Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA BERMAIN

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari Zaitun, APP, MPH., selaku Dosen Mata
Kuliah Keperawatan Anak

Oleh:

Kelompok 3
2B Keperawatan

1. Ajep Tohajudin
2. Ayu Sri Fatonah
3. Bety Nurlita
4. Gita Ulul Azmi
5. Heru Setiawan
6. Karlina Dewi
7. Lindah Mahesyah
8. Pranindha Nia J
9. Soraya Zafira B
10. Yulianda

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN CIREBON
Jl.Pemuda Nomor 38 Kota Cirebon
2019
SATUAN ACARA BERMAIN

POKOK BAHASAN : Terapi bermain pada anak yang dirawat di Rumah Sakit
SUB POKOK BAHASAN : Terapi bermain pada anak usia 3-5 tahun
TUJUAN TERAPI BERMAIN :
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan mampu melanjutkan tumbuh kembang, mengembangkan
aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain serta beradaptasi terhadap stress
karena penyakit atau di rawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit, diharapkan anak dapat :
1) Mengembangkan kreatifitas dan daya pikirnya
2) Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan
3) Mengekspresikan perasaan senangnya terhadap permainan
4) Beradaptasi dengan lingkungan
5) Mempererat hubungan anatara perawat dan anak

TEMPAT PELAKSANAAN : Ruang Pertemuan Perawatan Anak lantai 1 RS


Cahayaillahi
WAKTU PELAKSANAAN : Kamis, 21 Febuari 2019, pukul 08.30 – 09.30 WIB.
KARAKTERISTIK PERMAINAN :
1. Melatih motorik halus
2. Melatih ketelitian
3. Melatih kesabaran
JENIS PERMAINAN : Puzzle maze Game
PESERTA :
Pasien di Ruang penyakit Kronik anak, dengan kriteria :
1. Anak usia 3 – 5 tahun
2. Tidak memliki keterbatasan fisik
3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4. Pasien kooferatif
Target jumlah pasien : 2 orang anak yang didampingi oleh orangtua masing
masing.
SARANA DAN MEDIA :
1. Sarana : Ruang dan tempat tidur yang nyaman
2. Media : Puzzle maze sesuai dengan usia anak

PENGORGANISASIAN :
1. Leader : Pranindha Nia J
Leader berperan sebagai pemimpin jalannya acara dan mengevaluasi hasil dari acara
bermain.
2. Co Leader : Ajep Tohajudin
Co leader bertugas untuk menjelaskan fungsi permainan untuk anak serta memberi
pendidikan kesehatan untuk orang tua anak.
3. Observer : Bety Nurlita
Observer bertugas untuk memastikan kesiapan suatu acara daan mengevaluasi
perubahan pada anak setelah bermain.
4. Fasilitator : Gita Ulul Azmi, Soraya Zafira B, Ayu Sri Fatonah
Fasilitator bertugas untuk membimbing dan memotivasi anak agar mau diajak
bermain, serta menanyakan perasaan anak setelah bermain

SETTING TEMPAT :

OBSERVER ANAK USIA FASILITATOR


3-5 TAHUN
ORANG
TUA ANAK
LEADER
SUSUNAN KEGIATAN :
NO WAKTU KEGIATAN TERAPI KEGIATAN ANAK KET
1 10 mnt Pembukaan :
 Co leader membuka  Menjawab salam
dan mengucap
salam.
 Memperkenalkan  Mendengarkan
diri dan tim
 Memperkenalkan
anak satu persatu  Mendengarkan dan saling
dan membantu anak berkenalan.
untuk saling
berkenalan.
 Kontrak waktu  Mendengarkan
dengan anak
 Memprsilahkan  Mendengarkan
leader.

2 15 mnt Kegiatan bermain :


 Leader menjelaskan  Mendengarkan
cara bermain
 Menanyakan pada  Menyatakan kesiapan bermain
anak anak siap
bermain atau tidak  Menerima puzzle
 Observer  Bermain
membagikan puzzle
 Co leader dan
fasilitator  Bermain
memotivasi anak
 Fasilitator  Mengungkapkan
mengobservasi anak pengetahuannya
 Observer manyakan
kembali kemampuan  Mengungkapkanperasaannya.
anak
 Fasilitator
menanyakan
perasaan anak
3 5 mnt Penutup :
 Leader  Menghentikan permainan
menghentikan
permainan  Mengungkapkan perasaan
 Menanyakan  Mendengar
perasaan anak
 Menyampaikan hasil  Senang
permainan
 Memberi reward
pada anak yang
lancar  Senang
menyelesaikan
puzzle
 Membagikan  Mengungkapkan perasaan
souvenir pada anak  Mendengarkan
anak
 Menanyakan  Menjawab salam
perasaan anak
 Co leader menutup
acara
 Mengucap salam

EVALUASI :
1. Struktur :
1) Alat alat yang digunakan lengkap
2) Kegiatan yang di rencanakan dapat terlaksana
2. Proses :
1) Terapi berjalan dengan lancar
2) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
3) Semua anggota tim dapat bekerja sama sesuai dengan peran masing masing
3. Hasil :
1) Anak mengikuti kegiatan dengan baik
2) Ekspresi anak menunjukkan rasa senang
3) Anak tidak takut lagi dengan perawat
4) Orangtua dapat mendampingi anak sampai selesai
5) Orangtua mengungkapkan manfaat anak mengikuti terapi bermain.

Menyetujui : Cirebon, 2018


Pembimbing/Clinikal Instructur Yang Membuat SAB

(nama Pembimbing) (nama mahasiswa )


NIP :... NIM.........
LAMPIRAN
PUZZLE
1. Definisi Media Puzzle
Menurut Adisusilo (2005: 352) puzzle adalah “teka teki”. Sedangkan menurut
Adenan (1989: 9) bahwa “puzzle dan games adalah materi untuk memotivasi diri secara
nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Secara Etimologi, puzzle awalnya adalah
sebuah kata kerja. Kata puzzle berasa dari bahasa Perancis kuno yaitu “Aposer”. Kata
tersebut dalam bahasa Inggris kuno menjadi “Pose” lalu berubah menjadi “Pusle” yang
merupakan kata kerja yang berarti membingungkan (bewilder) atau membaur,
mengacaukan (counfound). Jadi kata puzzle sebagai kata benda merupakan turunan dari
kata kerja tersebut menjadi potongan-potongan yang harus diatur menjadi suatu kesatuan
bentuk.
Puzzle dan games untuk memotivasi diri karena hal itu menawarkan sebuah tantangan
yang dapat secara umum dilaksanakan dengan berhasil”. Hampir sama dengan pendapat di
atas menurut Hadfield (1990: 5), puzzle adalah pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang
sulit untuk dimengerti atau dijawab”. Sedangkan menurut Patmonodewo (Misbach,
Muzammil, 2010: 71) kata puzzle berasal dari bahasa inggris yang berarti teka-teki atau
bongkar pasang. Jadi dari beberapa definisi puzzle di atas dapat disimpulkan bahwa puzzle
adalah teka-teki/ tebakan yang membingungkan yang merupakan tantangan yang harus
dipecahkan.
Dalam penelitian ini puzzle digunakan sebagai media pembelajaran, dimana melalui
puzzle ini kemampuan bercerita anak dapat ditingkatkan. Karena selain anak akan
berusaha untuk memecahkan masalah dalam menyusun puzzle, anak juga akan saling
berinteraksi dengan temannya, dan kemudian bercerita mengenai puzzle tersebut kepada
guru.

2. Tujuan Puzzle
Umumnya sisi edukasi permainan puzzle ini bertujuan untuk;
a. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran
b. Melatih koordinasi mata dan tangan.
c. Melatih logika.
d. Memperkuat daya ingat
e. Mengenalkan anak pada konsep hubungan
f. Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih berfikir matematis.
Puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan
siswa lebih mendalam dikarenakan munculnya motivasi untuk senantiasa mencoba
memecahkan masalah, namun tetap menyenangkan sebab bisa di ulang-ulang. Tantangan
dalam permainan ini akan selalu memberikan efek ketagihan untuk selalu mencoba,
mencoba dan terus mencoba hingga berhasil. Bermain dapat memberikan kesempatan
kepada anak untuk berfikir dan bertindak imajinatif serta penuh daya khayal yang erat
hubungannya dengan perkembangan kreativitas anak. Proses kemerdekaan anak akan
memberi kemampuan lebih pada anak untuk mengembangkan pikirannya mendapatkan
kesenangan dan kemenangan dari bentuk permainan tersebut. Ambisi untuk memenangkan
permainan tersebut akan memberikan nilai optimalisasi gerak dan usaha anak, sehingga
akan terjadi kompetisi yang adil dan beragam dari anak.

3. Bentuk-bentuk Puzzle
Muzammil, Misbach (2010: 75) menyatakan ada beberapa bentuk puzzle, yaitu;
a. Puzzle konstruksi
Puzzle rakitan (construction puzzle) merupakan kumpulan potonganpotongan
yang terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi beberapa model. Mainan
rakitan yang paling umum adalah blok-blok kayu sederhana berwarna-warni.
Mainana rakitan ini sesuai untuk anak yang suka bekerja dengan tangan, suka
memecahkan puzzle, dan suka berimajinasi.
b. Puzzle batang (stick)
Puzzle batang merupakan permainan teka- teki matematika sederhana namun
memerlukan pemikiran kritis dan penalaran yang baik untuk menyelesaikannya.
Puzzle batang ada yang dimainkan dengan cara membuat bentuk sesuai dengan yang
kita inginkan ataupun menyusun gambar yang terdapat pada batang puzzle.
c. Puzzle lantai
Puzzle lantai terbuat dari sponge (karet/busa) sehingga baik untuk alas
bermain anak dibandingkan harus bermain diatas keramik. Puzzle lantai memiliki
desain yang sangat menarik dan tersedia banyak pilihan warna yang cemerlang. Juga
dapat merangsang kreativitas dan melatih kemampuan berpikir anak. Puzzle lantai
sangat mudah dibersihkan dan tahan lama.
d. Puzzle angka
Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu anak dapat
melatih kemampuan berpikir logisnya dengan menyusun angka sesuai urutannya.
Selain itu, puzzle angka bermanfaat untuk melatih koordinasi mata dengan tangan,
melatih motorik halus serta menstimulasi kerja otak.
e. Puzzle transportasi
Puzzle transportasi merupakan permainan bongkar pasang yang memiliki
gambar berbagai macam kendaraan darat, laut dan udara. Fungsinya selain untuk
melatih motorik anak, juga untuk stimulasi otak kanan dan otak kiri. Anak akan lebih
mengetahui macam-macam kendaraan. Selain itu anak akan lebih kreatif, imajinatif
dan cerdas.
f. Puzzle logika
Puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat mengembangkan
keterampilan serta anak akan berlatih untuk memecahkan masalah. Puzzle ini
dimainkan dengan cara menyusun kepingan puzzle hingga membentuk suatu gambar
yang utuh. (http://www.academia.edu: 2016) Sama seperti pendapat di atas, bahwa
ada beberapa jenis puzzle (www.kafebalita.com: 2009), antara lain;
a. Logic Puzzle
Logic puzzle adalah puzzle yang menggunakan logika.
b. Jigsaw Puzzle
Jigsaw puzzle adalah puzzle yang merupakan kepingan-kepingan. . Disebut
dengan jigsaw puzzle karena alat untuk memotong menjadi kepingan disebut
jigsaw.
c. Mechanical Puzzle
Mechanical puzzle adalah puzzle yang kepingnya saling berhubungan. Contoh
puzzle pada mechanical puzzle adalah soma cube dan chinese wood knots
d. Combination puzzle
Combination puzzle adalah puzzle yang dapat diselesaikan melalui beberapa
kombinasi yang berbeda. Rubik cube dan hanoi tower adalah contoh puzzle
kombinasi.
Dari kedua pendapat di atas mengenai bentuk-bentuk puzzle yang ada, maka dapat
disimpulkan bahwa bentuk-bentuk puzzle ada beberapa macam yaitu; puzzle
konstruksi, puzzle batang, puzzle lantai, puzzle angka, puzzle transportasi, puzzle
logika, puzzle keping (jigzaw puzzle), mechanical puzzle (puzzle yang saling
berhubungan), dan puzzle kombinasi. Sedangkan puzzle yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah jigzaw puzzle atau puzzle keping. Karena puzzle keping sering
dimainkan oleh anak, sehingga anak sudah mengetahui bagaimana cara
menyelesaikan puzzle keping tersebut.

4. Kelebihan dan Kekurangan Puzzle


Puzzle adalah salah satu media/alat yang dapat digunakan dalam berbagai
macam pembelajaran di sekolah, termasuk di Taman Kanak-Kanak, berikut ini adalah
kelebihan puzzle, yaitu;
1. Meningkatkan keterampilan kognitif
Keterampilan kognitif berhubungan dengan kemampuan untuk belajar dan
memecahkan masalah. Melalui puzzle, anak-anak akan mencoba memecahkan
masalah yaitu menyusun gambar menjadi utuh. Dengan sedikit arahan contoh dari
guru, sang anak sudah dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan
cara mencoba menyesuaikan bentuk, menyesuaikan warna, atau logika. Misalnya,
anak memasangkan warna merah dengan warna merah lagi. Lalu memasang
puzzle bergambar kaki atau roda selalu di bagian bawah puzzle.
2. Meningkatkan keterampilan motorik halus
Anak dapat melatih koordinasi tangan dan mata untuk mencocokkan
kepingan-kepingan puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar. Keterampilan
motorik halus berhubungan dengan kemampuan anak menggunakan otot-otot
kecilnya khususnya jari-jari tangannya. Untuk itu anak usia di bawah tiga tahun
(balita) direkomendasikan untuk diberikan permainan puzzle untuk
mengasah kemampuan motorik halusnya.
3. Melatih kemampuan nalar dan daya ingat dan konsentrasi
Puzzle yang berbentuk manusia akan melatih nalar anak-anak. Melalui puzzle
ini mereka akan menyimpulkan di mana letak tangan, kaki, dan lain-lain sesuai
dengan logika. Saat bermain puzzle, anak akan melatih sel-sel otaknya untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya dan berkonsentrasi untuk
menyelesaikan potongan-potongan kepingan gambar tersebut.
4. Melatih kesabaran
Puzzle dapat melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan sesuatu dan
berfikir dahulu sebelum bertindak. Dengan bermain puzzle anak bisa belajar
melatih kesabarannya dalam menyelesaikan suatu tantangan.
5. Pengetahuan melalui puzzle
Anak akan belajar banyak hal. Mulai dari warna, bentuk, jenis hewan, buah-
buahan, sayuran dan lainnya. Pengetahuan yang ia dapatkan dari sebuah
permainan biasanya akan lebih mengesankan bagi anak dibandingkan
pengetahuan yang ia dapatkan dari hafalan. Namun kegiatan bermain sambil
belajar ini tentunya harus selalu mendapatkan bimbingan.
6. Meningkatkan keterampilan sosial
Puzzle dapat dimainkan lebih dari satu orang dan jika puzzle dimainkan
secara berkelompok tentunya butuh diskusi untuk merancang kepingan-kepingan
gambar dari puzzle tersebut, maka hal ini akan meningkatkan interaksi sosial
anak. Dalam kelompok, anak akan saling menghargai, saling membantu dan
berdiskusi untuk menyelesaikan masalah. Anak yang lebih besar akan merasa
senang jika dapat membantu anak yang lebih kecil, sehingga akan tercipta suasana
yang nyaman dan terciptanya interaksi ketika bermain.
Sedangkan pendapat lain yang hampir sama mengenai kelebihan dan manfaat
bermain puzzle antara lain adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan Keterampilan Kognitif
Keterampilan kognitif (cognitive skill) berkaitan dengan kemampuan untuk
belajar dan memecahkan masalah. Puzzle adalah permainan yang menarik bagi
anak balita karena anak balita pada dasarnya menyukai bentuk gambar dan warna
yang menarik.
Dengan bermain puzzle anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu
menyusun gambar. Pada tahap awal mengenal puzzle, mereka mungkin mencoba
untuk menyusun gambar puzzle dengan cara mencoba memasang-masangkan
bagian-bagian puzzle tanpa petunjuk. Dengan sedikit arahan dan contoh, maka
anak sudah dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan cara mencoba
menyesuaikan bentuk, menyesuaikan warna, atau logika. Contoh usaha anak
menyesuaikan bentuk misalnya bentuk cembung harus dipasangkan dengan
bentuk cekung. Contoh usaha anak menyesuaikan warna misalnya warna merah
dipasangkan dengan warna merah. Contoh usaha anak menggunakan logika,
misalnya bagian gambar roda atau kaki posisinya selalu berada di bawah.
2. Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus
Keterampilan motorik halus (fine motor skill) berkaitan dengan kemampuan
anak menggunakan otot-otot kecilnya khususnya tangan dan jari-jari tangan. Anak
balita khususnya anak berusia kurang dari tiga tahun (batita) direkomendasikan
banyak mendapatkan latihan keterampilan motorik halus. Dengan bermain puzzle
tanpa disadari anak akan belajar secara aktif menggunakan jari-jari tangannya.
Supaya puzzle dapat tersusun membentuk gambar maka bagian-bagian puzzle
harus disusun secara hati-hati. Perhatikan cara anak-anak memegang bagian
puzzle akan berbeda dengan caranya memegang boneka atau bola. Memengang
dan meletakkan puzzle mungkin hanya menggunakan dua atau tiga jari, sedangkan
memegang boneka atau bola dapat dilakukan dengan mengempit di ketiak (tanpa
melibatkan jari tangan) atau menggunakan kelima jari dan telapak tangan
sekaligus.
3. Meningkatkan Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang
lain. Puzzle dapat dimainkan secara perorangan. Namun puzzle dapat pula
dimainkan secara kelompok. Permainan yang dilakukan oleh anak-anak secara.
Kelompok akan meningkatkan interaksi sosial anak. Dalam kelompok anak akan
saling menghargai, saling membantu dan berdiskusi satu sama lain. Jika anak
bermain puzzle di rumah orang tua dapat menemani anak untuk berdiskusi
menyelesaikan puzzlenya, tetapi sebaiknya orang tua hanya memberikan arahan
kepada anak dan tidak terlibat secara aktif membantu anak menyusun puzzle.
4. Melatih Koordinasi Mata dan Tangan
Anak belajar mencocokkan keeping-keping puzzle dan menyusunnya menjadi
satu gambar. Ini langkah penting menuju pengembangan keterampilan membaca.
5. Melatih Logika
Membantu melatih logika anak. Misalnya puzzle bergambar manusia. Anak
dilatih menyimpulkan di mana letak kepala, tangan, dan kaki sesuai logika.
6. Melatih kesabaran
Bermain puzzle membutuhkan ketekunan, kesabaran dan memerlukan waktu
untuk berfikir dalam menyelesaikan tantangan.
7. Memperluas pengetahuan
Anak akan belajar banyak hal, warna, bentuk, angka, huruf. Pengetahuan yang
diperoleh dari cara ini biasanya mengesankan bagi anak dibandingkan yang
dihafalkan. Anak dapat belajar konsep dasar, binatang, alam sekitar, buah-buahan,
alfabet dan lain-lain. Tentu saja dengan bantuan ibu dan ayah
(http://duniaanakcerdas.com).
Selain memiliki banyak kelebihan puzzle juga merupakan media biasa yang memiliki
kekurangan. Adapun kekurangan-kekurangan puzzle adalah sebagi berikut:
1) Anak hanya asyik bermain saja, hingga seringkali melupakan tugas lain yang
seharusnya dilakukan
2) Untuk usia Taman Kanak-Kanak, presentase puzzle yang hilang karena berbaur
dengan puzzle yang lain tinggi.
3) Di Taman Kanak-Kanak Kelompok A, biasanya anak masih bingung dalam
menyelesaikan puzzle keping karena mereka harus beurusaha memutar-memutar
kepingan–kepingan puzzle agar dapat tersusun dan membentuk gambar yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

Adenan, P. 1989. Sejarah Puzzle. Jakarta: Rineka Cipta.


Adisusilo, S. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Haldfield, Jill. 1990. Intermediate Communication Games. England: Longman.
Misbach, Muzamil. 2010. Pengertian Puzzle. (http://kuliah.itb.ac.id) diakses 20 Februari
2019.
http://duniaanakcerdas.com.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TERAPI BERMAIN

1. PENGERTIAN :
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya
tanpa mempertimbangkan hasil akhirnya (Hurlock, 1978)
2. TUJUAN :
a. Meminimalisir tindakan keperawatan yang traumatis
b. Mengurangi kecemasan
c. Membantu mempercepat kesembuhan
d. Sebagai fasilitas komunikasi
e. Sarana untuk mengekspresikan perasaan
f. Persiapan untuk hospitalisasi atau surgery.
3. INDIKASI : kegiatan bermain untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien anak
yang kondisinya mulai membaik.
4. PERSIAPAN :
1) ALAT DAN BAHAN :
a. Rancangan Satuan Acara Bermain yang lengkap
b. Alat bermain sesuai usia, jenis kelamin, tujuan
2) PERSIAPAN PASIEN :
a. Jelaskan tujuan bermain kepada pasien dan keluarga
b. Kontrak waktu
c. Pasien tidak mengantuk, tidak rewel
d. Pasien boleh posisi tiduran atau duduk sesuai kondisi.
5. PELAKSANAAN :
1) Melakukan kontrak waktu
2) Mengecek kesiapan anak (apakah mengantuk, rewel)
3) Menyiapkan alat
4) Menjelaskan tujuan bermain kepada anak dan keluarga
5) Menanyakan persetujuan pasien dan keluarga sebelum acara bermain
dilakukan.
6) Memberi petunjuk pada anak cara bermain
7) Mempersilakan anak bermain sendiri atau dibantu
8) Memotivasi keterlibatan anak dan orangtua
9) Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan
10) Mengobservasi emosi, hubungan interpersonal, psikomotor anak selama
bermain.
11) Meminta anak untk menceritakan apa yang dilakukannya/dibuatnya
12) Menyakan perasaan anak setelah bermain
13) Menanyakaan perasaan dan pendapat keluarga tentang bermain
14) Berpamitan dengan pasien
15) Membereskan kembali alat ketempat semula
16) Mencuci tangan
17) Mencatat respon pasien dan keluarga di lembar catatan keperawatan dan
kesimpulan hasil bermain mencakup emosi, hubungan interpersonal,
psikomotor serta anjuran terhadap keluarga.
6. HAL HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :
1) Selama bermain perhatikan perubahan emosi anak, ekspresi anak
2) Hentikan segera permainan bila anak mengantuk, rewel
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN : TERAPI BERMAIN
NO ASPEK YANG DINILAI KOMPETEN
YA TIDAK
A ALAT :
1 Rancangan Satuan Acara Bermain yang lengkap
2 Alat bermain sesuai usia, jenis kelamin, tujuan
B TAHAP PRA INTERAKSI :
1 Melakukan kontrak waktu
2 Mengecek kesiapan anak (tidak mengantuk, tidak
rewel, kondisi keadaan umum baik)
3 Menyiapkan alat
4 Mencuci tangan
C TAHAP ORIENTASI :
1 Memberi salam dan menyapa nama pasien
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3 Menanyakan persetujuan pasien dan keluarga
sebelum acara bermain dilakukan.
D TAHAP KERJA
1 Memberi petunjuk pada anak cara bermain
2 Mempersilakan anak bermain sendiri atau dibantu
3 Memotivasi keterlibatan anak dan orangtua
4 Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan
5 Mengobservasi emosi, hubungan interpersonal,
psikomotor anak selama bermain.
6 Meminta anak untk menceritakan apa yang
dilakukannya/dibuatnya.
7 Menyakan perasaan anak setelah bermain
8 Menanyakaan perasaan dan pendapat keluarga
tentang terapi bermain
E TAHAP TERMINASI
1 Berpamitan dengan pasien
2 Membereskan kembali alat ketempat semula
3 Mencuci tangan
4 Mencatat respon pasien dan keluarga di lembar
catatan keperawatan dan kesimpulan hasil bermain
mencakup emosi, hubungan interpersonal,
psikomotor serta anjuran terhadap keluarga

Anda mungkin juga menyukai