Anda di halaman 1dari 17

Nama : Rizal Chairul Fahmi/15715011

Take Home Test Unit Operasi

a) Bagaimana kaitan antara pengadukan (mixing) dengan transfer gas (aerasi) ?

Jawab :

Oksigen dalam fermentasi aerob dapat dipandang sebagai zat nutrisi yang penting seperti halnya
zat-zat nutrisi yang lain. Zat-zat nutrisi lain seperti glukosa dapat dengan mudah dilarutkan
sampai kadar yang cukup besar (misal : 10.000 mg/l); tetapi oksigen mempunyai kelarutan yang
sangat kecil (kurang dari 10 mg/l) sehingga populasi oksigen yang kontinyu (aerasi) sangat
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan oksigen bagi mikrobia.

Proses aerasi tidak terlepas dari proses pengadukan (agitasi). Hembusan udara dari suatu
kompresor ke dalam suatu larutan medium selain memberikan aerasi juga pengadukan.
Pengadukan ini kadang-kadang ditambah dengan pengadukan mekanik untuk meningkatkan
kecepatan pemindahan oksigen dari fase gas ke sel mikrobia. Dengan demikian aerasi dan agitasi
tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan oksigen juga untuk menjaga mikrobia tetap
tersuspensi dan larutan medium tetap homogen.

Pengaruh tingkat agitasi

Tingkat agitasi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap efisiensi transfer oksigen di dalam
fermentasi dengan pengadukan mekanik. Agitasi sangat membantu proses transfer oksigen di
dalam fermentor dengan cara sebagai berikut:

 Agitasi menyebabkan ukuran gelembung udara menjadi lebih kecil sehingga luas
permukaan untuk terjadinya transfer oksigen menjadi lebih besar.
 Agitasi menyebabkan waktu tinggal gelembung udara di medium menjadi lebih lama.
 Agitasi mencegah bergabungnya kembali gelembung-gelembung udara yang sudah ada.
 Agitasi memperkecil tebal lapisan film pada permukaan antar fase gas dan cairan karena
sifat aliran fluida yang menjadi tubulen.
b) Terdapat beberapa unit dalam pengolahan ini. Sebutkan unit-unit tersebut, kegunaannya,
perletakannya, dan pentingnya unit-unit tersebut!

Jawab :

AIR LIMBAH

A. Pengolahan Air Limbah

Gambar 1. Skema pengolahan air limbah

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan
atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan
hidup. Oleh karena itu diperlukan tindakan pencegahan pembuangan limbah yang berlebihan.
Selain tindakan pencegahan perlu pula dilakukan tindakan pengolahan limbah yang ada.

Tujuan utama pengolahan air limbah ini ialah untuk mengurai kandungan bahan
pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan
senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam.

Secara umum, pengolahan limbah cair dapat dibedakan menjadi beberapa tahapan,
berikut merupakan penjelasan dari tiap tahapannya :
a) Pengolahan primer (Primary treatment)
Pada tahap ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menyaring padatan yang
berukur besar seperti sampah daun, kertas, plastik, dan lain-lain. Selain itu dapat
mengendapkan pasir dan padatan tersuspensi serta memisahkan minyak dalam dari air.
Pengolahan primer terdiri dari :
 Bak pengumpul.
 Bak saringan (screen chamber)
 Bak pemisah pasir
 Bak pemisah lemak (grease removal)
b) Pengolahan sekunder (Secondary treatment)

Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan
melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik.
Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob. Terdapat tiga metode
pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan
(trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan
(treatment ponds / lagoons).

c) Disinfeksi

Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi


mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat secara
kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik. Dalam
menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
• Daya racun zat
• Waktu kontak yang diperlukan
• Efektivitas zat
• Kadar dosis yang digunakan
• Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
• Tahan terhadap air
• Biayanya murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi),
penyinaran dengan ultraviolet (UV), atau dengan ozon (Oз). Proses desinfeksi pada limbah
cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan
primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan.

d) Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)


Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan
menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara
langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah
biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion), kemudian
disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill),
dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).

B. Unit Pengolahan Air Limbah


A. Pengolahan primer (Primary treatment)
 Bak saringan (screen chamber/bar screen)

Gambar 2. Bak saringan (screen chamber/bar screen)

Konsep dan fungsi

Di dalam proses pengolahan air limbah, screening (saringan) atau saringan dilakukan
pada tahap yang paling awal. Saringan untuk penggunaan umum (general porpose
screen) dapat digunakan untuk memisahkan bermacam-macam benda padat yang ada di
dalam air limbah, misalnya kertas, plastik, kain, kayu dan benda dari metal serta
lainnya.
Manfaat utama screening ini adalah untuk pemeliharan peralatan pompa dan juga
menjaga adanya penumpukkan (clogging) pada katup dan sarana lainnya.

Fungsi dari bar screen diantaranya : menyisihkan material berukuran besar yang masuk
ke dalam WWTP yang dapat merusak unit-unit operasi, mengurangi efisiensi kinerja
WWTP & mencemari badan air Dari konstruksinya peralatan screening dibedakan
menjadi manjadi dua yaitu halus (fine screen) dan kasar (screen).

Tabel 1. Kriteria desain Bar Screen

Letak

Sebelum unit pompa dan grit chamber.

 Bak pengumpul

Gambar 3. Tipikal konstruksi bak pengumpul


Konsep dan fungsi
Jika sumber limbah terpencar-pencar dan tidak memungkinkan untuk dialirkan secara
gravitasi maka pengumpulan air limbah dari sumber yang berdekatan dapat
dikumpulkan terlebih dahulu ke dalam suatu bak pengumpul, selanjutnya di pompa ke
bak pemisah minyak/lemak atau bak ekualisasi.
Bak pengumpul dapat juga berfungsi untuk memisahkan pasir atau lemak serta kotoran
padatan yang dapat menyebabkan hambatan terhadap kinerja pompa.
Letak
Sebelum unit pompa.
 Bak pemisah pasir (grit chamber)

Konsep dan fungsi

Gambar 4. Unit grit chamber

Grit Chambers sama seperti seperti tangki sedimentasi, yang dirancang untuk
memisahkan partikel yang lebih berat dan lebih ringan juga termasuk dalam ukuran
besar kecilnya partikel. Oleh karena itu, kecepatan aliran tidak boleh terlalu rendah
karena dapat menyebabkan pengendapan partikel ringan, atau jika terlalu tinggi tidak
ada pengendapan lumpur dan grit hadir dalam kotoran.

Fungsi Grit Chamber ini adalah menghilangkan tanah kasar, pasir dan partikel halus
mineral dari air yang akan diolah sehingga tidak mengendap dalam saluran ataupun
pipa dan melindungi pompa dan mesin dari abrasi. Secara teoretis, partikel yang bisa
diendapkan oleh Grit Chamber ini adalah partikel yang berukuran >200 mm.

Letak
Setelah bak saringan dan sebelum bak pengendal awal.

 Bak pemisah lemak (grease removal)

Gambar 5. Bak pemisah lemak

Konsep dan fungsi


Minyak atau lemak merupakan penyumbang polutan organik yang cukup besar. Oleh
karena itu untuk air limbah yang mengandung minyak atau lemak yang tinggi misalnya
air limbah yang berasal dari dapur atau kantin perlu dipisahkan terlebih dahulu agar
beban pengolahan di dalam unit IPAL berkurang. Kandungan minyak atau lemak yang
cukup tinggi di dalam air limbah dapat menghambat transfer oksigen di dalam bak
aerasi yang dapat menyebabkan kinerja IPAL kurang maksimal.
Untuk menghilangkan minyak atau lemak dapat dilakukan dengan menggunakan bak
pemisah lemak sederhana secara gravitasi. Untuk merancang bak pemisak lemak
sederhana, waktu tinggal di dalam bak pemisah lemak umumnya berkisar antara 30 –60
menit.
Letak

Setelah bak saringan dan sebelum bak pengendal awal.

B. Pengolahan sekunder (Secondary treatment)


 Metode Trickling Filter (secondary treatment dengan biakan melekat)
Gambar 6. Reaktor trickling filter

Konsep dan fungsi


Proses kerja dari reaktor ini yakni mendistribusikan air limbah melalui bagian atas oleh
lengan yang dapat berputar sehingga membentuk spray/tetes-tetes kecil, kemudian
berkontak dengan mikroorganisme yang menempel pada media. Tujuan pendisribusian
berputar ialah untuk menyebarkan air limbah ke permukaan seluruh media secara
merata. Media itu sendiri dapat berupa potongan – potongan batu kerikil/zeolit, silika,
arang, pozzolan ataupun bahan isian dari plastik yang berukuran antara 40 -80 mm.
Permukaan batuan ini mengandung lapisan (film) mikroorganisme – biasanya, bakteri
Zoogloea ramigera dan spesies protozoa bersilia (Carchesium, Opercularia dan
Vorticella). Suplai oksigen didapat dari penghembusan oleh blower dari bagian bawah.
Penghembusan oleh blower ini juga berfungsi untuk mendistribusikan air limbah
menjadi tetesan kecil pada lengan putar.Fungsi dari pengolahan dengan Trickling Filter
ini adalah menghilangkan atau mengolah kandungan organik yang terkandung pada air
limbah.
Adapun unit pegolahan yang mempunyai prinsip yang sama dengan trickling filter yaitu
contact aeration, biofilter tercelup.
 Metode Activated Sludge (secondary treatment dengan biakan tersuspensi)

Gambar 7. Reaktor activated sludge


Konsep dan fungsi
Dinamakan lumpur aktif karena prosesnya melibatkan massa mikroorganisme aktif
yang tumbuh saat prosesnya, biasanya berwarna kelabu hingga coklat-kehitaman.
Massa mikroorganisme aktif tersebut umumnya tersusun atas :
o Bakteri (seperti spesies Acinetobacter, nitrosomonas, nitrobacter dan Zoogloea
ramigera)
o Protozoa (seperti Aspidisca, Carchesium, Opercularia, Trachelophyllum, Vorticella)
o Amoeba (seperti Cochliopodium dan Euglypha )
o Organisme lain yang ada antara lain jamur, rotifer dan nematoda.

Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah
tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob.
Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu
dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat
mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan
ke tangki pengendapan untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang
mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling
filter, limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses
lebih lanjut jika masih diperlukan.
Fungsi dari pengolahan dengan Activated Sludge ini adalah menghilangkan atau
mengolah kandungan organik yang terkandung pada air limbah.
Adapun unit pegolahan yang mempunyai prinsip yang sama dengan activated sludge
yaitu : contact stabilization, oxidation ditch.
 Metode Treatment Ponds/Lagoon
Konsep dan fungsi
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang murah
namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan
dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan
berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh
bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada
metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah
juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk
endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau
diolah lebih lanjut.
Fungsi dari pengolahan dengan Treatment Ponds/Lagoon ini adalah menghilangkan
atau mengolah kandungan organik yang terkandung pada air limbah.
Letak
Unit pengolahan trickling filter, activated sludge, dan treatment ponds/lagoon
diletakan/ditempatkan setelah unit pengolahan primer dan sebelum unit disinfeksi.

AIR BERSIH
A. Pengolahan Air Bersih

Gambar 8. Pengolahan Air Bersih

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Nomor 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Pengelolaan kualitas air adalah upaya
pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk
menjadi agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya. Sedangkan proses pengolahan air
bersih dilakukan bila air baku tidak memenuhi persyaratan fisik untuk air minum seperti air
permukaan, misalnya air sungai, air telaga, air waduk. Proses pengolahan lengkap umumnya
melalui beberapa tahapan proses sebagai berikut:
 Screening
 Prasedimentasi
 Pengadukan
 Sedimentasi
 Filtrasi
 Netralisasi
 Disinfeksi

B. Unit Pengolahan Air Bersih


a) Screening
Konsep dan fungsi
Screening berfungsi untuk memisahkan atau pengambilan benda-benda yang mengapung
seperti ranting-ranting pohon, dedaunan, kertas-kertas serta sampah-sampah yang
terdapat pada air baku. Umumya dipakai jenis saringan yang kasar (coarse screen) dan
bukan saringan yang halus (fine screen). Proses ini penting untuk mengolah air
permukaan karena biasanya air permukaan digunakan untuk pembuangan sampah dan
jenis buangan lainnya, banyaknya tumbuhan air seperti eceng gondok. Dengan adanya
proses screening maka bisa dicegah timbulnya kerusakan-kerusakan serta penyumbatan-
penyumbatan pada peralatan instalasi pengolahan seperti pompa, valve (katup pengatur
aliran) dan peralatan lainnya.
Letak
Diawal pengolahan, sebelum air masuk ke unit pengolahan lain air harus melewati unit
screening terlebih dahulu.
b) Pengadukan (Mixing dan agitasi)
Konsep dan Fungsi
Pencampuran dibedakan atas dua : mixing, merupakan suatu operasi yang dimaksudkan
untuk mencampur dua atau lebih materi hingga mencapai tingkat keseragaman yang
diinginkan biasanya digunakan untuk proses koagulasi. Sedangkan agitasi dimaksudkan
untuk memperoleh turbulensi didalam cairan. Agitasi ditujukan untuk pertumbuhan flok
yang biasa disebut flokulasi.
Proses koagulasi adalah proses pemberian koagulan dengan maksud mengurangi gaya
tolak menolak antara partikel koloid. Pada proses koagulasi ini digunakan pengadukan
cepat, hal ini agar proses reaksi kimia berlangsung cepat, sehingga membantu
destabilisasi partikel koloid terjadi dan membantu membentuk flok-flok. Sedangkan
proses flokulasi adalah proses pemberian flokulan dengan maksud menggabungkan flok-
flok kecil sehingga menjadi besar dan semakin besar sehingga cukup besar untuk
diendapkan. Pada proses ini digunakan pengadukan lambat, agar flokyang bergabung
tidak pecah.
Pengadukan dapat dilakukan dengan tiga cara: pertama, memanfaatkan pengadukan alami
dengan terjunan air, putaran aliran melewati baffle vertikal maupun horizontal. Hal ini
dikenal dengan pengadukan hidrolis. Kedua dengan cara mekanis, menggunakan alat-alat
pembantu berupa pedal yang digerakan dengan motor. Ketiga dengan pneumatis,
meniupkan gelembung udara ke dalam cairan hingga akan menyebabkan turbulensi
aliran.
 Pengadukan hidrolis
Pengadukan alami lebih mudah dalam hal operasional dan biaya, namun biasanya
membutuhkan lahan lebih luas. Pengadukan hidrolis dapat dilakukan dengan 3 cara :
o Terjunan Air

Gambar 9. Profil terjunan air

o Aliran dalam pipa

d
Q

Gambar 10. Profil aliran dalam pipa


o Saluran terbuka berbentuk baffle

Gambar 11. Profil aliran dalam saluran terbuka berbentuk baffle

Dimana : L = Panjang saluran total = Σ l nm = koefisien manning

N = Jumlah saluran R = Jari-jari Hidrolis

VL = Kecepatan saluran lurus

VB = Kecepatan slauran belok

Sedangkan power yang dihasilkan akibat gerakan aliran tersebut :

Sehingga gradien kecepatan pengadukannya :

Dimana : ρ = Berat jenis air

μ = Viskositas absolut air

V = Volume bak atau kapasitas air yang diolah

Q = Debit aliran air olahan

td = Waktu detensi
Gradien kecepatan untuk koagulasi (pengadukan cepat) berkisar antara 200-1200/dt dan
waktu detensinya 90-120 dt, sedangkan untuk proses flokulasi (pengadukan lambat)
berkisar antara 10-900/dt dan waktu detensinya 600-1200 dt.

Letak
Setelah intake dan unit screening sebelum unit sedimentasi.
c) Sedimentasi
Konsep dan Fungsi
Sedimentasi adalah pengendapan partikel-partikel padat tersuspensi dalam cairan/zat cair
dengan menggunakan pengaruh gravitasi (gaya berat secara alami). Proses ini bertujuan
untuk mereduksi bahan-bahan tersuspensi (kekeruhan) dari dalam air dan dapat juga
berfungsi mereduksi kandungan mikrorganisme patogen tertentu dalam air.
Proses sedimentasi berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel yang terdapat di dalam
air dengan airnya sendiri dengan cara diendapkan. Jenis partikel yang terbentuk dari
pengolahan air minum, maka tujuan khusus dari pengendapan mungkin berbeda-beda,
seperti untuk pengendapan flok alum, flok kesadahan, flok besi.
Letak
Setelah proses koagulasi dan flokulasi, jadi partikel yang sudah berbentuk flok-flok besar
pada proses koagulasi dan flokulasi akan mengalami pengendapan di proses sedimentasi.
d) Filtrasi
Konsep dan fungsi
Filtrasi merupakan proses pengolahan yang berfungsi untuk memisahkan materi padatan
(kotoran) berupa suspended solid (zat padat tersuspensi) dengan melewatkan air melalui
suatu media. Melalui filter ini kualitas air dapat mencapai turbiditas kurang dari 0.1 NTU.
Dalam praktek pengolahan air bersih dikenal beberapa macam filtrasi yaitu:
 Rapid filtration (penyaringan cepat),
ialah proses pengolahan air minum yang umumnya dilakukan sesudah proses-proses
koagulasi, flokulasi dan sedimentasi, media yang dipakai bisa berbentuk :
a) single media (1 media) misalnya, pasir;
b) dua media (2 media) misalnya, anthracite dan pasir yang terpisah;
c) fifed media (2 atau lebih media) misalnya anthracite dan pasir yang dicampur.
 Slow sand filtration (penyaringan pasir lambat),
ialah proses pengolahan air minum yang umumnya dilakukan untuk air permukaan
tanpa melalui unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Jadi bahan baku sesudah
melalui prasedimentasi langsung dialirkan ke saringan pasir lambat. Disini proses
koagulasi, flokulasi sedimentasi, dan filtrasi terjadi di saringan pasir ini dengan
bantuan mikroorganisme yang terbentuk di lapisan permukaan pasir.
 Pressure filtration (penyaringan dengan tekanan),
ialah proses pengolahan air minum yang umumnya dilakukan untuk air tanah sebelum
didistribusikan. Pompa distribusi yang memompa air dari filter akan menyebabkan
berkurangnya tekanan pada filter sehingga air tanah bisa mengalir ke filter.
Keuntungan dari sistem ini adalah menghemat pemompaan ganda.
 Direct filtration (penyaringan langsung),
ialah proses pengolahan air minum yang umumnya dilakukan jika air baku
kekeruhannya rendah, misalnya air baku yang berasal dari instalasi pengolahan air
buangan. Jika diperlukan, koagulant yang menuju flokulant bisa diinjeksikan pada
saluran yang menuju filter dan flok-flok yang ada langsung disaring tanpa melalui
unit sedimentasi. Keuntungan dari sistem ini adalah menghemat unit bangunan
pengolahan.
Letak
Setelah unit sedimentasi, jadi partikel kecil yang tidak mengendap pada proses
sedimentasi akan disarig pada unit filtrasi.
e) Disinfeksi
Konsep dan fungsi
Tujuan utama dari proses desinfeksi adalah untuk memenuhi persyaratan bakteriologis
bagi air minum, karena proses-proses pengolahan prasedimentasi, flokulasi-koagulasi,
sedimentasi dan filtrasi masih masih meloloskan bakteri/mikroorganisme yang tidak
diharapkan ada dalam air minum. Desinfektan yang dipakai misalnya klor dapat
bermanfaat untuk mengoksidir zat organik sebagai reduktor, mengurangi bau, mencegah
berkembangbiaknya bakteri pada sistem distribusi air.
Menurut Razif (1985) desinfeksi dapat dilakukan antara lain dengan cara:
 Pemanasan, air dididihkan sehingga bakteri mati. Cara ini tidak praktis untuk jumlah
air yang sangat banyak, misalnya di instalasi pengolahan air minum. Sangat
dianjurkan untuk rumah tangga khususnya yang akan dipakai untuk minum dan
makan.
 Sinar ultra violet, yaitu dengan melewatkan air yang telah diolah pada sinar ultra
violet. Cara ini tidak memberi bekas dalam air, akan tetapi tidak menjamin jika ada
pertumbuhan bakteri, karena tidak adanya sinar ultra violet yang tersisa dalam air.
 Memberi getaran Ultrasonic. Cara ini juga tidak bisa memberikan pengamanan jika
bakteri berkembang biak pada istem distribusi air minum seperti halnya cara sinar
ultra violet.
 Menambahkan Ozon (O3), didalam air ozon akan terurai menjadi O2 + On dan On
berfungsi sebagai desinfektant. Cara ini hanya dilakukan untuk pilot plant dan
penelitian saja mengingat biayannya yang cukup tinggi.
 Chlorinasi, yaitu menggunakan klor sebagai desinfektant yang diberikan kepada air
yang telah diolah. Cara ini yang umumnya dipakai karena lebih banyak
keuntungannya daripada kerugiannya. Salah satu keuntungannya adalah bisa
mengamankan air sampai ke konsumen. Salah satu kerugiannya adalah menimbulkan
rasa tidak enak pada air jika harus dosis klor yang tinggi. Maksud desinfeksi adalah
membunuh bakteri pathogen (penyebab penyakit) yang penyebarannya melalui air,
seperti diare, thypus, kholera, desentri.

Letak

Diakhir, setelah proses filtrasi sebelum air didistribusikan.


Daftar Pustaka

Cipta Karya, PU. 2011, tentang Pedoman Teknis IPAL. (Sumber :


http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/pedoman-teknis-ipal-2011.pdf; diakses Sabtu 7
April 2018 WIB)

Permenkes 492 Tahun 2010, tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Razif, M, 1985, Pengolahan Air Minum, Teknik Penyehatan, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, ITS-Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai