Diamati
Oleh
Kelompok 1
Ade Kurniawan Pribadi 110114041
Akhmad Bajuri 110114148
Ronny Setiawan 110114153
Sita Fithriani Ilmi 110114171
Andriana Deswanti 110114221
Noor Hestiyani 110114237
Maria Cristin Widiyastuti 110114253
FAKULTAS FARMASI
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat terbebas dari senyawa radikal
bebas. Asap rokok, makanan yang digoreng, dibakar, paparan sinar matahari berlebih,
asap kendaraan bermotor, obat-obat tertentu, racun dan polusi udara merupakan beberapa
sumber pembentuk senyawa radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul yang
memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Elektron-elektron yang tidak
berpasangan ini menyebabkan radikal bebas menjadi senyawa yang sangat reaktif
terhadap sel-sel tubuh dengan cara mengikat elektron molekul sel (Pietta, 1999;
Wijaya,1996). Reaksi ini sering disebut sebagai oksidasi.
Oksidasi yang berlebihan terhadap asam nukleat, protein, lemak dan DNA sel
dapat menginisiasi terjadinya penyakit degeneratif seperti jantung koroner, katarak,
gangguan kognisi dan kanker (Leong dan Shui, 2001; Pietta 1999). Manusia telah
memiliki sistem pertahanan terhadap oksidan yang berasal dari dalam tubuh ataupun dari
luar berupa diet. Pertahanan dari dalam tubuh seperti enzim-enzim peroksidase, katalase,
glutation, histidin-peptidin seringkali masih kurang akibat pengaruh lingkungan dan diet
yang buruk (Pietta,1999).
Pada kondisi ini manusia membutuhkan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
makanan. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa resiko penyakit kronis akibat
senyawa radikal bebas dapat dikurangi dengan memanfaatkan peran senyawa anti
oksidan seperti vitamin C, E, A, karoten, asam-asam fenol, polifenol dan flavonoid
(Prakash 2001, Okawa et al., 2001). Karakter utama senyawa antioksidan adalah
kemampuannya untuk menangkap dan menstabilkan radikal bebas (Prakash, 2001).
Buah naga atau Dragon fruit (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose; famili
Cactaceae) saat ini banyak dikembangkan di Indonesia. Buah yang berasal dari meksiko
ini berbeda dengan famili Cactaceae lainnya, yakni memiliki rasa yang manis dan segar.
Kekhasan lain dari tanaman ini adalah pada tiap nodus batang terdapat duri. Bunga
mekar pada malam hari dan layu pada pagi hari (night blooming). Buah naga merupakan
tumbuhan yang berasal dari daerah beriklim tropis kering. Pertumbuhan buah naga
dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara, keadaan tanah dan curah hujan. Habitat asli
buah naga berasal dari negara Meksiko, Amerika Utara dan Amerika Selatan bagian
utara. Namun buah naga saat ini telah dibudidayakan di Indonesia seperti di Jember,
Malang, Pasuruan dan daerah lainnya (Kristanto,2008).
Hal menarik pada buah naga adalah manfaat dari kulit buahnya. Kulit buah naga
dapat bermanfaat dalam produksi pangan maupun industri seperti pewarna alami pada
makanan dan minuman. Selain itu dalam industri, kulit buah naga dapat dijadikan bahan
dasar pembuatan kosmetik. Dalam bidang farmakologi kulit buah naga juga dapat
dijadikan sebagai obat herbal alami yang dapat bermanfaat sebagai antioksidan. Jenis
buah naga ada empat, yaitu Hylocereus undatus (buah naga daging putih), Hylocereus
costaricensis (buah naga daging super merah), Hylocereus polyrhizus (buah naga daging
merah), Selenicereus megalanthus (buah naga kulit kuning daging putih) (Cahyono,
2009). Kulit buah naga mengandung vitamin C, vitamin E, vitamin A, alkaloid,
terpenoid, flavonoid, tiamin, niasin, piridoksin, kobalamin, fenolik, karoten, dan
fitoalbumin (Jaafar,et al.,2009). Menurut penelitian Wu et al (2006) keunggulan dari
kulit buah naga yaitu kaya polifenol dan merupakan sumber antioksidan.
Selain itu aktivitas antioksidan pada kulit buah naga lebih besar dibandingkan
aktivitas antioksidan pada daging buahnya, sehingga berpotensi untuk dikembangkan
menjadi sumber antioksidan alami. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurliyana et al (2010) yang menyatakan bahwa di dalam 1 mg/ml kulit buah naga merah
mampu menghambat 83,48 1,02% radikal bebas, sedangkan pada daging buah naga
hanya mampu menghambat radikal bebas sebesar 27,45 5,03 % presen tersebut
menyatakan kulit dan daging buah naga super merah memang bisa meredam radikal
bebas. Dan dibuktikan lagi dengan nilai IC50 dimana nilai IC50 umum digunakan untuk
menyatakan aktivitas antioksidan suatu bahan uji dengan metode peredaman radikal
bebas DPPH dimana IC50 yakni konsentrasi suatu larutan uji (sampel) memberikan
peredaman DPPH sebesar 50% (Molyneux, 2004). Selain itu aktivitas antioksidan kulit
buah naga juga didukung dengan penelitian oleh Mitasari (2012) yang menyatakan
bahwa ekstrak kloroform kulit buah naga merah memiliki aktivitas antioksidan dengan
nilai IC50 sebesar 43,836 µg/mL. Penelitian yang dilakukan Fajriani (2013) menyatakan
bahwa kulit buah naga super merah memiliki persentase peredaman radikal bebas DPPH
sebesar 79,24%, namun pada penelitian tersebut belum menentukan nilai IC50 dari
ekstrak kulit buah naga tersebut.
Penelitian Setyaningrum (2010) juga menyebutkan bahwa kapasitas antiradikal
ekstrak buah salam memiliki korelasi yang tinggi terhadap kadar antosianinnya. Dimana
antosianin juga terkandung dalam kulit buah naga super merah yang memiliki aktivitas
sebagai antioksidan. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka perlu dilakukan penelitian
terhadap kulit buah naga super merah. Penelitian meliputi uji warna sebagai uji fitokimia
antosianin (Harborne, 1987), uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (Santosa et
al., 1998) untuk mengetahui persentase peredaman radikal bebas dan nilai IC50 dari
ekstrak etanol kulit buah naga super merah dan identifikasi serta penentuan kadar total
antosianin pada ekstrak etanol kulit buah naga super merah dengan menggunakan
metode perbedaan pH (Giusti dan Worlstad, 2001).
Buah naga termasuk dalam buah yang eksotik karena penampilannya yang
menarik, rasanya asam manis menyegarkan dan memiliki beragam manfaat untuk
kesehatan (Sutomo,2007). Manfaat buah naga menurut Marhazlina (2008) dalam
penelitiannya adalah sebagai antihiperkolesterolemik, sedangkan Pedreño dan Escribano
(2001) menyatakan bahwa buah naga berpotensi sebagai anti radikal bebas karena
mengandung betasianin. Buah naga yang paling diminati konsumen dewasa ini adalah
jenis buah naga super merah (Hylocereus costaricensis) karena buah naga super merah
memiliki rasa lebih manis tanpa rasa langu dibanding jenis lainnya dan diyakini lebih
berkhasiat untuk kesehatan tubuh dan memiliki warna yang menarik (Anonymous,
2009). Hal ini ditunjang oleh riset yang dilakukan oleh Marhazlina (2008), peneliti
Department of Nutrition and Dietetics Faculty of Medicine and Health Sciences
Universiti Putra Malaysia yang menyatakan bahwa buah naga super merah berpotensi
membantu menurunkan kadar gula darah dan mencegah risiko penyakit jantung pada
pasien diabetes. Buah naga super merah selain dikonsumsi dalam bentuk segar juga
diolah menjadi beberapa produk olahan untuk mempermudah mengkonsumsi.
Produk olahan yang paling diminati adalah sirup buah naga super merah.
Sedangkan kulitnya yang mempunyai berat 30% - 35% dari berat buah belum
dimanfaatkan dan hanya dibuang sebagai sampah sehingga dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan. Hal ini sangat disayangkan karena kulit buah naga mempunyai
beberapa keunggulan. Keunggulan kulit buah naga super merah menurut penelitian yang
dilakukan oleh Li Chen Wu (2005) adalah kaya polifenol dan sumber antioksidan yang
baik. Bahkan menurut studi yang dilakukannya terhadap total fenolik, aktivitas
antioksidan dan kegiatan antiproliferatif, kulit buah naga merah adalah lebih kuat
menghambat pertumbuhan sel-sel kanker daripada dagingnya dan tidak mengandung
toksik. Menurut Saati (2009) dalam penelitiannya, ekstrak kulit buah naga super merah
(Hylocereus costaricensis) dengan pelarut air mengandung 1,1 mg/100 ml antosianin.
Oleh karena itu kulit buah naga super merah sangat layak untuk dijadikan bahan baku
produk kosmetik, salah satunya adalah dijadikan produk soothing gel yang dapat
digunakan setiap hari sebagai moisturizer dan bisa untuk semua jenis kulit. Karna
soothing gel dapat digunakan setiap hari sebagai moisturizer maka ini bagus untuk
orang-orang yang beraktivitas diluar ruangan sebagai pencegahan terhadap radikal bebas
yang sekarang menjadi ancaman untuk kulit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ekstrak kulit buah naga super red bisa dibuat sediaan soothing gel ?
2. Apakah perbedaan jenis gelling agent berpengaruh terhadap karakteristik fisikokimia
soothing gel ekstrak buah naga?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Antioksidan
Tanaman buah naga yang awalnya berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan
Amerika Selatan. Buah naga masuk ke Indonesia dan menjadi populer sekitar tahun
2000 dari Thailand, kemudian dibudidayakan menjadi tanaman pertanian dibeberapa
daerah di Indonesia. Indonesia memiliki iklim tropis yang cocok untuk tanaman buah
naga baik maupun dataran tinggi dan menunjukkan produktivitas yang tinggi
(Setyowati, 2008).
Buah naga memiliki khasiat untuk kesehatan manusia, diantaranya ialah
sebagai penyeimbang kadar gula darah, membersihkan darah, menguatkan ginjal,
menyehatkan liver, perawatan kecantikan, menguatkan daya kerja otak, meningkatkan
ketajaman mata, mengurangi keluhan panas dalam, menstabilkan tekanan darah,
mencegah sembelit dan memperlancar feses, pencegah pendarahan, dan obat keluhan
keputihan (Nurul, 2003).
Adanya khasiat - khasiat tersebut disebabkan oleh kandungan nutrisi dalam
buahnya yang sangat mendukung kesehatan manusia. Kandungan nutrisi buah naga
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kandungan nutrisi dalam buah naga per 100 gram daging buah.
Nutrisi Satuan Kandungan
Kadar gula (briks) 13-18
Air (%) 90,20
Karbohidrat (g) 11,5
Asam (g) 0,139
Protein (g) 0,53
Serat (g) 0,71
Kalsium (mg) 134,5
Fosfor (mg) 8,7
Magnesium (mg) 60,4
Lemak (g) 0,21 – 0,61
Betakarotin (mg) 0,005 – 0,012
Kalsium (mg) 6,3 – 8,8
Besi (mg) 0,55 – 0,65
Vitamin B1 (mg) 0,28 – 0,30
Vitmin B2 (mg) 0,043 – 0,045
Vitamin C (mg) 9,4
Miasin (mg) 1,297 – 1,300
Sumber: Budidaya Buah Naga(2003)
Buah naga (Hylocereus sp.) atau dragon fruit merupakan pendatang baru yang
cukup populer. Mulanya buah naga dikenal sebagai tanaman hias karena memiliki
daya tarik yang unik dari bentuk tanaman yang hanya memiliki batang karena buah
naga termasuk dalam kerabat kaktus pemanjat serta keharuman bunganya yang
semerbak. Menurut Mutia ( 2008) dalam ilmu klasifikasi tanaman atau taksonomi,
buah naga dikelompokkan sebagai berikut: Divisi; Spermatophyta (tumbuhan berbiji),
Subdivisi; Angiospermae (berbiji tertutup), Kelas; Dicotyledonae (berkeping dua),
Ordo; Cactales, Famili; Cactaceae, Subfamili; Hylocereanea, Genus; Hylocereus,
Spesies; Hylocereuscontrasinences.
a. Akar
Perakaran buah naga bersifat epifit yang menempel dan merambat pada
tanaman lain. Di habitat aslinya perakaran ini menempel pada inang berupa tanaman
keras diwilayah gurun. Buah naga tergolong tanaman berakar serabut. Akar tersebut
tahan terhadap kekeringan, tetapi tidak tahan terhadap genangan air terlalu lama.
Walaupun akar tercabut dari tanah, tanaman masih bisa hidup dengan menyerap
makanan dan air menggunakan akar udara yang tumbuh di batang Akar ini tumbuh
disepanjang batang yang berfungsi untuk menempel pada tanaman inang. Sementara
itu, akar utama terdapat di pangkal batang. Saat menjelang produksi akar ini hannya
mencapai kedalaman 50-60 cm(Mutia, 2008). Akar tanaman buah naga dapat dilihat
pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Akar tanaman buah naga (a), Batang dan cabang tanaman buah naga (b).
b.Batang dan Cabang
Batang buah naga berwarna hijau, batang terebut berbentuk siku atau segitiga
dan mengandung air sebagai cadangan makanan dalam bentuk lendir. Bila sudah
dewasa, batang buah naga akan berlapiskan lilin. Dari batang buah naga tumbuh
cabang yang bentuk dan warnanya sama dengan batang. Cabang berfungsi sebagai
daun untuk proses asimilasi. Cabang juga mengandung kambium yang berfungsi
untuk pertumbuhan tanaman. Di batang dan cabang tanaman ini tumbuh duri-duri
yang keras dan pendek. Duri-duri ini terletak disiku-siku dan cabang. Di setiap titik
tumbuh terdapat 4-5 buah duri (Aini, 2008).
Batang tanaman buah naga dapat diidentifikasikan berdasarkan jenisnya. Pada
batang tanaman buah naga Hylocereus polyrhizus dan Hylocereus costaricencis,
batangnya memiliki warna hijau tua dan lebih tebal dibandingkan dengan batang pada
tanaman Hylocereus undatus yang memiliki batang hijau cerah. Pada batang tersebut
akan tumbuh cabang-cabang yang pada sisinya terdapat duri dan bunga bakal buah
(Setyowati, 2008). Batang dan cabang tanaman buah naga dapat dilihat pada gambar
2.1.
Gambar 2.2.Bentuk Buah Naga (a) dan Biji Buah Naga (b)
d. Bunga
Bunga buah naga berbentuk corong memanjang berukuran sekitar 30 cm yang
melingkupi benang sari berwarna kuning di dalamnya. Bunga mulai mekar pada sore
hari. Mahkota bunga bagian luar yang berwarna krem mekar sekitar pukul sembilan
malam, lalu disusul mahkota bagian dalam yang putih bersih. Dibagian ini terdapat
sejumlah benang sari yang berwarna kuning. Bunga buah naga akhirnya terbuka
penuh pada tengah malam, sehingga dikenal sebagai night blooming cereus. Saat
mekar penuh, bunga buah naga menyebar bau yang harum dan aroma ini memikat
kalelawar agar membantu menyerbuki bunga buah naga (Aini, 2008 ). Bentuk bunga
tanaman buah naga hingga bunga mekar dan bagian bunga dapat dilihat pada gambar
2.3.
Gambar 2.3. Bintil Bunga (a), Kuncup Bunga (b), Bunga Sebelum Mekar (c), Bunga
Mekar (d) dan Bagian- Bagian Bunga (e).
Setidaknya ada empat jenis buah naga yang dikenal selama ini, yakni buah
naga berdaging putih, merah, super merah, dan kuning. Dua jenis pertama yang
disebutkan merupakan dua varietas paling banyak dibudidayakan di indonesia.
a. Buah Naga Berdaging Putih (Hylocereus undatus)
Buah naga berdaging putih memiliki ciri berupa kulit buah berwarna merah
mengilap dengan daging buah putih. Warna batang tanaman bervariasi dari hijau
keputihan hingga hijau tua, dengan permukaan batang lebih kasar daripada jenis lain.
Ukuran buahnya tergolong paling besar diantara jenis buah naga lainnya.Namun,
ukuran tersebut tidak diimbangi dengan cita rasanya. Buah naga ini memiliki rasa
yang kurang manis dan aroma yang kurang sedap. Tak heran jika harganya relatif
lebih murah jika dibandingkan dengan ketiga jenis buah naga lainnya (Mutia, 2008).
b. Buah Naga Berdaging Merah (Hylocereus polyrhizus)
Sosok tanaman ini lebih kekar.Ciri fisik paling menonjol adalah jarak antar
duri lebih rapat dibagian batang dan cabang.Selain itu, kelopak bunganya bersemburat
warna merah dibagian pinggir, cukup kontras dengan bagian lain yang berwarna hijau
muda.Jika buah naga berdaging merah justru memiliki kulit buah berwarna
merah.Jenis ini paling banyak diminati dan ditanam secara besar-besaran diindonesia.
Selain karena rasanya lebih manis dan lebih berair, dari segi pembudidayaannya juga
tidak terlalu sulit jika dibandingkan dengan jenis lainnya (Aini, 2008).
c. Buah Naga Berdaging Super Merah (Hylocereuscontrasinences)
Sepintas, buah naga jenis ini mirip dengan buah naga berdaging merah.
Namun, warna daging buahnya lebih merah sehingga sering disebut buah naga super
merah atau super red.Ukuran buah naga ini relatif lebih kecil jika dibandingkan
dengan buah merah. Batangnya lebih besar daripada jenis buah naga lainnya, dan
akan berwarna loreng ketika tua (Dian et al,.2012).
d. Buah Naga Kuning (Selenicereus megalanthus)
Secara umum, penampilan tanaman buah naga kuning hampir sama dengan
jenis lainnya, tetapi sosoknya lebih ramping dan pendek. Ukuran buahnya juga lebih
kecil dari buah naga lain. Buah naga kuning terdiri atas dua jenis, yaitu buah naga
kuning biasa dan buah naga kuning berduri.Jenis yang terakhir ini buahnya memiliki
duri-duri kecil panjang dan menggerombol dibeberapa titik.Keberadaan duri-duri ini
membuat performa buah kurang menarik.Tingkat kemanisan buah naga kuning lebih
tinggi dari pada buah naga putih atau merah, yakni mencapai 18 – 20 briks. Daging
buahnya lebih berair (juicy), sehingga terasa lebih segar. Jika buah naga jenis lain
tidak bisa beradaptasi didataran tinggi, buah naga kuning justru bisa berproduksi
optimal didataran tinggi, dengan bobot buah mencapai 200 – 250 gram. Sebaliknya
jika ditanam didataran rendah, bobot buah hanya berkisar 125 – 150 gram (Setyowati,
2008)
b. Curah Hujan
Sebagai tanaman tropis, buah naga dapat beradaptasi dengan berbagai
lingkungan dan perubahan cuaca, seperti sinar matahari dan curah hujan. Namun,
curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan buah naga sekitar 60 mm/bulan atau 720
mm/tahun.Pada curah hujan diatas 720 – 1.300 mm/tahun buah naga masih bisa
tumbuh, tetapi hasilnya kurang optimal.Karena merupakan tanaman dari keluarga
kaktus, buah naga tidak tahan dengan kondisi air yang berlebihan. Curah hujan yang
terlalu tinggi atau hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan bisa menyebabkan
kerusakan tanaman, terutama pembusukan akar (Fajarwati, 2011).
c. Suhu, Kelembapan, dan Intensitas Matahari
o
Suhu udara ideal untuk pertumbuhan tanaman buah naga antara 26 – 36 C,
dengan kelembapan 70 – 90%. Sementara itu, intensitas sinar matahari yang
dibutuhkan sekitar 70 – 80%.Artinya, tanaman ini membutuhkan cahaya matahari dari
pagi hingga sore hari.Karena itu, buah naga sebaiknya ditanam dilahan tanpa naungan
dengan sirkulasi udara yang baik (Sinatra, 2010).
d. Kondisi Tanah
Agar tumbuh baik dan menghasilkan buah yang diinginkan, tanah harus subur.
Drainase harus berjalan baik, karena tanaman tidak tahan terhadap kondisi air yang
berlebihan. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk buah naga sekitar 6,5 – 7
(Dian et al,.2012).
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan antioksidan yang larut air. Asam
askorbat menangkap secara efektif sekaligus oksigen. Asam askorbat dapat memutus
reaksi radikal bebas, asam ini bereaksi secara langsung pada fase cair dengan radikal
peroksil LOO lalu berubah menjadi askorbil sedikit reaktif. Aktivitas antioksidan
merupakan kemampuan suatu bahan yang mengandung antioksidan untuk bisa
meredam senyawa radikal bebas yang ada disekitarnya. Aktivitas antioksidan diukur
dengan menggunakan metode DPPH ( 1,1-diphenyl-2-pycrilhydrazil). DPPH adalah
senyawa radikal bebas yang stabil. Menurut Nishizawa et all. (2005) bahwa DPPH
telah diketahui manfaatnya sebagai penentuan aktivitas antioksidan untuk menguji
aktivitas antioksidan radikal dari vitamin yang bersifat antioksidatif dan komponen
aromatik polyhydroxy. Gambar disajikan reaksi yang terjadi antara DPPH terhadap
antioksidan vitamin C. Vitamin C adalah salah satu antioksidan sekunder yang
memiliki kemampuan menangkap radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi
berantai. Berbagai penelitian yang dilakukan vitamin C digunakan dalam beberapa
tingkat konsentrasi untuk dapat mengetahui aktivitas antioksidan, yaitu kemampuan
untuk dapat meredam radikal bebas dengan menggunakan metode DPPH.
Karotenoid adalah pigmen alami dari hasil sintesis tanaman, algae, dan bakteri
fotosintetik. Adapun molekul berwarna tersebut adalah merupakan sumber warna
kuning, merah dan oranye bermacam-macam tanaman ( IARC, 2008 ; Muchtadi,
2012). Dalam tanaman , karotenoid memiliki fungsi antioksidan adalah sebagai
inaktivasi singlet oksigen, suatu oksidan yang terbentuk selama fotosintesis. (Halliwel
dan Gutteridge, 1999 ; Muchtadi, 2012). Pada proses dalam membersihkan singlet
oksigen , karoten mengabsorpsi ekses enenrgi dari singlet oksigen dan kemudian
melepaskannya sebagai panas. Karotenoid diperlukan dalam mempertahankan
jaringan tanaman karena singlet oksigen dapat terbentuk selama fotosintesis. Adapun
peranan antioksidan β-karoten dalam sel imun diantaranya adalah β-karoten dapat
menghambat fagosit dari kerusakan oto-oksidatif, meningkatkan respon proliferasi
limfosit T dan B, menstimulasi efektor fungsi sel T (Bendich, 1989). Beta karoten
yang dikunsumsi berbarengan dengan vitamin C dan vitamin E berdasarkan
penelitian terbukti dapat meningkatkan kemampuan antioksidan apabila dibandingkan
dengan mengonsumsi beta karoten secara tunggal. Beta karoten yang bereaksi
dengan radikal bebas akan menyebabkan radikal bebas menjadi stabil dan
menyebabkan karotenoid menjadi stabil. Adanya vitamin C dapat membantu
menstabilkan radikal bebas beta karoten. Vitamin C yang telah berubah menjadi
radikal selanjutnya distabilkan oleh antioksidan alami tubuh yaitu glutation (Astawan,
2008). Dalam The Journal of Agricultural and food chemistry dikemukakan bahwa
wortel yang melalui proses pemanasan akan meningkatkan daya serap antioksidan
didalam tubuh. Kadar antioksidan pada wortel juga akan meningkatkan jika disimpan
pada temperatur yang tinggi selama satu minggu, akan tetapi setelah itu kadarnya
akan menurun.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2 Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah naga
super merah (Hylicereus costaricensis) dengan usia siap panen. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain: etanol 96%, metanol, H2SO4pekat,
CH3COOH, kloroform, serbuk Mg, HCl pekat, FeCl31%, n-heksana, metanol,
reagen Follin ciocalteu DPPH (2,2-Diphenyl-l-picrylhydrazyl)., PVA, HPMC,
propilenglikol, metil paraben dan propil paraben, dan aquades.
a. CMC-Na
b. HPMC
c. Xanthan gum
d. Carbomer
2. Variabel Dependent (Terikat)
Aktivitas antioksidan dan karakteristik fisikokimia soothing gel.
3. Variabel Pengganggu
Faktor yang mempengaruhi kualitas buah yang digunakan,berdasarkan :
a. Lingkungan tumbuh
b. Usia buah (waktu panen)
4. Variabel Terkontrol
a. Suhu dan kelembaban saat formulasi
b. Alat dan instrumen yang digunakan saat formulasi
2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah aktivitas antioksidan dan karakteristik
fisikokimia soothing gel.
Uji aktivitas antioksidan merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui efek
aktivitas antioksidan dari suatu sediaan. Uji dilakukan menggunakan metode DPPH
(2,2-diphenyl-1-pickrylhidrazyl). Tujuan metode ini adalah untuk mengetahui
parameter konsentrasi yang ekuivalen memberikan 50% efek aktivitas antioksidan
(IC50).
Karakteristik fisikokimia soothing gel adalah sifat fisik dari suatu senyawa
kimia. Karakteristik yang akan diukur pada penelitian ini adalah organoletis, pH,
viskositas, sifat alir dan spreadibillity (daya sebar).
Lingkungan tumbuh yang baik untuk buah naga super red adalah pada lahan
yang terbuka tanpa naungan dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Tanaman ini
lebih baik pertumbuhannya bila ditanam didataran rendah antara 0-350 m dpl. Suhu
udara yang ideal antara 26-36ºC dan kelembaban 70-90 %. Tanah harus ber-aerasi
dengan baik dengan derajat keasaman (pH) 6,5 – 7.
Usia buah naga yang baik dan siap untuk dipanen adalah saat buah mencapai
usia 50 hari setelah bunga mekar. Memanen pada usia yang tepat untuk dipanen
adalah salah satu upaya untuk mendapatkan buah dengan kualitas yang baik.
Daging Buah
Dibersihkan di kupas kulitnya
Ampas
Disaring
Ekstrak
● Uji Fitokimia
● Uji Aktivitas Antioksidan dengan DPP
Data Hasil Pengujian
Kesimpulan
Buah naga super merah (Hylicereus costaricensis)dipetik pada saat siap panen
hingga diperoleh kulit buah berwarna merah. Menurut Kristanto (2009), buah naga
yang siap petik adalah buah yang sudah tua dengan karakteristik sebagai berikut: kulit
buah sudah berubah warna menjadi merah tua, mahkota buah sudah mengecil, jumbai
buah sudah berubah menjadi warna kemerahan, kedua pangkal buah berkeriput.
Determinasi dilakukan berdasarkan pengamatan ciri fisiologis tumbuhan untuk
mengetahui spesies dan famili tanaman yang diteliti.
3.5.2 Penyiapan Sampel Kulit Buah Naga Super Merah (Hylicereus costaricensis)
Kulit buah naga super merah disortasi untuk memilih kulit dengan kualitas
yang baik kemudian dibuang bagian yang tidak akan diolah. Kulit buah naga super
merah dicuci kemudian dimaserasi. Untuk pengolahan produk, kulit buah naga
diblansir terlebih dahulu pada suhu 80⁰C selama 5 menit.
3.5.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga Super Merah Metode Maserasi
2000 gram kulit buah naga super merah yang telah dihaluskan dimaserasi
dengan 5000 mL pelarut methanol dibiarkan selama 124 jam sambil di aduk berulang-
ulang. Ekstrak yang diperoleh disaring dengan corong buchner menggunakan vakum,
dan filtrat diuapkan menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu dibawah 60
ºC sampai alkohol hilang kemudian diuapkan diatas waterbath. Remaserasi dilakukan
untuk mendapatkan keseluruhan zat aktif.
3.5.4 Pembuatan Shooting Gel Ekstrak Kulit Buah Naga Super Merah
(Hylicereus costaricensis)
Rancangan formula Shooting gel ekstrak kulit buah naga dengan basis HPMC
adalah sebagai berikut :
0
Aquadest sebanyak ± 30 ml dipanaskan hingga mencapai suhu ± 80 C,
kemudian diangkat dan HPMC dikembangkan didalamnya selama 15 menit, setelah
kembang ditambahkan metil paraben dan propil paraben yang telah dilarutkan dalam
etanol. Ditambahkan ekstrak etanol kulit buah naga super merah lalu ditambahkan
propilenglikol sedikit demi sedikit sambil terus digerus sampai homogen, terakhir
dicukupkan dengan aquadest dan diaduk hingga homogen.
a. Uji Organoleptis
Dilakukan pengamatan secara visual terhadap sediaan
gel yang didapatkan meliputi bau,
warna dan bentuk dari sediaan gel.
b. Uji viskositas
Alat yang digunakan untuk uji viskositas adalah
viscometer VT-04E RIONCo, TLD.Mangkuk diisi
setengah sampel gel yang akan diuji. Rotor
ditempatkan ditengah-tengah mangkuk yang berisi gel,
kemudian alat dihidupkan agar rotor mulai berputar,
jarum penunjuk viskositas secara otomatis akan
bergerak ke kanan. Setelah stabil, kemudian dibaca
pada skala yang ada pada viscometer tersebut.
c. Uji pH
Diukur dengan menggunakan pH stik.
1. Pemeriksaan alkaloid
Pemeriksaan alkaloid dilakukan dengan cara 1 mL ekstrak dari masing-masing
sampel ditambah dengan 5 tetes kloroform dan beberapa tetes pereaksi Mayer.
Terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya alkaloid.
3. Pemeriksaan Flavonoid
Pemeriksaan flavonoid dilakukan dengan cara 1 mL ekstrak dari masing-
masing sampel ditambah 1 gram serbuk Mg dan 10 mL HCl pekat, timbulnya
warna merah menunjukkan adanya flavonoid.
4. Pemeriksaan Saponin
Pemeriksaan flavonoid dilakukan dengan cara 1 mL ekstrak dari masing-
masing sampel ditambah air suling sehingga seluruh cuplikan terendam,
dididihkan selama 2-3 menit, dan selanjutnya didinginkan, kemudian dikocok
kuat-kuat.Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil.
5. Pemeriksaan Fenolik
Pemeriksaan fenolik dilakukan dengan cara 1 mL ekstrak dari masing-masing
sampel ditambah beberapa tetes FeCl31%. Timbulnya warna hitam kebiruan/hijau
menunjukkan adanya senyawa fenolik. Setelah diketahui secara kualitatif
keberadaan senyawa-senyawa metabolit sekunder yang diperoleh, maka dilakukan
uji kuantitatif berupa pengujiankadar total fenolat ekstrak segar dan produk
olahannya agar diketahui seberapa besar kandungan metanolit sekunder yang
terdapat dalam ekstrak sampel.
Keterangan :
Abs DPPH kontrol: absorbansi DPPH sebelum direaksikan dengan sampel
Abs sisa DPPH : absorbansi DPPH setelah direaksikan dengan sampel
Aspek uji 1,00 ≤ x < 1,75 1,75 ≤ x < 2,50 2,50 ≤ x < 3,25 ≤ x < 4,00
3.25
Tekstur Sangat tidak lembut Tidak lembut Lembut Sangat lembut
Kemudahan Tidak mudah Kurang mudah Mudah Sangat mudah