DOSEN PENGAJAR :
DISUSUN OLEH :
Nama NIM
Agustian
Dewo
Fresky Armeldo
Ragil Agustha
Rexy Maynachi
Stefan Manuel
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………....................................................1
2.1. Wesel..............................................................................................................................3
2.3.Surat Sanggup.................................................................................................................5
2.4 Kuitansi...........................................................................................................................5
2.7 Saham.............................................................................................................................9
2.8 Obligasi.........................................................................................................................11
2.9 Deposito........................................................................................................................11
3.1 KESIMPULAN.................................................................................................................12
3.2 SARAN.............................................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum bisnis adalah suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tata cara
pelaksanaan urusan kegiatan dagang, industri atau keuangan yang di hubungkan dengan
produksi atau pertukaran barang / jasa dengan menempatkan uang dari para enterpreniur
dalam resiko tertentu, dengan usaha tertentu dan motif untuk mendapatkan keuntungan
tertentu. Surat berharga merupakan salah satu dari ruang lingkup hukum bisnis ini, secara
fisik, surat berharga hanyalah merupakan sepucuk surat, tetapi dia begitu kuatnya mengikat
secara hukum.
Keberadaan Surat Berharga di dalam dunia bisnis pasti sudah tidak asing lagi, dalam
kekuatannya surat berharga dapat dijadikan sebuah bukti atas kepemilikan atau merupakan
sebuah catatan prestasi bagi yang menerimanya. Surat Berharga memiliki kekuatan hukum
yang dalam keberadaannya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, seperti
cek,wesel aksep dam promes, serta pada peraturan-peraturan yang sudah disyahkan atas
penerbitannya.
Secara hukum surat berharga merupakan sebuah dokumen yang diterbitkan oleh
penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga
berfungsi sebagai alat bayar yang di dalamnya berisikan suatu perintah untuk membayar
kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut. Pada kenyataannya surat berharga dapat
dijadikan suatu alat transaksi yang mempunyai nilai tertentu sesuai yang tertera dalam
peraturan yang mengatur dan kesepakatan yang mengeluarkannya. Pada makalah ini saya
akan menjelaskan lebih lanjut tentang jenis surat berharga.
ii
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Wessel
Pada Pasal 100 KUHD menerangkan bahwa Wessel : Surat berharga yang memuat
kata “WESSEL” didalamnya, tertanggal dan ditandatangani di suatu tempat, dalam mana si
Penarik memberi perintah tanpa syarat kepada Tertarik untuk pada hari bayar membayar
sejumlah uang kepada pemegang/ penerima yang ditunjuk oleh penarik / penggantinya.
Dalam Pasal 100 KUHD pun mengatur tentang Syarat formal Surat Wessel :
Para pihak yang terlibat dalam suatu wesel adalah sebagai berikut :
3
2.2 Surat Berharga Cek
Pasal 178 KUHD menerangkan bahwa Cek : Surat berharga yang membuat kata “CEK”.
dimana penarik memerintahkan kepada bank tertentu untuk membayar sejumlah uang kepada
orang yang namanya disebut dalam cek/penggantinya/pembawa pada saat ditunjukkan.
Dalam pasal 178 KUHD mengatur tentang Syarat Formal bentuk surat Cek, diantaranya.
1. Perkataan “CEK” yang secara mutlak harus ditulis dalam teks cek tersebut.
2. Perintah tak bersyarat.
3. Tertarik/tersangkut.
4. Tempat pembayaran.
5. Tanggal dan tempat cek ditariknya.
6. Tanda tangan penarik.
1. Cek Biasa. cek yang memenuhi criteria dan ciri-ciri cek, Tanpa ketentuan tambahan
2. Cek Atas Pengganti Penerbit. Cek dimana pemegang pertama tidak disebutkan, sehingga
penarik sama dengan pemegang pertama
3. Cek Atas Penerbit Sendiri. Tertarik juga bisa bertindak sebagai penarik
4. Cek Untuk Perhitungan Pihak Ketiga. Cek yang diterbitkan oleh seseorang tetapi
pembayaranya diambil bukan dari rekening penarik, namun dari rekening pihak ketiga.
5. Cek Inkasso. Pemegang cek hanya berkedudukan sebagai pemegang kuasa untuk
menagih. Pemegang tidak boleh mengalihkan kepada pihak lain selain dengan jalan
pemberian kuasa terhadap seseorang sesuai yang tercantum dalam surat kuasa.
6. Cek Domisili. Cek yang tempat pencairannya ditunjukan di tempat tertentu, yaitu di
tempat pihak ketiga atau di tempat pihak tersangkut. Catatan: Cek ini tidak dapat
dicairkan di tempat lain.
7. Cek Silang (Crossed Cheque) Cek yang hanya dibayarkan jika pembawanya bank lain
atau nasabah bank dari tertarik.
8. Cek Perjalanan (Traveller’s Cheque). Cek ini tidak dapat dibayar dengan tunai ,namun
hanya dibayar secara pemindahbukuan kedalam rekening pembawanya.
4
2.3 Surat Sanggup
2.4 Kuitansi
5
Dalam promes harus tercantum keterangan-keterangan :
Contoh promes :
RYAN
Dalam dunia perdagangan di Indonesia, promes lebih dikenal dengan istilah“aksep”, yang
banyak digunakan oleh para pengimpor Indonesia. Pengimpor meminta promes dari toko-
toko atas penjualan barangnya pada toko tersebut. Yang menandatanganinya dinamai
“promiten”. Promes tidak usah diaksep lagi, karena isinya memang janji untuk membayar.
Namanya yang resmi dalam undang-undang ialah “surat order” (KUHD BukuI titel 6).
6
Syarat-syarat promes ialah :
Promes-promes dibayarkan beberapa waktu sesudah dilihat dan harus dalam waktu satu
tahun sesudah tanggal penandatanganan ditunjukkan kepada yang menandatanganinya untuk
di tandatangani pula dengan catatan “telah dilihat”.
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah pemilik dana pada rekening giro,
kepada bank atau tertarik untuk memindahkan sejumlah dana kedalam rekening yang tertera
dalam bilyet giro, dana mana tidak dapat dicairkan secara tunai.
Dasar Hukum
Antara lain:
1. SEBI No.8/7/1975;
2. SEBI No.9/72/1975;
3. SEBI No.9/16/1976;
4. SEBI No.5/85/1972;
Syarat Formal
7
Setiap Bilyet Giro harus berisikan:
Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang menggunakan Bilyet Giro adalah sama
dengan pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang menggunakan cek.
1. Bilyet Giro mundur adalah Bilyet Giro yang tanggal efektifnya setelah tanggal
penerbitan;
2. Stop payment merupakan perintah penarik untuk membatalkan penarikan yang
disebabkan oleh hilangnya Bilyet Giro;
3. Inkaso (Pasal 183a KUHD) adalah perintah atau kuasa untuk menagihkan sejumlah uang
yang tertera dalam Bilyet Giro;
4. Cerukan (overdraft) adalah kondisi yang mana bank tertarik melakukan pembayaran atas
instruksi pendebetan atau penarikan yang dilakukan penarik atau nasabah, walaupun
dana pada rekening giro tersebut tidak mencukupi;
5. Bilyet Giro kosong adalah tolakan terhadap Bilyet Giro yang ditarik, dikarenakan: (i)
saldo rekening tidak cukup, (ii) rekening telah ditutup, dan (iii) alasan lain;
6. Mekanisme pemberian SP dalam Bilyet Giro sama dengan cek.
8
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Bilyet Giro:
1. Apabila terdapat perbedaan penulisan dalam jumlah uang dalam angka dan huruf,
maka yang berlaku yang tertulis dalam huruf;
2. Apabila terdapat penulisan jumlah uang yang berulang-ulang, maka yang berlaku
adalah jumlah yang terkecil;
3. Setiap perubahan perintah atau coretan, wajib ditandatangani oleh penarik di tempat
kosong yang terdekat dengan perubahan tersebut.
4. Bilyet Giro hanya dikenal dalam hukum Indonesia. Di negara lain, Bilyet Giro
sebagai media pemindahbukuan dana pada rekening giro, tidak dikenal mengingat
baik untuk keperluan pembayaran tunai atau media pemindahbukuan hanya
digunakan satu instrument yaitu cek.
1. Tanggal penerbitan;
2. Tanggal efektif (bukan merupakan syarat formal Bilyet Giro) adalah tanggal mulai
berlakunya tenggang waktu penarikan. Apabila tidak ditulis dalam Bilyet Giro maka
tanggal penebitan sama dengan tanggal efektif;
3. Tenggang waktu penarikan selama-lamanya 70 hari sejak tanggal penerbitan;
4. Tenggang waktu penawaran selama-lamanya 6 bulan setelah batas waktu penarikan;
5. Masa daluwarsa adalah masa setelah tenggang waktu penawaran.
6. Konosemen
Sesuai dengan bunyi undang-undang Pasal 504 KUHD maka konosemen adalah surat
dimana pengangkut (kapten kapal) menerangkan bahwa ia telah menerima sejumlah barang
untuk mengangkutnya ke suatu tempat dan menyerahkannya di sana kepada seseorang atau
kepada wakil (kuasa order) nya, segala sesuatu dengan syarat-syarat serta ongkos-ongkos
terterntu. Dari definisi dapat dikatakan bahwa konosemen mempunyai fungsi sebagai tanda
penerimaan (sejumlah barang tertentu) dan sebagai surat perjanjian pengangkutan.
Konosemen member hak kepada yang memilikinya atas sejumlah barang tertentu. Jadi
selama barang-barang dalam kapal sedang berada di tengah lautan, tanpa sepengetahuan
kekuasaan atas dirinya telah berpindah tangan yang satu ke tangan yang lain.
2.7 Saham
Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau
badan terhadap suatu perusahaan. Pengertian saham ini artinya adalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa
disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik
sebagian dari perusahaan itu. Dengan demikian kalau seorang investor membeli saham, maka
ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan.
9
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas itu
adalah pemilik perusahaan yang me¬nerbitkan kertas tersebut. Jadi sama dengan menabung
di bank, setiap kali kita menabung maka kita akan mendapat¬kan slip yang menjelaskan
bahwa kita telah menyetor sejum¬lah uang. Dalam investasi saham, yang kita terima bukan
slip melainkan saham.
Jenis-jenis Saham
Perusahaan dapat menerbitkan 2 jenis saham, yaitu saham biasa dan saham preferen:
a. Saham Biasa
b. Saham Preferen
Selain saham biasa kita juga mengenal adanya saham preferen. Sesuai namanya,
saham preferen ini mendapatkan hak istimewa dalam pembayaran dividen dibanding saham
biasa.
10
2.8Obligasi
Merupakan suatu surat pengakuan hutang berjangka panjang (dengan jangka waktu
lebih dari 1 (satu) tahun) dengan bersuku bunga tertentu yang diterbitkan oleh perusahaan
untuk menarik dana dari masyarakat. Guna pembiayaan perusahaan, atau diterbitkan oleh
pemerintah untuk anggaran belanjanya.
Apabila suatu obligasi pada pada suatu waktu tertentu dapat ditukar dengan saham
dariperusahaan penerbitnya, maka untuk obligasi demikian disebut dengan istilah” obligasi
konversi”.
2.9 Deposito
Dasar Hukum
1. Diterbitkan atas bawa, dalam mata uang rupiah, oleh Bank umum dan bank
pembangunan setelah mendapat persetujuan BI
2. Perhitungan bunga secara true discount, sehingga setoran awal ataupun pembayaran
harga beli CoD adalah sebesar net proceed;
3. Jangka waktu CoD tidak kurang dari 15 hari,
4. Bank dapat memiliki CoD yang diterbitkan bank lain dalam jumlah tidak melebihi
7,5% dari jumlah pinjaman yang diberikannya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit,
atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit dalam
bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang. Jenis-jenis surat
berharga yaitu :wesel, surat cek, surat sanggup/surat aksep, kuitansi dan promes atas
tunjuk,bilyet giro, konosemen, saham, obligasi, deposito.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/hukum-surat-berharga/
http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-saham-dan-jenis-saham/
http://www.nuriazhari82.web.id/2016/03/makalah-tentang-surat-surat-berharga.html
http://scarmakalah.blogspot.co.id/2014/02/surat-berharga-hukum-dagang.html
http://adechotimatanjung.blogspot.co.id/2013/05/makalah-surat-surat-berharga_9316.html