PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukan praktikum ini adalah untuk menentukan tingkat toksisitas
Lethal Concentration ( LC30 ) limbah laundry terhadap biota uji yaitu Ikan mujair
(Oreochromis mossambicus).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau
penambahan substansi pada limbah.
2. Karateristik Kimia
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Biological oxygen demand atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk
memecah atau mendegradasi atau mengoksidasi limbah organik yang terdapat
didalam air.
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia
guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part
per milion). (Metcalf and Eddy, 2003)
c. Protein
Protein merupakan bagian yang penting dari makhluk hidup, termasuk di
dalamnya tanaman, dan hewan bersel satu. Di dalam limbah cair, protein
merupakan unsur penyabab bau, karena adanya proses pembusukan dan
peruraian oleh bakteri. (Metcalf and Eddy, 2003)
d. Karbohidrat
Karbohidrat antara lain : gula, pati, sellulosa dan benang-benang kayu terdiri dari
unsur C, H, dan O. Gula dalam limbah cair cenderung terdekomposisi oleh enzim
dari bakteri- bakteri tertentu dan ragi menghasilkan alkohol dan gas CO2 melalui
proses fermentasi.
e. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak merupakan bahan pencemar yang banyak ditemukan di
berbagai perairan, salah satu sumber pencemarnya adalah dari agroindustri.
f. Detergen
Deterjen termasuk bahan organik yang sangat banyak digunakan untuk keperluan
rumah tangga, hotel, dan rumah sakit. Fungsi utama deterjen adalah sebagai
pembersih dalam pencucian, sehingga tanah, lemak dan lainnya dapat
dipisahkan.
g. Derajat keasaman (pH)
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar
6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH
4
di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang
mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa.
5
digunakan serta teknologi yang digunakan. Untuk jasa laundry, kandungan air limbahnya
mengandung deterjen dengan jumlah sedikit dikarenakan pemakaian yang lebih ekonomis
dan juga penggunaan peralatan pelunakan air.
Baku mutu air limbah laundry menurut Peraturan Gubernur No. 69 tahun 2013 dan
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang baku mutu air limbah laundry yang
terlampir pada keputusan ini seperti pada Tabel 2.1.
6
Klasifikasi menurut waktu, yaitu uji hayati jangka pendek (short term bioassay),
jangka menengah (intermediate bioassay) dan uji hayati jangka panjang (long term
bioassay).
Klasifikasi menurut metode penambahan larutan atau cara aliran larutan, yaitu uji
hayati statik (static bioassay), pergantian larutan (renewal biossay), mengalir (flow
trough bioassay). Klasifikasi menurut maksud dan tujuan penelitian adalah
pemantauan kualitas air limbah, uji bahan atau satu jenis senyawa kimia, penentuan
toksisitas serta daya tahan dan pertumbuhan organisme uji.
Untuk mengetahui nilai LC-50 digunakan uji statik. Ada dua tahapan dalam penelitian
(Rossiana 2006), yaitu:
1. Uji Pendahuluan: Untuk menentukan batas kritis konsentrasi yaitu konsentrasi yang
dapat menyebabkan kematian terbesar mendekati 50% dan kematian terkecil
mendekati 50%.
2. Uji Lanjutan: Setelah diketahui batas kritis, selanjutnya ditentukan konsentrasi akut
berdasarkan seri logaritma konsentrasi yang dimodifikasi oleh Rochini dkk (1982)
diacu dalam Rossiana (2006). Adapun kriteria toksisitas suatu perairan adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Kriteria tingkatan nilai toksisitas akut LC-50 48 jam pada lingkungan
perairan
2.4.2 LD 50
LD singkatan dari "Lethal Dose". LD-50 adalah jumlah material, diberikan
sekaligus, yang menyebabkan kematian 50% (satu setengah) dari kelompok hewan uji.
LD50 adalah salah satu cara untuk mengukur potensi jangka pendek keracunan
(toksisitas akut) dari suatu material. Toksikologi dapat menggunakan berbagai jenis
hewan, tetapi paling sering pengujian dilakukan dengan tikus dan tikus. Hal ini
7
biasanya dinyatakan sebagai jumlah bahan kimia dikelola (misalnya, miligram) per 100
gram (untuk hewan yang lebih kecil) atau per kilogram (untuk ujian mata pelajaran
lebih besar) dari berat tubuh hewan uji. LD50 dapat ditemukan untuk setiap rute entri
atau administrasi tetapi kulit (dioleskan pada kulit) dan oral (diberikan melalui mulut)
metode administrasi adalah yang paling umum.
LD50 merupakan tolak ukur kuantitatif yang sering digunakan untuk menyatakan
kisaran dosis letal. Ada beberapa pendapat yang menyatakan tidak setuju, bahwa LD50
masih dapat digunakan untuk uji toksisitas akut. Namun ada juga beberapa kalangan
yang masih setuju, dengan pertimbangan:
a. Jika lakukan dengan baik, uji toksisitas akut tidak hanya mengukur LD50, tetapi
juga memeberikan informasi tentang waktu kematian, penyebab kematian, gejala –
gejala sebelum kematian, organ yang terkena efek, dan kemampuan pemulihan dari
efek nonlethal.
b. Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk pertimbangan pemilihan design
penelitian subakut.
c. Tes LD50 tidak membutuhkan banyak waktu.
d. Hasil tes ini dapat langsung digunakan sebagai perkiraan risiko suatu senyawa
terhadap konsumen atau pasien.
Pada dasarnya, nilai tes LD50 yang harus dilaporkan selain jumlah hewan yang
mati, juga harus disebutkan durasi pengamatan. Bila pengamatan dilakukan dalam 24
jam setelah perlakuan, maka hasilnya tertulis “LD50 24 jam”. Namun seiring
perkembangan, hal ini sudah tidak diperhatikan lagi, karena pada umumnya tes LD50
dilakukan dalam 24 jam pertama sehingga penulisan hasil tes “LD50” saja sudah cukup
untuk mewakili tes LD50 yang diamati dalam 24 jam. Bila dibutuhkan, tes ini dapat
dilakukan lebih dari 14 hari. Contohnya, pada senyawa tricresyl phosphat, akan
memberikan pengaruh secara neurogik pada hari 10 – 14, sehingga bila diamati pada 24
jam pertama tidak akan menemukan hasil yang berarti. Dan jika begitu tentu saja
penulisan hasil harus deisertai dengan durasi pengamatan.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai LD50 antara lain spesies, strain,
jenis kelamin, umur, berat badan, gender, kesehatan nutrisi, dan isi perut hewan coba.
Teknis pemberian juga mempengaruhi hasil, antara lain waktu pemberian, suhu
lingkungan, kelembaban, sirkulasi udara. Tidak luput kesalahan manusia juga dapat
mempengaruhi hasil ini. Sehingga sebelum melakukan penelitian, ada baiknya kita
memeperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi hasil ini.
8
BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
9
Tabel 3.1 Prosedur Percobaan Aklimatisasi
10
3.3.2 Prosedur Percobaan Uji Toksisitas
1. Menyiapkan bak reactor sebanyak 5 buah dan beri label
a. Contol
b. Konsentrasi air limbah 30%
c. Konsentrasi air limbah 22,5%
d. Konsentrasi air limbah 15%
e. Konsentrasi air limbah 7,5%
2. Membuat larutan limbah sesuai konsentrasi, kemudian memasukkan ke dalam bak
reactor
3. Memasang aerator pada setiap bak reactor
4. Melakukan pengamatan tiap 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 jam
5. Mencatat banyaknya biota uji yang mati tiap harinya
6. Menghitung LC30
11
No Prosedur Gambar Hasil Pengamatan
Mencatat banyaknya
Mencatat banyaknya ikan
biota uji yang mati tiap
7 yang mati pada setiap bak
harinya pada setiap bak
dengan konsentrasi berbeda
reactor
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Dari data yang diperoleh dapat diketahui kondisi pH antara 6,9-7,2 dan suhu
antara 29-30oC sesui dengan habitat ikan nila di perairan dengan pH antara 7-8 dan
suhu optimal antara 25-30oC. Dengan jumlah awal ikan sebanyak 40 ekor,selama
aklimatisasi tentu ada ikan yang mati. Dari data di atas, dapat dilihat ikan yang mati
semakin banyak (>10% dari jumlah awal). Banyaknya ikan yang mati selama
aklimatisasi menurut kami karena beberapa gfaktor, antara lain :
1. Luas tempat untuk penempatan ikan selama aklimatisasi (40x25cm), karena ikan nila
yang biasanya hidup di perairan bebas dan luas harus ditempatkan di tempat yang
lebih kecil dengan populasi yang banyak.
2. Kondisi ikan yang sudah buruk pada awalnya sehingga tak mampu beradaptasi
dengan baik pada lingkungan bau selama aklimatisasi.
Dengan sisa ikan yang hanya 14 ekor, maka hewan uji tidak memenuhi syarat
untuk pengujian LC50. Sehingga solusi untuk masalah ini, pengujian dilakukan dengan
bergabung dengan kelompok lain.
14
Tabel 5.3 Hasil Pengamatan Konsentrasi pada 24 jam
24 jam
DO Sisa Ikan
Konsentrasi pH Suhu
(ppm) Ikan Mati
30% 7.9 1.21 28.5 0 8
22.50% 7.9 2.55 29 0 8
15% 7.8 0.66 29 0 8
7.50% 7.7 0.4 29 0 8
Kontrol 7.5 2.08 28.5 4 1
Sumber: Hasil Perhitungan
15
Data jumlah ikan yang tersisa hingga 48jam dapat dibuat grafik sebagai berikut :
Tabel 5.5 Grafik Sisa Ikan Uji
5
0 jam
4 24 jam
3 48 jam
0
30 22.5 15 7.5 Kontrol
16
Dari data di atas, kemudian membuat grafik antara nilai probit (y) dan log
konsentrasi (x). untuk kemudian diketahui persamaan untuk menghitung nilai LC30.
Tabel 5.9 Grafik Nilai Probit
6.00
5.00
4.00 y = 3.2546x
R² = -1.621
3.00 Series1
2.00 Linear
(Series1)
1.00
0.00
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000
17
BAB V
PENUTUP
1. Jasa laundry merupakan salah satu usaha yang mampu meningkatkan taraf hidup
perekonomian masyarakat.
2. Penggunaan deterjen pada usaha laundry dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
jika tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang.
3. Ikan mujair merupakan salah satu biota air yang mempunyai daya adaptasi tinggi
terhadap lingkungan baru, namun masih belum bisa bertahan dengan tingkat toksisitas
limbah laundry (deterjen).
4. Limbah laundry (deterjen0 memiliki tingkat toksisitas tinggi sehingga akan sangat
berbahaya bagi biota air apalagi sampai dikonsumsi oleh manusia.
5. Dari hasil percobaan dan pengamatan dapat dihitung Nilai 𝐿𝐶50 untuk limbah deterjen
adalah 58,4521%. Angka ini tergolong tinggi mengingat hewan uji hamper semuanya
mati.
6. Sebaiknya dilakukan penyuluhan untuk pengusaha laundry tentang pengolahan
limbah deterjen agar tidak mencemari lingkungan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19