PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Terapi music adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan s
uara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, tombre, bentuk dan gaya yang di organisir sedemi
kian rupa hingga tercipta misik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.
Terapi music adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua ornag karena kit
a tidak menbutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi alunan music. Terapi musik
sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan kemudian melalui saraf pendengaran disal
urkan ke bagian otak yang memproses emosi (system limbic). Musik sangat berfungsi sebagai u
ngkapan perhatian, baik bagi para pendengar yang mendengarakan maupun bagi pemusik yang
menggubahnya. Sasaran terapi music dalam lapangan pandang kedokteran adalah pada perkem
bangan manusia sebagai suatu kesatuan yang unik dan tak terpisahkan.
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para pendengar yang men
dengarkan maupun bagi pemusik yang menggubahnya. Sasaran terapi musik dalam lapangan p
andang kedokteran adalah pada perkembangan manusia sebagai satu kesatuan yang unik dan ta
k terpisahkan.
Salah satu figur yang paling berperan dalam terapi music di awal abad ke
20 adalah Eva Vescelius yang banyak mempublikasikan terapi musik lewat tulisan
tulisannya. Ia percaya bahwa objek dari terapi music adalah melakukan penyelarasan atau harm
onisasi terhadap seseorang melalui fibrasi. Demikian pula dengan Margareth Anderton, seorang
guru piano berkebangsaan inggris, yang meengemukakan tentang efek alat music (khusus untk
pasien dengan kendala psikologis) karena hasil penelitiannya menunjukkan bahwa timbre (war
na suara) music dapat menimbulkan efek terapeutik.
Kuaalitas dari music yang memiliki andil terhadap fungsi-
fungsi dalam pemgungkapan perhatian terletak pada struktur dan urutan matematis yang di mil
iki, yang mampu menuju pada ketidakberesan dalam kehidupan seseorang. Peran sertanya Nam
pak dalam suatu pengalaman musical seperti menyanyi, dapat menghasilkan intergrasi pribadi
yang mempersatukan tubuh, pikiran, dan roh. Bagi penyanyi dalam sebuah kelompok, music me
mberikan suatu komunikasi yang intim dan emosional antara pemimpin dan anggota kelompok
secara individu, juga antara anggota itu sendiri, dan masih terjadi ketika hubungan antarpribadi
itu menjadi terbatas atau pecah. Music dapat mempersatukan suatu kelompok yang beraneka r
agam menjadi suatu unit yang fungsional. Fungsi music sebagai ungkapan perhatian dapat dilih
at ketika music dialami sebagai suatu pemberian dari orang-
orang yang kelihatannya tidak memiliki apa-apa.
Beberapa pendekatan dalam terapi musik meyakini bahwa tubuh kita adalah sumber su
ara dan bahwa organ-
organ tubuh sekaligus dapat dianalogikan sebagai seperangkat alat musik. Tubuh manusia sebe
narnya sarat dengan bunyi. Proses biologis yang dilakukan oleh organ-
organ tubuh misalnya lambung atau jantung menghasilkan berbagai macam suara. Dokter dapa
t mendengarkan suara-
suara tersebut dengan menggunakan stetoskop. Tanpa alat bantu kita tidak dapat mendengar su
ara-suara tadi, karena suara-suara yang terlalu tidak beraturan diredam oleh tulang-
tulang rawan di telinga bagian dalam.
Di sisi lain, jika setiap organ tubuh berfungsi dengan baik sebagaimana seperangkat alat
musik menghasilkan bunyi yang indah, maka seharusnya yang dihasilkan adalah musik yang in
dah. Artinya tubuh kita sehat. Karena itu terapi musik dimaksudkan untuk menyelaraskan kem
bali kinerja organ tubuh yang sedang terganggu, agar dapat berfungsi normal kembali.
Sejak lebih dari seabad lalu, penelitian yang dilakukan sejumlah dokter, khususnya para
pakar di bidang Fisiologi menunjukkan keterkaitan antara aspek-
aspek Biologi dan musik. Bersama Hector Berlioz (seorang komponis Perancis), M. Getry melak
ukan observasi mengenai kinerja musik pada nadi dan sirkulasi darah. Dilaporkan bahwa denga
n memainkan alat perkusi genderang, akan melipatgandakan cardiac output.
Dua orang pakar Fisiologi dari Perancis, La Salpeètière dan Féré mengukur pengaruh mu
sik terhadap kapasitas kerja fisik manusia. Penemuan pertama menunjukkan bahwa irama mer
upakan stimuli terkuat terhadap kinerja fisik, sementara dari penemuan kedua ditemukan bahw
a efek stimuli musik dipengaruhi oleh kebebasan irama dan intensitas nada-
nada musikal yang dimainkan. Nada-
nada tinggi terbukti menghasilkan efek yang lebih besar daripada nada-nada rendah.
Di pusat rehabilitasi di Amerika, para pasien stroke disuruh berbaris sambil mendengark
an musik berirama march lewat walkman. Ternyata, jenis musik ini mampu menstimulasi otak.
Tujuan perawatan ini agar si pasien terbiasa dengan irama dan kebutuhan telinga dalam bisa ter
penuhi. Dengan ini, lama kelamaan mereka dapat bergerak normal lagi walau tanpa musik. Hasi
l penyelidikan menunjukkan, kemampuan koordinasi motorik otak yang terlatih tadi lama kela
maan akan menunjukkan perbaikan.
Concetta Tomaino, direktur program terapi musik pada rumah sakit Beth Abraham di Ne
w York, bercerita tentang seorang pasien penderita Parkinson hebat, yang masih bisa duduk ber
jam-jam di depan piano untuk memainkan lagu-
lagu dari komponis favoritnya (Chopin). Seolah-
olah pasien ini lupa akan penyakitnya. Rupanya, saat dia bermain dan terbuai oleh lagunya itu, t
ubuhnya bereaksi.
Berdasarkan pengamatan di kliniknya, Concetta Tomaino melihat musik mampu “mengg
ali” ingatan pasien-
pasiennya. Ia juga pernah mencoba pada pasien Alzheimer yang kemampuan berpikirnya hampi
r hilang sama sekali. Ketika ia memainkan musik yang dikenal oleh pasien sewaktu masih muda,
tiba-tiba pasien tersebut jadi ingat akan tempat dan orang-orang yang pernah dikenalnya.
Contoh lain yang cukup mengejutkan adalah penelitian terhadap DNA. Melalui suara ya
ng diberikan, sangat mungkin untuk menghambat proses ulang-
alik biosintesis protein, purin, dan pirimidin dalam kehidupan sel, yang mengakibatkan peruba
han DNA. Meningkatnya polusi suara dalam kehidupan modern ini ditengarai berpengaruh juga
terhadap perubahan DNA sehingga penelitian terhadap perubahan DNA memperoleh perhatian
yang serius.
Beberapa hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa efek biologis dari suara dan musi
k dapat mengakibatkan:
1. Energi otot akan meningkat atau menurun terkait dengan stimuli irama.
2. Tarikan napas dapat menjadi cepat atau berubah secara teratur.
3. Timbulnya berbagai efek pada denyut jantung, tekanan darah, dan fungsi endokrin.
4. Berkurangnya stimulus sensorik dalam berbagai tahapan.
5. Kelelahan berkurang atau tertunda, tetapi ketegangan otot meningkat.
6. Perubahan yang meningkatkan elektrisitas tubuh.
7. Perubahan pada metabolisme dan biosintesis pada beberapa proses enzim.
Selain itu, setiap musik yang Anda dengarkan, meskipun Anda tidak sengaja mendengar
kannya, akan berpengaruh pada otak Anda. Setidaknya ada tiga sistem saraf dalam otak Anda ya
ng akan terpengaruh oleh musik yang Anda dengarkan, yaitu:
A.Latar Belakang
Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas diguanakan sebagai terapi dan kelompok diguanakan sebagai target asuhan.
Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif
untuk memperbaiki perilaku yang maladaptif. Wisma C adalah salah satu wisma yang
terdapat di Panti Werda. Lansia yang berada di Wisma C pada umumnya adalah menderita
penyakit pada sistem pernapasan, kardiovaskuler, perkemihan, pencernaan,
endokrin,muskoleskletal, integumen, dan penglihatan. Sebagian besar lansia
aktivitasnya terbatas dan sebagian ada yang dibantu. Dalam kesehariannya, sebagian
besar waktu lansia dihabiskan dengan melakukan kegiatan yang tesedia di Panti Werda
dan ada sebagian yang hanya didalam kamar saja. Di wisma hiburannya terbatas tetapi setiap
hari selalu ada kegiatan yang diadakanoleh Panti Werda sehingga lansia bisa
melakukan kegiatan yang ingin dilakukan lansia.Pada lansia terjadi penurunan fungsi
tubuh. Berdasarkan hasil survei dilapangan, lansia di ruang C sebanyak 18%
mengalami penurunan fungsi pendengaran, sebanyak 18% mengalami penurunan
fungsi penglihatan,sebanyak 41% mengalami penurunan daya ingat, dan immobilitas
sebanyak 23%. Maka dengan data yang ada kami mahasiswa program s1 keperawatan akan
melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) yaitu terapi musik dan eksplorasi
perasaan.
B.Topik
Stimulasi sensoris, fungsi pendengaran dan kemampuan mengeksperesikanperasaan
C.Tujuan
1.Tujuan Umum
a.Lansia dapat berespon terhadap stimulus yang diberikan oleh perawat yaitu musik.
b.Lansia dapat mengekspresikan perasaannya berupa pengalaman yang menyenangkan
2.Tujuan Khusus
a.Lansia mampu memberi respons terhadap musik yang didengar.
b.Lansia mampu menceritakan perasaannya setelah mendengarkanmusik
c.Lansia merasa tidak bosan dalam melewati hari - harinya di wismaCempaka.
d.Lansia mampu mengungkapkan perasaannya berupa pengalaman yangmenyenangkan
D.Landasan Teori
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalamkehidupan
manusia. Proses menua merupakan adalah proses sepanjang hidup,tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak pertumbuhan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berartiseseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis
maupun psikilogis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran dimana salah
satunya sepertipendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk.Penurunan
sensori-persepsi dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang manasalah satunya bisa
berakibat depresi. Dimana seperti kita ketahui gangguansensori persepsi seperti
penglihatan kurang jelas, pendengaran kurang jelas,dan persepsi mereka dalam
menilai dirinya sendiri yang kurang baik. Biasanyamereka akan beranggapan merasa tidak
berguna dan gampang putus asa,sampai menyebutkan kata mati. Sebaliknya dengan
mereka yang mempunyai penglihatan kurang jelas dan pendengaran kurang jelas juga
memicu klien untuk depresi, yang mana mereka merasa dengan kondisi mereka yang
seperti sekarang selalu merepotkan orang lain dan tidak berguna dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Jadi secara teori depresi merupakan perasaan sedih,
ketidakberdayaan,dan pesimis, yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa
serangan yang ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam.Gejala
yang terjadi umumnya : pandangan kosong, kurang atau hilangnyaperhatian pada diri,
orang lain, atau lingkungan, inisiatif menurun, ketidakmampuan berkonsentrasi,
aktivitas menurun, kurangnya nafsu makan, mengeluh tidak enak badan, dan
kehilangan semangat, sedih, atau cepat lelah sepanjang waktu, dan mungkin susah
tidur di malam hari.Terapi disini diartikan sebagai suatu aktifitas yang digunakan di
dalam kelompok seperti membaca puisi, seni, musik, menari dan literature.Aktivitas
disini diartikan sebagai stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan : baca
artikel/majalah, buku/puisi, menonton acara TV (inimerupakan stimulus yang
disediakan) : stimulus dari pengalaman masa laluyang menghasilkan proses persepsi
lansia yang maladaptif atau destruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus
hubungan, pandangan negatif pada orang,dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi
lansia terhadap stimulus.Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki
hubungan satudengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama
(Stuartdan Laraia, 2001). Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya
berhubungan dengan orang lain serta mengubah prilaku yang obstruktif
danmaladaptif. Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dansaling
membantu satu sama lainnya untuk menemukan cara menyelesaikanmasalah.Terapi
kelompok adalah metode pengobatan ketika lansia ditemui dalamrancangan waktu
tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.Fokus dari terapi
kelompok adalah membuat perubahan sadar diri,peningkatan hubungan interpersonal,
membuat perubahan atau ketiganya.Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu
terapi modalitas yangdilakukan perawat kepada sekelompok lansia yang mempunyai
masalahkeperawatan yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan.Dengan TAK itu sendiri memerlukan
psikoterapi dengan sejumlah pasiendengan waktu yang sama , manfaat terapi aktivitas
kelompok adalah agarlansia dapat kembali belajar bagaimana cara bersosialisasi
karena kelompok ini berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan membantu satu
samalain untuk menemukan cara menyelesaikan masalah yang diakibatkan
olehpaparan stimulus kepadanya.
E.Lansia
1.Kriteria-Lansia yang berada di Wisma C
2.Proses seleksi-Lansia yang termasuk dalam katagori lansia mandiri dan lansia
dengan alat bantu (kursi roda)
F.Pengorganisasian
1.Waktu
a.Hari / tanggal : Jumat 15 Februari 2019
b.Jam : 14.15-15.00 WIB
c Acara : 45 menit
-Fase Orientasi : 10 menit
-Fase Kerja : 30 menit
-Fase Terminasi : 5 menit
d.Tempat : Wisma C
e.Jumlah pasien : 18 orang
2.Tim terapis.
a. Leader : Hank Harvani
- mengatur jalannya kegiatan
-Membuka kegiatan
-Memperkenalkan diri
-Menganalisa dan observasi pola komunikasi dalam kelompok
-Menetapkan tujuan dan peraturan kelompok
-Membacakan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatandimulai
-Motivasi kelompok untuk aktif.
-Memberi reinforcement positif
-Menyimpulkan keseluruhan aktivitas kelompok
b.Penyaji : Kismanto
-Memaparkan materi yang ingin disampaikan
-Memperagakan relaksasi progresif
c.Co leader : Isuska
-Membantu tugas leader
-Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
- Mengingatkan leader bila ada kegiatan yang menyimpang
-Mengingatkan pemimpin untuk lamanya waktu kegiatan
-Bersama leader menjadi contoh kerjasama yang baik
d.Fasilitator : Nur eko Wijayanti
-Ikut serta dalam anggota sebagai anggota kelompok
-Memotivasi anggota kelompok yang kurang atau tidak aktif selama TAK berlangsung
Menjadi role model selama acara berlangsung
- Menyiapkan alat/media
e.Observer : Fitria Hadiyah
-Ikut serta sebagai anggota kelompok
-Mengawasi jalannya kegiatan
-Menilai setiap jalannya kegiatan
3.Metode dan media
a.Metode
-Diskusi
-Sharing persepsi
-Mengekspresikan perasaan
-Mendengarkan musik
b.Media
-Alat tulis
-Laptop
Proses Pelaksanaan
1.Orientasi Pada saat ini terapis melakukan :
a.Memberi salam terapeutik : salam mulai dari terapis, perkenalan namadan panggilan
terapis.
b.Evaluasi/Validasi : menanyakan perasaan lansia saat ini dan terapismenanyakan
tentang sejak kapan lansia mulai tinggal di Wisma C merasakan penurunan daya ingat
dan fungsi pendengaran.
c.Kontrak :
1)Menjelaskan tujuan kegiatan
2)Menjelaskan aturan main tersebut
-Jika ada lansia yang akan meninggalkan kelompok harus mintaijin kepada terapis
-Lama kegiatan 45 menit
-Setiap lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
-Jika peserta merasa kurang jelas dengan penjelaskan leader,dapat menanyakan
kepada leader dengan menunjuk tanganterlebih dahulu.
- Peserta hadir di tempat 5 menit sebelum kegiatan berlangsung.
2.Kerja
a.Terapis mengajak lansia untuk saling memperkenalkan diri (nama, dannama
panggilan) dimulai secara berurutan searah jarum jam.
b.Setiap lansia selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak semualansia untuk
bertepuk tangan.
c.Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, lansia boleh tepuk tangan atau boleh
menari sesuai dengan irama lagu. Setelah laguselesai lansia akan diminta
menceritakan isi dari lagu tersebut danperasaan lansia setelah mendengar lagu.
d.Terapis memutar lagu, lansia mendengar, boleh berjoget atau tepuk tangan (kira-
kira 15 menit). Musik yang diputar boleh diulangbeberapa kali. Terapis mengobservasi
respons lansia terhadap musik
e.Secara bergiliran, lansia diminta menceritakan isilagu/mengungkapkan perasaannya
selama dirawat/pengalaman hidup.Sampai semua lansia mendapatkan giliran.
f.Terapis memberikan pujian, setiap lansia selesai menceritakanperasaannya, dan
mengajak lansia bertepuk tangan.
g.Terapis dan lansia bernyanyi bersama.
3.Tahap terminasia
a. Evaluasi
1)Terapis menanyakan perasaan lansia setelah mengikutikegiatan
2)Memberikan pujian atas keberhasilan lansia.
b.Rencana Tindak lanjut Terapis meminta lansia untuk mengulang hal yang sama dengan
salahsatu teman yang berada di Wisma Cempaka, menganjurkan klien
untuk mendengarkan musik yang disukai dan bermakna dalamkehidupannya.
c.Kontrak yang akan datangTerapis mengakhiri kegiatan dan mengingatkan kepada lansia
untuk melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di Sasana Tresna Werdha.
4.Evaluasi dan DokumentasiEvaluasi
Dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dinilai dan dievaluasi adalah kemampuan lansia sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi sensoris mendengar musik, kemampuan lansia yang diharapkan adalah
mengikuti kegiatan,respons terhadap musik, pendengaran, memberi pendapat tentang
musik