Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyebab hidrosefalus adalah karena kegagalan sirkulasi cairan
serebrospinalis (CSS) dari ventrikel serebrum yang ditandai dengan pembesaran
kepala, tonjolan pada bagian dahi, atrofi otak, dan deteriorasi mental.
Jumlah kasus hidrosefalus cukup tinggi di dunia. Di negara Amerika Serikat,
angka kejadian hidrosefalus mencapai 0,5-4 per 1000 kelahiran. Sementara itu, di
Indonesia sendiri prevalensi hidrosefalus mencapai 10 permil pertahun, sumber lain
menyebutkan bahwa angka kejadian hidrosefalus di Indonesia mencapai 0,2-4 per
1000 kelahiran.
Jenis penanganan yang paling sering dilakukan pada kasus hidrosefalus adalah
dengan cara tindakan operasi, yang disebut shunting. Kemungkinan komplikasi yang
terjadi termasuk infeksi, sumbatan, atau hematoma subdural.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah “Bagaimanakah asuhan
keperawatan pada anak dengan gangguan hidrosefalus?”

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
hidrosefalus
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep penyakit hidrosefalus
b. Untuk mengetahui pengkajian kasus hidrosefalus
c. Untuk mengetahui kemungkinan diagnosis keperawatan kasus hidrosefalus
d. Untuk mengetahui intervensi keperawatan kasus hidrosefalus
e. Untuk menegtahui implementasi dan evaluasi kasus hidrosefalus

1
BAB II
KONSEP PENYAKIT HIDROSEFALUS

A. Definisi

(Gambar anak dengan hidrosefalus)


Hidrosefalus merupakan keadan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya
CSS, harus dibedakan dengan pengumpulan cairan lokal tanpa tekanan intrakranial
yang meninggi seperti pada kista porensefali atau pelebaran ruangan CSS akibat
tertimbunnya CSS yang menempati ruangan sesudah terjadinya atrofi otak.
Penyakit ini juga ditandai dengan dilatasi ventrikel serebra, biasanya terjadi
secara sekunder terhadap obstruksi jalur cairan serebrospinal, didalam kranium,
secara tipikal, ditandai dengan pembesaran kepala, menonjolnya dahi, atrofi otak,
deteriorasimental, dan kejang-kejang.

B. Anatomi & Fisiologi


Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri atas
sistem ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruang subaraknoid yang meliputi
seluruh susunan saraf. CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus
koroidalis kembali kedalam peredaran darah melalui kapiler dalam piameter dan
araknoid yang meliputi susunan saraf pusat (CSS). Hubungan antara sistem ventrikel
dan ruang subaraknoid melalui foramen magendie di median dan foramen luschka di
sebelah lateral ventrikel IV.

2
Aliran CSS yang normal aialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroi
ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus sylvii ke
ventrikel IV dan melalui foramen luschka dan magendie ke dalam subaarknoid
melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan
resorpsi CSS oleh sistem kapiler.

(Gambar anatomi cairan serebrospinal)

C. Etiologi
Gangguan aliran cairan yang menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak
yang selanjutnya akan menekan jaringan otak disekitarnya, khususnya pusat-pusat
syaraf yang vital. Menrutu lembaga Nasional Institute of Neurological Disorder and
stroke and Stroke (NINDS), gangguan aliran cairan otak ada 3 jenis yaitu:
1. Gangguan aliran adanya hambatan sirkulasi:
Contoh: tumor otak yang terdapat didalam ventrikel akan menyumbat aliran
cairan otak.
2. Aliran cairan otak tidak tersumbat, tetapi sebaliknya cairan itu diproduksi
berlebihan, akibatnya cairan dalam otak bertambah banyak.
Contoh: tumor ganas di sel-sel yang memproduksi cairan otak.
3. Cairan otak yang mengalir jumlahnya normal dan tidak ada sumbatan, tetapi ada
gangguan dalam proses penyerapan cairan ke pumbuluh darah balik, sehingga
otomatis jumlah cairan akan meningkat pula.
Misalnya: bila ada cairan nanah (meningitis atau infeksi selaput otak) atau darah
(akibat trauma) di sekitar tempat penyerapan.
4. Ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan, daapt perlahan atau
profresif, menyebabkan ventrikel-ventrikel tersebut melebar, kemudian menekan
jaringan otak disekitarnya. Tulang tsngkorak bayi di bawah dua tahun yang belum
menutup akan memungkinkan kepala bayi membesar. Pembesaran kepala

3
merupakan salah satu petunjuk klinis yang penting untuk mendekteksi
hidrosefalus.

D. Patofisiologi
Hidrosefalus terjadi karena ada gangguan absorbsi CSF dalam subarachnoid
(comunicating hidrosefalus) dan atau adanya obstruksi dalam ventrikel yang
mencegah CSF masuk ke rongga subrachnoid karena infeksi, neoplasma, perdarahan,
atau kelainan bentuk perkembangan otak janin (noncomunicating hidrosefalus).
Cairan terakumulasi dalam ventrikel dan mengakibatkan dilatasi ventrikel dan
penekanan organ-organ yang terdapat dalam otak.

4
(Pathway)

E. Klasifikasi
Hidrosefalus memberikan gejala bila disertai tekanan css yang meninggi.
Terdapat 2 macam hidrosefalus, yaitu sebagi berikut.
1. Hidrosefalus obstruktif, tekanan CSS yang tinggi disebabkan oleh obstruksi pada
salah satu tempat antara pembentukan css olah pleksus koroidalis dan keluarnya
dari ventrikel IV melalui foramen Lusehka dan Megendie.
2. Hidrosefalus komunikans, ialah bila tekanan CSS yang meninggi tanpa
penyumbatan sistem ventrikel.
Pembagian lainnya adalah hidrosefalus bawaan (kongetial) dan didapat.

F. Komplikasi
Hidrosefalus sebaiknya diketahui sejak dini, karena hidrosefalus akan
menimbulkan komplikasi apabila tidak segera mendapat penanganan.
1. Peningkatan tekanan intrakranial.
2. Kerusakan otak.
3. Infeksi: septikemia, endokarditis, infeksi luka, nefritis, meningitis,
ventrikulasis, obstruksi otak.
4. Shunt tidak berfungsi dengan baik karena obstruksi mekanik.
5. Hematomi subdural, peritonitis, abses abdomen, perparosi organ dalam rongga
abdomen, fistula, hernia dan illeus.
6. Kematian

5
G. Menifestasi Klinis
1. Ubun-ubun besar bayi akan melebar dan menonjol
2. Pembuluh darah di kulit kepala makin jelas
3. Gangguan sensorik-motorik
4. Gangguan penglihatan (buta)
5. Gerakan bola mata terganggu (juling)
6. Terjadi penurunan aktivitas mental yang profresif
7. Bayi rewel, kejang, muntah-muntah, panas yang sulit dikendalikan
8. Gangguan pada fungsi vital akibat peninggian tekanan dalam ruang tengkorak
yang berupa pernafasan lambat, danyut nadi turun dan naiknya tekanan darah
sistolik

H. Penatalaksanaan
Pada sebagian pasien pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested
hydrosefalus), mungkin oleh rekanalisasi ruang subaranoid atau kompensasi
pembentukan CSS yang berkurang (Laurence, 1965). Tindakan bedah belum ada
yang memuaskan 100%, kecuali bila penyebabnya ialah tumor yang masih dapat
diangkat.
Ada 3 prinsip pengobatan hidrosefalus:
1. Mengurangi produksi css dengan merusak sebagian pleksus koroidalis dengan
tindakan reseksi (pembedahan) atau koagulasi, akan tetapi hasilnya tidak
memuaskan. Obat azetasolamid (diamox) dikatakan mempunyai khasiat inhibisi
pembentukan CSS.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi css dengan tempat absorpsi,
yaitu menghubungkan ventrikel dengan subaraknoid. Misalnya
ventrikulosisternostomi torkildsen pada steonisis akuaduktus. Pada anak
hasilnya kurang memuaskan karena sudah ada infufisiensi fungsi absorpsi.
3. Pengeluaran cairan CSS kedalam organ elstrakranial.
a. Drainase ventrikulo-peritoneal
b. Drainase lombo-peritonial
c. Drainase ventrikulo-pleural
d. Drainase ventrikulo-uretrostomi
e. Drainase kedalam antrum mastoid

6
f. Cara yang dianggap terbaik yakni mengalirkan CSS kedalam vena jugularis
dan jantung melalui kateter yang berventil (holter velve) yang
memungkinkan pengaliran CSS ke satu arah. Keburukan cara ini ialah bahwa
kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak. Hasilnya belum
memuaskan, karena masih sering terjadi infeksi sekunder dan sepsis.

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Pengukuran lingkar kepala secara serial dan teratur hal ini sangat penting untuk
deteksi dini penyakit, karena pembesaran kepala merupakan salah satu petunjuk
klinis yang penting untuk mendeteksi hidrosefalus.
b. Foto polos kepala dan disusul dengan pemeriksaan uktrasonography, hal ini
digunakan untuk menunjang dan melengkapi diagnosis sehingga diperlukan
pemeriksaan tambahan mulai dari yang sederhana.
c. Pemeriksaan dengan senografi, pemeriksaan ini dapat digunakan menjadi data
minimal untuk menilai pelebaran ventrikel dan ketebalan jaringan otak. Jika
ketebalan kurang dari 2cm, maka tindakan bedah tidak bermanfaat lagi.
d. Pemeriksaan computerized scan (CT scan) atau magnetic resonance imaging
(MRI). Digunakan untuk mendeteksi struktur anatomi otak, dan penyebab
hidrosefalus, misalnya tumor dalam rongga ventrikel yang semua itu berkaitan
dengan strategi penanganan hidrosefalus.
e. Menggunakan teknik lintasan seperti silicon.
f. Teknik neuroedoskopi.

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN HIDROSEFALUS

A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Pengumpulan data biodata, meliputi identitas klien dan orang tua. Identitas
klien terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, tanggal
masuk, tanggal pengkajian dan diagnosa medik. Sementara itu, untuk identitas
orang tua meliputi nama ayah dan ibu, usia, pendidikan, pekerjaan/sumber
penghasilan, agama dan alamat.
b. Kaji riwayat penyakit/keluhan utama
Pada klien dengan hidrosefalus keluhan utama yang biasanya terjadi adalah
muntah, gelisah, nyeri kepala, letargi, lelah apatis, penglihatan ganda,
peubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
c. Kaji riwayat perkembangan
Kelahiran : prematur. Pada waktu lahir menangis atau tidak. Apakah pernah
jatuh dengan kepala terbentur atau tidak.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik setiap klien dengan hidrosefalus berbeda setiap usianya, yaitu
bayi, usia pra sekolah, usia sekolah dan remaja.
a. Malfungsi pirau
1) Neurologis
a) Bayi : Pergeseran sutura tengkorak, pembengkakan sepanjang saluran
pirau, menangis dengan nada tinggi, ubun-ubun menonjol, tonjolan
vena dikulit kepala, iritabilitas saat bangun, bertambahnya lingkaran
frontal-oksipital, mata terbenam.
b) Usia pra sekolah : Sakit kepala, kejang, pembengkakan sepanjang
saluran pirau, iritabilitas, mata terbenam (terjadi jika hidrosefalus tetap
tidak tetap terkoreksi).
c) Usia sekolah : Sakit kepala, pergeseran ulang sutura tengkorak, kejang,
papiledema, bentuk mata terbenam (terjadi jika hidrosefalus tidak
terkoreksi).

8
d) Remaja : papiledema, kejang, bentuk mata terbenam (terjadi jika
hidrosefalus tidak terkoreksi), gangguan tingkat kesadaran, trias
cushing (bradikardia, pelebaran tekanan nadi, dan apnea), dilatasi
pupil.
2) Gastrointestinal
a) Bayi : Muntah dan perubahan nafsu makan
b) Usia pra sekolah : Muntah
c) Usia sekolah : Muntah
3) Muskuloskeletal
a) Bayi : Letargi, spastistas ekstremitas bawah.
b) Usia prasekolah dan usia sekolah : Letargi
4) Psikososial
a) Usia sekolah : menurunnya penampilan di sekolah, perubahan dalam
rentang perhatian.
5) Respirasi
a) Remaja : Pernafasan Chyne-stokes
b. Infeksi karena pirau
1) Neurologis
a) Pembengkakan atau kemerahan sepanjang saluran pirau
b) Tanda dan gejala disfungsi pirau (sakit kepala, kejang, penonjolan
ubun-ubun [pada bayi], penurunan tingkat kesadaran)
2) Gastrointestinal
a) Nafsu makan berkurang
3) Integumen
a) Meningkatnya suhu tubuh

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus hidrosefalus adalah sebagai berikut
(speer, 2008) :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan : serebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan tindakan pirau ventrikuloatrium

9
3. Ansietas (orang tua dan anak) berhubungan dengan kurangnya pemahaman
tentang hidrosefalus dan terapi
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penyakit dan perawatan di rumah
5. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan status nutrisi
saat prabedah dan pascabedah
6. Risiko infeksi berhubungan dengan proses pembedahan untuk pemasangan pirau.
7. Risiko cedera berhubungan dengan kejang

C. Intervensi
Diagnosa Kep Tujuan/Kriteria Intervensi (NIC) Rasional
Hasil (NOC)
Ketidakefektifa Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Pengkajian yang
n perfusi asuhan keperawatan pengkajian dilakukan sesering
jaringan: selama …x…. neurologis setiap mungkin, memberi
serebral diharapkan anak 2-4 jam meliputi data untuk
berhubungan akan respons pupil, menentukan
dengan mempertahankan cengkraman, perubahan data
peningkatan fungsi otak dan menggenggam, dasar tentang
tekanan tidak respons nyeri, keadaan neurologis
intrakranial. memperlihatkan respons anak, yang
tanda-tanda lebih interaktif mengindikasikan
lanjut peningkatan (senyum, bicara, TIK. Bila keadaan
tekanan mengoceh) pada ini terjadi anak
intrakranial, dengan anak, dan sudah memiliki
kriteria hasil : disposisi (tidak tekanan intrakranial
1. Tekanan menyenangkan yang berarti.
intrakarinal dan iritabilitas).
dalam rentang 2. Pengkajian tanda
normal 2. Kaji tanda vital vital yang sesering
2. Tekanan setiap 2-4 jam, mungkin akan
darah sistolik catat membantu
dan diastolik ketidakteraturan mendeteksi tanda
dalam rentang frekuensi dan dini peningkatan
normal irama jantung, TIK atau tanda
serta pelebaran TIK yang lebih
tekanan nadi. lanjut

3. Lakukan 3. Perubahan fungsi


pengkajian saraf saraf kranial
kranial setiap 2- menunjukan
4 jam. refleksi langsung

10
dari TIK.
4. Tinggikan
kepala tempat 4. Peningkatan kepala
tidur 30 derajat tempat tidur
memungkinkan
5. jika bayi, kaji terjadinya gravitasi
ubun-ubun untuk
terhadap meningkatkan
kemungkinan drainase aliran
terjadi vena serebrum
penonjolan sehingga
setiap 4 jam. membantu
Pastikan penurunan TIK.
mengkaji ubun-
ubun saat 5. Penonjola ubun-
kondisi yang ubun yang tampak
tenang sebab penuh, secara
ubun-ubun langsung
biasanya merefleksikan
meonjol pada peningkatan TIK.
saat anak
menangis 6. Pembesaran kepala
yang tidak normal
6. jika usia anak pada anak dibawah
dibawah 2 tahun, usia 2 tahun
ukur lingkar terutama bayi,
kepala setiap berindikasi
hari. peningkatan TIK.

7. kaji dan laporan 7. Pembengkakan


adanya sepanjang saluran
pembengkakan pirau, atau sekitar
sepanjang pompa pirau dapat
saluran pirau berindikasikan
selama 8 jam bahwa pirau
tersumbat.
8. bila anak
menangis catat 8. Meningkatnya
tentang kualitas nada menangis
dan nada pada anak biasanya
suaranya. mengindikasikan
peningkatan TIK.
Kelebihan Setelah dilakukan 1. kaji pernafasan 1. selama pemasangan

11
volume cairan asuhan keperawatan bayi atau anak, pirau
berhubungan selama …x… dan status ventrikuloatrium,
dengan tindakan diharapkan anak kardiovaskular bagian ujung distal
pirau akan setiap 2-4 jam, pirau ditempatkan
ventrikuloatrium memperlihatkan kemungkinan dalam atrium kanan,
tanda dan gejala terhadap tanda tempat cairan otak
beban jantung yang penurunan curah akan drainase.
berlebihan, dengan jantung dan gagal Karena peningkatan
kriteria hasil : napas, termasuk volume cairan dalam
1.Tidak adanya takipnea, atrium kanan, akan
dispnea, ronki takikardia, menyebabkan
kasar, takipnea, dispnea, dan beban berlebihan
takikardia, dan aritmia pada jantung, gagal
sianosis. (pengkajian ini pernapasan.
penting pada 2.Peningkatan berat
bayi). badan dapat
2. Timbang berat mengindikasikan
badan anak setiap retensi cairan, yang
hari berhubungan dengan
3. Pantau asupan dan beban berlebihan
haluaran cairan pada jantung.
anak 3. tindakan pemantauan
semacam ini akan
mengevaluasi status
cairan anak.

12
D. Implementasi
Menurut Setiadi (2012) implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang kontinu karena setiap intervensi dikaji
evektifitasnya dan intervensinya alternative yang digunakan sesuai dengan kebutuhan.
Setiap ada perubahan pada kondisi atau keluhan pasien, rencara asuhan keperawatan
perlu disesuaikan kembali (miyanti, 2009).

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hidrosefalus merupakan keadan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya
CSS, harus dibedakan dengan pengumpulan cairan lokal tanpa tekanan intrakranial
yang meninggi seperti pada kista porensefali atau pelebaran ruangan CSS akibat
tertimbunnya CSS yang menempati ruangan sesudah terjadinya atrofi otak.
Pada sebagian pasien pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested
hydrosefalus), mungkin oleh rekanalisasi ruang subaranoid atau kompensasi
pembentukan CSS yang berkurang (Laurence, 1965). Tindakan bedah belum ada
yang memuaskan 100%, kecuali bila penyebabnya ialah tumor yang masih dapat
diangkat.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis berharap agar pembaca dapat
memahami serta dapat membuat asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
hidrosefalus dengan baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Speer, Kathleen Morgan. Alih bahasa oleh Julianus dan Renata Komalasari. 2008.
Rencana Asuhan Keperawatan Pedriatik Dengan Clinical Pathways Ed.3. Jakarta :
EGC.

Suriadi dan Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV.
Sagung Seto.

Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan: Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wilkinson, Judith M. Alih bahas oleh Esty Wahyuningsih. 2016. Diagnosa


Keperawatan : Diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC, Hasil NOC, Edisi 10.
Jakarta : EGC.

Nuri.2017.https://kupdf.net/download/asuhan-keperawatan-pada-pasien-anak-dengan-
hidrosefalus_58aff5ec6454a73135b1e8ea_pdf. diakses tanggal 6 maret 2019.

15

Anda mungkin juga menyukai