Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi
pada masyarakat. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian pada anak di berbagai negar. Diare dapat menyerang semua
kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih rentan mengalami diare,
karena sistem pertahanan tubuh anak belum sempurna.
Hasil Riskesdas (2013), menyatakan bahwa insiden diare pada anak di
Indonesia adalah 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi
adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan
(8,1%), dan Banten (8,0%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada
kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), perempuan (4,9%).
Angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit diare di Indonesia masih
tinggi. Proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah kelompok umur 6
sampai 11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan
sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan
proporsi terkecil pada kelompok umur 54– 59 bulan yaitu 2,06%.
Peran perawat profesional haruslah terampil dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan gangguan sistem pencernaan: diare, dengan
menentukan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan,
implementasikan sesuai intervensi dan melaksanakan evaluasi asuhan
keperawatan.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu: “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan
Diare?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan yang
diberikan pada anak dengan Diare.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat memahami konsep penyakit diare.
b. Dapat memahami dan melakukan pengkajian keperawatan pada anak
dengan diare.
c. Dapat memahami dan menentukan diagnosa keperawatan pada anak
dengan diare.
d. Dapat memahami dan menentukan intervensi keperawatan pada anak
dengan diare.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Penyakit Diare


Menurut Brunner (2016), diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh
peningkatan frekuensi defekasi (lebih dari 3 kali sehari), peningkatan jumlah
feses dan perubahan fase konsistensi (feses encer), diare biasanya disertai
dengan urgensi, ketidaknyamanan, nyeri perianal, inkontinensia atau kombinasi
dari faktor-faktor tersebut.
Menurut Fraser (2011), diare merupakan kondisi beragam yang dapat
timbul dari berbagai penyebab. Diare akut berlngsung paling lama beberapa
minggu dan diare kronis berlangsung selama lebih dari 6 minggu.
Diare pada anak merupakan gejala yang cukup umum dari berbagai
kondisi mulai dari diare ringan yang disertai dengan sedikit dehidrasi sampai
diare sangat parah yang memerlukan perawatan yang cepat dan efektif.
(Hatfield, 2008)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, diare adalah
meningkatnya pengeluaran cairan berupa feses yang lebih dari 3 kali dalam
sehari, feses tersebut biasanya bersifat cair yang menyebabkan kekurangan
cairan dalam tubuh.

B. Etiologi
Menurut mansjoer (2005), diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi,
selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah
satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar
saluran pencernaan.
Faktor penyebab diare, antara lain:
1. Infeksi: virus (Rotavirus, Adenovirus, Norwalk), bakteri (Shigella,
Salmonella, E.Coli, Vibrio); parasite (protozoa: E. Histolytica, G. lamblia,
Balantidium coli; cacing perut: Askaris, Trikuris, Strongiloideus; dan
jamur: Kandida).
2. Malabsorpsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak, atau protein

3
3. Makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Imunodefisiensi

C. Anatomi Fisiologi

Gambar. usus halus dan usus besar


Sumber: Snell, Richard S. 2012. Clinical anatomy by regions. Philadelphia:
Includes index

1. Usus halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter
panjang dalam keadaan hidup. Angka yang biasa diberikan, enam meter
adalah penemuan setelah mati bila otot kehilangan tonusnya. Usus halus
memanjang dari lambung, sampai katup ileo-kalika, tempat bersambung
dengan usus besar.
Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang 25 cm panjangnya,
berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi kepala pancreas.
Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam duodenum pada
satu lubang yang disebut ampula hepatopankreatika, atau ampula Vateri,
sepuluh sentimeter dari pylorus.
Yeyunum menempati dua perlima sebelah atas dari usus halus yang
selebihnya. Ileum menempati tiga perlima akhir.
Dinding usus halus terdiri atas keempat lapisan yaitu:
a. Dinding lapisan luar, membrane serosa, yaitu perironeum yang membalut
usus dengan erat.

4
b. Dinding lapisan berotot, teridi dari dua lapis serabut; serabut longitudinal,
dan serabut sirkular.
c. Dinding sub mukosa, terdapat antara otot sirkular dan lapisan yang
terdalam yang merupakan perbatasannya.
d. Dinding mukosa, dinding sub mukosa dan mukosa dipisahkan oleh otot
datar disebut mukosa muskularis.
Fungsi usus halus, mencerna dan mengabsorbsi kine dari lambung. Isi
duodenum adalah alkali. Isinya yang cair dijalankan oleh serangkaian
gerakan peristaltic yang cepat.
2. Usus besar
Usus besar atau kolon yang kira-kira satu setengah meter panjangnya
adalah sambungan dari usus halus dan mulai di katup ileokolik atau
ileosekal, yaitu sisa makanan lewat. Refleks gastrokolik terjadi ketika
makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam usus
besar. Refleks ini menyebabkan defekasi atau pembuangan air besar .
Kolon sebagai kantong yang mekar dan terdapat apendiks vermiformis
atau atau umbai cacing. Apendiks juga terdiri atas keempat lapisan dinding
yang sama seperti usus lainnya, hanya lapisan submukosanya berisi
sejumlah besar jaringan limfe, yang dianggap mempunyai serupa dengan
tonsil.
Rektum sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar, dimulai pada
kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal yang kira-kira 3 cm
panjangnya. Saluran ini berakhir ke dalam anus yang dijaga otot internal
dan eksternal.
Fungsi usus besar, usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan atau
absorpsi makanan. Bila usus halus mencapai sekum, semua zat makanan
telah diasorpsi dan isinya cair. Selama perjalanan di dalam kolonisinya
makin padat karena air arobspi dan ketika rectum dicapai maka sifat feses
padat dan lunak. Fungsi kolon dapat diringkas sebagai berikut; asorpsi air,
garam, dan glukosa. Sekresi musin oleh kelenjar didalam lapisan dalam
(Pearce, 2017).

5
D. Patofisiologi
Menurut Silbernagl (2007), diare dapat memiliki berbagai penyebab:
1. Diare osmotik
Terjadi akibat asupan sejumlah besar makanan yang susah diserap
bahkan dalam keadaan normal, atau pada malabsorpsi. Termasuk dalam
kelompok pertama adalah sorbitol, fruktosa, garam magnesium, serta anion
yang susah diserap seperti sulfat, fosfat, atau sitrat. Zat yang tidak diserap
bersifat aktif secara osmotik pada usus halus sehingga menarik air kedalam
lumen.
2. Malabsorbsi karbohidrat
Penurunan absorpsi Na+ di usus halus bagian atas menyebabkan
penyerapan air berkurang. Akan tetapi bakteri di dalam usus besar dapat
memetabolisme karbohidrat yang tidak diserap menjadi asam organik yang
berguna untuk menghasilkan energi, yang bersama-sama dengan air akan
diserap di dalam kolon, hanya gas yang dihasilkan dalam jumlah besar
sebagai bukti malabsorpsi karbohidrat. Jika jumlah yang tidak diserap >1/4
suplai karbohidrat normal, atau bakteri usus dihancurkan oleh antibiotik
akan terjadi diare.
3. Diare sekretorik
Teradi jika sekresi Clˉ di mukosa usus halus diaktifkan (-›C). Di
dalam sel mukosa, Clˉ secara sekunder aktif diperkaya oleh pembawa
simport Na+-K+-2Clˉ basolateral dan disekresi melalui kanal Clˉ di dalam
lumen. Kanal ini akan sering membuka ketika konsentrasi cAMP intrasel
meningkat. cAMP dibentuk dalam jumlah lebih besar jika terdapat, missal
laksatif dan toksin bakteri tertentu (Clostridium difficile, vibrio cholera).
Toksin kolera menyebabkan diare masif ( hingga 1000 mL/jam) yang dapat
secara cepat mengancam nyawa akibat kehilangan air, K+ dan HCO3ˉ
(syok hipovolemik, hypokalemia, asidosis nonrespiratorik). Pembentukan
VIP (vasoactive intestinal peptide) yang berlebihan oleh sel tumor pulau
pankreas juga menyebabkan tingginya kadar cAMP di mukosa usus
sehingga mengakibatkan diare yang berlebihan.

6
E. Manifestasi Klinis
Menurut mansjoer (2005), tanda dan gejala anak diare ditandai dengan;
awalnya anak menjadi cengeng, bising usus hiperaktif, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja
berubah menjadi kehiau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan
sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila telah
banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan
turun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang.
Selaput lendir mulut dan bibir kering.

F. Klasifikasi Diare
Menurut Wong (2009), diare dapat diklasifikasikan, sebagai berikut:
1. Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut
didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang
sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus Gastroenteritis
Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atau
(ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya sembuh
sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi
yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
2. Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari.
Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan,
intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat
dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
3. Diare intraktabel
Diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada bayi
dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa

7
ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya dan bersifat
resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang paling sering
adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.
4. Diare kronis nonspesifik
Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau
diare todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada
anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek dan
sering disertai dengan partikel makanan yang tidak tercerna, dan lamanya
diare lebih dari 2 minggu. Anak-anak yang menderita diare kronis
nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan tidak terdapat gejala
malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi
enterik.

8
Immunodefisiensi
G. Pathway
Imun menurun
Infeksi Makanan

Berkembang diusus Toksik tak dapat diserap

Hipersekresi air &


elektrolit Hiperperistaltik Malabsorpsi KH, lemak,
protein

Isi usus Penyerapan makanan


diusus menurun Meningkatnya tekanan
osmotik

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus

DIARE

Frekuensi BAB meningkat Distensi Abdomen

Hilang cairan & elektrolit Kerusakan integritas kulit Mual muntah


berllebihan
Nafsu makan menurun
Gangguan keseimbangan
cairan & elektrolit
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Dehidrasi kebutuhan tubuh

Kekurangan volume
cairan Nyeri akut

Sumber: Mansjoer (2005), Silbernagl (2007), Wong (2009).

9
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a) Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
b) Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar
karena shigellosis), suspek kolera.
c) Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah
tidak di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak
mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa
berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare
disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
2. Penatalaksanaan nonmedis
a) Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila
tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah
sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit
yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi
rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi
penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita
tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus.
b) Berikan obat Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam
tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide
Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan
mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan
fungsi selama kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti
mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi
frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan

10
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan. Dosis pemberian Zinc pada
balita:
-Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari
- Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan
air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.
c) Pemberian ASI / Makanan
Pemberian makanan/ASI selama diare bertujuan untuk
memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat
dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang
masih minum Asi harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum
susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak uis 6
bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan
padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti,
pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan.
d) Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus
diberi nasehat tentang : 1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
Diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan/minum
sedikit, timbul demam, tinja berdarah, tidak membaik dalam 3 hari.
(Kemenkes RI. 2011)

I. Pencegahan
Menurut Agtini (2011), Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar
dan efektif yang dapat dilakukan, Perilaku Sehat yaitu;
1. Pemberian ASI
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu
formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat

11
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan
atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak
dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare.
Keadaan seperti ini di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI
Eksklusif). ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan
adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut
memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir,
pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar
terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol.
Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri
penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare
yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara
bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku
pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian
terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping
ASI, yaitu:
a) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari).
Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.
b) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-
bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,
kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya.
c) Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi
anak dengan sendok yang bersih.
d) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

12
3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui
Face-Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut
melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja,
misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum
yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh
penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko menderita diare
lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air
bersih.Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu
dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi
makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian
diare ( Menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%).
5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan
risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban
harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b) Bersihkan jamban secara teratur.
c) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

13
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesis
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,
pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik serta riwayat kesehatan dahulu.
Wawancara memeberikan data yang perawat dapatkan dari pasien dan
orang terdekat lainnya melalui percakapan dan pengamatan, harus
mencakup semua data yang relevan. (Doenges, 2018 )
2. Data hasil pemeriksaan
a) Keadaan umum
1) Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
2) Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
3) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
b) Berat badan
Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi biasanya mengalami
penurunan berat badan.
c) Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-
ubunnya biasanya cekung
2) Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak
matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang
kelopak matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila mengalami
dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.
3) Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak
sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.
4) Telinga

14
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
5) Mulut dan Lidah
a. Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
b. Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
c. Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
6) Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada
kelainan pada kelenjar tyroid.
7) Abdomen
a. Inspeksi
Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
b. Palpasi
Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada
pasien diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada
pasien dehidrasi berat kembali > 2 detik.
c. Auskultasi
Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya
meningkat
8) Ektremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal,
akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT
kembali < 2 detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT
kembali > 2 detik, akral teraba dingin, sianosis.
9) Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di
lakukan pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus. (Hidayat.
2012).
3. Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium
a. Kultur feses: dapat mengidentifikasi adanya bakteri.
b. Feses untuk ovum dan parasit (O & P): dapat mengidentifikasi
adanya parasit.
c. Panel virus atau kultur feses: untuk menentukan adanya virus.

15
d. Feses untuk darah samar: dapat positif jika terdapat inflamasi
ulserasi dalam saluran cerna.
e. Feses untuk leukosit: dapat positif dalam kasus inflamasi atau
infeksi
f. pH/penurunan zat feses: untuk melihat apakah diare disebabkan
oleh intoleransi karbohidrat.
g. Panel elektrolit: dapat mengindikasikan dehidrasi
h. Rontgen abdomen (KUB dan tegak lurus): adanya feses dalam
kolon dapat mengindikasikan konstipasi atau impaksi fekal
(pengerasan feses dalam jumlah besar yang tidak bergerak); kadar
cairan udara dapat mengindikasikan obstruksi usus (Kyle, 2015).

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. (Tim Pokja, 2017)
1. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan absorpsi nutrien
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan eksresi/diare
5. Nyeri akut berhubungan dengan diare memanjang (Doenges, 2018).

16
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1. Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan Mandiri: Mandiri:
dengan Inflamasi, keperawatan selama … x … 1. Observasi dan dokumentasikan 1. Membantu membedakan
iritasi, atau jam, diharapkan diare dapat frekuensi, karakteristik, jumlah, penyakit individual dan
malabsorpsi teratasi, dengan kriteria penyebab diare. mengkaji keparahan episode.
hasil: 2. Tingkatkan tirah baring pada 2. Istirahat mengurangi
1. Melaporkan penurunan anak mobilitas usus dan
frekuensi buang air besar menurunkan laju metbolik
dan kembali ke ketika infkesi atau hemoragi
konsistensi feses yang merupakan suatu
lebih normal. komplikasi.
2. Mengindentifikasi dan 3. Berikan cairan oral secara 3. Konsumsi kembali cairan
menghindari faktor bertahap, berikan air minum per secara bertahap dapat
pendukung. jam mencegah kram dan
kekambuhan diare;
bagaimana cairan dingin
dapat meningkatkan
mobilitas usus.
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Bantu keluarga pasien jika anak 1. Dorongan untuk buang air
ingin BAB agar feses keluar besar dapat terjadi tanpa
secara tepat. peringatan dan menjadi tidak
terkendali sehingga
meningkatkan risiko
inkotinensia dan feses dapat
keluar jika fasilitasnya tidak
dalam jangkauan.

17
2. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Mandiri: Mandiri:
cairan berhubungan keperawatan selama … x … 1. Observasi tanda-tanda vital, 1. Indikator keadekuatan
dengan kehilangan jam, diharapkan volume status membran mukosa, dan volume sirkulasi. Hipotensi
cairan aktif cairan dalam batas normal , turgor kulit ortostatik dapat terjadi
dengan kriteria hasil: dengan risiko jatuh/cedera
1. Mempertahankan urine segera setelah perubahan
output sesuai usia anak posisi
2. TTV dalam keadaan 2. Observasi jumlah dan tipe 2. Pasien tidak mengkonsumsi
batas normal masukan cairan. cairan sama sekali
3. Tidak ada tanda-tanda mengakibatkan dehidrasi
dehidrasi, elastisitas atau mengganti cairan untuk
turgor kulit baik dan masukan kalori yang
membran mukosa berdampak pada
lembab keseimbangan elektrolit
3. Timbang berat badan setiap hari 3. Indikator cairan keseluruhan
sesuai protokol dan status nutrisi

4. Membuat jadwal yang tepat 4. Melibatkan pasien dalam


untuk memeberikan cairan rencana untuk memperbaiki
ketidakseimbangan
memperbaiki kesempatan
untuk berhasil
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Berikan cairan IV dan elektrolit, 1. Mungkin diperlukan untuk
sesuai indikasi mengisi kembali volume
cairan dan menurunkan
risiko komplikasi terkait
ketidakseimbangan
elektrolit.

18
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Mandiri: Mandiri:
nutrisi kurang dari keperawatan selama … x … 1. Kaji berat badan, usia, dan 1. Menyediakan data dasar
kebutuhan tubuh jam, diharapkan nutrisi anak massa tubuh. pembanding.
berhubungan dengan dalam batas normal , dengan
penurunan intake kriteria hasil:
makanan 1. Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan 2. Membantu anak untuk makan, 2. Pasien mendeteksi
2. Berat badan ideal sesuai dengan lingkungan yang pentingnya dan dapat
dengan tinggi badan nyaman. beraksi terhadap tekanan.
3. Tidak ada tanda-tanda Komentar apapun yang
malnutrisi dapat terlihat sebagai
4. Tidak terjadi penurunan paksaan memberikan fokus
berat badan yang berarti pada makanan.
3. Berikan makan sedikit dan 3. Dilatasi gaster dapat terjadi
makanan kecil tambahan, yang bila pemberian makan
tepat. terlalu cepat setelah periode
puasa.
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Memberitahu orang tua untuk 1. Mengurangi bantuan
membatasi aktivitas fisiknya kebutuhan metabolik dalam
selama sakit mencegah penurunan kalori
dan penyimpanan energi.
2. Berikan vitamin dan mineral 2. Berbagai suplemen mungkin
diperlukan, bergantung pada
banyak faktor.

4. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Mandiri: Mandiri:


kulit berhubungan keperawatan selama … x … 1. Pantau adanya kemerahan pada 1. Area ini meningkat
dengan eksresi/diare jam, diharapkan integritas kulit risikonya untuk kerusakan

19
kulit anak baik, dengan dan memerlukan pengobatan
kriteria hasil: lebih intensif
1. Integritas kulit yang baik 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap 2. Sering mandi mebuat
bisa bersih dan kering kekeringan kulit
dipertahankan(sensasi 3. Gunakan krim kulit dua kali 3. Melicinkan kulit dan
elastisitas, temperatur, sehari dan setelah mandi menurukan gatal
hidrasi,pigmentasi) 4. Monitor aktivitas dan mobilisasi 4. Meningkatkan sirkulasi dan
2. Tidak ada luka/lesi pada anak perfusi kulit dengan
kulit mencegah tekanan lama
3. Perfusi jaringan baik pada jaringan.
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Memeberitahu keluarga tentang 1. Perbaikan nutrisi dan hidrasi
pentingnya masukan akan memperbaiki kondisi
nutrisi/cairan. kulit.
5. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Mandiri: Mandiri:
berhubungan dengan keperawatan selama … x … 1. Kaji skala nyeri sesuai dengan 1. Nyeri kolik intermiten
diare memanjang jam, diharapkan nyeri dapat usia anak terjadi dengan penyakit
berkurang, dengan kriteria Chron. Nyeri pra-defekasi
hasil: sering terjadi pada ulserasi
1. Melaporkan nyeri kolitis disertai urgensi, yang
mereda atau terkontrol mungkin hebat dan
2. Tampak relaks dan bekelanjutan.
mampu tidur serta 2. Berikan tindakan yang memberi 2. Meingkatkan relaksasi,
istirahat secara baik rasa nyaman (mis., menggosk memnfokuskan kembalui
punggung, reposisi). perhatian dan dapat
meingkatkan kemampuan
koping.
3. Perhatikan isyarat nonverbal, 3. Bahasa tubuh atau isyarat
seperti gelisah, enggan bergerak, nonverbal dapat bersifat
melindungi area abdomen, fisiologis dan psikologis

20
menarik diri, dan depresi. serta dapat digunakan
Investigasi perbedaan antara bersamaan dengan isyarat
isyarat verbal dan nonverbal. verbal untuk menentukan
luas dan keparahan masalah
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Berikan medikasi sesuai 1. Nyeri bervariasi dari
indikasi, contohnya : ringan hebat dan
Analgesik memerlukan manajmen
untuk menfasilitas
istirahat dan pemulihan
yang adekuat.
(Doenges, 2018)

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare adalah meningkatnya pengeluaran cairan berupa feses yang
lebih dari 3 kali dalam sehari, feses tersebut biasanya bersifat cair yang
menyebabkan kekurangan cairan dalam tubuh.
Diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya; faktor
infeksi, faktor malabsorpsi, faktor makanan, dan faktor psikologis. Pasien
dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri
perut sampai kejang perut, demam dan diare. Terjadinya renjatan
hipovolemik harus dihindari. Kekurangan cairan menyebabkan pasien
akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
menurun.
Dalam proses pengkajian keperawatan, perawat harus mengetahui
data-data yang lebih mendalam dari kliennya seperti adanya faktor
penyebab diare pada anak. Selain itu, perawat harus mengkaji status nutrisi
anak dan volumme cairan. Selanjutnya dilakukan diagnosa keperawatan,
dalam mendiagnosa tentunya perawat harus mengetahui tanda dan gejala
dari penyakit diare dan mencocokan data yang didapat dari anak,
selanjutnya yaitu dilakukannya perencanaan. Dalam perencanaan perawat
harus melibatkan orang tua sehingga diharapkan perawatan yang diberikan
pada anak penyakit diare akan berjalan dengan tepat dan cepat.

B. Saran
Orang tua tentunya harus selalu mengawasi anak tentang makanan
yang dimakan anak dan kebersihan diri anak agar dapat dapat mengurangi
terjsadinya diare pada anak. Keluarga atau orang tua dalam merawat anak
peyakit diare harus selalu mendampingi anaknya dalam proses asuhan
keperawatan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Agtini, Magdarina D. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: kemenkes RI.


Brunner dan Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn. 2018. Rencana Asuhan Keperawata: Pedoman Asuhan Klien
Anak-Dewasa. Jakarta: EGC.
Fraser, Victoria. 2011. Ecyklopedia of Diseases and Disorder. Singapore:
Marshall Cavendish.
Hatfield, Nancy T. 2008. Broadribb’s Introductory Pedriatric Nursing.
Philadelphia: Walters kluwer.
Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: salemba
medika.
Kemenkes RI. 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Kyle, Terri. 2014. Buku Praktik Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapis.
Pearce, Evelyn C. 2017. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: CV
Prima Grafika.
Riset Keperawatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%2
02013.pdf pada tanggal 24 Maret 2019.
Silbernagl, Stefan. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Snell, Richard S. 2012. Clinical anatomy by regions. Philadelphia: Includes index
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia..
jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Wong, dkk. (2009). Wong Buku ajar keperawatan pediatrik Volume2. Jakarta:
EGC

23

Anda mungkin juga menyukai