Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

G1P0A0 Usia 31 Tahun Gravida 28 Minggu Janin Tunggal Hidup


Intrauterin Presentasi Kepala Punggung Kanan Letak Memanjang Belum
Inpartu dengan Eklampsia Antepartum

Disusun Oleh :

Fadel Muhammad I, S.Ked (1618012097)

Pembimbing
Dr. dr. Anto Sawarno, Sp.OG (K)FER

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM JENDRAL AHMAD YANI
METRO
2017
1

I. LAPORAN KASUS

STATUS OBSTETRI

Tanggal masuk RS : 6 Agustus 2017 Pukul 12.15 WIB


No Reg/MR :

A. Anamnesis
Diambil dari : Autoanamnesa
Tanggal/Pukul : 6 Agustus 2017 Pukul 12.15 WIB

1. Identitas
Istri Suami
Nama Ny. E Tn. Y
Umur 31 thn 37 thn
Suku / Bangsa Sunda Jawa
Agama Islam Islam
Pendidikan D3 SMP
Pekerjaan IRT Petani
Alamat P. Kangkung P. Kangkung
Masuk RSAY 6 Agustus 2017 -
Pukul : 12:15
WIB

2. KU : Pandangan kabur mendadak


3. KT : Pusing, Nyeri ulu hati
4. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSAY Metro dengan keluhan utama pandangan
kabur mendadak sejak pagi hari SMRS yang diiringi dengan nyeri ulu
hati. Pasien mengatakan hamil 7 bulan dengan keluhan sakit kepala di
bagian depan sejak 3 hari SMRS. Sakit kepala dirasakan semakin
2

berat disertai dengan nyeri ulu hati, sehingga pasien datang ke bidan
desa, oleh bidan desa pasien diberikan obat antihipertensi dikarenakan
pasien memiliki riwayat darah tinggi dan sebelumnya pernah dirawat
di RSUD Ahmad Yani dengan keluhan serupa pada tanggal 7/7/2017
namun pasien tidak kontrol pada jadwal yang telah ditetapkan. Pasien
merasa keluhan sakit kepalanya semakin lama semakin berat dan pada
pagi hari timbul keluhan pandangan tiba-tiba mendadak kabur
sehingga pasien datang ke RSAY.

Pasien tidak merasakan keluar air-air, lendir, ataupun darah yang


keluar dari jalan lahirnya. Pasien juga tidak mengeluh adanya sakit
perut yang menjalar ke pinggang. Gerakan janin masih dirasakan oleh
pasien.

Pada saat sampai ke RSAY pasien diobservasi di PONEK IGD hingga


pada pukul 12.30 pasien mengalami kejang 1 kali selama 30 detik.

Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada


Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
Riwayat Menstruasi :
a. Menarche : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lama haid : 5 hari
d. Banyak : 3x ganti pembalut
e. Dismenorrhea : (-)
f. HPHT : 15 / 01 / 2017
g. TP : 22 / 10 / 2017

5. Riwayat Perkawinan :
Menikah satu kali, usia perkawinan 1 tahun, status masih menikah
6. Riwayat obstetri (kehamilan, persaliana,nifas) : Belum pernah hamil
sebelumnya
3

7. Riwayat KB : Tidak pernah memakai KB


8. Riwayat Operasi : Pasien belum pernah operasi sebelumnya
9. Riwayat ANC : Pasien tidak pernah kontrol ke bidan
selama kehamilannya. Hamil saat ini mual (-), muntah (-), perdarahan
(-), riwayat trauma (-), riwayat infeksi (-).
10. Riwayat Ginekologi : Tidak ada.
11. Kebiasaan Hidup : Merokok (-), Alkohol (-), minum obat –
obatan & jamu (-)

B. PEMERIKSAAN FISIK
I. STATUS PRESENT
a. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
b. Status Emosional : Stabil
Labil
c. Tanda Vital
Tekanan Darah : 220/140 mmHg
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Denyut Nadi : 110x/menit
Pernafasan : 28 x/menit
Suhu : 36,9 oC

II. STATUS GENERALIS


Kepala : Normocephali, rambut hitam, tidak mudah rontok
Mata : Conjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra -
/-
THT : Sekret telinga -/-, sekret hidung -/-, tonsil tidak hiperemis,
T0 – T0
Leher : KGB tidak membesar, tiroid tidak teraba membesar.
4

Thorax :
 Mammae : Simetris, membesar, areola mammae
hiperpigmentasi
 Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronki - / -, wheezing - / -
 Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Lihat status obstetri
Ekstremitas :
 Superior: Akral hangat (+/+), edema (+/+)
 Inferior: Akral hangat (+/+), edema (+/+)

III. STATUS OBSTETRIKUS


Inspeksi : Perut tampak buncit, striae gravidarum (+), linea nigra
(+), luka bekas SC (-)

Palpasi :

a. Leopold I :TFU 31 cm, teraba satu bagian besar, lunak,


bokong
b. Leopold II :Kanan : teraba bagian keras melebar seperti papan
Kiri : teraba bagian – bagian kecil janin
c. Leopold III : Teraba satu bagian besar,bulat, keras, kepala
d. Leopold IV : Konvergen
His : (-)

Auskultasi : DJJ (+) 1: 12x, 3:12x, 5:13x. 148 x/menit

Kesan : TFU 31 cm sesuai dengan hamil 28 minggu, letak


memanjang, presentasi kepala, pu-ka, DJJ (+), Janin
intrauterine, tunggal, hidup.
5

Pemeriksaan Genitalia

Inspeksi : vulva : hematome (-), oedema (-), varises (-),


hiperemis (-)

Uretra : muara (+), hematome (-), oedema (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium:
Hematologi

Hb 13,7 g/dL Eritrosit 4,72 jt/uL

Ht 38,7 % MCV 82 fL

Leukosit 12.100 /uL MCH 29 pg

Trombosit 194.000/ uL GDS 78 mg/dl

Kimia darah
Ureum 37 mg/dl Kreatinin 2,39 mg/dl

SGOT 11 U/L SGPT 28 U/L

Urinalisis
pH 5,5 Berat Jenis 1025

Glukosa negatif Keton negatif

Bilirubin negatif Protein/Albumin ++++

Eritrosit 1 Leukosit 1

Urobilinogen 1 Darah samar negatif


6

C. RESUME
Ny. E, 31 tahun dengan G1P0A0 datang dengan keluhan pandangan
kabur mendadak sejak pagi SMRS. Keluhan tersebut disertai dengan
sakit kepala dan nyeri ulu hati. Os masih merasakan gerak janin dan
belum merasakan adanya air-air, darah ataupun lendir yang keluar.
Selama hamil pasien pernah dirawat karena keluhan yang sama. Pada os
didapatkan konjungtiva anemis dan edema anasarka. Setelah cek
laboratorium, didapatkan Hemoglobin 13,7 gr/dL, trombosit 194.000/uL,
ureum 37 mg/dl, kreatinin 2,39 mg/dl, SGOT 11 U/L, SGPT 28 U/L,
proteinuria ++++.

Pada saat diobservasi, pukul 12.30 pasien mengalami kejang 1 kali


selama 30 detik.

D. DIAGNOSIS
G1P0A0, 31 tahun, gravida 28 minggu, Janin tunggal hidup, intrauterin,
presentasi kepala, punggung kanan, letak memanjang, belum inpartu
eklampsia antepartum.

E. PROGNOSIS
Ibu : Dubia ad malam
Janin : malam

F. PENATALAKSANAAN
Non-Medika Mentosa:
 Stabilisasi Jalan Nafas (Airway)
 Oksigen 4 liter permenit (Breathing)
 Infus RL (Circulation)
7

Medikamentosa:
 MgSO4 sesuai protokol
 Pemberian antibiotik untuk mecegah infeksi
 Pemberian obat antihipertensi

Obstetrik :
 Pantau Tanda Tanda Vital Ibu dan DJJ Janin
 Rencana Terminasi perabdominam
8

Follow up

Tanggal S O A P
6/8/2017 Kejang Ku / Kes : TSB / G1P0A0, 31 -Patenkan jalan
12.30 (+) 1 kali Kejang tahun, hamil nafas (Diberikan
selama 30 St. Generalis : 28 minggu, kain pada bahu
detik T : 200/ 140 Janin tunggal agar leher sedikit
mmHg hidup, defleksi, pasang
N : 110 x/mnt intrauterin, tongue spatel pada
S : 36,90C presentasi pasien)
RR : 24 x/mnt kepala,
punggung -Berikan O2
kanan, belum 4l/menit
inpartu dengan
eklampsia -Infus RL 500 ml
antepartum. 20 tpm, pasang
three way

Fiksasi agar pasien


tidak mengalami
trauma

-Kateter Urin

-MgSO4 4 gr
dilarutkan dalam
10 ml akuades,
bolus selama 20
menit

-6 gr MgSO4
dilarutkan dalam
500 ml RL,
berikan drip
dengan kecepatan
28 tpm selama 6
jam
9

Tanggal S O A P
6/8/2017 Kejang (-) Ku / Kes : TSS / CM G1P0A0, 31 Persiapan
13.00 Pasien nampak St. Generalis : tahun, hamil terminasi
lemas,  T : 160/ 90 28 minggu, perabdominam
pandangan mmHg Janin tunggal .
kabur (+),  N : 100 x/mnt hidup,
pusing (+)  S : 36,9 C0 intrauterin,
 RR : 24 x/mnt presentasi
 Mata : kepala,
Konjungtiva punggung
anemis (+/+) kanan, belum
St. Obstetri : inpartu dengan
 TFU 31 cm, letak eklampsia
memanjang, antepartum
punggung kanan,
presentasi kepala,
konvergen.
 DJJ : (+) 1: 11x,
2:10x, 5:10x.
124x/menit
 His : (-)
10

Tanggal Identitas Diagnosi Tindaka Diagnosis Operator


s Pre n Post Operasi
Operasi
Minggu, 6 Ny. E / 31 G1P0A0, 31 SSTP P1A0 usia 31 dr.
Agustus tahun tahun, hamil 28 tahun post Surya,Sp.
2017 minggu, Janin SSTP hari ke- OG
tunggal hidup, 0 a.i
intrauterin, eklampsia
presentasi antepartum
kepala,
punggung
kanan, belum
inpartu dengan
eklampsia
antepartum

Intraoperatif:
Pukul 14.00 WIB: Operasi dimulai
Setelah peritoneum dibuka dilakukan eksplorasi dan didapatkan uterus sesuai
dengan usia kehamilan
Diputuskan untuk melakukan Seksio Sesaria Transperitonealis Profunda
Pukul 14.15 WIB
 Janin dilahirkan dengan ekstraksi bokong
 Lahir neonatus hidup perempuan, BB 900 gr, PB 38 cm, A/S 5/6 PTAGA
 Plasenta lahir lengkap BP 420 gr, PTP 44cm
 Kedua sudut luka dijahit cara figure of eight
 Dilanjutkan penjahitan SBR satu lapis secara jelujur feston dengan vicryl no.
0
 Dilanjutkan dengan reperitonealisasi secara jelujur feston dengan benang
Plain catgut no 2.0.
 Perdarahan dirawat sebagaimana mestinya.
 Dilanjutkan pembersihan cavum abdomen dengan NaCl 0,9%, kemudian
dilakukan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis dengan cara sebagai
berikut:
 Peritoneum dijahit jelujur dengan plain catgut no.2.0
 Lapisan otot dijahit jelujur dengan plain catgut no. 2.0
 Fascia dijahit jelujur feston dengan Vicryl no.0
 Subkutis dijahit secara jelujur dengan plain catgut no. 2.0
 Kutis dijahit subkutikuler dengan Atramat no 3.0
 Luka operasi ditutup dengan sufratule, kassa dan hypafix.
Pukul 14.45 WIB : Operasi selesai
11

Tanggal S O A P
6/8/2017 Nyeri ulu Ku / Kes : TSS / CM P1A0 usia 31 - Observasi
16.00 hati (-) St. Generalis : tahun post SSTP Tanda tanda
Pusing (-  T : 160/ 90 hari ke-0 a.i vital
) mmHg eklampsia - IVFD RL +
 N : 102x/mnt antepartum Oxytosin 20
 S : 36,70C IU xx
 RR : 24 x/mnt gtt/menit s.d
St. Obstetri : 24 jam
 TFU 3 jbpst, - Ceftriaxon 2
BAB +, x 1 gr
Mobilisasi -, ASI - Kaltrofen
-., lokia rubra (+) supp 3 x 1
- Asam
traneksamat
3 x 500 mg
- Puasa
- Immobilisasi
s.d kaki bisa
bergerak

Tanggal S O A P
7/8/2017 - Ku / Kes : TSS / CM P1A0 usia 31 - Observasi Tanda
07.00 St. Generalis : tahun post tanda vital
 T : 150/ 110 SSTP hari ke-1 - IVFD RL +
mmHg a.i eklampsia Ketorolac 1 amp
 N : 88 x/mnt antepartum - Ceftriaxon 2 x 1
 S : 36,50C gr
 RR : 20 x/mnt - Nifedipin 4 x 10
St. Obstetri : gr
 TFU 3 jbpst, - Metildopa 3 x
BAB +, 250 mg
Mobilisasi +,
ASI +, lokia
rubra (+)
12

8/8/2017 - Ku / Kes : TSS / CM P1A0 usia 31 - Observasi


07.00 St. Generalis : tahun post SSTP Tanda tanda
 T : 170/ 120 hari ke-2 a.i vital
mmHg eklampsia - IVFD RL +
 N : 84 x/mnt antepartum Ketorolac 1
0 amp
 S : 36,6 C
- Ceftriaxon 2 x
 RR : 20
1 gr
x/mnt
- Nifedipin 4 x
St. Obstetri :
10 gr
 TFU 3 jbpst,
- Metildopa 3 x
BAB +, BAK
250
+, Mobilisasi
+, ASI +,
lokia rubra
(+)
9/8/2017 Ku / Kes : TSS / CM P1A0 usia 31 - Observasi
07.00 St. Generalis : tahun post SSTP Tanda tanda
 T : 170/ 120 hari ke-3 a.i vital
mmHg eklampsia - IVFD RL +
 N : 84 x/mnt antepartum Ketorolac 1
0 amp
 S : 36,6 C
- Ceftriaxon 2 x
 RR : 20
1 gr
x/mnt
- Nifedipin 4 x
10 gr
- Metildopa 3 x
250 mg

10/8/2017 Ku / Kes : TSS / CM P1A0 usia 31 - Pulang


07.00 St. Generalis : tahun post SSTP
 T : 170/ 120 hari ke-4 a.i
mmHg eklampsia
 N : 84 x/mnt antepartum
0
 S : 36,6 C
 RR : 20
x/mnt
13

II. ANALISA KASUS

Pada kasus ini wanita, G1P0A0, 31 tahun, gravid 28 minggu janin tunggal hidup,
intrauterin, presentasi kepala, letak memanjang, belum inpartu dengan eklampsia
antepartum. Dalam kasus ini, diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang disesuaikan
dengan literatur.

Ny. E, 31 tahun dengan G1P0A0 datang dengan keluhan pandangan kabur


mendadak sejak pagi SMRS. Keluhan tersebut disertai dengan sakit kepala dan
nyeri ulu hati. Os masih merasakan gerak janin dan belum merasakan adanya air-
air, darah ataupun lendir yang keluar. Selama hamil pasien pernah dirawat karena
keluhan yang sama.

Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma, infeksi, dan alergi dalam kehamilannya
ini. Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol, merokok, dan
minum obat- obatan lama.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah sistol 220 mmHg dan diastol
140 mmHg, selain itu terdapat konjungtiva anemis dan edema pretibia.
Hemoglobin 13,7 gr/dL, trombosit 194.000/uL, ureum 37 mg/dl, kreatinin 2,39
mg/dl, SGOT 11 U/L, SGPT 28 U/L, proteinuria ++++.

Dari pemeriksaan diatas dapat dilihat adanya tanda preeklampsia berat seperti
peningkatan tekanan darah 160/110, proteinuria masif, edema pretibia, dan gejala
subjektif pandangan kabur dan nyeri ulu hati. Pada saat diobservasi pasien
mengalami kejang sehingga tegaklah diagnosis eklampsia.

Faktor resiko eklampsia adalah adanya preeklampsia pada kehamilan sebelumnya,


pasien memiliki riwayat darah tinggi. Sementara pada kasus ini, pasien tidak
pernah kontrol kesehatan, baik pada kehamilan ini maupun kehamilan
14

sebelumnya, pasien juga tidak pernah memeriksakan kesehatannya apabila tidak


hamil dikarenakan tempat tinggal yang jauh dari fasilitas kesehatan.

Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan literatur. Terminasi kehamilan


pada pasien ini dilakukan karena pasien mengalami kejang (eklampsia). Terminasi
kehamilan dilakukan setelah pemberian MgSO4 dan hemodinamika stabil Terapi
medicinalis yang digunakan sudah tepat, yaitu MgSO4 sesuai protokol lalu obat
antihipertensi seperti nifedipin 4x10 mg dan metildopa 3 x 250 mg.
15

III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Eklampsia adalah kejang menyeluruh dan koma yang menyertai
preeklampsia. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan sampai 6 minggu postpartum disertai dengan proteinuria
Hipertensi terjadi ketika tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg
dengan pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali
selang 4 jam. Kemudian, dinyatakan terjadi proteinuria apabila terdapat 300
mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥ 1+ dipstick.

B. Faktor Resiko
Beberapa faktor risiko untuk terjadinya preeklampsia antara lain :
1.Primigravida
Primigravida diartikan sebagai wanita yang hamil untuk pertama kalinya.
Preeklampsia tidak jarang dikatakan sebagai penyakit primagravida karena
memang lebih banyak terjadi pada primigravida daripada multigravida

2. Umur yang ekstrim


Tekanan darah meningkat seiring dengan pertambahan usia sehingga pada
usia 35 tahun atau lebih terjadi peningkatkan risiko pre eklampsia

3. Riwayat pernah mengalami preeklampsia


Wanita dengan riwayat preeklampsia pada kehamilan pertamanya memiliki
risiko 5 sampai 8 kali untuk mengalami preeklampsia lagi pada kehamilan
keduanya.

4. Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia


Wanita dengan preeklampsia berat cenderung memiliki ibu dengan riwayat
preeklampsia pada kehamilannya terdahulu.
16

5. Obesitas
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat
akumulasi jaringan lemak berlebihan sehingga dapat menganggu kesehatan.
Indikator yang paling sering digunakan untuk menentukan
berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa adalah indeks massa tubuh
(IMT). Seseorang dikatakan obesitas bila memiliki IMT ≥ 25
kg/m2

C. Patofisiologi
Teori kelainan vaskularisasi plasenta menjelaskan bahwa pada preeklampsia
tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan
jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku
dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami
vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis sehingga aliran
darah utero plasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.

Plasenta yang mengalami iskemia akibat tidak terjadinya invasi trofoblas


secara benar akan menghasilkan radikal bebas yang akan merusak sel
endotel.Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi
endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut
sebagai disfungsi endotel, maka akan terjadi gangguan metabolisme
prostaglandin karena salah satu fungsi sel endotel adalah memproduksi
prostaglandin. Dalam kondisi ini terjadi penurunan produksi prostasiklin
(PGE2) yang merupakan suatu vasodilator kuat. Kemudian, terjadi agregasi
sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan yang merupakan suatu vasokonstriktor
kuat. Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor (endotelin) dan
penurunan kadar NO (vasodilatator), serta peningkatan faktor koagulasi juga
terjadi
17

D. Klasifikasi
Preeklampsia terbagi atas dua yaitu Preeklampsia Ringan dan Preeklampsia
Berat berdasarkan Klasifikasi menurut American College of Obstetricians
and Gynecologists, yaitu:
1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
 Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau
lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu
kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.
 Proteinuria kuantitatif ≥ 300 mg perliter dalam 24 jam atau kualitatif 1+
atau 2+ pada urine kateter atau midstream.
2) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:
 Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
 Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau
4+.
 Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam/kurang dari
0,5 cc/kgBB/jam.
 Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di
epigastrium.
 Terdapat edema paru dan sianosis
 Hemolisis mikroangiopatik
 Trombositopeni (< 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan
cepat)
 Gangguan fungsi hati.
 Pertumbuhan janin terhambat.
 Sindrom HELLP.

E. Diagnosis
Gejala subjektif
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-
muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang
meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul
18

(impending eklampsia). Tekanan darah pun akan meningkat lebih tinggi,


edema dan proteinuria bertambah meningkat.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan tekanan sistolik 30 mmHg
dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat ≥ 140/90 mmHg pada
preeklampsia ringan dan ≥ 160/110 mmHg pada preeklampsia berat. Selain
itu kita juga akan menemukan takikardia, takipneu, edema paru, perubahan
kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, sampai tanda-tanda
pendarahan otak.

Penemuan Laboratorium
Penemuan yang paling penting pada pemeriksaan laboratorium penderita
preeklampsia yaitu ditemukannya protein pada urine. Pada penderita
preeklampsia ringan kadarnya secara kuantitatif yaitu ≥ 300 mg perliter
dalam 24 jam atau secara kualitatif +1 sampai +2 pada urine kateter atau
midstream. Sementara pada preeklampsia berat kadanya mencapai ≥ 500 mg
perliter dalam 24 jam atau secara kualitatif ≥ +3

Pada pemeriksaan darah, hemoglobin dan hematokrit akan meningkat akibat


hemokonsentrasi. Trombositopenia juga biasanya terjadi. Penurunan produksi
benang fibrin dan faktor koagulasi bisa terdeksi. Asam urat biasanya
meningkat diatas 6 mg/dl. Kreatinin serum biasanya normal tetapi bisa
meningkat pada preeklampsia berat. Alkalin fosfatase meningkat hingga 2-3
kali lipat. Laktat dehidrogenase bisa sedikit meningkat dikarenakan
hemolisis. Glukosa darah dan elektrolit pada pasien preeklampsia biasanya
dalam batas normal.
19

F. Tatalaksana

Perawatan dasar pada eklampsia yang paling utama ialah terapi suportif untuk
stabilisasi fungsi vital, yang harus selalu diingat yakni Airway, Breathing dan
Circulation, mengatasi kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia,
mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan
darah, melahirkan janin pada waktu yang tepat dengan cara yang tepat.

Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertama ialah mencegah


penderita mengalami trauma akibat kejang-kejang tersebut. Dirawat di kamar
isolasi cukup terang, tidak di kamar gelap, agar bila terjadi sianosis segera
dapat diketahui. Penderita dibaringkan di tempat tidur yang lebar, dengan rail
tempat tidur harus dipasang dan dikunci dengan kuat. Selanjutnya masukkan
sudap lidah ke dalam mulut penderita dan jangan mencoba melepas sudap
lidah yang sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi. Kepala
direndahkan dan daerah orofaring diisap. Hendaknya dijaga agar kepala dan
ekstremitas penderita yang kejang tidak terlalu kuat menghentak-hentak
benda keras di sekitarnya. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup
kendor, guna menghindari fraktur. Bila penderita selesai kejang-kejang,
segera beri oksigen.

Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk
mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut sudah
diatasi, tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk menghentikan
kehamilan.

Preeklampsia dapat menyebabkan kelahiran awal atau komplikasi pada


neonatus berupa prematuritas. Resiko fetus diakibatkan oleh insufisiensi
plasenta baik akut maupun kronis. Pada kasus berat dapat ditemui fetal
distress baik pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran.
20

Pengelolaan preeklampsia dan eklampsia mencakup pencegahan kejang,


pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan supportif terhadap
penyulit organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan.
Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda tanda
klinik berupa : nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium dan kenaikan
cepat berat badan. Selain itu perlu dilakukan penimbangan berat badan,
pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan
laboratorium, dan pemeriksaan USG.

Perawatan preeklampsia berat sama halnya dengan perawatan preeklampsia


ringan, dibagi menjadi dua unsur yakni sikap terhadap penyakitnya, yaitu
pemberian obat-obat atau terapi medisinalis dan sikap terhadap kehamilannya
ialah manajemen agresif, kehamilan diakhiri (terminasi) setiap saat bila
keadaan hemodinamika sudah stabil.

Medikamentosa
Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat
inap dan dianjurkan tirah baring miring kiri. Perawatan yang penting pada
preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan karena penderita preeklampsia
dan eklampsia mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan
oligouria. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, tetapi faktor
yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan oligouria ialah
hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan gradient tekanan
onkotik koloid/pulmonary capillary wedge pressure. Oleh karena itu
monitoring input cairan (melalui oral ataupun infuse) dan output cairan
(melalui urin) menjadi sangat penting. Artinya harus dilakukan pengukuran
secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan melalui
urin. Bila terjadi tanda tanda edema paru, segera dilakukan tindakan koreksi.
Cairan yang diberikan dapat berupa a) 5% ringer dextrose atau cairan garam
faal jumlah tetesan:<125cc/jam atau b) infuse dekstrose 5% yang tiap 1
liternya diselingi dengan infuse ringer laktat (60-125 cc/jam) 500 cc.
21

Di pasang foley kateter untuk mengukur pengeluaran urin. Oligouria terjadi


bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam. Diberikan
antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang,
dapat menghindari resiko aspirasi asam lambung yang sangat asam. Diet yang
cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

Pemberian obat antikejang : MgSO4


Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada
rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskular.
Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada
pemberian magnesium sulfat, magnesium akan menggeser kalsium, sehingga
aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion
kalsium dan ion magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat
menghambat kerja magnesium sulfat. Magnesium sulfat sampai saat ini tetap
menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada preeklampsia atau eklampsia.

Cara pemberian MgSO4


- Loading dose : initial dose 4 gram MgSO4: intravena, (40 % dalam 10 cc)
selama 15 menit
- Maintenance dose : Diberikan infuse 6 gram dalam larutan ringer/6 jam;
atau diberikan 4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya maintenance dose
diberikan 4 gram im tiap 4-6 jam

Syarat-syarat pemberian MgSO4


- Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium
glukonas 10% = 1 gram (10% dalam 10 cc) diberikan iv 3 menit
- Refleks patella (+) kuat
- Frekuensi pernafasan > 16x/menit, tidak ada tanda tanda distress nafas

Magnesium sulfat dihentikan bila ada tanda tanda intoksikasi atau setelah 24
jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir. Pemberian
22

magnesium sulfat dapat menurunkan resiko kematian ibu dan didapatkan 50


% dari pemberiannya menimbulkan efek flushes (rasa panas)

Antihipertensi
Antihipertensi lini pertama
- Nifedipin. Dosis 10-20 mg/oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum
120 mg dalam 24 jam
Antihipertensi lini kedua
- Sodium nitroprussida : 0,25µg iv/kg/menit, infuse ditingkatkan 0,25µg
iv/kg/5 menit.
- Diazokside : 30-60 mg iv/5 menit; atau iv infuse 10 mg/menit/dititrasi.
-
Sikap terhadap kehamilannya
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus
diakhiri, tanpa memandang umur kehamilan dan janin. Persalinan diakhiri
bila sudah mencapai stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan
metabolisme ibu. Pada perawatan pascapersalinan, bila persalinan terjadi
pervaginam, monitoring tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.

Berdasar William obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan


perkembangan gejala-gejala preeclampsia berat selama perawatan, maka
sikap terhadap kehamilannya dibagi menjadi:
1. Aktif : berarti kehamilan segera diakhiri/diterminasi bersamaan dengan
pemberian medikamentosa.
2. Konservatif (ekspektatif): berarti kehamilan tetap dipertahankan
bersamaan dengan pemberian medikamentosa.

Perawatan konservatif
Indikasi perawatan konservatif ialah bila kehamilan preterm ≤ 37 minggu
tanpa disertai tanda –tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik.
Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa pada
pengelolaan secara aktif. Selama perawatan konservatif, sikap terhadap
23

kehamilannya ialah hanya observasi dan evaluasi sama seperti perawatan


aktif, kehamilan tidak diakhiri. Magnesium sulfat dihentikan bila ibu sudah
mencapai tanda-tanda preeclampsia ringan, selambat-lambatnya dalam
waktu 24 jam. Bila setelaah 24 jam tidak ada perbaikan keadaan ini
dianggap sebagai kegagalan pengobatan medikamentosa dan harus
diterminasi. Penderita boleh dipulangkan bila penderita kembali ke gejala-
gejala atau tanda tanda preeklampsia ringan.

Perawatan aktif
Indikasi perawatan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan di bawah
ini, yaitu:
Ibu
1. Umur kehamilan ≥ 37 minggu
2. Adanya tanda-tanda/gejala-gejala impending eklampsia
3. Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu: keadaan klinik dan
laboratorik memburuk
4. Diduga terjadi solusio plasenta
5. Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan
Janin
1. Adanya tanda-tanda fetal distress
2. Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction
3. NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal
4. Terjadinya oligohidramnion
Laboratorik
1. Adanya tanda-tanda “sindroma HELLP” khususnya menurunnya
trombosit dengan cepat
24

DAFTAR PUSTAKA

Dharma Rahajuningsih, Noroyono Wibowo dan Hessyani Raranta. 2005.


Disfungsi Endotel pada Preeklampsia. Universitas Indonesia : Jakarta.

Eiland E, Nzerue C, dan Faulkner M. 2012. Preeclampsia 2012. Journal of


pregnancy: USA.

English FA, Kenny LC, dan McCarthy FP. 2015. Risk factors and effective
management of preeclampsia. Integrated Blood Pressure Control. DovePress:
Ireland.

Kusumawardhani, dkk. 2009. Pre Eklampsia Berat Dengan Syndrom Hellp, Intra
Uterine Fetal Death , Presentasi Bokong, Pada Sekundigravida Hamil Preterm
Belum Dalam Persalinan. Universitas Negeri Surakarta : Surakarta.

Menteri Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. MenKes RI: Jakarta

Prawirohardjo Sarwono dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Hipertensi Dalam


Kehamilan. PT Bina Pustaka : Jakarta.

Roberts JM, August, PA, Bakris G, et al. 2013. Hypertension in Pregnancy.


American College of Obstetricians and Gynecologists: America

Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. 2011. Hypertension in


pregnancy the management of hypertensive disorders during pregnancy.

Anda mungkin juga menyukai