melakukan kunjungan atau kontrol ke


fasilitas pelayanan kesehatan minimal 3 kali (6-24 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari setelah
melahirkan). Pada tiap kunjungan bayi muda ke rumah sakit perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan. Pada kunjungannya yang pertama biasanya dilakukan pemeriksaan atau
skrining awal. Pada kunjungan berikutnya ada dilakukan pemeriksaan ulang sekaligus
follow up kondisi bayi. Berikut adalah pemeriksaan yang dilakukan saat kunjungan
bayi muda ke fasilitas pelayanan kesehatan.

d. Partograf
1. Definisi
Informasi klinik tentang kemajuan persalinan, asuhan, pengenalan
penyulit dan membuat keputusan klinik. Patograph adalah alat bantu yang
digunakan selama fase aktif persalinan.
2. Tujuan
a) Mencatat hasil observasi kemajuan persalinan
b) Mendeteksi apakah persalinan berjalan secara normal
c) Mencatat kondisi ibu dan janin
d) Untuk membuat keputusan klinik
e) Catatan Kondisi Ibu
1. frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit (termasuk
pemantauan DJJ setiap 30 menit).
2. Nadi setiap 30 menit.
3. dilatasi serviks setiap 4 jam.
4. Penurunan bagian terbawah setiap 4 jam.
5. tekanan darah dan temperatur suhu tubuh setiap 4 jam
6. produksi urine, atau adanya aseton/ protein urin setiap 2 – 4
jam.
Data Dalam Partograf
f) informasi tentang ibu dan riwayat tentang kehamilan/ persalinan
g) kondisi janin
h) kemajuan persalinan
i) jam dan waktu
j) kontraksi uterus
k) obat – obatan dan cairan yang di berikan.
l) kondisi ibu.
m) asuhan, tatalaksana dan keputusan klinik.
n) Catatan Tentang Air Ketuban
U: aelaput ketuban utuh
J: selaput ketuban sudah pecah, cairannya sudah jernih.
M: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan
meconium.
D: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan
darah.
K: selaput ketuban sudah pecah, cairannya tidak ada (kering)

o) Molase
Adalah penyusupan antara tulang kronium, dalam patograph
ditandai dengan:
1. 0 : tulang kepala janin terpisah
2. 1 : hanya bersentuhan.
3. 2 : saling tumpang tindih, dapat dipisah
4. 3 : saling tumpang tindih, tidak dapat dipisah

p) Penurunan Bagian Terbawah Atau Presentasi Janin


Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam),atau
lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit,nilai dan catat turunnya
bagian terbawah atau turunnya bagian terbawah persentasi
janin.pada persalinan normal ,kemajuan pembukaan servik
umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi
janin .namun kadangkala,turunnya bagian terbawah/presentasi
janin baru terjadi setelah pembukaan servik sebesar 7
cm.penurunan kepala janin di ukur secara pasti palpasi bimanual.
Penurunan kepala janin di ukur seberapa jauh dari tepi simfisis
pubis. Dibagi menjadi 5 kategori denganb simbol 5/5 sampai
0/5.simbol 5/5 menyatakan bahwa bagian kepala janin belum
memasuki tepi atas simfisis pubis, sedangkan simbol 0/5
menyatakan bahwa kepala janin sudah tidak bisa lagi di palpasi
diatas simpisis pubis.kata-kata turunnya kepala dan garis terputus
dari 0-5,tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan servik
.beri tanda O pada garis waktu yang sesuai.sebagai contoh,jika
kepala bisa dipalpasi 4/5,tuliskan tanda O dinomber 4.hubungkan
tanda O dari setiap pemeriksaan dengan garis terputus. Parameter
Partograf

q) Parameter
- Frekwensi fase aktif
- Tekanan darah
- Setiap 4 jam
- Suhu
- Setiap 2 jam
- Nadi
- Setiap 30 – 60 Menit
- DJJ
- Setiap 30 menit
- Kontraksi
- Setiap 3 menit
- Pembukaan serviks
- Setiap 4 jam*
- Penurunan
- Setiap 4 jam*

e. Buku kesehatan ibu dan anak


Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) Halaman i,ii,iii,iv, 1 dan 2
adalah buku KIA yang berwarna Pink yang isinya tentang Penjelasan umum,
daftar isi, identitas ibu hamil dan periksa kehamilan. Buku KIA diberikan
kepada ibu hamil uyang memeriksakan kehamilan pertama saat hamil (
kunjungan pertama saat hamil). Buku KIA harus di miliki oleh setiap ibu
hamil karena berisi hal-hal seputar ibu hamil,bersalin, nifas, dan bayi sampai
berumur 6 tahun atau usia pra sekolah. Buku KIA ini gratis bisa didapatkan di
Puskesmas (pelayanan Pemerintah. Buku KIA yang baru ini isinya sanagat
komplit penuh dengan gambar-gambar yang memberikan penjelasan yang
sangat jelas kepada ibu-ibu.
1. Berisi catatan kesehatan ibu (hamil,bersalin, dan nifas) dan anak (
bayi lahir sampai anak berusia 6 tahun) serta berbagai informasi
cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak. Setiap ibu
hamil mendapat 1 (satu) buku KIA. Jika ibu melahirkan bayi
kembar, maka ibu memerlukan satu tambahan buku KIA lagi.
Buku KIA tersedia di Posyandu, Polindes/Poskesdes, Puskesmas
Pembantu,Puskesmas, Bidan praktik, dokter praktik, rumah
bersalindan rumah sakit.Buku KIA di baca dan di mengerti

2. Buku KIA di baca dan dimengerti oleh ibu, suami dan anggota
keluarga yang lain. Jangan malu untuk bertanya kepada dokter,
bidan, perawat, petugas kesehatan lain dan kader jika ada hal yang
tidak dimengerti.Bacalah Isi Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (
Buku KIA) Terbaru Halaman i,ii,iii,iv,1 Dan 2!
3. Selalu di bawa
Buku KIA selalu dibawa :
Pada saat ibu hamil, bersalin dan ibu nifas serta anak berkunjung
ke fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, praktik
dokter spesialis,praktek dokter, dan praktek bidan).Pada saat
berkunjung ke posyandu, kelas ibu hamil, kelas balita, ke pos
PAUD dan BKB.
4. Jangan rusak dan hilang
Buku KIA di jaga jangan rusak dan hilang karena buku KIA berisi
informasi dan catatan penting kesehatan ibu, dan anak. Buku KIA
juga digunakan pada jaminan kesehatan dan pihak lain diluar
sektor kesehatan.
Menjelaskan Buku KIA
Tenaga kesehatan dan kader menjelaskan isi buku KIA kepada ibu
dan keluarga dan meminta untuk menerapkannya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknologi Tepat Guna merupakan teknologi yang telah dikembangkan secara
tradisional dan proses pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan
dan mata pencaharian pokok masyarakat setempat.
Sebelum menggunakan TTG, terlebih dahulu kita lakukan penerapan dari TTG
tersebut kepada masyarakat. Dengan adanya penerapan ini di harapkan
masyarakatnya berubah dan mengerti tentang manfaat TTG dan mampu
menggunakan TTG tersebut dengan sebaik mungki. Sehingga penggunaa dari TTG
tersebut bermanfaat bagi masyarakat, yaitu dapat memenuhi kebutuhan individu atau
masyarakat karena kebutuhan masyarakat semakin hari semakin meningkat.
B. Saran
Teknologi tepat guna apabila dimanfaatkan dengan baik maka akan memeperoleh
hasil yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Daftar Pustaka

- Syafruddin, dkk, 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk


Mahasiswa. CV.Transinfo media : Jakarta
- Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 tahun 7, April 2008
htth://jirzizaidan.wordpress.com/kebidanan/
- World Healt Assembeley XXI; “National and Global SURVEILENS of
communicable Disease”, Geneva: WHO, 1968
- http://www.slemankab.go.id/filr/lakip/13Meningkatkan-derajat-kesehatan-
masy.pdf
- Teknologi tepat guna terampil.pdf

Anda mungkin juga menyukai