Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Roda gigi adalah salah satu jenis elemen transmisi yang penting untuk

suatu pemindahan gerak (terutama putaran), daya, atau tenaga pada suatu sistem

transmisi antara penggerak dengan yang digerakkan.Suatu konstruksi roda gigi

digunakan pula untuk suatu sistem pengatur pada pemindah putaran, atau untuk

merubah gerak lurus menjadi gerak putar atau sebaliknya.Oleh karena itu

penggunaan roda gigi sangat luas pada konstruksi mekanik yang memerlukan

gerak yang menkombinasikan beberapa komponen alat yang

tergabung.Pembuatan roda gigi cukup rumit dan kompleks karena pembuatan

profil rodagiginya yanng khusus, dengan berbagai ukuran dan keakuratan

tergantung dariperan dari roda gigi itu sendiri pada suatu gabungan komponen

mesin.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini Mahasiswa diharapkan

mampumemahami tata cara pembuatan roda gigi yang benar,

klasifikasi,penghitungan,dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan roda

gigi tersebutagar dalam mengaplikasikannya dengan baik.

1.3 Perolehan Data

1
Penyusun memperoleh dan menyusun data tentang materi roda gigi

denganberbagai fasilitas yang menunjang dan dapat dijadikan referensi tentang

materi, antara lain perpustakaan dan internet.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Transmisi
Transmisi adalah suatu alat yang berfungsi untuk memindahkan daya dari
salah satu sumbu poros ke sumbu poros yang lain dan dibutuhkan penggerak
mula.
Transmisi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
 Transmisi langsung : Dimana perpindahan dayanya terjadi secara
langsung (roda gigi, roda gesek).
 Transmisi tak langsung : Perpindahan daya dari poros ke poros lain
dengan memakai perantara penghubung (sabuk, rantai, tali).

2.2 Transmisi Roda Gigi


Adalah suatu transmisi dimana perpindahan daya yang dilakukan antar
poros menggunakan dua buah roda gigi yang memiliki perbandingan tertentu.
Transmisi menggunakan roda gigi memiliki kekurangan serta kelebihan,
diantaranya yaitu :
 Kekurangannya :
- Harga lebih mahal
- Tidak tahan dengan beban kejut
- Perencanaan lebih sulit
 Kelebihannya :
- Dapat menerima beban lebih
- Putaran yang dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan
- Dapat digunakan untuk daya kecil dan besar

2.2.1 Klasifikasi Roda Gigi


Roda gigi dapat diklasifikasikan menjadi bermacam – macam, seperti:
Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi di mana giginya berjajar
pada dua bidang silinder, kedua bidang silinder tersebut bersinggungan dan yang
satu menggelinding pada yang lain dengan sumbu tetap sejajar.

3
Roda gigi lurus merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi
yang sejajar poros.Roda gigi miring mempunyai jalur gigi yang membentuk
ulir pada silinder jarak bagi.
Pada roda gigi miring, jumlah pasangan gigi yang saling membuat
kontak serentak (perbandingan kontak) adalah lebih besar dari pada roda gigi
lurus, sehingga pemindahan momen atau putaran melalui gigi-gigi tersebut
dapat berlangsung dengan halus.Oleh sebab itu, sifat ini sangat baik untuk
mentransmisikan putaran tinggi dan beban besar. Namun, roda gigi miring
memerlukan bantalan aksial dan kotak roda gigi yang lebih kokoh, karena
jalur gigi yang terbentuk ulir tersebut menimbulkan gaya reaksi yang sejajar
dengan poros.
Dalam hal roda gigi miring ganda, gaya aksial yang timbul pada gigi
yang mempunyai alur berbentuk V tersebut, akan saling meniadakan. Dengan
roda gigi ini, perbandingan rerduksi, kecepatan keliling, dan daya yang
diteruskan dapat diperbesar, tetapi pembuatannya sukar.
Roda gigi dalam, dipakai jika diingini alat transmisi dengan ukuran
kecil dengan perbandingan reduksi besar, karena pinyon terletak di dalam
roda gigi.
Batang gigi, merupakan dasar profil pahat pembuat gigi.Pasangan
antara batang gigi dan pinyon dipergunakan untuk merubah gerakan putar
menjadi lurus atau sebaliknya.
Dalam hal roda gigi kerucut, bidang jarak bagi merupakan bidang

kerucut yang puncaknya terletak di titik potong sumbu poros.Roda gigi

kerucut lurus dengan gigi lurus, adalah yang paling mudah dibuat dan paling

sering dipakai. Tetapi roda gigi ini sangat berisik karena perbandingan

kontaknya yang kecil, juga konstruksinya tidak memungkinkan

pemasangan bantalan pada kedua ujung poros-porosnya.

Roda gigi kerucut spiral, karena memiliki perbandingan kontak yang


lebih besar, dapat meneruskan putaran tinggi dan beban besar.Sudut poros
kedua roda gigi kerucut ini biasanya dibuat 900.

4
Dalam golongan roda gigi dengan poros bersilang, terdapat roda gigi
miring silang, roda gigi cacing, roda gigi hypoid, dll.Roda gigi cacing
meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi besar.Roda gigi cacing (j),
mempunyai cacing berbentuk silinder dan lebih umum dipakai.Tetapi untuk
beban besar, cacing globoid atau cacing selubuing ganda (k) dengan
perbandingan kontak yang lebih besar dapat dipergunakan.Roda gigi hypoid
adalah seperti yang dipakai pada roda gigi diferensial otomobil. Roda gigi ini
mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada bidang kerucut yang sumbunya
bersilang, dan pemindahan gaya pada permukaan gigi berlangsung secara
meluncur dan menggelinding.
Roda-roda gigi yang telah dibahas diatas semuanya memiliki
perbandingan kecepatan sudut tetap antara kedua poros.Tetapi disamping itu
terdapat pula roda gigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat
bervariasi, seperti misalnya roda gigi eksentris, roda gigi bukan lingkaran,
roda gigi lonjong seperti pada meteran air, dll.Ada pula roda gigi dengan
putaran yang terputus-putus dan roda gigi Geneva, yang terdapat pada
proyektor bioskop untuk menggerakkan film.

Gambar 2.1 macam-macam roda gigi

2.2.2 Nama-nama Bagian Roda Gigi dan Ukurannya


Nama-nama bagian utama roda gigi :

5
Gambar 2.2 Nama-nama bagian roda gigi
Ukuran roda gigi ditentukan dengan diameter lingkaran jarak bagi,
yaitu lingkaran khayal yang menggelinding tanpa slip.Ukuran gigi dinyatakan
dengan “jarak bagi lingkar”, yaitu jarak sepanjang lingkaran jarak bagi antara
profil antara dua gigi yang berdekatan.
Jika diameter lingkaran jarak bagi dinyatakan dengan d (mm).dan
jumlah gigi dengan z, maka jarak bagi lingkar t (mm) dapat ditulis sebagai :
𝜋𝑑
𝑡=
𝑧
Jadi, jarak bagi lingkar adalah keliling lingkaran jarak bagi dibagi
dengan jumlah gigi.Namun, karena jarak bagi lingkar selalu mengandung
faktor π, pemakaiannya sebagai ukuran gigi dirasakan kurang praktis. Untuk
mengatasi hal ini, diambil suatu ukuran yang disebut “modul” dengan
lambang m,dimana :
𝑑
𝑚=
𝑧
Dengan cara ini, m dapat ditentukan sebagai bilangan bulat atau
bilangan pecahan 0,5 dan 0,25 yang lebih praktis.
Cara lain untuk menyatakan ukuran gigi adalah dengan “jarak bagi
diametral”. Dalam hal ini diameter lingkaran jarak bagi diukur dalam inch;
maka jarak bagi diametral DP adalah jumlah gigi per inch diameter tersebut.
Jika diameter lingkaran jarak bagi dinyatakan sebagai d"(in), maka :
𝑧 1
𝐷𝑃 = ,( )
𝑑" 𝑖𝑛

6
Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa jika DP kecil, berarti giginya
besar. Sebagian gigi dari Amerika atau Eropa dinyatakan dengan harga Dp
tersebut. Adapun hubungan antara DP dan madalah :
25,4
𝑚=
𝐷𝑃
Dengan menggunakan harga-harga dan hubungan-hubungan di atas,
persamaan roda gigi dapat ditulis dengan lebih sederhana, demikian pula
untuk merubah rumus dalam inch menjadi satuan modul, tidak akan dijumpai
kesulitan.

2.2.3 Perbandingan Putaran dan Perbandingan Roda Gigi


Jika putaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan n1(rpm)
pada poros penggerak dan n2 (rpm) pada poros yang digerakkan, diameter
lingkaran jarak bagi d1dan d2 (mm), dan jumlah gigi z1 dan z2,maka
perbandingan putaran u adalah :

𝑛2 𝑑1 𝑚 . 𝑧1 𝑧1 1
𝑢= = = = =
𝑛1 𝑑2 𝑚 . 𝑧2 𝑧2 𝑖
𝑧2
=𝑖
𝑧1
Harga i, yaitu perbandingan antara jumlah gigi pada roda gigi dan pada
pinyon, disebut perbandingan roda gigi atau perbandingan
transmisi.Perbandingan ini dapat sebesar 4 sampai 5 dalam hal roda gigi lurus
standar, dan dapat diperbesar sampai 7 dengan perubahan kepala.Pada roda
gigi miring dan miring ganda, perbandingan tersebut dapat sampai 10.
Roda gigi biasanya dipakai untuk reduksi (u < 1 atau i > 1); tetapi
kadang-kadang juga dipakai untuk menaikkan putaran (u > 1 atau i < 1).
Jarak sumbu poros a (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d1 dan d2
(mm) dapat dinyatakan sebagai berikut :
(𝑑1 + 𝑑2 ) (𝑧1 + 𝑧2 )
𝑎= =𝑚
2 2
2𝑎
𝑑1 =
(1 + 𝑖)

7
2𝑎 . 𝑖
𝑑2 =
(1 + 𝑖)

2.2.4 Kapasitas Beban Roda Gigi


Roda gigi dapat mengalami kerusakan berupa gigi patah, aus atau
berlubang-lubang (bopeng) permukaannya, dan tergores permukaannya
karena pecahnya selaput minyak pelumas.Untuk menghindari atau
memperkecil kemungkinan itu terjadi, maka perlu adanya perencanaan roda
gigi dengan memperhatikan kekuatan gigi terhadap lenturan dan tekanan
permukaan.
(a) Perhitungan lenturan, Karena besarnya perbandingan kontak adalah
1,0 atau lebih, maka beban penuh tidak selalu dikenakan pada satu gigi.
Tetapi, demi keamanan, perhitungan dilakukan atas dasar anggapan bahwa
beban penuh dikenakan pada titik perpotongan A antara garis tekanan dan
garis hubung pusat roda gigi, pada puncak gigi.
Jika tekanan normal pada permukaan gigi dinyatakan dengan Fn, maka
gaya Fkt (tegak lurus OA) dalam arah keliling atau tangensial pada titik A
adalah
𝐹𝑘𝑡 = 𝐹𝑛 cos 𝜔
Gaya Ft yang bekerja dalam arah putaran roda gigi pada titik jarak bagi
adalah :
𝐹𝑡 = 𝐹𝑛 cos 𝛼𝑏
Dimana αb adalah sudut tekanan kerja.
Jika diameter jarak bagi adalah db1 (mm), maka kecepatan keliling v
(m/s) pada lingkaran jarak bagi roda gigi yang mempunyai putaran n1 (rpm)
adalah :
𝜋 . 𝑑𝑜1 . 𝑛1
𝑣=
60 𝑥 1000
Hubungan antara daya yang ditransmisikan P (kW), gaya tangensial Ft
(kg), dan kecepatan keliling v (m/s) adalah :
𝐹𝑡 . 𝑣
𝑃=
102

8
Meskipun harga v pada lingkaran jarak bagi lebih kecil dari pada
kecepatan keliling titik A, tetapi v tesebut dipakai karena akibatnya akan
membesarkan Ft. Dalam hal ini harus dipergunakan daya rencana Pd (kW).
Karena
𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 . 𝑃
𝐹𝑡 . 𝑣
𝑃𝑑 =
102
Maka
102 . 𝑃𝑑
𝐹𝑡 =
𝑣
Dalam keadaan yang sebenarnya, pada waktu terjadi peralihan jumlah
pasangan yang terkait dari satu menjadi dua atau dari dua menjadi satu
pasang, timbul gaya yang lebih besar. Karena dalam perhitungan hanya satu
pasang gigi saja yang dianggap meneruskan momen, maka pembebanan yang
diperhitungkan pada gigi menjadi lebih berat dari pada keadaan yang
sebenarnya.
ℎ2
𝐹𝑡 = 𝜎𝑏 . 𝑏 .
6𝑙
Besarnya h2/6l ditentukan dari ukuran dan bentuk gigi.Besaran ini
mempunyai dimensi panjang. Jika dinyatakan dengan perkalian antara Y dan
modul mmaka :
ℎ3
𝑌=
6𝑙𝑚
𝐹𝑡 = 𝜎𝑏 . 𝑏. 𝑚. 𝑌
Persamaan ini disebut “persamaan Lewis”, dan Y dinamakan “faktor
bentuk gigi”.Persamaan yang diperkenalkan oleh lewis dalam tahun 1893 itu
merupakan persamaan yang sangat berharga, dan sampai sekarang masih
dipakai dalam bentuk yang telah dikoreksi.Diantara koefisien-koefisien profil
roda gigi, dalam tabel berikut ini diberikan harga-harga untuk profil roda gigi
standar dengan sudut tekan 200.

9
Tabel 2.1 Faktor bentuk gigi
Jumlah Gigi Jumlah Gigi
Z Y Z Y
10 0,201 25 0,339
11 0,226 27 0,349
12 0,245 30 0,358
13 0,261 34 0,371
14 0,276 38 0,383
15 0,289 43 0,396
16 0,295 50 0,408
17 0,302 60 0,421
18 0,308 75 0,434
19 0,314 100 0,446
20 0,320 150 0,459
21 0,327 300 0,471
22 0,333 Batang gigi 0,484

Koreksi pertama yang dilakukan adalah kecepatan keliling roda


gigi.Semakin tinggi kecepatannya, semakin besar pula variasi beban atau
tumbukan yang terjadi. Koreksi karena pengaruh kecepatan ini diberikan
dalam bentuk “faktor dinamis” fv, yang tergantung pada kecepatan keliling
dan ketelitian, seperti diperlihatkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.2 Faktor dinamis fv

Kecepatan v = 0,5-10 3
𝑓𝑣 = 3+𝑣
m/s
Rrendah
Kecepatan v = 5-20 6
𝑓𝑣 = 6+𝑣
m/s
Sedang
Kecepatan v = 20-50 5,5
𝑓𝑣 = 5,5+
m/s √𝑣

Maka persamaan yang telah dikoreksi menjadi berbentuk :


𝐹𝑡 = 𝜎𝑏 . 𝑚 . 𝑌 . 𝐹𝑣
Tegangan lentur yang diizinkan a (kg/mm2), yang besarnya tergantung
pada macam bahan dan perlakuan panas, dapat diperoleh dari tabel tegangan
10
lentur. Besarnya beban lentur yang diizinkan per satuan lebar sisi F’b
(kg/mm) dapat dihitung dari besarnya modul m, jumlah gigi z, faktor bentuk
gigi Y dari roda gigi standar dengan sudut tekanan 200, dan faktor dinamis fv
sebagai berikut :
𝐹′𝑏 = 𝜎𝑎 . 𝑚 . 𝑌 . 𝐹𝑣
Maka, lebar sisi b dapat diperoleh dari :
𝐹𝑡
𝑏=
𝐹′𝑡
Pada umumnya harga b ditetapkan antara (6-10)m (mm), dan untuk
daya besar antara (10-16)m (mm). Roda gigi dengan sisi yang sangat lebar
cenderung mengalami deformasi, khususnya jika bekerja sebagai pinyon,
terutama jika ketelitiannya rendah dan mempunyai kesalahan dalam
pemasangan, sehingga distribusi tekanannya pada sisi gigi tidak merata. Jika
dari suatu perhitungan kekuatan ternyata diperlukan lebar sisi yang besarnya
di luar daerah tersebut di atas, maka perlu dilakukan perhitungan kembali
dengan mengambil bahan lain termasuk perlakuan panasnya atau merubah
modul.
Untuk ketelitian dan pemasangan yang baik, roda gigi dengan bantalan
pada satu ujung poros dapat mempunyai lebar sisi b ≤ 0,75 do1, dan roda gigi
dengan bantalan pada kedua ujung porosnya dapat mempunyai b ≤ 1,2 do1. Di
sini do1 = mz1 dan do2 = mz2 berturut-turut adalah diameter lingkaran jarak
bagi roda gigi standar untuk pinyon dan roda gigi besar. Selanjutnya, koreksi
pada permukaan sisi gigi akan diperlukan jika lebar sisi yang direncanakan
lebih besar dari pada ketentuan diatas.
(b) Perhitungan lebar permukaan. Jika tekanan antara sesame
permukaan gigi terlalu besar, gigi akan mengalami keausan atau menjadi
bopeng dengan cepat. Selain itu, permukaan gigi juga akan mengalami
kerusakan karena keletihan oleh beban berulang. Dengan demikian maka
tekanan yang dikenakan pada permukaan gigi, atau kapasitas pembebanan
permukaan, harus dibatasi.
2𝑧2
𝐹𝑡 = 𝐾𝐻 . 𝑏 . 𝑑𝑜1 .
𝑧1 + 𝑧2

11
Dalam persamaan tersebut diatas, kH disebut “faktor tegangan kontak”,
dan mempunyai hubungan erat dengan bahan, sudut tekanan kerja, dan
kekerasan permukaan gigi.

Dalam praktek, harga kH dihitung dari persamaan sebelumnya, yang


telah dikalikan dengan faktor dinamis seperti dibawah ini :
2𝑧2
𝐹𝑡 = 𝑓𝑣 . 𝑘𝐻 . 𝑏. 𝑑𝑜1
𝑧1 + 𝑧2

Seperti pada perhitungan lenturan, beban permukaan yang diizinkan per


satuan lebar F’H (kg/mm), dapat diperoleh dalam persamaan :
2𝑧2
𝐹′𝐻 = 𝑓𝑣 . 𝑘𝐻 . 𝑑𝑜1 .
𝑧1 + 𝑧2
Maka, lebar sisi yang diperlukan, atas dasar perhitungan kekuatan
terhadap permukaan, adalah b = Ft/F’H. Lebar sisi yang diperoleh di sini harus
dibandingkan dengan lebar yang diperoleh dari perhitungan lenturan, serta
diperiksa perbandingannya terhadap modul.
Adapun tata cara perencanaan roda gigi lurus, dapat digambarkan
sebagai berikut.
Misalkan daya yang akan ditransmisikan, putaran poros, perbandingan
reduksi, dan jarak sumbu poros diberikan. Maka, setelah dilakukan koreksi
pada daya yang ditransmisikan, diameter lingkaran jarak bagi dapat
ditaksir.Selanjutnya, modul dapat dipilih untuk sementara dari diagram
pemilihan modul.Diagram ini diperoleh dari lenturan gigi dengan lebar sisi 10
kali modul pada bahan baja karbon, seperti yang diperlihatkan gambar
dibawah ini. Perhitungan selanjutnya dilakukan seperti urutan dalam diagram
aliran.

12
Gambar 2.3 Diagram pemilihan modul roda gigi lurus

2.3 Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin
.Hampir setiap mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran.Peranan
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

2.3.1 Macam-macam Poros


Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut
pembebanannya sebagai berikut :
1. Poros Transmisi
Poros semacam ini mendapat beban puntir murni atau punter
dan lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling,
roda gigi, puli sabuk atau sproket rantai, dll.
2. Spindel

13
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin
perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut
spindel.Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya
harus kecil dan bentuk serta ukuranya harus teliti.
3. Gandar
Poros seperti ini dipasang di antara roda-roda kereta barang,
dimana tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak
boleh berputar, disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban
lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan
mengalami beban puntir juga. Menurut bentuknya, poros dapat
digolongkan atas poros lurus umum, poros engkol sebagai poros
utama dari mesin torak, dll., poros luwes untuk transmisi daya kecil
agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah, dll.

2.3.2 Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Poros


1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur
atau gabungan antara puntir dan lentur.Juga ada poros yang
mendapat beban tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal
atau turbin, dll.Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi
tegangan bila diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila
poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan.Sebuah poros harus
direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban yang
ada di atas.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekeutan yang cukup
tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan
mengakibatkan ketidak-telitian (pada mesin perkakas) atau getaran
dan suara (misalnya pada turbin dan kotak roda gigi).
Karena itu, disamping kekuatan poros, kekakuanya juga harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan
dilayani poros tersebut.

14
3. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikan maka pada suatu harga
putaran tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa
besarnya.Putaran ini disebut putaran kritis.Hal ini dapat terjadi pada
tubin, motor torak, motor listrik, dll.Hal ini dapat menyebabkan
kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya.Jika mungkin,
poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya
lebih rendah dari putaran kritisnya.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk
poros propeler dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang
korosif.Demikian pula untuk poros-poros yang terancam kavitasi,
dan poros-poros mesin yang sering berhenti lama.Sampai batas-batas
tertentu dapat pula dilakukan perlindungan terhadap korosi.
5. Bahan poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang
ditarik dingin dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut
bahan S-C) yang dihasilkan dari ingot yang di-“kill” (baja yang
dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan dicor; kadar karbon
terjamin). Meskipun demikian, bahan ini kelurusannya agak kurang
tetap dan dapat mengalami deformasi karena tegangan yang kurang
seimbang, misalnya bila diberi alur pasak, karena ada tegangan sisa
di dalam terasnya.Tetapi penarikan dingin membuat permukaan
poros menjadi keras dan kekuatannya bertambah besar.
Poros-poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan
beban berat umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan
kulit yang sangat tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya
adalah baja khrom nikel, baja khrom nikel molibden, baja khrom,
baja khrom molibden,dll. Sekalipun demikian, pemakaian baja
paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya karena
putaran tinggi dan beban berat.Dalam hal demikian perlu

15
dipertimbangkan penggunaan baja karbon yang diberi perlakuan
panas secara tepat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan.

2.4 Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan
panjang umur.Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta
elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan
baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja secara
semestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya
dengan pondasi pada gedung.

2.4.1 Klasifikasi Bantalan


Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
( I ) Atas Dasar Gerakan Bantalan Terhadap Poros
a) Bantalan luncur. Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara
poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh
permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas.
b) Bantalan gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding
antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen
gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol jarum, dan rol bulat.
( II ) Atas Dasar Arah Beban Terhadap Poros
a) Bantalan radial. Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah
tegak lurus sumbu poros.
b) Bantalan Aksial. Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu
poros.
c) Bantalan gelinding khusus. Bantalan ini dapat menumpu beban
yang arahnya sejajar den tegak lurus sumbu poros.

2.4.2 Bantalan Gelinding


Bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding
yang sangat kecil dibandingkan dengan bantalan luncur.Elemen gelinding

16
seperti bola atau rol, dipasang diantara cincin luar dan cincin dalam. Dengan
memutar salah satu cincin tersebut, bola atau rol akan membuat gerakan
gelinding sehingga gesekan diantaranya akan jauh lebih kecil.
Untuk bola dan rol, ketelitian tinggi dalam bentuk dan ukuran
merupakan keharusan.Karena luas bidang kontak antara bola atau rol dengan
cincinnya sangat kecil, maka besarnya beban per satuan luas atau tekanannya
menjadi sangat tinggi.Dengan demikian bahan yang dipakai harus
mempunyai ketahanan dan kekerasan yang tinggi.

Gambar 2.4 Macam-macam bantalan gelinding


Bantalan gelinding dapat diklasifikasikan atas : bantalan radial, yang
terutama membawa beban radial dan sedikit beban aksial, dan bantalan aksial
yang membawa beban sejajar sumbu poros.
Menurut bentuk elemen gelindingnya, dapat pula dibagi atas bantalan
roda dan bantalan rol.Demikian pula dapat dibedakan menurut banyaknya
baris dan konstruksi dalamnya.Bantalan yang cincin dalam dan cincin luarnya
dapat saling dipisahkan disebut macam pisah.

17
Menurut diameter luar atau diameter dalamnya, bantalan gelinding
dapat dibagi atas :
Diameter luar lebih dari 800 (mm) Ultra Besar
Diameter luar 180-800 (mm) Besar
Diameter luar 80-180 (mm) Sedang
Diameter dalam 10 (mm) atau lebih, dan Kecil
diameter luar sampai 80 (mm)
Diameter dalam kurang dari 10 (mm), dan Diameter Kecil
diameter luar 9 (mm) atau lebih
Diameter luar kurang dari 9 (mm) Miniatur
Menurut pemakaiannya, dapat digolongkan atas bantalan otomobil,
bantalan mesin, dan bantalan instrument.Bantalan gelinding biasa terdapat
dalam ukuran metris dan inch, dan distandarkan menurut ISO dengan nomor
kode internasional menurut ukurannya.

18
BAB III
PERENCANAAN KOMPONEN

3.1 Merencanakan Transmisi Roda Gigi Lurus :


 Daya yang akan ditransmisikan ( P ) = 19 ps

Putaran motor penggerak ( n1 ) = 1000 rpm

Jarak sumbu poros ( a1 ) = 200 mm

Jarak sumbu poros ( a2 ) = 400 mm

Sudut tekan pahat = 20°

Putaran kebeban yang diinginkan = 200 rpm

Modul (m) =4

PENYELESAIAN

 P = 19 ps → 14 kw

n1 = 1000 rpm, putaran kebeban yang diinginkan = 200 rpm


1000
perbandingan reduksi = =5
200

karena perbandingan reduksi terlalu besar maka sebelum keputaran yang

diinginkan dari poros penggerak diturunkan terlebih dahulu ke 600 rpm,

sebelum ke putaran yang diinginkan.


1000
 Perbandingan reduksi tingkat 1 = 600
= 1,66

600
 Perbandingan reduksi tingkat 2 = 200 = 3

 Kelonggaran puncak = 0,25.m = 0,25 . 4 = 1,0

 Menghitung jumlah gigi dan dimensi roda gigi

 Tingkat 1

- Diameter lingkaran jarak bagi

19
2.𝑎
𝑑1 =
(1+𝑖)

2 . 200
= = 150,3 𝑚𝑚
( 1 + 1,66)

2 .𝑎 .𝑖
𝑑2 =
(1+𝑖)

2 . 200 . 1,66
= = 249,6 𝑚𝑚
( 1 + 1,66 )

- Jumlah gigi

𝑑1 150,3
𝑍1 = = = 38 𝑔𝑖𝑔𝑖
𝑚 4

𝑑2 249,6
𝑍2 = = = 62 𝑔𝑖𝑔𝑖
𝑚 4

- Diameter tusuk

𝑑𝑜1 = 𝑍1 . 𝑚 = 38 . 4 = 150 𝑚𝑚

𝑑𝑜2 = 𝑍2 . 𝑚 = 62 . 4 = 248 𝑚𝑚

- Diameter kepala

𝑑𝑘1 = ( 𝑍1 + 2 ) . 𝑚

= (38 + 2 ) . 4 = 160 𝑚𝑚

𝑑𝑘2 = ( 𝑍2 + 2 ) . 𝑚

= ( 62 + 2 ) . 4 = 256 𝑚𝑚

- Diameter kaki

𝑑𝑓1 = ( 𝑍1 − 2 ) . 𝑚 – 2. 𝐶𝑘

= (38 − 2) . 4 – 2 . 1 = 142 𝑚𝑚

𝑑𝑓2 = ( 𝑍2 − 2 ) . 𝑚 − 2. 𝐶𝑘

= ( 62 − 2 ) . 4 – 2 . 1 = 238 𝑚𝑚

20
- Diameter dasar

𝑑𝑔1 = 𝑑1 . 𝑐𝑜𝑠 ∝= 150,3 . cos 20 = 141,2 𝑚𝑚

𝑑𝑔2 = 𝑑2 . cos ∝ = 249 . cos 20 = 234,5 𝑚𝑚

- Kedalaman gigi

𝐻 = 2. 𝑚 + 𝐶𝑘
= 2 . 4 + 1 = 9 𝑚𝑚

 Tingkat 2

- Diameter lingkaran jarak bagi

2.𝑎
𝑑1 =
(1+𝑖)

2 . 400
= = 200 𝑚𝑚
( 1 + 3)

2 .𝑎 .𝑖
𝑑2 =
(1+𝑖)

2 . 400 . 3
= = 600 𝑚𝑚
(1+3)

- Jumlah gigi

𝑑1 200
𝑍3 = = = 50 𝑔𝑖𝑔𝑖
𝑚 4

𝑑2 600
𝑍4 = = = 150 𝑔𝑖𝑔𝑖
𝑚 4

- Diameter tusuk

𝑑𝑜3 = 𝑍1 . 𝑚 = 50 . 4 = 200 𝑚𝑚

𝑑𝑜4 = 𝑍2 . 𝑚 = 150 . 4 = 600 𝑚𝑚

- Diameter kepala

𝑑𝑘3 = ( 𝑍3 + 2 ) . 𝑚

= (50 + 2 ) . 4 = 208 𝑚𝑚

21
𝑑𝑘4 = ( 𝑍4 + 2 ) . 𝑚

= ( 150 + 2 ) . 4 = 608 𝑚𝑚

- Diameter kaki

𝑑𝑓3 = ( 𝑍1 − 2 ) . 𝑚 – 2. 𝐶𝑘

= (50 − 2) . 4 – 2 . 1 = 190 𝑚𝑚

𝑑𝑓4 = ( 𝑍2 − 2 ) . 𝑚 − 2. 𝐶𝑘

= ( 150 − 2 ) . 4 – 2 . 1 = 590 𝑚𝑚

- Diameter dasar

𝑑𝑔3 = 𝑑3 . 𝑐𝑜𝑠 ∝= 200 . cos 20 = 187,9 𝑚𝑚

𝑑𝑔4 = 𝑑4 . cos ∝ = 600 . cos 20 = 563,8 𝑚𝑚

- Kedalaman gigi

𝐻 = 2. 𝑚 + 𝐶𝑘
= 2 . 4 + 1 = 9 𝑚𝑚

 Meghitung kekuatan roda gigi dan mencari bahan roda gigi

 Tingkat 1

- Kecepatan keliling

𝜋 . 𝑑𝑜1 . 𝑛1
𝑉=
60 . 1000

3,14 . 150 . 1000


= = 7,85 𝑚/𝑠
60.000

- Gaya tangensial

102 . 𝑃𝑑
𝐹𝑡 =
𝑣
102 . 14
= = 182 𝑘𝑔
7,85

22
- Faktor dinamis

6
𝑓𝑣 =
6 + 𝑣

6
𝑓𝑣 = = 0,433
6 + 7,58

- Bahan roda gigi

Pinyon :

 Kekuatan tarik S35C adalah B1 = 52 ( kg/mm2 )

 Kekerasan permukaan sisi gigi HB1 = 187

 Tegangan lentur yang diizinkan, S35C; a1 = 26 (kg/mm2)

Roda gigi besar :

 Kekuatan tarik FC20 adalah B2 = 30 ( kg/mm2 )

 Kekerasan permukaan sisi gigi HB2 = 215

 Tegangan lentur yang diizinkan, FC20; a2 = 13 (kg/mm2)

Faktor tegangan kontak diambil dari bahan pinyon s35c yang

memiliki kekerasan permukaan 187 Hb dengan bahan baja dan bahan

roda gigi besar FC30 yang memiliki bahan besi cor. Maka dipilih KH

= 0,079 kg/mm2 dengan kekerasan (200 Hb) pada baja dan besi cor.

- Faktor bentuk gigi

𝑌1 = 0,383

2
𝑌2 = 0,421 + (0,434 − 0,421) ( ) = 0,422
15

- Tegangan lentur

𝐹 ′ 𝑏1 = 𝜎𝑎1 . 𝑚 . 𝑌1 . 𝑓𝑣

= 26 . 4 . 0,383 . 0,433

23
= 17,24 kg / mm

𝐹 ′ 𝑏2 = 𝜎𝑎2 . 𝑚 . 𝑌2 . 𝑓𝑣

= 13 . 4 . 0,422 . 0,433

= 9,5 kg / mm

- Beban permukaan

2. 𝑍2
𝐹 ′ 𝐻 = 𝑓𝑣 . 𝑘𝐻 . 𝑑𝑝𝑜1 .
𝑍1 + 𝑍2

2 . 62
= 0,433 . 0,079 . 150 .
38 + 62

= 6,36 𝑘𝑔/𝑚𝑚

- Lebar sisi gigi

𝐹𝑡 182
𝑏 = = = 28,6 𝑚𝑚
𝐹′𝑚𝑖𝑛 6,36

 Tingkat 2

- Kecepatan keliling

𝜋 . 𝑑𝑜1 . 𝑛1
𝑉=
60 . 1000
3,14 . 200 . 600
= = 6,28 𝑚/𝑠
60.000

- Gaya tangensial

102 . 𝑃𝑑
𝐹𝑡 =
𝑣
102 . 14
= = 227 𝑘𝑔
6,28

- Faktor dinamis

6
𝑓𝑣 =
6 + 𝑣

24
6
𝑓𝑣 = = 0,488
6 + 6,28

- Bahan roda gigi

Pinyon :

 Kekuatan tarik S35C adalah B1 = 52 ( kg/mm2 )

 Kekerasan permukaan sisi gigi HB1 = 187

 Tegangan lentur yang diizinkan, S35C; a1 = 26 (kg/mm2)

Roda gigi besar :

 Kekuatan tarik FC20 adalah B2 = 30 ( kg/mm2 )

 Kekerasan permukaan sisi gigi HB2 = 215

 Tegangan lentur yang diizinkan, FC20; a2 = 13 (kg/mm2)

Faktor tegangan kontak diambil dari bahan pinyon s35c yang

memiliki kekerasan permukaan 187 Hb dengan bahan baja dan bahan

roda gigi besar FC30 yang memiliki bahan besi cor. Maka dipilih KH

= 0,079 kg/mm2 dengan kekerasan (200 Hb) pada baja dan besi cor.

- Faktor bentuk gigi

𝑌1 = 0,408

𝑌2 = 0,459

- Tegangan lentur

𝐹 ′ 𝑏3 = 𝜎𝑎1 . 𝑚 . 𝑌1 . 𝑓𝑣

= 26 . 4 . 0,408 . 0,488

= 20,7 kg / mm

𝐹 ′ 𝑏4 = 𝜎𝑎2 . 𝑚 . 𝑌2 . 𝑓𝑣

= 13 . 4 . 0,459 . 0,488

25
= 11,64 kg / mm

- Beban permukaan

2. 𝑍2
𝐹 ′ 𝐻 = 𝑓𝑣 . 𝑘𝐻 . 𝑑𝑝𝑜1 .
𝑍1 + 𝑍2

2 . 150
= 0,488 . 0,079 . 200 .
50 + 150

= 11,56 𝑘𝑔/𝑚𝑚

- Lebar sisi gigi

𝐹𝑡 227
𝑏 = = = 19,63 𝑚𝑚
𝐹′𝑚𝑖𝑛 11,56

 Menghitung poros dan pasak :

 Bahan poros S30C-D

Kekuatan tarik = 53 kg/mm2

Sf1 = 6 kt = 1,5

Sf2 = 2 cb = 2,0

tɑ = 53/ (6x2)

= 4,41 kg/mm2

- Momen puntir poros

𝑝𝑑 14
o 𝑇1 = 9,74 × 105 × 𝑛 = 9,74 × 105 × 1.000 = 13636 (𝑘𝑔. 𝑚𝑚 )
1

𝑝𝑑 14
o 𝑇2 = 9,74 × 105 × 𝑛 = 9,74 × 105 × 600 = 22726 ( 𝑘𝑔. 𝑚𝑚 )
1

𝑝𝑑 7,8
o 𝑇3 = 9,74 × 105 × 𝑛 = 9,74 × 105 × 200 = 68180 ( 𝑘𝑔. 𝑚𝑚 )
1

- Menghitung diameter poros

5,1 1/3
o 𝑑𝑠1 = {𝑇𝑎 × 𝑘𝑡 × 𝑐𝑏 × 𝑇1 }

26
1/3
5,1
= { × 1,5 × 2 × 13636}
4,41

= 34,89 → 35 𝑚𝑚

5,1 1/3
o 𝑑𝑠2 = { 𝑇𝑎 × 𝑘𝑡 × 𝑐𝑏 × 𝑇1 }

1/3
5,1
= { × 1,5 × 2 × 22726}
4,41

= 41,32 → 45 𝑚𝑚

5,1 1/3
o 𝑑𝑠3 = { 𝑇𝑎 × 𝑘𝑡 × 𝑐𝑏 × 𝑇1 }

1/3
5,1
= { × 1,5 × 2 × 68180}
4,41

= 59,34 → 60 𝑚𝑚

 Penentuan pasak dan alur pasak

- Roda gigi 1 Z1 = 38 gigi

Diameter poros 35 mm, maka menggunakan pasak :

Pasak 10× 8, 𝑡1 = 5,0 𝑚𝑚, 𝑡2 = 3,3 𝑚𝑚

𝑑𝑓1⁄ 𝑑𝑠1
𝑆𝑘1 = ( 2) − { ⁄2 + 𝑡2 }

= (142⁄2) − {{35⁄2 + 3,3}}

= 56,8 𝑚𝑚

- Roda gigi 2

Diameter poros 45 mm, maka menggunakan pasak :

Pasak 14× 9, 𝑡1 = 5,5 𝑚𝑚, 𝑡2 = 3,8 𝑚𝑚

𝑑𝑓2⁄ 𝑑𝑠2
𝑆𝑘2 = ( 2) − { ⁄2 + 𝑡2 }

= (238⁄2) − {{45⁄2 + 3,8}}

27
= 100,3 𝑚𝑚

- Roda gigi 3

Diameter poros 45 mm, maka menggunakan pasak :

Pasak 14× 9, 𝑡1 = 5,5 𝑚𝑚, 𝑡2 = 3,8 𝑚𝑚

𝑑𝑓3⁄ 𝑑𝑠3
𝑆𝑘3 = ( 2) − { ⁄2 + 𝑡2 }

= (190⁄2) − {{45⁄2 + 3,8}}

= 76,3 𝑚𝑚

- Roda gigi 4

Diameter poros 60 mm, maka menggunakan pasak :

Pasak 18× 11, 𝑡1 = 7,0 𝑚𝑚, 𝑡2 = 4,4 𝑚𝑚

𝑑𝑓4⁄ 𝑑𝑠4
𝑆𝑘4 = ( 2) − { ⁄2 + 𝑡2 }

= (590⁄2) − {{60⁄2 + 4,4}}

= 268,3 𝑚𝑚

 Hasil perhitungan :

transmisi Jumlah gigi Diameter Diameter Diameter Diameter dasar Diameter Lebar sisi

tusuk (mm) kepala (mm) kaki (mm) (mm) poros (mm) gigi (mm)

Z1 Z2 d01 d02 dk1 dk1 df1 df2 dg1 dg2 Ds1 Ds2 b

Tingkat 1 38 62 150 248 160 256 142 238 141,2 234,5 35 45 28,6

Tingkat 2 50 150 200 600 208 608 190 590 187,9 563,8 45 60 19,63

 Menentukan bantalan :

poros Diameter Nomor Ukuran bantalan

28
poros bantalan d (mm) D (mm) B (mm)

1 35 N307 NU307 35 80 21

2 45 N309 NU309 45 100 25

3 60 N312 NU312 60 130 31

 Gambar transmisi roda gigi lurus

BAB IV
PENUTUP

29
4.1 Kesimpulan
Roda gigi adalah suatu benda berbentuk silindris, di mana di bagian tepinya

terdapat profil yang menyerupai gigi.Ada beberapa macam bentukan profil roda

gigi.Di antaranya roda gigi silindris, roda gigi payung, roda gigi cacing, dan

bentukkan khusus lainnya. Setiap macam bentukan memiliki fungsi dan

karakteristik yang berbeda beda. Namun pada intinya berfungsi mentransmisikan

gaya. Terdapat fungsi lain roda gigi salah satunya untuk menaikkan atau

menurunkan putaran ( kecepatan). Di dalamnya terdapat beberapa roda gigi yang

bekerja sama untuk menjalankan sebagaimana fungsinya.

4.2 Saran

Saran yang dapat diperoleh dalam perencanaan transmisi roda gigi adalah ;

 Perhitungan lebar gigi dan posisi roda gigi tiap tingkat kecepatan pada

poros harus tepat agar diperoleh kinerja kendaraan yang optimal dengan

kotak transmisi yang sesuai dengan kendaraan yang bersangkutan.

30
DAFTAR PUSTAKA

[1] Sularso. 1991. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.

Jakarta : Pradnya Paramita

[2] Gadabinausaha.2010. Roda Gigi – Gear. Diakses :

http://w12.itrademarket.com. 20-02-2011:11.00

31

Anda mungkin juga menyukai