Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

BAB I
PE N DAH U LUAN
Kehidupan kampus dikembangkan sebagai lingkungan akademik yang dinamis
sesuai disiplin ilmu dan profesinya , berwawasan budaya bangsa, bermoral pancasila,
dan berkepribadian Indonesia. Perguruan Tinggi terus diusahakan untuk lebih mampu
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengkajian dibidang ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang bermanfaat bagi
kemanusiaan dan sesuai dengan kebutuhan pembangunan, sejalan dengan iklim
demokratis yang mendukung kebebasan akademik, dan otonomi perguruan tinggi.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut pambimbing mahasiswa atau staf pengajar
diharapkan memiliki pembimbingan mahasiswa untuk meningkatkan daya penalaran
yang tinggi, kritis serta memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan pemikiran
pemikiran mereka secara ilmiah, berkaitan dengan hal tersebut Institut Teknologi Adhi
Tama Surabaya menyelenggarakan atau mengadakan Praktikum Ukur Tanah I.

I.1. Tujuan Praktikum


Ilmu Ukur Tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuranpengukuran di permukaan bumi untuk menentukan / memasang serangkaian
titik-titik dilapangan yang digunakan untuk kompilai / penyusunan pembuatan
peta teknis, pembuatan garis dan sebagai keperluan konstruksi.
Ilmu Ukur Tanah merupakan salah satu mata kuliah yanga ada pada
jurusan Teknik Sipil. Untuk lebih memahami mata kuliah ini, perlu ditunjang
dengan pelaksanaan praktikum. Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini bertujuan untuk
menentukan ketinggian permukaan tanah di titik-titik tertentu pada penampang
memanjang dan melintang, selain itu juga agar kami benar-benar memahami
tentang Ilmu Ukur Tanah secara lebih mendalam serta penerapannya di lapangan.

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

I.2. Pengukuran Waterpass


1.2.1

Definisi
Pengertian pengukuran dengan menggunakan waterpass adalah :

1. Pengukuran Waterpass ini sangat penting gunanya untuk mendapatkan


data untuk keperluan pemetaan, perencanaan maupun pekerjaan
pelaksanaan.
2. Hasil hasil pengukuran Waterpass diantaranya digunakan untuk
perencanaan jalan, saluran, penentuan letak gedung yang didasarkan atas
elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian
terhadap saluran saluran yang sudah ada dan lain lain
1.2.2

Kegunaan dari Waterpass diantaranya :

1. Untuk mengetahui beda tinggi elevasi tanah.


2. Untuk mengetahui suatu jarak.
I.3. Alat Ukur Waterpass
1.3.1 Alat Ukur Waterpass
Prinsip kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis
sumbu teropong horizontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi
horizontal ini adalah nivo yang berbentuk seperti tabung berisi cairan
dengan gelembung di dalamnya.
Bagian-bagian yang terpenting pada alat ukur waterpass :
a. Teropong
Pada teropong didalamnya terdapat susunan lensa yang sudah diatur
sehingga teropong dapat digunakan untuk pembacaan sumbu.
b. Nivo
Fungi Nivo ini adalah untuk mengetehui kedudukan peawat apakah
datar atau belum. Untuk mengatur kedudukan nivo, nivo diletakkan
diatas alat penyetel yang terdiri atas tiga bagian sekrup.
c. Tiga Sekrup penyetel
Alat ini digunakan untuk mengatur kedudukan gelembung nivo.

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

1.3.2

Rambu Ukur
Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu disertai rambu ukur
( lavelling rod / bak ). Rambu ukur ini terbuat dari bahan kayu atau
aluminium panjangnya 3 meter ( ada yang 4 dan 5 meter).
Yang terpenting dari ranbu ukur ini adalah pembagian skalanya harus
betul-betul teliti untuk dapat menghasilkan hasil pengukuran yang baik.
Disamping itu cara memegangnyapun harus betul betul

tegak,

( vertikal ).
Untuk mendapatkan kedudukan rambu yang baik, sebaiknya rambu
diletakkan diatas base plate bila kebetulan berada di titik antara ( titik
antara pato patok permanent ).
1.3.3

Statip
Statip adalah alat yang digunakan untuk meletakkan pesawat
ukur Waterpass. Statip dipasang, tinggi sepadan dengan tinggi pembaca
dan diusahakan landasan pesawat atau kepala statip datar.

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengukuran Jarak Dan Beda Tinggi Secara Optis
Alat alat yang dibutuhkan di lapangan :

meteran

pen ukur / jallon

pesawat waterpass dengan dibantu rambu ukur / bak ukur

Cara melakukan pengukuran jarak


Pertama tama dua orang dalam satu kelompok menentukan titik A dan
B sejauh yang diinginkan, kemudian diberi tanda yang tidak mudah hilang /
terhapus oleh apapun, misal : jallon, pen ukur, dsb. Setelah itu titik nol dari
meteran itu diletakkan / diimpitkan di titik A, meteran ditarik dan di rentangkan. (
usahakan meteran tidak terhalang apapun dan datar ) sampai ke titik B. Sehingga
dapat diketahui berapa jarak titik A ketitik B tersebut.
Atau dapat juga di tuliskan dengan rumus :
d = (BA BB ) x 100
Dimana :
d

= jarak ( m )

BA = Benang atas
BB = Benang bawah

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

Cara mengukur beda tinggi

Pada gambar diatas adalah cara untuk mengukur beda tinggi antara titik
BM ke A. Bila pesawat waterpass telah memenuhi syarat, maka pesawat
diletakkan di tengah tengah titik BM dan A. Setelah itu pesawat dihadapkan ke
titik BM dan kita tembak / baca BA, BT, & Bbnya, kemudian dinamakan bacaan
belakang. Selanjutnya pesawat diputar searah jarum jam di arahkan ke titik A,
sehingga didapatkan bacaan Ba, BT, & BB dan dinamakan bacaan muka.
Kemudian dilakukan ke titik selanjutnya dengan cara yang sama.
Atau secara umum dikatakan bahwa untuk mencari beda tinggi antara 2
titik adalah pembacaan benang tengah belakang dikurangi dengan dengan
pembacaan benang tengah muka. Atau dapat ditulis dengan rumus :
H = BTblk BTmk
Dimana :
H

= Beda tinggi ( m )

BTblk = Benang tengah belakang


BTmk = Benang tengah muka
2.2. Pengukuran Watepass Memanjang
Misalkan jarak yang akan kita ukur terlalu jauh jaraknya, maka
dilakukan pengukuran berantai, yang artinya sendiri adalh berkelanjutan. Dengan
cara membagi menjadi beberapa titik seperti A,B,C,D,E,F,dsb. Selanjutnya
dengan jarak antara dua titik tersebut tidak terlalu dekat dan juga jangan terlalu
jauh. Seperti gambar dibawah ini.

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

Pengukuran diatas dilakukan satu kali saja atau disebut dengan


pengukuran pergi. Sedangkan untuk mendapatkan ketelitian harus dilakukan
pengukuran dari titik terakhir kembali ketitik semula atau disebut pengukuran
pulang. Dapat pula dilakukan berkali kali untuk mendapatkan ketelitian yang
maksimal.
2.3. Pengukuran Waterpass melintang
Pengukuran ini adalah irisan arah melintang dari pengukuran memanjang
dan biasanya digunakan dalam pengukuran jalan raya, saluran, irigasi, atau jalan
kereta api, dll.
Untuk pengukuran profil alat diletakkan di satu titik untuk mengukur
beberapa titik titik pada satu tampang profil yang menunjukkan tinggi rendah
permukaan. Sehingga untuk menentukan beda tinggi untuk pengukuran profil
melintang, dituliskan dengan rumus :
H = TP BT
Dimana :
H = Beda tinggi ( m )
TP = Tinggi pesawat
BT = Benang tengah
Pengukuran Profil

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

2.4. Ketelitian / Kesalahan Dalam Pengukuran Waterpass


Dalam pengukuran sering kali terjadi kesalahan yang mungkin terjadi
pada saat pengukuran. Kesalahan ada 3 macam, yaitu : kesalahan akibat fakror
alat, kesalahan akibat faktor manusia, dan kesalahan akibat faktor alam yaitu :
Kesalahan akibat faktor alat :

Kaki statif rusak

Nivo untuk mendatarkan permukaan rusak, dll

Kesalahan akibat faktor manusia :


1. Kesalahan dalam pembacaan rambu
2. Kesalahan dalam menegakkan rambu
3. Kesalahan dalam mencatat / menghitung
4. Kesalahan dalam mengatur nivo, dll
Kesalahan akibat faktor alam :

Kesalahan akibat pengaruh cuaca

Kesalahan akibat gempa bumi, dll

Untuk menetapkan apakah hasil pengukuran ini dapat dipakai atau tidak,
maka diberi suatu nilai toleransi kesalahan dalam pengukuran. Toleransi adalah
suatu kesalahan maksimum yang masih dapat dijinkan, sehingga dari hasil
pengukuran dapat ditetapkan dua alternatif :
a. Kesalahan > toleransi, maka hasil pengukuran ditolak
b. Kesalahan < toleransi, maka hasil pengukuran diterima
Kesalahan yang diijinkan dirumuskan sebagai :
S = C L mm
Dimana :
S = Kesalahan dalam mm
C = Konstanta yang terganggu dari tingkat ( orde ) pengukuran
L = Jarak pengukuran dalam Kilometer

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

ORDE

BELANDA

AMERIKA

S < 3 L mm

S < 4 L mm

II

S < 6 L mm

S < 8.4 L mm

III

S < 12 L mm

S < 12 L mm

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

BAB III
JALANNYA PRAKTIKUM

3.1. Titik Tetap Bench Mark


Pertama tama yang kita lakukan sebelum melakukan pengukuran
adalah kita cari terlebih dahulu titik Bench Marknnya terlebih dahulu. Titik
tersebut dapat dicari di pinggir pinggir jalan atau di trotoar trotoar tersebut
dan di haruskan tidak jauh dari lokasi yang akan kita ukur. Misalkan dari lokasi
yang akan kita ukur tidak ada atau terlalu jauh, maka titik Bench Mark dapat
mengacu pada bangunan yang tidak mungkin akan berpindah, seperti tiang papan
reklame, tiang jembatan , dll. Hal ittu dapat sebagai acuan untuk titik Bench
Mark ( BM ) dan untuk ketinggiannya dapat dilihat dari BM yang ada di sekitar
lokasi.
3.2. Menentukan Titik Detail Memanjang Melintang
Cara mencari titik detail yaitu kita tentukan beda tinggi rendah dari
potongan melintang tersebut., misalkan : potongan jalan raya, sungai, taman, dll.
Hal ini harus dilakukan secara hati hati supaya mendapatkan ketelitian yang
maksimal.
3.3. Pelaksanaan Pengukuran
Cara pelaksanaan pengukuran di lapangan :
a. Pertama tama melakukan pengecekan alat alat, seperti :
Pesawat waterpass dan kaki statif
Rambu ukur / bak ukur
Patok / paku paying
Alat mencatat dan dash board
Payung
b. Penyetelan alat
Sebelum dipakai, pesawat harus di stel terlebih dahulu, seperti :
Pasang kaki statif terlebih dahulu dan usahakan posisi dari kaki tersebut
datar
Pesawat di letakkan diatas statif dengan memutar sekrup pengunci yang
ada di kaki statif tersebut
9

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

Setel nivonya dan usahakan pas di tengah tengah supaya mendapatkan


hasil ketelitian yang maksimal. Untuk menyetel nivo dapat menggerakkan
sekrup yang ada pada pesawat atau dengan cara lain yaitu dengan
menggerakkan kaki statif naik turun
Usahakan teropong menghadap titik pertama yang akan kita tembak / baca
dengan sudut 0 dan setelah menembak titik tersebut, maka pesawat diputar
searah jarum jam sehingga membentuk sudut 180
c. Cara Pengukuran :
Kita tempatkan dua rambu ukur pada titik yang telah ditentukan
sebelumnya, kemudian taruh baak ukur ketitik mula mula, misalkan titik
BM ke titik A. Ukur kedua jarak tersebut
Kita tempatkan pesawat di tengah tengah antara titik BM dan titik A
Pesawat kita arahkan ke titik BM kemudian kita baca BA, BT ,dan BB
dan bacaan tersebut diberi nama bacaan belakang. Selanjutnya pesawat
diputar searah jarum jam ke titik A kemudian dibaca BA, BT, dan BB dan
dinamakan bacaan muka
Untuk pengukuran melintang, pesawat kita letakkan pada titik A.
Kemudian kita letakkan beberapa rambu pada beberapa tempat dengan
arah yang sama dan mengikuti arah melintang dari titik titik arah
memanjang
Setelah itu pesawat kita pindahkan ke tengah tengah antara titik A dan
titik B. Kemudian pesawat kita arahkan ke titik A kemudian kita baca BA,
BT, dan BB dan dinamakan bacaan belakang. Seterusnya pesawat kita
putar dengan searah jarum jam ke titik B kemudian di baca BA, BT, dan
BB dan dinamakan bacaan muka
Pesawat kita pindahkan ke titik B untuk pengukuran melintang dengan
cara yang sama seperti diatas
Selanjutnya pesawat di pindahkan lagi ketitik selanjutnya untuk
pengukuran memanjang dengan cara yang sama seperti diatas. Setelah itu
dilanjutkan dengan pengukuran melintang. Begitu seterusnya sampai titik
terakhir dan dilanjutkan dengan pengukuran memanjang pulang
Diadakan perhitungan, sehingga beda tinggi dan jarak serta elevasi dapat
ditentukan dengan rumus yang ada.

10

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

3.4 Data Pengukuran Lapangan


3.4.1. Data Pengukuran Memanjang Pergi (LONG SECTION)
Arah :BM

Titik
Pesawat

2
Pembacaan Benang
(Belakang)
Atas Tengah Bawah
(BA)
(BT)
(BB)
1200
1130
1060

Titik
yang
dibidik

Jarak
Optis
(m)

Pembacaan Benang
Jarak
(Muka)
Optis
Atas
Tengah Bawah (m)
(BA)
(BT)
(BB)

1
BM
14.00
1410
A
1290
2
A
1320
1280
1240
8.00
1380
B
1330
3
B
1320
1265
1210
11.00
1420
C
1340
4
C
1270
1220
1170
10.00
1350
D
1310
5
D
1320
1255
1190
13.00
1430
E
1290
3.4.2. Data Pengukuran Memanjang Pulang (LONG SECTION)
Arah :BM

Titik
Pesawat
5
1430
4
1420
3
1440
2
1420
1
1380

1230

1170

12.00

1285

1240

9.00

1290

1240

10.00

1240

1170

14.00

1230

1170

12.00

Titik
yang
dibidik
E

Pembacaan Benang
(Belakang)
Atas Tengah Bawah
(BA)
(BT)
(BB)
1300
1240
1180

Jarak
Optis
(m)

1370

1300

1230

14.00

1340

1290

1240

10.00

C
C
B
B

1350

1305

1260

9.00

1240

1180

1120

12.00

A
A
BM

Jarak
Optis
(m)

1250

1185

1120

13.00

1300

1250

1200

10.00

1330

1275

1220

11.00

1360

1320

1280

8.00

1270

1200

1130

14.00

12.00

D
D

Pembacaan Benang
(Muka)
Atas Tengah Bawah
(BA)
(BT)
(BB)

11

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

3.4.3. Data Pengukuran Melintang (CROSS SECTION)


Arah Pengukuran: III
II
A
I
Titik
Pesaw
at

Titik
yang
dibidi
k

Atas
(BA)

Tengah
(BT)

1280

1470

10.15
5

Pembacaan Benang
Bawah
(BB)

Jarak
Optis
(m)

1260

1240

4.00

0.210

1240

1220

1200

4.00

0.250

2410

2370

2330

8.00

2740

2640

2540

20.00

1290

1185

1080

21.00

0.285

1120

1065

1010

11.00

0.405

0.900
1.170

Tinggi
Eleva
si (H)
10.36
5
10.40
5
9.255
8.985
10.44
0
10.56
0

68.00

940

915

890

5.00

0.505

1420

1110

1075

1040

7.00

0.345

2850

2810

2770

8.00

2610

2505

2400

21.00

1360

1155

950

41.00

0.265

1300

1185

1070

23.00

0.235

10.21
0

1.390
1.085

10.71
5
10.55
5
8.820
9.125
10.47
5
10.44
5

105.0
12

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

1330

1310

1290

4.00

0.090

1400

1150

1115

1080

7.00

0.285

2730

2690

2650

8.00

2750

2650

2550

20.00

1210

1105

1000

21.00

0.295

1390

1275

1160

23.00

0.125

10.25
0

1.290
1.250

10.34
0
10.53
5
8.960
9.000
10.54
5
10.37
5

83.00

1180

1170

1160

2.00

0.230

1400

1080

1045

1010

7.00

0.355

2590

2550

2510

8.00

2660

2555

2450

21.00

1080

975

870

21.00

0.425

1220

1110

1000

22.00

0.290

10.28
5

1.150
1.155

10.51
5
10.64
0
9.135
9.130
10.71
0
10.57
5

81.00

13

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

BAB IV
PERHITUNGAN
4.1. Perhitungan Profil Memanjang (LONG SECTION)
4.1.1.Perhitungan Jarak Memanjang Pergi
Titik
Pesaw
at

Titik
yang
dibidik
B
M

1410
2

1430

1280

1240

132
0

1265

1210

127
0

1220

1170

132
0

1255

1190

129
0

1230

1170

12.00

133
0

1285

1240

9.00

134
0

1290

1240

10.00

131
0

1240

1170

14.00

129
0

1230

1170

12.00

11.0
0
10.0
0

D
D

Jarak
Optis
(m)

8.00

C
C

Pembacaan Benang
(Muka)
Ata
Bawa
s
Tenga
h
(BA h (BT)
(BB)
)

14.0
0

1350
5

132
0

1420
4

Jara
k
Opti
s
(m)

1380
3

Pembacaan Benang
(Belakang)
Ata
Bawa
s
Tenga
h
(BA h (BT)
(BB)
)
120
1130
1060
0

13.0
0

4.1.2.Perhitungan Jarak Memanjang Pulang

14

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

Titik
Pesaw
at

Titik
yang
dibidik

1430

Pembacaan Benang
(Belakang)
Ata
Bawa
s
Tenga
h
(BA h (BT)
(BB)
)
130
1240
1180
0

Jara
k
Opti
s
(m)

137
0

1420

1300

1230

134
0

1440

1290

1240

135
0

1420

1305

1260

124
0

1180

1120

13.00

130
0

1250

1200

10.00

133
0

1275

1220

11.00

136
0

1320

1280

8.00

127
0

1200

1130

14.00

12.0
0

B
M

1380

1120

9.00

1185

10.0
0

125
0
14.0
0

Jarak
Optis
(m)

12.0
0

Pembacaan Benang
(Muka)
Ata
Bawa
s
Tenga
h
(BA h (BT)
(BB)
)

4.1.3.Perhitungan Jarak Memanjang Rata-rata


Titi
k
Pe
sa
wat
5

Atas
(BA)

Tengah
(BT)

Bawah
(BB)

1300

1240

1180

143
0
4

144
0
2

Jar
ak
Opt
is
(m)
12.
00

D
D

142
0
3

Pembacaan Benang
(Belakang)

Titik
yang
dibidi
k

1300

1230

1290

1240

1260

1120

13.00
24.0
0

1250

1200

10.00
21.0
0

1330
1305

1185

10.
00

B
1350

Bawah
(BB)

25.0
0

1300
1340

Tengah
(BT)

Jara
Jarak
k
Optis
Total
(m)
(m)

14.
00

Atas
(BA)

1250
1370

Pembacaan Benang
(Muka)

1275

1220

11.00

9.0

17.0

15

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

0
142
0

138
0

0
1360

1240

1180

1120

1320

1280

8.00

12.
00

B
M

26.0
0
1270

1200

1130

14.00
Juml
ah

4.1.4.Perhitungan Elevasi Memanjang Pergi


Titik
Pesawat

1
1410
2

Titik
yang
dibidik

Pembacaan Benang
(Belakang)
Atas Tengah Bawah
(BA)
(BT)
(BB)

BM

1200

1350
5

1320

1280

1320

1265

1270

1220

1430

1320

1255

4.1.5.Perhitungan Elevasi Memanjang Pulang


Pembacaan Benang
Titik
(Belakang)
Titik
yang
Pesawat
dibidik Atas Tengah Bawah
(BA)
(BT)
(BB)
5
E
1300
1240
1180
4

D
D

1420
3
1440

1370

1300

1340
B

1290

1230

1170

1330

1285

1240

1340

1290

1240

1310

1240

1170

1290

1230

1170

-0.005
-0.025
-0.020

Pembacaan Benang
(Muka)
Atas Tengah Bawah
(BA)
(BT)
(BB)
1250

1185

1120

1300

1250

1200

1330

1275

1220

0.025

H
m

0.055

1230

C
C

1290

1190

1430

-0.100

1170

D
D

1210

C
C

1240

1420
4

1060

1380
3

1130

Pembacaan Benang
(Muka)
Atas Tengah Bawah
(BA)
(BT)
(BB)

0.050

1240
0.015

16

113.
00

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

1420
1
1380

1350

1305

1260

A
A

1240

1180

1360

1320

1280

1270

1200

1130

-0.015

1120

BM

-0.020

4.1.6.Perhitungan Elevasi Memanjang Rata-rata


Titik

H Pergi

H
Pulang

BM
A
B
C
D

-0.100
-0.005
-0.025
-0.020

0.055
0.050
0.015
-0.015

0.025

-0.020

Jumlah

-0.125

0.085

H
Ratarata

0.155
0.055
0.040
0.035
0.045
0.240

4.1.7.Perhitungan Elevasi Memanjang


Titik

H Pergi

H
Pulang

BM
A
B
C
D

-0.100
-0.005
-0.025
-0.020

0.055
0.050
0.015
-0.015

0.025

-0.020

Jumlah

-0.125

0.085

H
Ratarata

0.155
0.055
0.040
0.035
0.045

Tinggi
Titik (m)
10
10.155
10.210
10.250
10.285
10.240

0.240

4.2. Perhitungan Profil Melintang (CROSS SECTION)

17

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

4.2.1.Perhitungan Jarak Melintang


Titik
Pesaw
at
A
1470

B
1420

C
1400

D
1400

Titik
yang
dibidi
k
1
2

Atas
(BA)

Tengah
(BT)

Bawah
(BB)

Jarak
Optis
(m)

1280
1240

1260
1220

1240
1200

4.00
4.00

2410

2370

2330

8.00

2740

2640

2540

20.00

5
6

1290
1120

1185
1065

1080
1010

21.00
11.00
68.00

1
2

940
1110

915
1075

890
1040

5.00
7.00

2850

2810

2770

8.00

2610

2505

2400

21.00

5
6

1360
1300

1155
1185

950
1070

41.00
23.00
105.0
0

1
2

1330
1150

1310
1115

1290
1080

4.00
7.00

2730

2690

2650

8.00

2750

2650

2550

20.00

5
6

1210
1390

1105
1275

1000
1160

21.00
23.00
83.00

1
2

1180
1080

1170
1045

1160
1010

2.00
7.00

2590

2550

2510

8.00

Pembacaan Benang

H
0.210
0.250
0.900
1.170
0.285
0.405

0.505
0.345
1.390
1.085
0.265
0.235

0.090
0.285
1.290
1.250
0.295
0.125

0.230
0.355
1.150

18

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

2660

2555

2450

21.00

5
6

1080
1220

975
1110

870
1000

21.00
22.00
81.00

1.155
0.425
0.290

4.2.2.Perhitungan Elevasi Melintang


Titik
Pesaw
at

Titik
yang
dibidi
k

Atas
(BA)

Tengah
(BT)

Bawah
(BB)

1280

1260

1240

0.210

1470

1240

1220

1200

0.250

2410

2370

2330

2740

2640

2540

1290

1185

1080

0.285

1120

1065

1010

0.405

940

915

890

0.505

1420

1110

1075

1040

0.345

2850

2810

2770

2610

2505

2400

1360

1155

950

0.265

1300

1185

1070

0.235

1330

1310

1290

0.090

1400

1150

1115

1080

0.285

Pembacaan Benang

0.900
1.170

1.390
1.085

Tinggi
Eleva
si (H)
10.36
5
10.40
5
9.255
8.985
10.44
0
10.56
0

10.71
5
10.55
5
8.820
9.125
10.47
5
10.44
5

10.34
0
10.53
5

19

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

1.290
1.250

2730

2690

2650

2750

2650

2550

1210

1105

1000

0.295

1390

1275

1160

0.125

1180

1170

1160

0.230

1400

1080

1045

1010

0.355

2590

2550

2510

2660

2555

2450

1080

975

870

0.425

1220

1110

1000

0.290

1.150
1.155

8.960
9.000
10.54
5
10.37
5

10.51
5
10.64
0
9.135
9.130
10.71
0
10.57
5

4.2.3.Perhitungan Jarak dan Elevasi Melintang


Titik
Pesaw
at

Titik
yang
dibidi
k

Atas
(BA)

Tengah
(BT)

1280

1470

Pembacaan Benang
Bawah
(BB)

Jarak
Optis
(m)

1260

1240

4.00

0.210

1240

1220

1200

4.00

0.250

2410

2370

2330

8.00

2740

2640

2540

20.00

1290

1185

1080

21.00

0.285

1120

1065

1010

11.00

0.405

0.900
1.170

Tinggi
Eleva
si (H)
10.36
5
10.40
5
9.255
8.985
10.44
0
10.56
0

68.00

20

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

940

915

890

5.00

0.505

1420

1110

1075

1040

7.00

0.345

2850

2810

2770

8.00

2610

2505

2400

21.00

1360

1155

950

41.00

0.265

1300

1185

1070

23.00

0.235

1.390
1.085

10.71
5
10.55
5
8.820
9.125
10.47
5
10.44
5

105.0
0

1330

1310

1290

4.00

0.090

1400

1150

1115

1080

7.00

0.285

2730

2690

2650

8.00

2750

2650

2550

20.00

1210

1105

1000

21.00

0.295

1390

1275

1160

23.00

0.125

1.290
1.250

10.34
0
10.53
5
8.960
9.000
10.54
5
10.37
5

83.00

1180

1170

1160

2.00

0.230

1400

1080

1045

1010

7.00

0.355

2590

2550

2510

8.00

2660

2555

2450

21.00

1080

975

870

21.00

0.425

1220

1110

1000

22.00

0.290

1.150
1.155

10.51
5
10.64
0
9.135
9.130
10.71
0
10.57
5

81.00

21

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan Praktikum Ukur Tanah I dan mengolah data-data
yang ada, kami dapat menarik beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Pada pengukuran melintang beda tinggi yang terjadi bervariasi dikarenakan
pengukuran menyebrangi sungai.
2. Pada pengukuran melintang titik yang dibidik kurang banyak/merapat,
sehingga hasil elevasi tidak diketahui secara tepat dan benar.
5.2 SARAN
1. Untuk mandapatkan hasil elevasi yang benar dan tepat harus mempunyai titik
bidik yang banyak,
2. Dalam pengukuran, cara memegang baak ukur harus tegak.
3. Sebelum dilakukan pengukuran, cairan yang terdapat dalam nivo harus
diletakkan ditengah tengah.

22

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

BAB VI
PE N UTU P
Dengan rasa puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan tugas Ilmu Ukur Tanah I.
Materi laporan ini kami susun berdasarkan data-data yang kami peroleh dilapangan saat
kami praktikum, pengolahan data-data, serta teori yang kami peroleh saat kami belajar
dikampus.
Dengan tersusunnya Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini kami haturkan
terima kasih atas segala bimbingan, pengalaman, serta dorongan moril, dan bantuan
dalam menyelesaikan laporan ini.
Materi yang kami tuangkan dalam laporan ini kiranya masih banyak
kekurangan, maka kami mengharapkan saran-saran yang bersifat membangun dari
semua pihak.Akhirmya kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima
kasih.

23

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I

DAFTAR PUSTAKA
Ir. Mansur M, Ilmu Ukur Tanah ITS
Rusel C. B, Dasar dasar Pengukuran Tanah
Soetomo Wongsutjitro, Ilmu Ukur Tanah Swada 1974

24

Anda mungkin juga menyukai