Anda di halaman 1dari 13

REVIEW JURNAL INDIVIDU

“PERBANDINGAN JURNAL FMEA DAN JSA PADA ANALISIS RESIKO


LINGKUNGAN”

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Manajemen
Lingkungan

Dosen Pengampu:
Dr. Bambang Herry Purnomo, S.TP., M.Si

Oleh:
NAMA : NURMA YUNITA EKASARI
NIM : 161710301016
KELAS : TIP B 2016

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
PAPER FMEA
1. Judul Penelitian : Identifikasi Potensi Risiko Lingkungan pada Unit
Pengolahan Limbah Cair PT XYZ
2. Jenis Jurnal : Konferensi Nasional IDEC ISSN: 2579-6429
3. Tahun : 2017
4. Penulis : Nurul Hardianti dan Retno Wulan Damayanti
5. Tujuan : Untuk mengidentifikasi potensi risiko lingkungan
pada proses pengolahan limbah cair di PT XYZ agar dapat diidentifikasi
penyebab potensi risiko tersebut.
6. Metodologi : Pada penelitian ini metode yang digunakan metode
yaitu Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).
7. Hasil dan Pembahasan : PT XYZ merupakan perusahaan salah satu
perusahaan yang memproduksi susu di Indonesia. Salah satu upaya
pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh PT XYZ adalah dengan
mendirikan divisi khusus pengolahan limbah cair yang biasa disebut
dengan Waste Water Treatment Plant (WWTP). Proses identifikasi dan
analisis potensi risiko dilakukan dengan FMEA melalui beberapa tahapan
yaitu identifikasi proses pengolahan limbah cair, identifikasi kegagalan
fungsi dan identifikasi potensi efek kegagalan. Dalam analisis potensi
risiko ini dilakukan proses penilaian untuk mengetahui tingkat keparahan
masing-masing potensi risiko yang ada. Proses identifikasi dan analisis
potensi risiko ini dilakukan dengan menggunakan metode FMEA. FMEA
adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi bentuk kegagalan
yang mungkin menyebabkan setiap kegagalan fungsi dan untuk
memastikan pengaruh kegagalan berhubungan dengan setiap bentuk
kegagalan. Identifikasi dan analisis potensi risiko dilakukan pada setiap
unit proses pengolahan limbah cair mulai dari proses pencampuran limbah
cair hingga effluent dibuang ke lingkungan. Identifikasi dan analisis
potensi risiko tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Dalam proses analisis ini
dilakukan penilaian dengan menggunakan 3 parameter yaitu Severity (S),
Occurrence (O) dan Detection (D).
Dari FMEA tersebut, potensi risiko yang teridentifikasi antara lain limbah
cair meluber, timbul bau asam, kualitas limbah effluent menurun (COD dan TSS
tinggi), air limbah keruh, timbul bau tidak sedap, gas metan keluar langsung ke
lingkungan, penurunan kualitas air limbah serta daerah bawah bak tercemar.
Teridentifikasinya beberapa potensi risiko tersebut, dimana ada risiko yang sama
dengan risiko yang lain maka dapat disederhanakan menjadi empat risiko sebagai
berikut: a. Limbah cair meluber b. Kualitas effluent menurun (penyederhanaan
dari potensi risiko kualitas limbah effluent menurun (COD dan TSS tinggi), air
limbah keruh dan penurunan kualitas air limbah) c. Polusi udara (penyederhanaan
dari risiko timbul bau asam, timbul bau tidak sedap dan gas metan keluar
langsung ke lingkungan) d. Lingkungan bak kimia tercemar Setelah itu, dilakukan
penilaian potensi risiko kembali berdasarkan pengelompokan potensi risiko yang
telah dilakukan dimana ditunjukkan pada tabel berikut:

Berdasarkan nilai RPN pada FMEA, diatas dapat diketahui bahwa potensi
risiko kualitas effluent menurun merupakan potensi risiko terbahaya. Potensi
risiko terhadap lingkungan yang teridentifikasi pada proses pengolahan limbah
cair adalah limbah cair meluber, kualitas effluent menurun, polusi udara serta
pencemaran di sekitar tangki bahan kimia. Alternatif pencegahan potensi risiko
lingkungan yang dapat dilakukan dalam waktu dekat oleh pihak internal
perusahaan diantaranya: 1. Membuat jadwal pengaliran limbah cair ke bagian
WWTP 2. Membuat kebijakan limbah tidak langsung dialirkan ke bagian WWTP
melainkan ditampung terlebih dahulu di bagian masing-masing 3. Melakukan
sidak dan pengawasan secara langsung terhadap kinerja operator WWTP 4.
Membuat kebijakan maintenance alat setiap 1 bulan sekali serta membuat
kebijakan kalibrasi alat setiap 6 bulan sekali.

PAPER JSA (Job Safety Analysis)


1. Judul Penelitian : Analsis Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Bagian Pengemasan Minipack Menggunakan Metode Job Safety
Analysis (JSA) Pada CV. XYZ
2. Jenis Jurnal : Annual Conference in Industrial and System
Engineering.

3. Tahun : 2017 Vol. 2, No. 1


4. Penulis : Atyanti Dyah Prabaswari, Maharani Maulida,
Amarria Dila Sari.
5. Tujuan : Untuk mengidentifikasi resiko kerja dan
menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dan analisis resiko semi kuantitatif
AS/NZS 4360.
6. Metodologi : Pada penelitian ini metode yang digunakan metode
Job Safety Analysis (JSA)
7. Hasil dan Pembahasan : CV. XYZ ini merupakan perusahaan yang
memiliki aktivitas produksi dan mengemas produknya dalam bentuk
kemasan cup dan botol. Potensi bahaya banyak terdapat ditempat ini dan
dapat menimbulkan kerugian baik pada perusahaan maupun pekerja.
Penerapan konsep K3 di perusahaan dapat menjadi salah satu sarana untuk
mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja dan dapat menjadi salah satu
sarana mengetahui potensi pekerjaan yang memiliki resiko tinggi. JSA
adalah sebuah teknik pencegahan kecelakaan yang digunakan untuk
mengidentifikasi potensi resiko dan bahaya yang berkaitan dengan suatu
pekerja serta memberikan pengendelian resiko untuk mengurangi resiko
dan bahaya tersebut. Saat melakukan JSA terdapat empat langkah utama
yang harus dilakukan: 1. Memilih pekerjaan yang akan dianalisis 2.
Membagi pekerjaan menjadi beberapa langkah pokok pekerjaan 3.
Mengidentifikasi resiko atau bahaya yang potensial 4. Mengendalikan
resiko dengan memberikan perbaikan untuk mengurangi potensi resiko
atau bahaya yang mungkin terjadi. JSA digunakan untuk membedah tugas
perakitan menjadi subtugas dan menganalisis subtugas untuk bahaya yang
mungkin terjadi serta solusi untuk resiko yang dirasakan. Lingkungan
kerja dapat dikendalikan melalui JSA sehingga kemungkinan terjadinya
insiden berkurang.
Pada proses produksi memiliki resiko besar terjadinya kecelakaan akibat
kerja terutama pada bagian minipack dibagian pemasangan volume dan kemasan.
P2K3 memiliki tugas yang terdapat dalam pasal 4 ayat 2. Pasal 4 ayat 2 tersebut
menjabarkan bahwa dengan adanya P2K3, maka CV. XYZ sebenarnya dapat ikut
terbantu untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Sehingga menurut
penjelasan tersebut perusahaan ini perlu membentuk P2K3. Selain itu CV. XYZ
perlu melakukan suatu langkah pendekatan perilaku untuk memaksimalkan
penerapan K3. Salah satu langkah yang dapat dilakukan melalui pendekatan
perilaku adalah Behavior Based Safety (BBS). Behavior Based Safety (BBS)
adalah sebuah proses yang menciptakan kemitraan keamanan antara manajemen
dan tenaga kerja dengan fokus yang berkelanjutan terhadap perhatian dan
tindakan setiap orang, dan orang lain, serta perilaku selamat.
Berdasarkan proses BBS diatas, diketahui langkah pertama yang
dilakukan adalah mengidentifikasi perilaku yang berbahaya dari para pekerja.
Selanjutnya hasil identifikasi dibahas secara bersama dengan manajemen.
Langkah selanjutnya adalah melakukan observasi pada pekerja yang sedang
melakukan pekerjaan nya. Hasil temuan observasi selanjutnya direkap pada suatu
dokumen. Berikan tanggapan positif jika perilaku aman dilakukan oleh pekerja,
berikan koreksi jika perilaku bahaya dilakukan. Langkah berikutnya
komunikasikan hasil analisa kepada para pekerja. Jika memungkinkan berikan
penghargaan kepada pekerja yang memiliki perilaku kerja yang paling baik dan
aman. identifikasi resiko menggunakan Job Safety Analysis diketahui bahwa tiap
pekerjaan pada bagian pengemasan minipack telah mempunyai pengendalian
resiko tetapi belum optimal. Berdasarkan perhitungan analisis resiko semi
kuantitatif menggunakan AS/NZS 4360 (1999) [1], pekerjaan yang memiliki nilai
resiko kecelakaan kerja tertinggi adalah pekerjaan mengatur volume dan
pemasangan kemasan minipack dengan skor nilai 270. Pengendalian resiko yang
dapat dilakukan oleh CV XYZ untuk mengurangi kecelakaan kerja adalah
memberikan warning sign, membentuk tim P2K3 dan menerapkan Behavior
Based Safety (BBS) bagi keseluruhan pekerja.

Karakteristik yang membedakan dari kedua metode


1. Pada metode FMEA
Metode failure mode and effect analysis (FMEA) merupakan metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi penyebab dari kegagalan yang terjadi dan untuk
memastikan pengaruh kegagalan kegagalan berhubungan dengan setiap bentuk
kegagalan. Analisis ini memfokuskan pada penyebab kerusakaan dan mekanisme
terjadinya kerusakan.
Menentukan jenis kegagalan tertinggi pada metode FMEA dilakukan
dengan meranking nilai RPN dan memilih nilai RPN tertinggi yang kemudian
dilakukan analisis penyebab kegagalan tersebut dengan menggunakan diagram
fishbone kemudian dilakukan perbaikan dari analisis penyebab-penyebab
kegagalan dari jenis kegagalan tertinggi.
Dalam penentuan tingkat risiko tertinggi pada metode FMEA dilakukan
dengan cara menghitung nilai RPN yang merupakan perkalian dari Severity,
Occurrence, dan Detection. Ketiga unsur tersebut memiliki ranking 1 hingga 10
dimana pada severity semakin tinggi ranking maka semakin berbahaya efek yang
ditimbulkan tanpa ada peringatan, pada occurrence semakin tinggi rankingnya
semakin tinggi kemungkinan kegagalan terjadi, dan pada detection semakin tinggi
ranking semakin kegagalan tersebut tidak mungkin terdeteksi. Setelah
menentukan nilai RPN masing-masing failure mode, kemudian diranking nilai
RPN tersebut dan ranking yang paling tinggi dan dominan merupakan jenis
kegagalan yang perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Dan setelah ditentukan
kegagalan tertinggi dilanjut dengan analisis penyebab kegagalan dengan
menggunakan fishbone.
Karakteristik metode semi kuantitatif FMEA adalah suatu prosedur
terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode
kegagalan. FMEA digunakan untuk mengidentifikasi sumber – sumber dan akar
penyebab dari suatu masalah kualitas. Tahapan FMEA meliputi
1. Identifikasi resiko limbah yang terjadi
2. Identifikasi resiko yang paling berbahaya
3. Penilain dilakukan dengan S, O, D dan RPN
Tahapan yang dilakukan untuk menganalisis resiko lingkungan pada semi
kuantitatif FMEA menentukan potensi risiko yang paling berbahaya dengan
mencari nilai Risk Priority Number (RPN) dengan cara mengalikan nilai Severity,
Occurrence dan Detection.

2. Pada metode JSA


Job savety analysis (JSA) merupakan suatu metode yang digunakan untuk
meninjau metode atau cara kerja dan menentukan bahaya yang sebelumnya
mungkin telah diabaikan pada peletakan pabrik atau bangunan pada rancangan
mesin-mesin, alat-alat kerja, material, lingkungan tempat kerja, dan proses. Pada
kedua metode tersebut yaitu terdapat perbedaan yang terletak pada tahapan yang
dilakukan untuk menganalisis resiko lingkungan. Metode semi kuantitatif
menggunakan analisis lingkungan dengan penilaian frekuensi kejadian dikalikan
(besaran kejadian + sensitifitas)
Penentuan tingkat risiko tertinggi pada metode JSA dilakukan dengan cara
menentukan nilai risiko dan level risiko yang didapatkan dari 3 unsur yang
dijadikan pertimbangan, yaitu kemungkinan (Likelihood), paparan (Exposure),
dan konsekuensi (Consequences). Dari ketiga unsur tersebut masing-masing
memiliki kategori dan rating dimana nantinya akan dihubungkan antara satu unsur
dengan unsur yang lainnya sehingga menghasilkan nilai dan level risiko pada
masing-masing pekerjaan. Pada metode JSA ini terdapat nilai dan kategori yang
digunakan sebagai penentu tingkat risiko tertinggi yang harus dilakukan perbaikan
sebagai berikut:

Dari tabel tersebut dapat diketahui tingkat risiko metode analisis semi
kuantitatif setelah masing-masing risiko dalam pekerjaan memiliki nilai dan level
risiko, kemudian ditentukan risiko tertinggi dari nilai dan level risiko tersebut.
Kemudian penentuan risiko tertinggi pada metode JSA dengan menentukan nilai
dan level risiko pada setiap pekerjaan yang kemudian dipilih risiko tertinggi
berdasarkan tingkat risiko tertinggi dan kategori yang paling berbahaya. Setelah
ditentukan risiko tertinggi kemudian langsung dilakukan rekomendasi perbaikan
tanpa menganalisis penyebab risiko tersebut terjadi.
Perbandingan Kedua Isi Paper
1. Pada Paper FMEA
PT XYZ merupakan perusahaan salah satu perusahaan yang memproduksi
susu di Indonesia. Salah satu upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh
PT XYZ adalah dengan mendirikan divisi khusus pengolahan limbah cair yang
biasa disebut dengan Waste Water Treatment Plant (WWTP). Perbandingannya
terletak pada banyaknya function pada analisis semi kuantitatif FMEA.
Perbandingan taraf nilai untuk semi kuantitatif FMEA hanya memberikan taraf
nilai 1-10 sedangkan. Pada semi kuantitatif FMEA hanya terdapat resiko yang
dianggap sangat berbahaya dan cara perbaikan. Dimana apabila nilai semakin
besar maka tingkat keparahan semakin besar, tingkat keseringan terjadinya
potensi risiko semakin besar dan tingkat kemudahan potensi risiko terdeteksi
semakin rendah. Kemudian menentukan potensi risiko yang paling berbahaya
dengan mencari nilai Risk Priority Number (RPN) dengan cara mengalikan nilai
Severity, Occurrence dan Detection

2. Pada Paper JSA


Pada paper ini dimana PT CV. XYZ ini merupakan perusahaan yang
memiliki aktivitas produksi dan mengemas produknya dalam bentuk kemasan cup
dan botol. Potensi bahaya banyak terdapat ditempat ini dan dapat menimbulkan
kerugian baik pada perusahaan maupun pekerja.
Penerapan konsep K3 di perusahaan dapat menjadi salah satu sarana untuk
mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja dan dapat menjadi salah satu sarana
mengetahui potensi pekerjaan yang memiliki resiko tinggi. Bagian pengemasan
pada CV. XYZ ini memiliki angka kecelakaan kerja paling tinggi setiap tahunnya.
Perusahaan telah menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa sepatu boots,
topi, masker, dan sarung tangan. Namun menurut hasil observasi, banyak pekerja
yang tidak menggunakan APD secara lengkap sesuai peraturan perusahaan.
Supervisor bagian pengemasan mengatakan bahwa sejauh ini belum ada
pengawasan tentang K3. Sedangkan menurut para pekerja bagian pengemasan,
APD berupa masker dan sarung tangan masih dalam jumlah terbatas.
Hasil pengamatan dicatat pada lembar JSA semi kuantitatif berdasarkan
Risk Managemen AS/NZS 4360 (1999). JSA adalah sebuah teknik pencegahan
kecelakaan yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi resiko dan bahaya
yang berkaitan dengan suatu pekerja serta memberikan pengendelian resiko untuk
mengurangi resiko dan bahaya tersebut. Penyelesaian masalah pada CV. XYZ
menggunakan metode semi kuantitatif, hal ini didasarkan pertimbangan bahwa
metode ini lebih akurat dan cepat dibandingkan metode kualitatif. Tingkat risiko
pada analisis semi kuantitatif dengan metode ini terdapat tiga unsur yang
dijadikan pertimbangan: Konsekuensi (Consequences), Paparan (Exposure),
Kemungkinan (Likehood)
Perbandingannya terletak pada banyaknya function pada analisis ini selain
itu menganalisis resiko karena metode semi kuantitatif lebih mudah. Selain itu
pada taraf nilai semi kuantitatif memberikan taraf nilai dari 1-150. Pada semi
kuantitatif terdapat beberapa taraf dimulai dari resiko tinggi, resiko sedang dan
resiko rendah.

Anda mungkin juga menyukai