Disusun Oleh :
Pembimbing
Dr. dr. Anto Sawarno, Sp.OG (K)FER
I. LAPORAN KASUS
STATUS OBSTETRI
A. Anamnesis
Diambil dari : Autoanamnesa
Tanggal/Pukul : 6 Agustus 2017 Pukul 12.15 WIB
1. Identitas
Istri Suami
Nama Ny. E Tn. Y
Umur 31 thn 37 thn
Suku / Bangsa Sunda Jawa
Agama Islam Islam
Pendidikan D3 SMP
Pekerjaan IRT Petani
Alamat P. Kangkung P. Kangkung
Masuk RSAY 6 Agustus 2017 -
Pukul : 12:15
WIB
berat disertai dengan nyeri ulu hati, sehingga pasien datang ke bidan
desa, oleh bidan desa pasien diberikan obat antihipertensi dikarenakan
pasien memiliki riwayat darah tinggi dan sebelumnya pernah dirawat
di RSUD Ahmad Yani dengan keluhan serupa pada tanggal 7/7/2017
namun pasien tidak kontrol pada jadwal yang telah ditetapkan. Pasien
merasa keluhan sakit kepalanya semakin lama semakin berat dan pada
pagi hari timbul keluhan pandangan tiba-tiba mendadak kabur
sehingga pasien datang ke RSAY.
5. Riwayat Perkawinan :
Menikah satu kali, usia perkawinan 1 tahun, status masih menikah
6. Riwayat obstetri (kehamilan, persaliana,nifas) : Belum pernah hamil
sebelumnya
3
B. PEMERIKSAAN FISIK
I. STATUS PRESENT
a. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
b. Status Emosional : Stabil
Labil
c. Tanda Vital
Tekanan Darah : 220/140 mmHg
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Denyut Nadi : 110x/menit
Pernafasan : 28 x/menit
Suhu : 36,9 oC
Thorax :
Mammae : Simetris, membesar, areola mammae
hiperpigmentasi
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronki - / -, wheezing - / -
Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Lihat status obstetri
Ekstremitas :
Superior: Akral hangat (+/+), edema (+/+)
Inferior: Akral hangat (+/+), edema (+/+)
Palpasi :
Pemeriksaan Genitalia
1. Laboratorium:
Hematologi
Ht 38,7 % MCV 82 fL
Kimia darah
Ureum 37 mg/dl Kreatinin 2,39 mg/dl
Urinalisis
pH 5,5 Berat Jenis 1025
Eritrosit 1 Leukosit 1
C. RESUME
Ny. E, 31 tahun dengan G1P0A0 datang dengan keluhan pandangan
kabur mendadak sejak pagi SMRS. Keluhan tersebut disertai dengan
sakit kepala dan nyeri ulu hati. Os masih merasakan gerak janin dan
belum merasakan adanya air-air, darah ataupun lendir yang keluar.
Selama hamil pasien pernah dirawat karena keluhan yang sama. Pada os
didapatkan konjungtiva anemis dan edema anasarka. Setelah cek
laboratorium, didapatkan Hemoglobin 13,7 gr/dL, trombosit 194.000/uL,
ureum 37 mg/dl, kreatinin 2,39 mg/dl, SGOT 11 U/L, SGPT 28 U/L,
proteinuria ++++.
D. DIAGNOSIS
G1P0A0, 31 tahun, gravida 28 minggu, Janin tunggal hidup, intrauterin,
presentasi kepala, punggung kanan, letak memanjang, belum inpartu
eklampsia antepartum.
E. PROGNOSIS
Ibu : Dubia ad malam
Janin : malam
F. PENATALAKSANAAN
Non-Medika Mentosa:
Stabilisasi Jalan Nafas (Airway)
Oksigen 4 liter permenit (Breathing)
Infus RL (Circulation)
7
Medikamentosa:
MgSO4 sesuai protokol
Pemberian antibiotik untuk mecegah infeksi
Pemberian obat antihipertensi
Obstetrik :
Pantau Tanda Tanda Vital Ibu dan DJJ Janin
Rencana Terminasi perabdominam
8
Follow up
Tanggal S O A P
6/8/2017 Kejang Ku / Kes : TSB / G1P0A0, 31 -Patenkan jalan
12.30 (+) 1 kali Kejang tahun, hamil nafas (Diberikan
selama 30 St. Generalis : 28 minggu, kain pada bahu
detik T : 200/ 140 Janin tunggal agar leher sedikit
mmHg hidup, defleksi, pasang
N : 110 x/mnt intrauterin, tongue spatel pada
S : 36,90C presentasi pasien)
RR : 24 x/mnt kepala,
punggung -Berikan O2
kanan, belum 4l/menit
inpartu dengan
eklampsia -Infus RL 500 ml
antepartum. 20 tpm, pasang
three way
-Kateter Urin
-MgSO4 4 gr
dilarutkan dalam
10 ml akuades,
bolus selama 20
menit
-6 gr MgSO4
dilarutkan dalam
500 ml RL,
berikan drip
dengan kecepatan
28 tpm selama 6
jam
9
Tanggal S O A P
6/8/2017 Kejang (-) Ku / Kes : TSS / CM G1P0A0, 31 Persiapan
13.00 Pasien nampak St. Generalis : tahun, hamil terminasi
lemas, T : 160/ 90 28 minggu, perabdominam
pandangan mmHg Janin tunggal .
kabur (+), N : 100 x/mnt hidup,
pusing (+) S : 36,9 C0 intrauterin,
RR : 24 x/mnt presentasi
Mata : kepala,
Konjungtiva punggung
anemis (+/+) kanan, belum
St. Obstetri : inpartu dengan
TFU 31 cm, letak eklampsia
memanjang, antepartum
punggung kanan,
presentasi kepala,
konvergen.
DJJ : (+) 1: 11x,
2:10x, 5:10x.
124x/menit
His : (-)
10
Intraoperatif:
Pukul 14.00 WIB: Operasi dimulai
Setelah peritoneum dibuka dilakukan eksplorasi dan didapatkan uterus sesuai
dengan usia kehamilan
Diputuskan untuk melakukan Seksio Sesaria Transperitonealis Profunda
Pukul 14.15 WIB
Janin dilahirkan dengan ekstraksi bokong
Lahir neonatus hidup perempuan, BB 900 gr, PB 38 cm, A/S 5/6 PTAGA
Plasenta lahir lengkap BP 420 gr, PTP 44cm
Kedua sudut luka dijahit cara figure of eight
Dilanjutkan penjahitan SBR satu lapis secara jelujur feston dengan vicryl no.
0
Dilanjutkan dengan reperitonealisasi secara jelujur feston dengan benang
Plain catgut no 2.0.
Perdarahan dirawat sebagaimana mestinya.
Dilanjutkan pembersihan cavum abdomen dengan NaCl 0,9%, kemudian
dilakukan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis dengan cara sebagai
berikut:
Peritoneum dijahit jelujur dengan plain catgut no.2.0
Lapisan otot dijahit jelujur dengan plain catgut no. 2.0
Fascia dijahit jelujur feston dengan Vicryl no.0
Subkutis dijahit secara jelujur dengan plain catgut no. 2.0
Kutis dijahit subkutikuler dengan Atramat no 3.0
Luka operasi ditutup dengan sufratule, kassa dan hypafix.
Pukul 14.45 WIB : Operasi selesai
11
Tanggal S O A P
6/8/2017 Nyeri ulu Ku / Kes : TSS / CM P1A0 usia 31 - Observasi
16.00 hati (-) St. Generalis : tahun post SSTP Tanda tanda
Pusing (- T : 160/ 90 hari ke-0 a.i vital
) mmHg eklampsia - IVFD RL +
N : 102x/mnt antepartum Oxytosin 20
S : 36,70C IU xx
RR : 24 x/mnt gtt/menit s.d
St. Obstetri : 24 jam
TFU 3 jbpst, - Ceftriaxon 2
BAB +, x 1 gr
Mobilisasi -, ASI - Kaltrofen
-., lokia rubra (+) supp 3 x 1
- Asam
traneksamat
3 x 500 mg
- Puasa
- Immobilisasi
s.d kaki bisa
bergerak
Tanggal S O A P
7/8/2017 - Ku / Kes : TSS / CM P1A0 usia 31 - Observasi Tanda
07.00 St. Generalis : tahun post tanda vital
T : 150/ 110 SSTP hari ke-1 - IVFD RL +
mmHg a.i eklampsia Ketorolac 1 amp
N : 88 x/mnt antepartum - Ceftriaxon 2 x 1
S : 36,50C gr
RR : 20 x/mnt - Nifedipin 4 x 10
St. Obstetri : gr
TFU 3 jbpst, - Metildopa 3 x
BAB +, 250 mg
Mobilisasi +,
ASI +, lokia
rubra (+)
12
Pada kasus ini wanita, G1P0A0, 31 tahun, gravid 28 minggu janin tunggal hidup,
intrauterin, presentasi kepala, letak memanjang, belum inpartu dengan eklampsia
antepartum. Dalam kasus ini, diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang disesuaikan
dengan literatur.
Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma, infeksi, dan alergi dalam kehamilannya
ini. Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol, merokok, dan
minum obat- obatan lama.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah sistol 220 mmHg dan diastol
140 mmHg, selain itu terdapat konjungtiva anemis dan edema pretibia.
Hemoglobin 13,7 gr/dL, trombosit 194.000/uL, ureum 37 mg/dl, kreatinin 2,39
mg/dl, SGOT 11 U/L, SGPT 28 U/L, proteinuria ++++.
Dari pemeriksaan diatas dapat dilihat adanya tanda preeklampsia berat seperti
peningkatan tekanan darah 160/110, proteinuria masif, edema pretibia, dan gejala
subjektif pandangan kabur dan nyeri ulu hati. Pada saat diobservasi pasien
mengalami kejang sehingga tegaklah diagnosis eklampsia.
A. Definisi
Eklampsia adalah kejang menyeluruh dan koma yang menyertai
preeklampsia. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan sampai 6 minggu postpartum disertai dengan proteinuria
Hipertensi terjadi ketika tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg
dengan pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali
selang 4 jam. Kemudian, dinyatakan terjadi proteinuria apabila terdapat 300
mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥ 1+ dipstick.
B. Faktor Resiko
Beberapa faktor risiko untuk terjadinya preeklampsia antara lain :
1.Primigravida
Primigravida diartikan sebagai wanita yang hamil untuk pertama kalinya.
Preeklampsia tidak jarang dikatakan sebagai penyakit primagravida karena
memang lebih banyak terjadi pada primigravida daripada multigravida
5. Obesitas
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat
akumulasi jaringan lemak berlebihan sehingga dapat menganggu kesehatan.
Indikator yang paling sering digunakan untuk menentukan
berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa adalah indeks massa tubuh
(IMT). Seseorang dikatakan obesitas bila memiliki IMT ≥ 25
kg/m2
C. Patofisiologi
Teori kelainan vaskularisasi plasenta menjelaskan bahwa pada preeklampsia
tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan
jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku
dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami
vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis sehingga aliran
darah utero plasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
D. Klasifikasi
Preeklampsia terbagi atas dua yaitu Preeklampsia Ringan dan Preeklampsia
Berat berdasarkan Klasifikasi menurut American College of Obstetricians
and Gynecologists, yaitu:
1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau
lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu
kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.
Proteinuria kuantitatif ≥ 300 mg perliter dalam 24 jam atau kualitatif 1+
atau 2+ pada urine kateter atau midstream.
2) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau
4+.
Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam/kurang dari
0,5 cc/kgBB/jam.
Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di
epigastrium.
Terdapat edema paru dan sianosis
Hemolisis mikroangiopatik
Trombositopeni (< 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan
cepat)
Gangguan fungsi hati.
Pertumbuhan janin terhambat.
Sindrom HELLP.
E. Diagnosis
Gejala subjektif
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-
muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang
meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul
18
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan tekanan sistolik 30 mmHg
dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat ≥ 140/90 mmHg pada
preeklampsia ringan dan ≥ 160/110 mmHg pada preeklampsia berat. Selain
itu kita juga akan menemukan takikardia, takipneu, edema paru, perubahan
kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, sampai tanda-tanda
pendarahan otak.
Penemuan Laboratorium
Penemuan yang paling penting pada pemeriksaan laboratorium penderita
preeklampsia yaitu ditemukannya protein pada urine. Pada penderita
preeklampsia ringan kadarnya secara kuantitatif yaitu ≥ 300 mg perliter
dalam 24 jam atau secara kualitatif +1 sampai +2 pada urine kateter atau
midstream. Sementara pada preeklampsia berat kadanya mencapai ≥ 500 mg
perliter dalam 24 jam atau secara kualitatif ≥ +3
F. Tatalaksana
Perawatan dasar pada eklampsia yang paling utama ialah terapi suportif untuk
stabilisasi fungsi vital, yang harus selalu diingat yakni Airway, Breathing dan
Circulation, mengatasi kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia,
mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan
darah, melahirkan janin pada waktu yang tepat dengan cara yang tepat.
Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk
mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut sudah
diatasi, tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk menghentikan
kehamilan.
Medikamentosa
Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat
inap dan dianjurkan tirah baring miring kiri. Perawatan yang penting pada
preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan karena penderita preeklampsia
dan eklampsia mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan
oligouria. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, tetapi faktor
yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan oligouria ialah
hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan gradient tekanan
onkotik koloid/pulmonary capillary wedge pressure. Oleh karena itu
monitoring input cairan (melalui oral ataupun infuse) dan output cairan
(melalui urin) menjadi sangat penting. Artinya harus dilakukan pengukuran
secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan melalui
urin. Bila terjadi tanda tanda edema paru, segera dilakukan tindakan koreksi.
Cairan yang diberikan dapat berupa a) 5% ringer dextrose atau cairan garam
faal jumlah tetesan:<125cc/jam atau b) infuse dekstrose 5% yang tiap 1
liternya diselingi dengan infuse ringer laktat (60-125 cc/jam) 500 cc.
21
Magnesium sulfat dihentikan bila ada tanda tanda intoksikasi atau setelah 24
jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir. Pemberian
22
Antihipertensi
Antihipertensi lini pertama
- Nifedipin. Dosis 10-20 mg/oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum
120 mg dalam 24 jam
Antihipertensi lini kedua
- Sodium nitroprussida : 0,25µg iv/kg/menit, infuse ditingkatkan 0,25µg
iv/kg/5 menit.
- Diazokside : 30-60 mg iv/5 menit; atau iv infuse 10 mg/menit/dititrasi.
-
Sikap terhadap kehamilannya
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus
diakhiri, tanpa memandang umur kehamilan dan janin. Persalinan diakhiri
bila sudah mencapai stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan
metabolisme ibu. Pada perawatan pascapersalinan, bila persalinan terjadi
pervaginam, monitoring tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.
Perawatan konservatif
Indikasi perawatan konservatif ialah bila kehamilan preterm ≤ 37 minggu
tanpa disertai tanda –tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik.
Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa pada
pengelolaan secara aktif. Selama perawatan konservatif, sikap terhadap
23
Perawatan aktif
Indikasi perawatan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan di bawah
ini, yaitu:
Ibu
1. Umur kehamilan ≥ 37 minggu
2. Adanya tanda-tanda/gejala-gejala impending eklampsia
3. Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu: keadaan klinik dan
laboratorik memburuk
4. Diduga terjadi solusio plasenta
5. Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan
Janin
1. Adanya tanda-tanda fetal distress
2. Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction
3. NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal
4. Terjadinya oligohidramnion
Laboratorik
1. Adanya tanda-tanda “sindroma HELLP” khususnya menurunnya
trombosit dengan cepat
24
DAFTAR PUSTAKA
English FA, Kenny LC, dan McCarthy FP. 2015. Risk factors and effective
management of preeclampsia. Integrated Blood Pressure Control. DovePress:
Ireland.
Kusumawardhani, dkk. 2009. Pre Eklampsia Berat Dengan Syndrom Hellp, Intra
Uterine Fetal Death , Presentasi Bokong, Pada Sekundigravida Hamil Preterm
Belum Dalam Persalinan. Universitas Negeri Surakarta : Surakarta.
Menteri Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. MenKes RI: Jakarta