Anda di halaman 1dari 14

Tugas : Filsafat Ilmu Keperawatan

Hubungan Evidence Based Practice dengan


Penalaran/logika, Filosofi Masalah, dan Filosofi Hipotesis

RAHMATIAH
NIM : P4200216024
KELAS : KMB 1

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena


atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah dengan judul “Evidence Based Practice Hubungannya dengan
Penalaran/logika, Filosofi Masalah, dan Filosofi Hipotesis” sebagai salah
satu tugas individu dalam mata kuliah Filsafat Ilmu Keperawatan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan maupun kekurangan, namun kami telah berupaya
semaksimal mungkin untuk menyempurnakan tugas ini. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari dosen, rekan dan
pembaca yang bersifat konstruktif untuk menyempurnakan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
semua terkhusus buat penyusun pribadi.

Makassar, Nopember 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman sampul
Kata Pengantar……………………………………………………………… ii
Daftar Isi……………………………………………………………………… iii
Bab I Pendahuluan...………………………………………………………. 1
Bab II Pembahasan…......…………………………………………………. 3
BabIII Kesimpulan………………………………………………………….. 11
Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian adalah suatu proses penyelidikan sistematis atau belajar
untuk membangun pengetahuan dalam disiplin. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengembangkan tubuh empiris pengetahuan untuk disiplin
atau profesi. Secara khusus, penelitian memvalidasi dan memurnikan
pengetahuan yang ada dan mengembangkan pengetahuan baru (Burns &
Grove, 2010).
Penelitian keperawatan adalah suatu pendekatan sistematis yang
digunakan untuk meneliti fenomena penting untuk keperawatan dan
perawat. Karena keperawatan adalah profesi praktik, adalah penting
bahwa praktik klinis didasarkan pada pengetahuan ilmiah. Bukti yang
dihasilkan oleh penelitian keperawatan memberikan dukungan untuk
kualitas dan efektivitas biaya intervensi keperawatan. Sehingga penerima
perawatan dan kesehatan khususnya keperawatan menuai keuntungan
ketika perawat hadir untuk meneliti bukti dan memperkenalkan perubahan
berdasarkan bukti dalam praktek keperawatan. Pengenalan perubahan
berbasis bukti dalam penyediaan langsung perawatan dapat terjadi pada
tingkat individu perawat atau pada tingkat organisasi atau sosial (Cherry &
Jacob, 2014).
Tujuan utama penelitian adalah mendapatkan kebenaran suatu
fenomena yang dijadikan sebagai dasar dalam memprediksi dan
menyelesaikan masalah. Penelitian berkontribusi besar terhadap
kesejahtraan umat manusia jika hasil penelitian dapat dimanfaatkan.
Sama halnya dengan penelitian keperawatan yang seharusnya bermuara
pada pemanfaatan hasil dalam praktik keperawatan sehingga

4
memberikan kontribusi besar bagi pengembangan ilmu keperawatan
(Dharma, 2011).
Untuk mendapatkan mutu pelayanan keperawatan dan kepuasan
pasien perlu dikembangkan suatu standar yang berdasarkan bukti hasil
penelitian (evidence based) yang dalam praktik keperawatan disebut
dengan evidence based nursing practice, yang telah teruji validitasnya
dan manfaat yang lebih besar dari efek samping. Penerapan EBP
tentunya berawal dari adanya factor pencetus yang berasal dari masalah
yang ditemukan dalam praktik dan pengetahuan keperawatan.
Permasalahan tersebut akan diselesaikan dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi dan mencari jawaban melalui
penelitian yang dilakukan. Sehingga, hipotesis merupakan langkah
pertama sebelum mengadakan penelitian (Dharma, 2011).
Pada bab selanjutnya akan dibahas secara detail apa itu evidence
based practice dan hubungannya dengan penalaran/logika, filosofi
masalah, dan filosofi hipotesis.
B. Tujuan Penulisan
Setelah pembelajaran ini diharapkan mampu memahami
a. Konsep evidence based practice (EBP)
b. Hubungan EBP dengan penalaran/logika, filosofi masalah, dan
filosofi hipotesis.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Evidence Based Practice (EBP)
EBP atau praktik berdasarkan bukti adalah salah satu strategi untuk
mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk mengintegrasikan
temuan perawatan kesehatan yang baru kedalam praktik. EBP
merupakan penggunaan bukti terbaik yang digunakan dalam membuat
keputusan tentang perawatan pasien (Zerwekh & Garneau, 2014).
Dalam keperawatan selanjutnya menurut Dharma (2011) lebih
jelas mendefinisikan Evidence Based Nursing (EBN) sebagai suatu
integrasi (lebih dari satu penelitian) dari bukti hasil penelitian terbaik yang
telah melalui tahapan telaah dan sintesis yang digunakan sebagai dasar
dalam praktik keperawatan dan memberikan manfaat bagi penerima
layanan keperawatan. Definisi ini menyiratkan bahwa dengan EBN,
praktek dipandu tidak hanya oleh bukti dari hasil penelitian tetapi juga
dari spesialis di berbagai sektor perawatan kesehatan dan umpan balik
dari klien biasanya dari preferensi mereka. Fokusnya adalah pada
menyelesaikan masalah keperawatan berdasarkan analisis akurat dari
informasi yang ada.
Beberapa tujuan penggunaan hasil penelitian (EBP) dalam tatanan
praktik keperawatan antara lain (Dharma, 2011) :
1. Memberikan landasan yang objektif dan rasional dalam praktik
keperawatan
2. Memberikan bukti bahwa praktik keperawatan dilandasi oleh
penerapan prinsi-prinsip ilmiah yang relevan dan terkini
3. Melatih kemampuan perawat untuk berfikir kritis dan rasional terhadap
suatu fonemena atau masalah
4. Sebagai salah satu cirri dari praktik keperawatan profesional

6
5. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
6. Sebagai dasar untuk menyusun pertanyaan penelitian berikutnya

Banyak model yang dapat dikembangkan sebagai kerangka kerja


dalam penerapan EBN, contoh model yang diterapkan adalah model
IOWA. Berikut tahapan model IOWA (Dharma, 2011) :
1. Memilih topik EBN. Dalam memilih topik harus mempertimbangkan
kesesuaian dengan kebutuhan dan kemampuan institusi seperti
prioritas masalah, pentingnya masalah, keterlaksanaan pada
beberapa area keperawatan, pengaruhnya terhadap peningkatan
kualitas pelayanan keperawatan, penurunan lama perawatan, biaya
dan peningkatan kepuasan pasien, peran multidisipliner terkait dengan
topik, minat dan komitmen staff terhadap topic yang akan dipilih serta
ketersediaan bukti penelitian dan referensi untuk mendukung topik
yang dipilih
2. Membentuk tim. Tim ini bertanggung jawab dalam mengembangkan,
mengimplementasikan dan mengevaluasi pelaksanaan EBN. Anggota
timbersal dari komite yang telah ada, dengan berbagai disiplin atau
hanya beranggotakan perawat professional pada suatu area
keperawatan.
3. Mengumpulkan hasil penelitian yang relevan. Untuk menentukan
intervensi yang tepat diterapkan pada kasus maka diperlukan
beberapa ekplorasi dari referensi yang ada dan penelitian yang
mendukung hasil penelitian tersebut.
4. Melakukan kritik jurnal. Penelitian yang dijadikan rujukan ditelaah dan
dianalisa apakah mengambarkan fakta sebenarnya. Layak dijadikan
EBN dengan pertimbangan kualitas, kuantitas dan konsistensi
evidence.

7
5. Sintesis hasil penelitian. Merupakan proses mengintegrasikan hasil
penelitian yang telah diuji validitasnya memenuhi unsur kepentingan
dan kemampulaksanaannya dengan pertimbangan bahwa ada
kemiripan karakteristik sampel dengan populasi pasien dimana
penelitian diterapkan dan ada relevansi penelitian dengan topic dan
pertanyaan EBN.
6. Uji coba intervensi/prosedur baru dalam praktik keperawatan dengan
beberapa tahapan seperti menetukan tujuan terlbih
dahulu,mengumpulkan data dasar, membuat desain penerapan EBN,
mengimplementasikan pada unit percontohan, melakukan evaluasi
proses dan hasil serta memodifikasi pedoman praktik pelaksanaan
EBN.
7. Menetapkan perubahan baru. Diperlukan komitmen berbagai pihak
terkait untuk menerapkan secara bersama-sama perubahan baru yang
harus diikuti dengan upaya mempertahankan dan membudayakan
intervensi baru tersebut dalam praktik keperawatan.
8. Desiminasi hasil kepada seluruh unsur yang terlibat dalam penerapan
EBN.
B. Cara Berfikir Ilmiah dengan penalaran/logika, filosofi masalah dan
filosofi hipotesis
Suatu penelitian pada hakekatnya dimulai dari hasrat
keingintahuan manusia yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan atau permasalahan-permasalahan yang memerlukan
jawaban atau pemecahannya sehingga mencul pengetahuan baru yang
dianggap benar. Pengatahuan baru yang benar tersebut merupakan
pengetahuan yang dapat diterima oleh akal sehat dan berdasarkan fakta
empirik. Jadi dapat dikatakan bahwa pencarian pengetahuan ( proses
penelitian)yang benar harus menurut prosedur atau kaidah hukum yaitu
berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut

8
dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan
pengetahuan ilmiah. Dalam pencarian sebuah ilmu untuk memperoleh
kebenaran yang ilmiah, manusia diperantarai sebuah penalaran yang
merupakan proses berfikir yang bertolak dari pengamatan indra
(observasi empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian
(Nasir, Muhith, & Ideputri, 2011).
Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Pengetahuan yang digunakan
dalam penalaran bersumber pada rasio (paham rasionalisme) atau fakta
(paham emprisme ). Penalaran memiliki ciri –ciri tertentu yaitu (Nasir et
al., 2011)
1. Proses berfikir logis yang berarti bahwa kegiatan berfikir menurut pola
tertentu atau menurut logika tertentu
2. Sifat analitik dari proses berfikir yang merupakan konskuensi dari
adanya suatu pola berfikir yang didasarkan pada langkah-langkah
tertentu.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Langevel dalam Sutriono &
Hanafi (2009) bahwa logika itu adalah kepandaian untuk memutuskan
secara jitu, yang mempelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
mengambil kesimpulan secara benar untuk mengasilkan pengetahuan
yang benar yang diperlukan dalam penarikan kesimpulan yang bersifat
ilmiah
Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis
proses berfikir atau penalaran yaitu:
1. Logika/penalaran induktif
Menurut Ediyono ( 2005) system penalaran induktif merupakan
penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari
sejumlah hal khusus pada suatu kesimpulan umum. Berfikir induktif
berdasarkan pada pengajuan fakta-fakta dahulu yang dapat berupa

9
serangkaian gejala-gejala, peristiwa-peristiwa, atau kasus-kasus. Dari
pengajuan fakta tersebut kemudian dibuatlah kesimpulan umum.
Generalisasi adalah bentuk dari metode berfikir induktif.
2. Logika/ penalaran deduktif
Deduktif adalah penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan
yang umum untuk menemukan yang khusus atau cara berfikir dimana
dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Dari yang abstrak ke yang konkrit, dari teori ke fakta-fakta
(Dharma, 2011)
Perbedaan kedua penalaran diatas bahwa berfikir induktif
adalah menarik pernyataan yang didasarkan pada hasil-hasil
pengamatan sedangkan berfikit deduktif adalah penarikan pernyataan
yang didasarkan pada hukum dan teori (Sutriono & Hanafi, 2009).
Kedua penalaran diatas dalam prakteknya antara berangkat dari
teori atau berangkat dari fakta empiric merupakan lingkaran yang tak
terpisahkan dengan demikian dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah
kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan
saling mengisi dalam wujud penelitian ilmiah dan taat pada hukum-
hukum logika.
Dasar dalam metode penelitian ilmiah adalah paduan cara berfikir
deduktif dan induktif yang disebut dengan berfikir reflektif dengan
tahapan sebagai berikut (Nasir et al., 2011):
1. The felt need yaitu adanya suatu kebutuhan sehingga berusaha
mengungkapkan kebutuhan tersebut
2. The problem, dengan adanya kebutuhan yang dirasakan
diteruskan dengan merumuskan, menempatkan dan membatasi
permasalahan. Kebutuhan dan masalah merupakan parameter
yang penting dan menentukan kualitas penelitian.

10
3. The hypothesis (menyusun hipotesis), merupakan jawaban atau
pemecahan masalah sementara yang masih merupakan dugaan
yang dihasilkan dari pengalaman, teori atau hukum yang ada
4. Collection of data as Evidence (merekam data untuk pembuktian).
Membuktikan hipotesis dengan eksprimen, pengujian dan merekam
data lapangan. Kemudian data-data dianalisis untuk menetapkan
kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis.
5. Concluding belief (kesimpulan yang diyakini kebenarannya).
Berdasarkan analisis dibuatlah kesimpulan yang diyakini
mengandung kebenaran, khususnya untuk kasus yang diuji.
6. General Value of the Conclusion ( memformulasikan kesimpulan
umum), kesimpulan yang dihasilkan tidak hanya berlaku untuk
kasus tertentu, tetapi merupakan kesimpulan (berupa teori, konsep
atau metode) yang bisa berlaku secara umum atau kasus lain yang
mirip dengan kasus yang telah dibuktikan.
Hipotesis merupakan pemecahan masalah sementara yang
masih merupakan dugaan yang dihasilkan dari pengalaman, teori atau
hukum yang ada. Hipotesis juga dapat diartikan sebagai pernyataan
awal peneliti mengenai hubungan antar variable yang merupakan
jawaban peneliti tantang kemungkinan hasil penelitian (Dharma, 2011)
Hipotesis dapat dirumuskan berdasarkan tiga sumber yaitu :
pengamatan terhadap fenomena (berbagai permasalahan/fenomena),
Analisis teori yaitu menguji dan mengembangkan teori), dan tinjauan
literature yang berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan variable
lainnya (Dharma, 2011).
Jadi suatu rencana penelitian adalah alur berfikir sistematis
berdasarkan keterikatan antara fenomena masalah kemudian
penelusuran literature dan tinjauan pustaka, kerangka teori dan
kerangka konsep kemudian sampai pada penyataan hipotesis .

11
C. Hubungan EBP dengan penalaran/logika, filosofi masalah dan
filosofi hipotesis.
Praktik berdasarkan bukti diperlukan untuk mengintegrasikan
temuan perawatan kesehatan yang baru kedalam praktik. Penerapan
EBP tentunya berawal dari adanya factor pencetus yang berasal dari
masalah yang ditemukan dalam praktik dan pengetahuan keperawatan
yang berupa fakta atau teori yang memerlukan berfikir secara ilmiah
(induktif-deduktif). Masalah tersebut diteruskan dengan merumuskan,
menempatkan dan membatasinya. Kemudian menyusun hipotesis
sabagai jawaban atau pemecahan masalah sementara yang masih
merupakan dugaan yang dihasilkan dari pengalaman, teori atau hukum
yang ada. Untuk menentukan suatu hipotesis diterima atau ditolak
diperlukan pembuktian ilmiah (evidence based) yang telah di uji
validitasnya yang kemudian dibuat kesimpulan (teori, konsep atau
metode) yang bisa berlaku umum terhadap kasus yang dibuktikan.

12
BAB III
KESIMPULAN

EBP atau praktik berdasarkan bukti merupakan strategi yang


digunakan dalam integrasi lebih dari satu penelitian yang berawal dari
adanya fenomena atau masalah yang ditemukan dalam praktik keperawatan.
Hipotesis sebagai pemecahan masalah sementara yang memerlukan
pembuktian dan eksprimen untuk membuat suatu kesimpulan yang bisa
digeneralisasikan atau berlaku secara umum.

13
Daftar Pustaka
Burns, N., & Grove, S. K. (2010). Understanding nursing research: building
an evidence-based practice, ed 5, St. Louis : Saunders Company.
Cherry, B., & Jacob, S. R. (2014). Contemporary Nursing : Issues,Trends &
Management (Six editio). United States of America: Elseiveir Mosby.

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan : Pedoman


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta Timur: CV.
Trans Info Media.

Ediyono, S. (2005). Filsafat Ilmu. jogyakarta: Lintang Pustaka.


Nasir, A., Muhith, A., & Ideputri, M. E. (2011). Buku Ajar : Metodologi
Penelitian Kesehatan Konsep Pembuatan Karya Tulis dan Thesis untuk
Mahasiswa Kesehatan. jogyakarta: Nuhamedika.

Sutriono, & Hanafi, Srd. R. (2009). Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.
Jogyakarta: Cv.Andi Offset.

Zerwekh, J., & Garneau, A. Z. (2014). Nursing To Day : transition and trends
(Sevent Edi). United States of America: Elsevier Saunders.

14

Anda mungkin juga menyukai