Jawab :
Oksigen dalam fermentasi aerob dapat dipandang sebagai zat nutrisi yang penting seperti halnya
zat-zat nutrisi yang lain. Zat-zat nutrisi lain seperti glukosa dapat dengan mudah dilarutkan
sampai kadar yang cukup besar (misal : 10.000 mg/l); tetapi oksigen mempunyai kelarutan yang
sangat kecil (kurang dari 10 mg/l) sehingga populasi oksigen yang kontinyu (aerasi) sangat
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan oksigen bagi mikrobia.
Proses aerasi tidak terlepas dari proses pengadukan (agitasi). Hembusan udara dari suatu
kompresor ke dalam suatu larutan medium selain memberikan aerasi juga pengadukan.
Pengadukan ini kadang-kadang ditambah dengan pengadukan mekanik untuk meningkatkan
kecepatan pemindahan oksigen dari fase gas ke sel mikrobia. Dengan demikian aerasi dan agitasi
tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan oksigen juga untuk menjaga mikrobia tetap
tersuspensi dan larutan medium tetap homogen.
Tingkat agitasi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap efisiensi transfer oksigen di dalam
fermentasi dengan pengadukan mekanik. Agitasi sangat membantu proses transfer oksigen di
dalam fermentor dengan cara sebagai berikut:
Agitasi menyebabkan ukuran gelembung udara menjadi lebih kecil sehingga luas
permukaan untuk terjadinya transfer oksigen menjadi lebih besar.
Agitasi menyebabkan waktu tinggal gelembung udara di medium menjadi lebih lama.
Agitasi mencegah bergabungnya kembali gelembung-gelembung udara yang sudah ada.
Agitasi memperkecil tebal lapisan film pada permukaan antar fase gas dan cairan karena
sifat aliran fluida yang menjadi tubulen.
b) Terdapat beberapa unit dalam pengolahan ini. Sebutkan unit-unit tersebut, kegunaannya,
perletakannya, dan pentingnya unit-unit tersebut!
Jawab :
AIR LIMBAH
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan
atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan
hidup. Oleh karena itu diperlukan tindakan pencegahan pembuangan limbah yang berlebihan.
Selain tindakan pencegahan perlu pula dilakukan tindakan pengolahan limbah yang ada.
Tujuan utama pengolahan air limbah ini ialah untuk mengurai kandungan bahan
pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan
senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam.
Secara umum, pengolahan limbah cair dapat dibedakan menjadi beberapa tahapan,
berikut merupakan penjelasan dari tiap tahapannya :
a) Pengolahan primer (Primary treatment)
Pada tahap ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menyaring padatan yang
berukur besar seperti sampah daun, kertas, plastik, dan lain-lain. Selain itu dapat
mengendapkan pasir dan padatan tersuspensi serta memisahkan minyak dalam dari air.
Pengolahan primer terdiri dari :
Bak pengumpul.
Bak saringan (screen chamber)
Bak pemisah pasir
Bak pemisah lemak (grease removal)
b) Pengolahan sekunder (Secondary treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan
melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik.
Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob. Terdapat tiga metode
pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan
(trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan
(treatment ponds / lagoons).
c) Disinfeksi
Di dalam proses pengolahan air limbah, screening (saringan) atau saringan dilakukan
pada tahap yang paling awal. Saringan untuk penggunaan umum (general porpose
screen) dapat digunakan untuk memisahkan bermacam-macam benda padat yang ada di
dalam air limbah, misalnya kertas, plastik, kain, kayu dan benda dari metal serta
lainnya.
Manfaat utama screening ini adalah untuk pemeliharan peralatan pompa dan juga
menjaga adanya penumpukkan (clogging) pada katup dan sarana lainnya.
Fungsi dari bar screen diantaranya : menyisihkan material berukuran besar yang masuk
ke dalam WWTP yang dapat merusak unit-unit operasi, mengurangi efisiensi kinerja
WWTP & mencemari badan air Dari konstruksinya peralatan screening dibedakan
menjadi manjadi dua yaitu halus (fine screen) dan kasar (screen).
Letak
Bak pengumpul
Grit Chambers sama seperti seperti tangki sedimentasi, yang dirancang untuk
memisahkan partikel yang lebih berat dan lebih ringan juga termasuk dalam ukuran
besar kecilnya partikel. Oleh karena itu, kecepatan aliran tidak boleh terlalu rendah
karena dapat menyebabkan pengendapan partikel ringan, atau jika terlalu tinggi tidak
ada pengendapan lumpur dan grit hadir dalam kotoran.
Fungsi Grit Chamber ini adalah menghilangkan tanah kasar, pasir dan partikel halus
mineral dari air yang akan diolah sehingga tidak mengendap dalam saluran ataupun
pipa dan melindungi pompa dan mesin dari abrasi. Secara teoretis, partikel yang bisa
diendapkan oleh Grit Chamber ini adalah partikel yang berukuran >200 mm.
Letak
Setelah bak saringan dan sebelum bak pengendal awal.
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah
tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob.
Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu
dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat
mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan
ke tangki pengendapan untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang
mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling
filter, limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses
lebih lanjut jika masih diperlukan.
Fungsi dari pengolahan dengan Activated Sludge ini adalah menghilangkan atau
mengolah kandungan organik yang terkandung pada air limbah.
Adapun unit pegolahan yang mempunyai prinsip yang sama dengan activated sludge
yaitu : contact stabilization, oxidation ditch.
Metode Treatment Ponds/Lagoon
Konsep dan fungsi
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang murah
namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan
dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan
berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh
bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada
metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah
juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk
endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau
diolah lebih lanjut.
Fungsi dari pengolahan dengan Treatment Ponds/Lagoon ini adalah menghilangkan
atau mengolah kandungan organik yang terkandung pada air limbah.
Letak
Unit pengolahan trickling filter, activated sludge, dan treatment ponds/lagoon
diletakan/ditempatkan setelah unit pengolahan primer dan sebelum unit disinfeksi.
AIR BERSIH
A. Pengolahan Air Bersih
d
Q
td = Waktu detensi
Gradien kecepatan untuk koagulasi (pengadukan cepat) berkisar antara 200-1200/dt dan
waktu detensinya 90-120 dt, sedangkan untuk proses flokulasi (pengadukan lambat)
berkisar antara 10-900/dt dan waktu detensinya 600-1200 dt.
Letak
Setelah intake dan unit screening sebelum unit sedimentasi.
c) Sedimentasi
Konsep dan Fungsi
Sedimentasi adalah pengendapan partikel-partikel padat tersuspensi dalam cairan/zat cair
dengan menggunakan pengaruh gravitasi (gaya berat secara alami). Proses ini bertujuan
untuk mereduksi bahan-bahan tersuspensi (kekeruhan) dari dalam air dan dapat juga
berfungsi mereduksi kandungan mikrorganisme patogen tertentu dalam air.
Proses sedimentasi berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel yang terdapat di dalam
air dengan airnya sendiri dengan cara diendapkan. Jenis partikel yang terbentuk dari
pengolahan air minum, maka tujuan khusus dari pengendapan mungkin berbeda-beda,
seperti untuk pengendapan flok alum, flok kesadahan, flok besi.
Letak
Setelah proses koagulasi dan flokulasi, jadi partikel yang sudah berbentuk flok-flok besar
pada proses koagulasi dan flokulasi akan mengalami pengendapan di proses sedimentasi.
d) Filtrasi
Konsep dan fungsi
Filtrasi merupakan proses pengolahan yang berfungsi untuk memisahkan materi padatan
(kotoran) berupa suspended solid (zat padat tersuspensi) dengan melewatkan air melalui
suatu media. Melalui filter ini kualitas air dapat mencapai turbiditas kurang dari 0.1 NTU.
Dalam praktek pengolahan air bersih dikenal beberapa macam filtrasi yaitu:
Rapid filtration (penyaringan cepat),
ialah proses pengolahan air minum yang umumnya dilakukan sesudah proses-proses
koagulasi, flokulasi dan sedimentasi, media yang dipakai bisa berbentuk :
a) single media (1 media) misalnya, pasir;
b) dua media (2 media) misalnya, anthracite dan pasir yang terpisah;
c) fifed media (2 atau lebih media) misalnya anthracite dan pasir yang dicampur.
Slow sand filtration (penyaringan pasir lambat),
ialah proses pengolahan air minum yang umumnya dilakukan untuk air permukaan
tanpa melalui unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Jadi bahan baku sesudah
melalui prasedimentasi langsung dialirkan ke saringan pasir lambat. Disini proses
koagulasi, flokulasi sedimentasi, dan filtrasi terjadi di saringan pasir ini dengan
bantuan mikroorganisme yang terbentuk di lapisan permukaan pasir.
Pressure filtration (penyaringan dengan tekanan),
ialah proses pengolahan air minum yang umumnya dilakukan untuk air tanah sebelum
didistribusikan. Pompa distribusi yang memompa air dari filter akan menyebabkan
berkurangnya tekanan pada filter sehingga air tanah bisa mengalir ke filter.
Keuntungan dari sistem ini adalah menghemat pemompaan ganda.
Direct filtration (penyaringan langsung),
ialah proses pengolahan air minum yang umumnya dilakukan jika air baku
kekeruhannya rendah, misalnya air baku yang berasal dari instalasi pengolahan air
buangan. Jika diperlukan, koagulant yang menuju flokulant bisa diinjeksikan pada
saluran yang menuju filter dan flok-flok yang ada langsung disaring tanpa melalui
unit sedimentasi. Keuntungan dari sistem ini adalah menghemat unit bangunan
pengolahan.
Letak
Setelah unit sedimentasi, jadi partikel kecil yang tidak mengendap pada proses
sedimentasi akan disarig pada unit filtrasi.
e) Disinfeksi
Konsep dan fungsi
Tujuan utama dari proses desinfeksi adalah untuk memenuhi persyaratan bakteriologis
bagi air minum, karena proses-proses pengolahan prasedimentasi, flokulasi-koagulasi,
sedimentasi dan filtrasi masih masih meloloskan bakteri/mikroorganisme yang tidak
diharapkan ada dalam air minum. Desinfektan yang dipakai misalnya klor dapat
bermanfaat untuk mengoksidir zat organik sebagai reduktor, mengurangi bau, mencegah
berkembangbiaknya bakteri pada sistem distribusi air.
Menurut Razif (1985) desinfeksi dapat dilakukan antara lain dengan cara:
Pemanasan, air dididihkan sehingga bakteri mati. Cara ini tidak praktis untuk jumlah
air yang sangat banyak, misalnya di instalasi pengolahan air minum. Sangat
dianjurkan untuk rumah tangga khususnya yang akan dipakai untuk minum dan
makan.
Sinar ultra violet, yaitu dengan melewatkan air yang telah diolah pada sinar ultra
violet. Cara ini tidak memberi bekas dalam air, akan tetapi tidak menjamin jika ada
pertumbuhan bakteri, karena tidak adanya sinar ultra violet yang tersisa dalam air.
Memberi getaran Ultrasonic. Cara ini juga tidak bisa memberikan pengamanan jika
bakteri berkembang biak pada istem distribusi air minum seperti halnya cara sinar
ultra violet.
Menambahkan Ozon (O3), didalam air ozon akan terurai menjadi O2 + On dan On
berfungsi sebagai desinfektant. Cara ini hanya dilakukan untuk pilot plant dan
penelitian saja mengingat biayannya yang cukup tinggi.
Chlorinasi, yaitu menggunakan klor sebagai desinfektant yang diberikan kepada air
yang telah diolah. Cara ini yang umumnya dipakai karena lebih banyak
keuntungannya daripada kerugiannya. Salah satu keuntungannya adalah bisa
mengamankan air sampai ke konsumen. Salah satu kerugiannya adalah menimbulkan
rasa tidak enak pada air jika harus dosis klor yang tinggi. Maksud desinfeksi adalah
membunuh bakteri pathogen (penyebab penyakit) yang penyebarannya melalui air,
seperti diare, thypus, kholera, desentri.
Letak
Razif, M, 1985, Pengolahan Air Minum, Teknik Penyehatan, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, ITS-Surabaya.