PENDAHULUAN
Asuhan Keperawatan sangat berpengaruh pada klien gout arthritis dengan Nyeri
Kronis. Lansia dengan Nyeri Kronis bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka
sendi dapat berdampak pada penurunan aktivitas pada lansia. Arthritis gout dapat
menyebabkan sakit kepala dan nyeri khususnya pada sendi. Nyeri tersebut adalah keadaan
subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak nyamanan secara verbal maupun non
verbal. Respons seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat kesadaran, latar
belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan Pengertian nyeri. Nyeri sangat
biasa dilakukan.
Dalam organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa sekitar 335 juta
orang di dunia mengidap penyakit gout arthritis. Jumlah ini sesuai dengan pertambahan
usia lanjut dan beragam faktor kesehatan lainnya yang akan terus mengalami peningkatan
dimasa depan. Diperkirakan sekitar 75% penderita gout arthritis akan mengalami
kecacatan akibat kerusakan pada tulang dan gangguan pada persendian yang ditandai
dengan rasa nyeri yang hebat. Menurut Riskerdas 2013 pravelensi penyakit sendi
umur. Jika dilihat dari karakteristik umur, prevalensi tertinggi pada umur ≥ 75 tahun
(54,8%). Penderita wanita juga lebih banyak (27,5%) dibandingkan dengan pria (21,8%).
Prevalensi tertinggi pada pekerja petani, nelayan, buruh prevalensi ini juga di dapatkan
paling banyak di daerah perdesaan (13,8%) lebih tinggi dari perkotaan (10,0%).
Prevalensi terjadinya gout arthritis berdasarkan diagnosis nakes di Jawa Timur sebanyak
(11,5%) menurut kejadian Gout Arthritis di Jawa Timur mencapai (26,9%). Di wilayah
kerja Puskesmas Turen prevalensi Gout Artritis pada tahun 2015 terdapat 189 kasus yang
di bagi dalam kasus baru 115 kasus (63,1%), kasus lama 67 kasus (36,8%), dan
Tanda awal tubuh terserang arthritis gout adalah rasa nyeri mendadak dipersendian
dan pangkal ibu jari kaki, warna merah dan bengkak pada persendian yang disertai
biasanya akan memburuk seiring bertambahnya usia, bila tidak ditangani dengan baik
penyembuhan dan dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas, untuk itu perlu
penanganan yang lebih efektif untuk meminimalkan nyeri yang dialami oleh pasien.
Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen
pemberian obat sebagai penurun nyeri, biasanya dengan pemberian obat-obat analgesik
seperti pemberian Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAINS) (Sukandar et al, 2009).
Tindakan non farmakologis selain diet purin, dapat juga diberikan terapi komplementer
nyeri pada gout arthritis karena jahe memiliki sifat pedas, pahit dan aromatic dari olerasin
seperti zingeron, gingerol dan shogaol. Jahe dapat diberikan cara kompres hangat maupun
Pada tahapan ini fisiologis nyeri, kompres jahe menurunkan nyeri asam urat pada
tahap transduksi, dimana pada tahapan ini jahe memiliki kandungan gingerol yang
mediator nyeri, sehingga terjadi penurunan nyeri asam urat. Maka dari itu jahe dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif pengobatan non farmakologis untuk menurunkan
nyeri sendi khususnya pada penyakit asam urat (Puspaningtyas & Utami, 2013). Dalam
Dari uraian dan pembahasan di atas maka peneliti ingin melakukan studi kasus
“Asuhan Keperawatan Gerontik yang mengalami Gout Arthritis dengan Nyeri Kronis di
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Gerontik yang
mengalami Gout Arthritis dengan Nyeri Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Turen.
Gerontik yang mengalami Gout Arthritis dengan Nyeri Kronis di Wilayah Kerja
Puskesmas Turen.
2. Bagi Puskesmas
Dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap pihak puskesmas
Turen.
3. Bagi Klien
Membantu klien menjadi lebih mandiri untuk mengatasi nyeri pada Gout
Arthritis.
4. Institusi Pendidikan
Dari hasil penelitian ini dapat membantu dalam pengembangan ilmu