Anda di halaman 1dari 20

MISKONSEPSI DAN

KONTROVERSI IMUNISASI
dr. Fransiska Sri Susanti, Sp.A
RS PMI BOGOR
MISKONSEPSI
1. PENYAKIT TELAH MENGHILANG
SEBELUM VAKSIN DIPERKENALKAN, AKIBAT
PERBAIKAN SANITASI DAN HIGIENE

Faktor2 yang meningkatkan harapan hidup a.l. Perbaikan sanitasi dan higiene, kondisi
sosial ekonomi yang membaik, nutrisi yang cukup, penemuan antibiotik, kepadatan
penduduk yang berkurang, angka kelahiran yang menurun.

Pengalaman di banyak negara brekembang :


• penghentian program imunisasi menyebabkan peningkatan jumlah kasus penyakit
• Mortalitas dan morbiditas menurun sejak ditemukannya vaksin
Jelas bahwa dampak imunisasi lebih besar daripada perbaikan sanitasi
2. MAYORITAS ANAK YANG SAKIT
TELAH DIVAKSINASI

Dalam kondisi KLB jumlah anak yang sakit dan pernah diimunisasi mungkin
lebih banyak daripada yang sakit dan belum diimunisasi.
• Efektifitas vaksin 85-95%. Tidak ada yang 100%
• Proporsi anak yang diimunisasi leboh banyak daripada yang belum
diimunisasi.
• Contoh: 1000 murid
• 975 diimunisasi  50 sakit
• 25 tidak diimunisasi  25 sakit
• Menurut antivaks: yang sakit 67% sudah diimunisasi, 33% belum diimunisasi
• Padahal efek proteksi imunisasi (975-50)/975 = 94.8 % , efek proteksi tidak
diimunisasi 0%
3. VAKSIN MENIMBULKAN EFEK
SAMPING YANG BERBAHAYA,
KESAKITAN, DAN BAHKAN KEMATIAN

• Vaksin merupakan produk yang sangat aman


• Hampir semua efek simpang ringan dan sementara
• KIPI: semua kejadian sakit pasca imunisasi. Prevalensi dan jenisnya hampir
sama dengan kondisi tanpa adanya program imunisasi. Sebagian kecil
berkaitan dengan vaksin dan imunisasinya, sebagian besar koinsidens
• Kematian oleh vaksin sangat sedikit. Di Amerika kematian dalam KIPI selama
1990-1992 mungkin hanya 1 yang berhubungan dengan vaksin
• Besarnya risiko << besarnya manfaat vaksin
RISIKO MORBIDITAS DAN MORTALITAS
AKIBAT PENYAKIT DAN AKIBAT VAKSIN

Penyakit Vaksin
Campak MMR
• Pneumonia 6 : 100 • Ensefalitis atau 1 : 1.000.000
• Ensefalitis 1 : 1000 reaksi alergi berat
• Meninggal 2 : 1000
Rubela
• SRK 1:4
Difteria
• Meninggal 1 : 20
RISIKO MORBIDITAS DAN MORTALITAS
AKIBAT PENYAKIT DAN AKIBAT VAKSIN

Penyakit Vaksin
Difteria DTaP
• meninggal 1 : 20 • menangis terus 1 : 1000
lalu pulih kembali
Tetanus • Kejang lalu pulih 1 : 14.000
• Meninggal 2 : 10 kembali
• Pneumonia 1:8 • Ensefalopati akut 0-10,5 : 1.000.000
• Ensefalitis 1 : 20 • Kematian tidak terbukti
4. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH OLEH
VAKSIN TELAH TIDAK ADA SEHINGGA
ANAK TIDAK PERLU IMUNISASI

• Angka kejadian beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin


telah menurun drastis
• Namun di negara lain masih cukup tinggi
• Orang membawa penyakit dari daerah yang kasus penyakitnya masih
tinggi
• Tetap harus diimunisasi karena:
• anak yang tidak terproteksi masih dapat terinfeksi
• Penting untuk melindungi anak lain di sekitarnya ( anak yang tidak bisa imunisasi
atau yang respons terhadap imunisasinya kurang)
5. PEMBERIAN VAKSIN KOMBINASI
MENINGKATKAN RISIKO EFEK SAMPING YANG
BERBAHAYA DAN DAPAT MEMBEBANI SISTEM
IMUN

• Anak terpapar banyak antigen setiap hari


• Dalam keadaan normal penambahan jumlah antigen dalam vaksin tidak
mungkin memberikan beban tambahan pada sistem imun dan tidak bersifat
imunosupresif pada anak normal
• Keuntungan: mengurangi jumlah suntikan, mengurangi biaya penyimpanan
dan pemberian vaksin, mengurangi biaya kunjungan ke faskes, memfasilitasi
penambahan vaksin baru ke dalam program imunisasi
• Efek simpang tidak meningkat
• Respons antibodi tidak berbeda
6. BILA ANAK TIDAK DEMAM PASCA
IMUNISASI BERARTI VAKSINNYA TIDAK
BEKERJA

• Imunogenitas vaksin: kemampuan membentuk imunitas yang menentukan


daya proteksi vaksin
• Reaktogenitas vaksin: respons tubuh yang tidak nyaman setelah imunisasi
7. SETELAH IMUNISASI POLIO ORAL
BAYI TIDAK BOLEH MINUM ASI SELAMA
BEBERAPA JAM
• ASI tidak memperlihatkan hambatan pada pembentukan antibodi
terhadap OPV pada bayi setelah periode neonatus

8. MISKONSEPSI VAKSIN
POLIO ORAL

• Miskonsepsi di Afrika bahwa OPV digunakan sebagai alat


kontrasepsi, membuat impoten, introduksi penyakit HIV/AIDS
KONTROVERSI
1. PELAKSANAAN PROGRAM
IMUNISASI

• Imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah telah merampas hak warga


negara untuk memilih tidak diimunisasi (hak untuk menjadi sakit dan menjadi
sumber penularan)
• Mementingkan kekebalan jangka pendek, mengganggu kekebalan janhka
panjang, penyakit pindah ke usia yang lebih tua, perlu program catch up
• Memindahkan penyakit suatu masa ke penyakit lain di masa lain,
menghilangkan satu penyakit tapi menimbulkan penyakit lain
• Sebagian wakil rakyat menuduh pemerintah membiarkan anak menjadi
autis hanya demi mencegah penyakit campak yang ringan
• Tuduhan kepada thimerosal
2. VAKSIN DAN KEAMANANNYA
A. JENIS DAN BAHAN VAKSIN

• Jenis2 vaksin yang berbeda dibuat dengan cara berbeda dan mempunyai
“kelemahan” yang berbeda
• Vaksin hidup: bila atenuasi kurang kuat menyebabkan penyakit atau respon
imun menyimpang
• Vaksin polio oral ternyata mampu mutasi balik , menimbulkan kelumpuhan
pada anak yang tidak diimunisasi  diubah menjadi injeksi
2. VAKSIN DAN KEAMANANNYA
B. BAHAN DALAM VAKSIN

• Bahan dalam vaksin: pengawet, antibeku, pewarna, bahan yang ikut dalam proses
pembuatan  bermanfaat untuk penyimpanan vaksin dosis multipel
• Thimerosal:
• mengandung etil merkuri  metabolisme jadi merkuri.
• Teoritis meningkatkan kadar merkuri dalam darah  penelitian : kadar masih dalam
rentang normal
• Tidak ada bukti ilmiah menyebabkan gangguan perkembangan
• Kandungan dlm vaksin selama imunisasi sampai 6 bulan < batas minimal
rekomendasi WHO
• Sisa formaldehid, bahan antibeku etilen glikol, gelatin, glutamat, neomisin,
streptomisin dll
• SV40: virus pada kera, menimbulkan kanker pada binatang tapi tidak pada
manusia.
2. VAKSIN DAN KEAMANANNYA
C. MANFAAT DAN EFIKASI VAKSIN
• Efikasi harus lebih besar daripada reaktogenitas vaksin

D. KECENDERUNGAN GENETIK YANG


MENYIMPANG
• Probabilitas hidup dengan pola genetik yang menyimpang  respon imun tidak
seperti yang diharapkan
• Makin tinggi cakupan imunisasi  makin banyak populasi dengan kelainan genetik
yang tercakup program  KIPI bermanfaat memperbaiki kualitas program
imunisasi tapi juga meningkatkan sikap anti imunisasi, menurunkan angka
cakupan, menaikkan risiko wabah
3. RESPONS IMUN PENERIMA
VAKSIN

• Resipien yang sakit berat atau pertahanan tubuh tidak normal  menjadi
sakit atau karier sehat
• Anak yang mendapat kortikosteroid, pasien HIV, malnutrisi berat  respon
imun lemah
• Sebelum memberikan imunisasi baca lagi kontraindikasi dan precautions
4. PEMICU

• Autisme: tidak ada hubungan antara suntikan MMR dan autisme


• Reaksi neurologik: belum jelas patologinya
• Demyelinating disease dan GBS
• Non demyelinating disease (ensefalopati, SSPE, neuropati, neuritis brakhialis
• Reaksi imunologik: terutama pada reaksi hipersensitifitas (reaksi anafilaksis,
reaksi antibodi dengan jaringan, reaksi Arthus, delayed type hypersensitivity)
• Autoimun
• diabetes
TIPS DAN ANJURAN

• Penjelasan yang jujur


• Menunjukkan empati dan perhatian yang besar
• Menghindari pertempuran emosi
• Membekali diri dengan pengetahuan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai