TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Persalinan Preterm atau partus premature adalah persalinan yang terjadi pada
Persalinan Preterm menurut WHO adalah lahirnya bayi sebelum kehamilan berusia
Persalinan preterm dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur
yang disertai pendataran dan atau dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita hamil
yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama
Persalinan preterm adalah persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal minggu
gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37. (Varney H, kriebs MJ, Gregor LC, 2008)
Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan
minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The American Academy Pediatric,
mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut prematur. Bayi prematur atau bayi pre-term
adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan.
Sebagian besar bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram adalah bayi premature
(Surasmi, 2003). Menurut Sitohang (2004) bayi prematur adalah bayi lahir dengan umur
kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan
untuk masa kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan – sesuai masa kehamilan
(NKBSMK).
3
Kelahiran premature juga diartikan sebagai kelahiran yang berlangsung pada umur
kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir American
College of Obstetricians and Gynecology dalam Suspimantri (2014). Terdapat tiga kategori
B. Etiologi
a. Faktor maternal
Secara garis besar mekanisme dari kelahiran preterm terdiri dari 6 etiologi berbeda:
2. Faktor anatomi
3. Faktor endokrin
teratogenik)
5. Faktor imunologi
4
Terjadinya satu atau lebih mekansime tersebut bisa mengakibatkan terjadinya
diduga sebagai penyebab persalinan preterm yang belum bisa dijelaskan etiologinya.
Terdapat makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa mungkin sepertiga kasus
persalinan preterm berkaitan dengan infeksi membran korioamnion. Dari penelitian Lettieri
dkk, didapati 38% persalinan preterm disebabkan akibat infeksi korioamnion.11 Bobbitt dan
Ledger (1997) membuktikan infeksi amnion sebagai penyebab kelahiran preterm. Dengan
amniosentesis didapati bakteri patogen pada 20% ibu yang mengalami persalinan preterm
dengan ketuban utuh dan tanpa gejala klinis infeksi (Cox dkk. 1996; Watts dkk., 2002).
1) Melalui jalur transervikal masuk ke dalam selaput amnio-korion dan cairan amnion. E.
6) Selain itu endotoksin dapat masuk ke dalam rongga amnion secara difusi tanpa
Infeksi dan proses inflamasi amnion merupakan salah satu faktor yang dapat
memulai kontraksi uterus dan persalinan preterm. Menurut Schwarz (1976), partus aterm
diinisiasi oleh aktivasi enzim phospholipase A2 yang dapat melepaskan asam arakidonat
dari membran janin sehingga terbentuk asam arakidonat bebas yang merupakan bahan dasar
sintesis prostaglandin.
5
Bejar dkk (1981) melaporkan sejumlah mikroorganisme mempunyai kemampuan
persalinan preterm. Bennett dan Elder (1992), menunjukkan bahwa mediator-mediator dapat
merangsang timbulnya kontraksi uterus dan partus preterm melalui pengaruhnya terhadap
biosintesis prostaglandin.
1. Kehamilan ganda
2. Polihidramnion
3. Anomali uterus
6. kehamilan 32 minggu
3. Riwayat pielonefritis
6
5. Riwayat abortus pada trimester II
Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor; atau dua
C. Diagnosis
Persalinan preterm didiagnosis inpartu sama seperti pada persalinan aterm, kecuali usia
kehamilannya yang <37 minggu dan proses kelahiran biasanya lebih cepat. Diagnosis
Inpartu:
2. Adanya kontraksi uterus (his) yang teratur, pastikan dengan pemeriksaan inspekulo untuk
3. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau sedikitnya
2 cm
(PPROM))
5. Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa tekanan
7
D. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
o Jumlah lekosit
o C-reactive protein
CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi akut dan dideteksi
2) Amniosintesis
Hitung lekosit
Kultur
3) Pemeriksaan ultrasonografi
Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks dari hasil USG
adalah < 3cm, dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. USG transperineal
8
lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi intravagina terutama pada kasus-
E. Indikasi Persalinan
a. Faktor Maternal
Penyakit hipertensi dalam kehamilan yang berat ( misal eksaserbasi akut hipertensi
Penyakit jantung atau paru (mis. Edema paru , ARDS, penyakit katub jantung,
takiaritmia)
b. Faktor Janin
Erythroblastosis fetalis
F. Cara Persalinan
Bayi prematur bisa dilahirkan spontan jika posisis janin presentasi kepala. Bisa dilakukan
9
G. Tanda Bayi yang lahir Prematur
f. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak, lemak
g. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan tidak teratur dan sering timbul apnea.
i. Alat kelamin pada bayi laki- laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum
turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum
j. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannnya lemah
l. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks hisap, menelan dan
m. Tulang rawan dan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya sehingga seolah- olah
10
r. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas)
H. Komplikasi
komplikasi. Komplikasi yang terjadi lebih ke aspek psikologis ibu, seperti stress, takut jika
hamil lagi, dan kekhawatiran akan kehamilannya jika ibu tersebut hamil. Jika persalinan
preterm diakibatkan oleh infeksi, infeksi yang terjadi bisa mengakibatkan sepsis.
Bayi-bayi prematur memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Bayi yang lahir
dari ibu yang menderita anmionitis memiliki risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan risiko
3 kali lebih besar. Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi prematur:
1. Hipoglikemia
3. Jaundice
6. Sepsis Neonatorum
7. Perdarahan intraventrikuler
8. Apneau of Prematurity
11