Anda di halaman 1dari 8

Tugas : EBP

Fasilitator : Rini Rachmawaty, S.Kep.,Ns.,MN.,Ph.D

Perspektif dan Implementasi EBP di Praktik Klinis


(Signifikansi, Analisis SWOT & POA)

OLEH
HERNI SULASTIEN / P4200216002
WAHYUNA SAHMAR/P4200216003
NINA NISRINA / P4200216048
SURATNO KALUKU / P4200216023
YUSNAENI Y / P420016408

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evidence Based Practice (EBP) merupakan penggunaan hasil-hasil penelitian
ke dalam keputusan atau pengambilan tindakan di klinik dengan tetap
memperhatikan nilai, preferensi dan keadaan pasien. EBP diharapkan dapat
digunakan oleh para praktisi klinis untuk memberikan intervensi yang efektif
didukung oleh hasil penelitian serta menghindari intervensi yang kurang didukung
oleh hasil penelitian (Rubins, 2008). Evidence based nursing (EBN) adalah hal yang
penting dan mendasar dalam memperbaiki dan meningkatkan efektifitas pelayanan
keperawatan (Wang, Kao, & Lin, 2015).
Salah satu intervensi keperawatan yang perlu menggunakan evidence based
practice adalah intervensi pada pasien yang telah menjalani operasi pembedahan
pencernaan. Pembedahan merupakan kasus yang terus menerus meningkat setiap
tahunnya dan memerlukan intervensi keperawatan yang tepat mulai dari tahap
perioperative sampai post operative.
Pasien yang menjalani operasi pembedahan abdomen memerlukan intervensi
yang tepat untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah terjadinya
komplikasi pasca operasi abdomen. Komplikasi yang bisa muncul pada pasien post
operasi pencernaan adalah infeksi, ileus dan obstruksi, sindrom kompartemen,
perdarahan pencernaan, komplikasi stoma, kolitis dan fistul (Black & Hawks, 2009).
Pada periode post operasi, perlu dilakukan pengkajian dan intervensi kebutuhan
cairan nutrisi untuk memastikan asupan cairan dan nutrisi yang diberikan tepat
(Smeltzer & Bare, 2001).
Zhuang et al (2013) menyatakan bahwa manajemen nutrisi post operasi dapat
mempengaruhi outcome bagi pasien dan rumah sakit. Terdapat pertanyaan yang
berkembang apakah intake nutrisi diperbolehkan pada pasien post operasi, sebelum
ada tanda fungsi pencernaan kembali. Pendapat tradisional melarang pasien post
operasi untuk memasukkan makanan melalui mulut sebelum fungsi pencernaan
kembali. Keadaan itu biasa dikenal dengan istilah “periode lapar” atau “nil by
mouth”. Pasien diperbolehkan makan jika fungsi pencernaan telah kembali yang
ditandai dengan adanya pergerakan usus, flatus, tidak ada rasa mual, muntah atau
tanda distensi abdomen. Hal tersebut dilakukan karena adanya kekhawatiran bahwa
pemberian makan secara dini (early oral feeding) dapat menyebabkan komplikasi
yang serius (Lau et al, 2014; Klappenbach et al., 2013). Penundaan pemberian
nutrisi pada pasien post operasi didasarkan pada kepercayaan yang belum terbukti
kebenarannya bahwa sistem pencernaan membutuhkan “periode istirahat” setelah
operasi pencernaan (Willcutts et al., 2016).
Saat ini, pendapat tentang efek nil by mouth terhadap penurunan komplikasi
dan percepatan penyembuhan luka post operasi pencernaan semakin dipertanyakan
dan upaya untuk mendapatkan bukti klinis yang relevan telah dilakukan
(Pragatheeswarane et al., 2014). Sejumlah uji klinis terbaru menentang pendapat
tradisional yang menyatakan bahwa pembatasan asupan oral pada hari pertama
operasi dapat menurunkan komplikasi pada pasien post operasi. Penelitian tentang
pembedahan termasuk pembedahan non pencernaan, colorectal, pencernaan atas
memberikan bukti kuat bahwa Traditional Postoperative Care (TPC) tidak
memberikan keuntungan (Kumar et al., 2015; Klappenbach et al., 2013; Willcutts et
al., 2016).
Penelitian terbaru melakukan perbandingan keamanan, kelayakan dan outcome
pemberian nutrisi dini (early oral feeding) dengan penundaan pemberian nutrisi
(traditional oral feeding) pada pasien yang menjalani operasi pembedahan
pencernaan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Pragatheeswarane et al (2014)
pada pasien post operasi elective open bowel. Dari penelitian tersebut diperoleh
hasil bahwa pemberian makanan dini dapat melindungi pasien dari rasa lapar dan
efek samping seperti ketidakseimbangan metabolik. Pemberian makanan dini
menghasilkan flatus dan defekasi yang lebih dini. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian diet oral secara dini dapat memperbaiki fungsi pencernaan, menurunkan
durasi ileus post operasi dan lama hari rawat.
Hasil serupa juga didukung oleh penelitian Sun et al (2017) yang meneliti
pemberian multi-modal early oral nutrition pada pasien post operasi major
abdominal efektif untuk memperbaiki toleransi terhadap nutrisi oral selama 7 hari
pertama setelah operasi. Willcutts et al (2016) telah melakukan Systematic review
dan meta-analysis tentang perbandingan pemberian nutrisi dini dengan penundaan
nutrisi pada pasien post operasi. Hasilnya diperoleh suatu kesimpulan bahwa lama
hari rawat pada pasien yang menjalani pemberian nutrisi dini 1,72 hari lebih pendek
daripada kelompok tradisional.
Pada beberapa RSUD di Indonesia, intervensi yang dilakukan oleh perawat
masih menggunakan perawatan pasien post operasi tradisional atau traditional
postoperative care feeding. Penundaan pemberian nutrisi masih dibatasi, dengan
mengesampingkan sejumlah manfaat dari pemberian nutrisi dini bagi pasien post
operasi.
Berdasarkan data yang kami peroleh di Rumah Sakit Umum Daerah H.
Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar, diketahui bahwa jumlah pasien yang
menjalani operasi pembedahan besar (Laparatomy) pada tahun 2015 sebanyak 103
orang dan tahun 2016 sebanyak 115 orang dengan rata-rata lama hari rawat 7 hari
( Data Rekam Medik, 2015&2016) . Oleh karena itu, dalam proposal ini kami akan
membahas tentang Perspektif dan Implementasi EBP di Praktik Klinis (Signifikansi,
Analisis SWOT dan POA). Sehingga diharapkan dengan penerapan implementasi
yang berbasis EBP akan dapat memberikan manfaat pada penekanan jumlah hari
rawat pada pasien dengan operasi besar (laparatomy).

B. ANALISIS SWOT
Strength Weakness

a. Pemberian nutrisi dini mengembalikan a. Kurangnya pengetahuan


fungsi pencernaan lebih cepat: flatus perawat dan tenaga kesehatan
dan defekasi yang lebih dini. lain tentang keamanan dan
b. Melindungi pasien dari rasa lapar dan manfaat pemberian nutrisi dini
ketidakseimbangan metabolik (early oral feeding).
c. Mengurangi angka kejadian b. Penundanaan pemberian makan
komplikasi post operasi merupakan praktek yang sering
d. Menurunkan lama hari rawat dilakukan di ruangan
e. Menurunkan biaya perawatan rumah berdasarkan pengalaman
sakit c. Masih adanya rasa khawatir
(Sun, et al., 2017; Kumar et al., baik dari perawat maupun
2015;Willcutts et al., 2016) pasien sendiri terhadap
f. Tidak membutuhkan pelatihan khusus keamanan dan kelayakan
bagi perawat, cukup melakukan pemberian nutrisi dini.
sosialisasi d. Belum ada SPO tentang
pemberian nutrisi dini pada
pasien post operasi
e. Kurangnya informasi motivasi
perawat untuk mencari literatur
tentang EBP manfaat pemberian
nutrisi dini
f. Masih diperlukan penelitian
lebih lanjut tentang
manfaat dari pemberian nutrisi
dini bagi pasien post operasi

Opportunity Threat

a. Lama rawat merupakan indikator a. Efek samping yang mungkin


akreditasi rumah sakit. terjadi dalam pemberian nutrisi
b. Penilaian pemenuhan nutrisi dapat dini : Mual, muntah, aspirasi
dilihat pada 7 hari setelah operasi (Willcutts, 2016).
c. Banyaknya kasus komplikasi post b. Tidak mendapat dukungan dari
operasi akibat penundaan pemberian pihak manajemen RS
nutrisi dini, misalnya pasien tidak
flatus atau defekasi selama beberapa
hari.

C. POA
NO JENIS URAIAN TUJUAN SASARAN
KEGIATAN

1. Analisa situasi Melakukan analisa Mengetahui kesiapan Manajemen


situasi tentang Rumah Sakit keperawatan
penerapan EBP

2. Identifikasi Melakukan Mengidentifikasi Pasien yang


Masalah identifikasi potensi jumlah yang akan dioperasi
efektifitas dilayani laparatomy
penggunaan EBP
Identifikasi potensi
kerugian biaya
Identifikasi potensi
dampak terhadap
tubuh
3. Prioritas Masalah Membuat prioritas Menyelesaikan Pasien dan
masalah masalah yang ada bagian
manajemen
keperawatan

4. Program a. Menyusun SPO a. Agar ada standar Manajemen


terbaru baru dalam keperawatan
perawatan keperawatan
pasien post (post operasi
operasi laparatomy)
laparatomy

b. Sosialisasi SPO
terbaru
Agar semua perawat Manajemen
perawatan
terpapar dengan SPO keperawatan
pasien post
terbaru perawatan dan perawat
operasi
pasien post operasi
laparatomy
laparatomy

c. Penerapan SPO Agar pemberian


terbaru nutrisi dini
Perawat dan
perawatan diberikan pada
pasien
pasien post pasien sehingga
operasi menurunkan
laparatomy angka komplikasi
post operasi
laparatomy

b. Menurunkan lama
rawat dan biaya
perawatan
DAFTAR PUSTAKA

Black, J., & Hawks, J. (2009). Medical Surgical Nursing Clinical Management for
Positive Outcomes (8th Edition ed.). St. Louis: Elsevier.
Klappenbach, R., Yazyi, F., Quintas, F., Horna, M., Rodriguez, J., & Oria, A. (2013).
Early Oral Feeding Versus Traditional Postoperative Care After Abdominal
Emergency Surgery: A Randomized Controlled Trial. World Journal Surgical , 1-
7.
Kumar, M., Malhotra, P., Mahajan, P., & Gupta, A. (2015). To compare the safety,
benefits, and incidence of postoperative compications among patients having early
oral feeding versus traditional feeding in postoperative period following elective
intestinal anastomosis. Saudi Surgical Journal , 3 (2), 33-38.
Lau, C., Philips, E., Bressee, C., & Fleshner, P. (2014). Use of Low Residue Diet Is
Superior to Clear Liquid Diet After Elective Colorectal Surgery A Randomized
Controlled Trial. Annals of Surgery , 260 (4), 641-649.
Pragatheeswarane, M., Muthukumarassamy, R., Kadambari, D., & Kate, V. (2014).
Early Oral Feeding vs. Traditional Feeding in Patients Undergoing Elective Open
Bowel Surgery—a Randomized Controlled Trial. J Gastrointest Surg , 18, 1017-
1023.
Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah H. Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten
Takalar. (2015).
Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah H. Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten
Takalar. (2016).
Rubins, A. (2008). Practitioner's Guide to Using Research for Evidence-Based
Practice. New Jersey: John Wiley & Sons Inc.
Smeltzer, S., & Bare, B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.
Sun, D., Li, W., Li, S., Cen, Y., Xu, Q., Li, Y., et al. (2017). Comparison of multi-
modal early oral nutrition for the tolerance of oral nutrition with conventional care
after major abdominal surgery: a prospective, randomized, single-blind trial.
Nutrition Journal , 16 (11), 1-10.
Wang, M., Kao, C., & Lin, C. (2015). The EPCOR Model: A Model for Promoting the
Successful Implementation of Evidence-Based Nursing in Hospital-Based
Settings. The Journal of Nursing Research , 23 (1), 15-23.
Willcutts, K., Chung, M., Erenberg, C., Finn, K., Schirmer, B., & Byham-Gray, L.
(2016). Oral Feeding as Compared With Traditional Timing of Oral Feeding After
Upper Pencernaan Surgery A Systematic Review and Meta-analysis. Annah of
Surgery , 20 (10), 1-10.
Zhuang, C., Ye, X., Zhang, C., Dong, Q., Chen, B., & Yu, Z. (2013). Early versus
Traditional Postoperative Oral Feeding in Patients Undergoing Elective Colorectal
Surgery:A Meta-Analysis of Randomized Clinical Trials. Digestive Surgery , 30,
225-232.

Anda mungkin juga menyukai