Anda di halaman 1dari 3

MARAKNYA PLAGIASI DI KALANGAN PELAJAR

Nur Ilhami Wulandari Basuki Putri


D-III Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
wulandaribputri@gmail.com

Semakin canggihnya teknologi, semakin canggih juga manusia terhadap suatu hal.
Plagiasi misalnya. Saat ini plagiasi sangat banyak ditemui, terutama pada kalangan pelajar. Para
pelajar yang cenderung malas atau selalu ingin hal yang instan menjadi salah satu pemicu
plagiasi. Istilah copy-paste sudah tidak asing lagi, para pelajar biasa menggunakan metode
tersebut untuk membuat laporan, makalah, artiekl atau lain sebagainya.

Plagiarisme merupakan tindakan menjiplak, mencuri atau mengambil ide, hasil karya
atau tulisan orang lain, baik seluruh, sebagian besar maupun sebagian kecil, untuk jadi ide atau
karya tulisan sendiri tanpa menyebutkan nama penulis dan sumber aslinya (Loka, 2013).

Menurut (Widyartono, 2015) Karya ilmiah yang ditulis siswa dapat mencerminkan etika
penulisan. Penggunaan referensi secara adil, jujur, bertanggung jawab, hingga menghargai
ide/gagasan orang lain tecermin dalam karya tulis siswa. Cara siswa dalam mengolah informasi
dengan cara merujuk atau menjiplak dapat dijadikan sebagai indikator utama untuk melihat
implementasi etika penulisan pada karya ilmiah. Etika penulisan karya ilmiah harus dipatuhi. Hal
ini untuk menerapkan moralitas penulis karya ilmiah dalam mengolah referensi yang dirujuk
secara adil, menghargai orang lain, bertanggung jawab, disiplin, dan taat aturan. Kepatuhan
terhadap etika penulisan yang berlaku merupakan implementasi penulisan karya ilmiah yang
baik.

Pindai antiplagiasi terhadap karya ilmiah yang ditulis oleh siswa merupakan upaya untuk
mengimplementasikan penulisan karya ilmiah yang baik. Berdasarkan pengalaman mengajar di
sebelas perguruan tinggi yang berbeda, penulis menyaksikan tindakan plagiasi pada berbagai
karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa S1 semester satu dan tiga. Hal ini merupakan dampak
buruk pembelajaran menulis di tingkat SMA tanpa memperhatikan etika penulisan. Banyak
referensi yang diklaim sepihak oleh siswa. Padahal, referensi itu nyata-nyata hasil pemikiran
orang lain.

Berbagai ide, kalimat, paragraf, tabel, dan gambar disalin tanpa menyebutkan identitas
rujukan. Klaim sepihak ini tentu merugikan orang dan instansi lain. Klaim sepihak atas karya
orang lain menjadi milik sendiri merupakan pangkal persoalan plagiasi (University of Kentucky,
2007; American Association of University Professors [Roig, 2007], University of Southern
Mississippi [2015]). Untuk menghindari tindakan plagiasi, dapat dilakukan upaya pencantuman
identitas referensi yang dirujuk Seharusnya, penulis harus mencantumkan identitas referensi
yang dirujuk, misalnya nama belakang penulis, tahun penulisan, dan halaman tulisan. Inilah etika
seorang penulis jika merujuk pendapat orang lain.
Menurut (Kustiwi, 2014) Adanya fakta-fakta yang menemukan bahwa internet sebagai
alat untuk mendapatkan informasi, maka tak heran apabila para siswa dalam memperoleh
informasi mengenai plagiat baik tentang cara untuk menghindari maupun kasus yang terkait
plagiat menggunakan internet sebagai sarana mereka dalam memperoleh informasi tersebut.
Didukung pula dengan fasilitas sekolah yang memadai dimana menyediakan area wifi guna
semakin mudah para siswa dalam mengakses kebutuhan informasi yang mereka dapatkan.
Walaupun hal-hal yang berhubungan dengan cara pencegahan terjadinya tindak plagiat telah
dilakukan siswa misalnya dengan cara mereka mencari informasi mengenai cara untuk
menghindari plagiat itu sendiri, namun fakta di lapangan menujukkan bahwa masih terdapat
tindak-tindak kecurangan yang dilakukan oleh para siswa. Tindak-tindak kecurangan tersebut
nampaknya telah menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan dan menjadi sebuah rantai yang
berhubungan satu sama lain antar siswa.

Menurut (Lako,2013) Berdasarkan sejumlah pola atau modus operansi tersebut, paling
sedikit ada empat jenis plagiarisme. Pertama, plagiarisme total yaitu tindakan plagiasi yang
dilakukan seorang penulis dengan cara menjiplak atau mencuri hasil karya orang lain seluruhnya
dan mengklaim sebagai karyanya sendiri. Biasanya, dalam plagiasi ini seorang penulis hanya
mengganti nama penulis dan instansi penulis aslinya dengan nama dan instansinya sendiri. Lalu,
penulis mengubah sedikit judul artikel hasil jiplak, kemudian juga mengubah abstrak, kata-kata
kunci tertentu (key words), sub judul artikel, kata dan kalimat tertentu dalam bagian tulisan dan
kesimpulan dengan kata-kata atau kalimat tertentu agar terlihat berbeda dengan artikel aslinya.

Kedua, plagiarisme parsial yaitu tindakan plagiasi yang dilakukan sesorang penulis
dengan cara cara menjiplak sebagian hasil karya orang lain untuk menjadi hasil karyanya sendiri.
Biasanya, dalam plagiasi jenis ini seorang penulis mengambil pernyataan, landasan teori, sampel,
metode analisis, pembahasan dan atau kesimpulan tertentu dari hasil karya orang lain menjadi
karyanya tanpa menyebutkan sumber aslinya.

Ketiga, auto-plagiasi (self-plagiarisme) yaitu plagiasi yang dilakukan seorang penulis


terhadap karyanya sendiri, baik sebagian maupun seluruhnya. Misalnya, ketika menulis suatu
artikel ilmiah seorang penulis meng-copy paste bagian-bagian tertentu dari hasil karyanya dalam
suatu buku yang sudah diterbitkan tanpa menyebut sumbernya.

Jenis plagiasi ini banyak dilakukan para penulis yang memiliki banyak karya tulis dan
terfokus pada bidang-bidang ilmu tertentu sehingga antar satu tulisan dengan tulisan lainnya
memiliki banyak kemiripan. Misalnya, kemiripan dalam basis teori dan proposisi, hasil temuan
dan kesimpulan. Karena memiliki kesamaan atau kemiripan, ketika menulis suatu karya tulis
baru penulis lalu melakukan copy paste pada bagian-bagian tertentu dari karya tulisnya yang
sudah diterbitkan sebelumnya. Jenis auto-plagiasi ini tergolong plagiasi ringan. Biasanya, penulis
yang ketahuan melakukan plagiasi jenis ini diberikan teguran atau pemahaman yang
komprehensif oleh komisi kode etik akademik agar tidak boleh lagi melakukannya di masa
mendatang.
Keempat, plagiarisme antarbahasa yaitu plagiasi yang dilakukan seorang penulis dengan
cara menerjemahkan suatu karya tulis yang berbahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
Kemudian, penulis menjadikan hasil terjemahan tersebut sebagai hasil karyanya tanpa menyebut
sumbernya. Modus operandinya hampir mirip dengan jenis plagiasi total dan plagiasi parsial.
Asumsinya, para pembaca tidak akan tahu bahwa artikel tersebut adalah hasil terjemahan karena
berbeda bahasa.

Dari paparan di atas, menjadi sangat jelas bahwa perbuatan plagiarisme dalam bentuk
apapun justru bisa berakibat fatal bagi penulis dan semua pihak. Selain mempertaruhkan
reputasi, kredibilitas dan masa depan penulis sendiri, perbuatan tidak etis tersebut juga bisa
merusak citra institusi dimana penulis bekerja dan menurunkan citra dan kepercayaan publik
terhadap profesi dan keilmuan tertentu. Karena itu, semua pihak, terutama para individu guru,
mahasiswa, dosen, penulis dan masyarakat luas harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab
bersama untuk menghindari dan mencegah perbuatan “tercela” plagiarisme dalam bentuk apapun

DAFTAR PUSTAKA

Lako, A. (2013). Plagiarisme Akademik.


http://storage.kopertis6.or.id/kelembagaan/ARTIKEL%20PLAGIARISME%20AKADEMIK1.p
df

Kustiwi, N. (2014). Motivasi dan Perilaku Plagiat di Kalangan Siswa SMA: Persepsi siswa
terhadap perilaku plagiat dan motivasi siswa dalam melakukan tindak plagiat di kalangan siswa
SMA Cita Hati Surabaya. Jurnal Universitas Airlangga, 3 (2), 569-587.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/lna5b248c070full.pdf

Widyartono, D. (2015). Implementasi pindai plagiasi secara sambung jarring pada karya tulis
ilmiah siswa SMA. Diambil dari:
https://www.researchgate.net/publication/320554874_IMPELEMENTASI_PINDAI_PLAGIASI
_SECARA_SAMBUNG_JARING_PADA_KARYA_TULIS_ILMIAH_SISWA_SMA

Anda mungkin juga menyukai