Anda di halaman 1dari 24

BUPATI LOMBOK TIMUR

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT


PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR
NOMOR 2 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
TAHUN ANGGARAN 2018
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LOMBOK TIMUR,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 37 ayat (4) Peraturan


Bupati Lombok Timur Nomor 29 Tahun 2015 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Bupati Lombok Timur Nomor 28 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun
anggaran 2018 perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa
Tahun Anggaran 2018;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan


Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat
I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang–undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679)
6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5717)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5558), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5694);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Nomor 2093);
9. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 6 Tahun
2016 Tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat daerah ,
Lembaran Daerah Kabupaten lombok Timur Tahun 2016 Nomor
6, NoReg Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Provinsi
Nusa Tenggara Barat; 91/2016.
10. Peraturan Bupati Lombok Timur Nomor 29 Tahun 2015 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Daerah Kabupaten Lombok
Timur Tahun 2015 Nomor 29) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Bupati Lombok Timur Nomor 28 Tahun 2016 perlu
menetapkan Peraturan Bupati tentang Perubahan atas
Peraturan Bupati Lombok Timur Nomor 29 Tahun 2015 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN


ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN
ANGGARAN 2018
Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Lombok Timur.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Lombok Timur.
4. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah iuran
wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau Badan kepada
Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Pembangunan
Daerah.
5. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah
pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
Badan.
6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
7. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan
nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut
dengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
10. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan
nama lainnya adalah lembaga yang melakukan fungsi
pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
ditetapkan secara demokratis.
11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut
APBDesa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan
Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah
Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.
12. Rencana Jangka Menengah Desa, selanjutnya disingkat
RPJM Desa, adalah Kegiatan Pembangunan Desa untuk
jangka waktu 6 (enam) tahun.
13. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disebut RKP
Desa, adalah penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun.
14. Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi
Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten/kota dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat.
15. Keuangan Desa adalah adalah semua hak dan kewajiban
Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu
berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
16. Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD adalah
dana perimbangan yang diterima Kabupaten Lombok Timur
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Lombok Timur setelah dikurangi Dana Alokasi khusus.

Pasal 2

(1) Pedoman Penyusunan APBDesa meliputi :


a. pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan
program/proyek masuk desa;
b. prinsip penyusunan APBdesa;
c. kebijakan penyusunan APBdesa; dan
d. teknis penyusunan APBdesa.
(2) Uraian Pedoman Penyusunan APBDesa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.

Pasal 3

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Kabupaten Lombok Timur.

Ditetapkan di Selong
pada tanggal …….Desember 2017

Diundangkan di Selong
pada tanggal 15 Januari 2018

BERITA DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2017 NOMOR …….


LAMPIRAN
PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR
NOMOR …. TAHUN 2017
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN
ANGGARAN 2018

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN


ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN ANGGARAN 2018
I. Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan Program/Kegiatan masuk desa
 Pencermatan Pagu indikatif desa dilakukan meliputi :
a. Rencana dana desa yang bersumber dari APBN;
b. Rencana Alokasi Dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana
perimbangan yang diterima kabupaten;
c. Rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten;
d. Rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
propinsi dan anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten.

PAGU INDIKATIF

SUMBER DANA INDIKATIF


INDIKATIF
NO. PROGRAM/KEGIATAN
BAGI HASIL BANTUAN KEUANGAN
DESA
DANA PAJAK/RET
ADD
DESA RIBUSI APBD APBD
DAERAH PROVINSI KABUPATEN

BIDANG
I PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DESA

BIDANG PELAKSANAAN
II
PEMBANGUNAN DESA

BIDANG PEMBINAAN
III
KEMASYARAKATAN

BIDANG PEMBERDAYAAN
IV
MASYARAKAT
 Sedangkan Penyelarasan rencana program/kegiatan yang masuk desa
meliputi:
a. Rencana kerja pemerintah kabupaten;
b. Rencana program dan kegiatan pemerintah, pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten;
c. Hasil penjaringan aspirasi masyarakat oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten.

RENCANA PROGRAM/KEGIATAN MASUK DESA

PERKIRAAN PERKIRAAN
NO ASAL NAMA
PAGU PELAKSANAAN
. PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM/KEGIATAN
ANGGARAN KEGIATAN
1 2 3 4 5

I PEMERINTAH

PEMERINTAH
II PROVINSI

PEMERINTAH
III KABUPATEN

IV ASPIRASI DEWAN

II. Prinsip Penyusunan APBDesa


 Penyusunan APBDesa didasarkan prinsip sebagai berikut :
1. Sesuai dengan kebutuhan pemerintahan desa berdasarkan
kewenangan desa yang telah termuat di dalam RKP Desa;
2. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan;
3. Transparan untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBDesa;
4. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat;
5. Akuntabel yaitu setiap tindakan atau kinerja pemerintah atau lembaga
dapat dipertanggungjawabkan pada pihak pihak yang memiliki hak
dan kewenangan untuk meminta keterangan dan pertanggungjawaban;
dan
6. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih
tinggi dan peraturan daerah lainnya.
III. Kebijakan Penyusunan APBDesa
Kebijakan yang perlu mendapat perhatian pemerintah desa dalam
penyusunan APBDesa terkait dengan pendapatan desa, belanja desa dan
pembiayaan adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan Desa;
Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud meliputi semua penerimaan
uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu)
tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.
Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud terdiri atas kelompok :
b. Pendapatan Asli Desa (PADesa);
c. Transfer; dan
d. Pendapatan Lain-lain

1). Pendapatan Asli Desa (PADesa)


Kelompok PADesa sebagaimana dimaksud terdiri atas jenis:
i. Hasil usaha, meliputi :
1. Hasil Badan Usaha Milik Desa;
ii. Hasil asset, terdiri atas :
1. Tanah Kas Desa;
2. Pasar Desa;
3. Pasar Hewan Desa;
4. Bangunan Kios Desa;
5. Bangunan Gedung Pertemuan
6. Gedung Olah Raga Desa
7. Bangunan Desa lainnya
8. Tambatan Perahu
9. Hutan milik Desa
10.Mata Air milik Desa
11.Pemandian Umum
12.Obyek rekreasi desa
13.Lapangan Desa
14.Aset Desa lainnya.
iii. Swadaya, partisipasi dan Gotong royong;
iv. Lain-lain PADesa;
Lain-lain pendapatan asli desa sebagaimana dimaksud antara
lain hasil pungutan desa dan banga simapanan uang di bank.
Pendapatan dari Pendapatan Asli desa sebagaimana
dimaksud, diatur dengan Peraturan Desa tentang Pungutan
Desa. Peraturan Desa tentang pungutan desa, paling sedikit
mengatur :
a. Obyek pungutan desa;
b. Subyek dan wajib pungutan desa; dan
c. Besaran pungutan desa.
Besaran pungutan desa sebagaimana harus mempertimbangkan
kebutuhan/biaya yang diperlukan untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat, kemampuan masyarakat dan
prinsip keadilan.
Desa dilarang memungut pungutan desa terhadap pelayanan
sebagai berikut :
a. Pelayanan surat pengantar;
b. Pelayanan surat rekomendasi;
c. Pelayanan surat keterangan; dan
d. Pungutan lain yang dilarang berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Mekanisme penyusunan dan penetapan Peraturan Desa
tentang Pungutan Desa mutatis mutandis dengan mekanisme
penyusunan dan penetapan Peraturan Desa tentang APBDesa.
2). Pendapatan Tranfer
Pendapatan transfer terdiri atas jenis:
A. Dana Desa;
 Dana desa merupakan alokasi anggaran dari APBN.
 Dengan tujuan untuk memberikan acuan program dan
kegiatan bagi penyelenggaraan Kewenangan Hak Asal dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa yang dibiayai oleh Dana
Desa
 Dana desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat.
 Penggunaan Dana Desa mengacu pada Permendes Nomor
19 Tahun 2017 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2018.
 Pengalokasian dana Desa untuk masing-masing Desa
dengan mempertimbangkan:
1. Jumlah penduduk;
2. Angka kemiskinan;
3. Luas wilayah; dan
4. Tingkat kesulitan geografis.
 Pengalokasian dan besaran dana desa untuk masing-
masing desa diatur dalam Peraturan Bupati.

B. Bagian dari Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;


 Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
adalah bagian penerimaan pajak daerah dan retribusi
daerah yang diberikan kepada Desa paling sedikit 10%
(sepuluh perseratus) dari yang diterima oleh Pemerintah
Daerah.
 Pengalokasian bagian hasil pajak daerah dan retribusi
daerah yang diterima Pemerintah Daerah kepada Desa,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. sebesar 60% (enam puluh perseratus) dibagi secara
merata kepada seluruh Desa; dan
b. sebesar 40% (empat puluh perseratus) dibagi secara
proporsional sesuai dengan realisasi penerimaan pajak
daerah dan retribusi daerah dari Desa masing-masing.
 Pengalokasian bagian hasil pajak daerah dan retribusi
daerah berdasarkan perolehan pajak dan retribusi
daerah tahun anggaran sebelumnya.
 Pengalokasian bagian hasil pajak dan retribusi daerah
yang diterima Daerah kepada Desa ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
 Dana bagi hasil pajak dan retrebusi daerah dipergunakan
untuk operasional pemungut Pajak Bumi Bangunan,
pengadaan sarana prasarana desa, pembangunan dan lain-
lain sesuai dengan hasil musyawarah desa.

C. Alokasi Dana Desa (ADD);


1. Pemerintah Daerah mengalokasikan ADD paling sedikit
sebesar 10 % (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima Pemerintah
Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (DAK).
2. Pengalokasian penerimaan ADD untuk setiap desa
dengan mempertimbangkan :
i. Kebutuhan penghasilan tetap Kepala Desa dan
Perangkat Desa; dan
ii. Jumlah penduduk Desa, angka kemiskinan Desa,
luas wilayah Desa, dan tingkat kesulitan geografis
Desa.
3. Penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa
dianggarkan dalam APBDesa yang bersumber dari ADD.
4. Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap kepala desa
dan perangkat desa menggunakan perhitungan sebagai
berikut :
a. ADD yang kurang dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) digunakan paling banyak 60% (enam puluh
perseratus);
b. ADD yang berjumlah Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan Rp. 700.000.000,00 (tujuh
ratus juta rupiah) digunakan antara Rp 300.000.000
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
50% (lima puluh perseratus);
c. ADD yang berjumlah Rp. 700.000.000,00 (tujuh ratus
juta rupiah) sampai dengan Rp. 900.000.000,00
(Sembilan ratus juta rupiah) digunakan antara Rp.
350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak 40% (empat puluh
perseratus); dan
d. ADD yang lebih dari Rp. 900.000.000,00 (Sembilan
ratus juta rupiah) digunakan antara Rp. 360.000.000
(Tiga Ratus Enam Puluh Juta Rupiah) sampai dengan
paling banyak 30% (tiga puluh perseratus).
5. Bupati menetapkan besaran penghasilan tetap :
a. Kepala Desa
b. Sekretaris Desa paling sedikit 70% (tujuh puluh
perseratus) dan paling banyak 80% (delapan puluh
perseratus) dari penghasilan tetap kepala desa per
bulan dan;
c. Perangkat Desa selain Sekretaris Desa paling sedikit
50% (lima puluh perseratus) dan paling banyak 60%
(enam puluh perseratus) dari penghasilan tetap kepala
desa per bulan.

6. Pengalokasian dan besaran ADD untuk masing-masing


desa ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
7. Penyaluran Alokasi Dana Desa yang bersumber dari Dana
Alokasi Umum akan disalurkan setiap bulan pada tahun
anggaran berjalan.
8. Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) yang telah
direncanakan oleh Kepala Desa, BPD dan disetujui oleh
Camat.
9. ADD digunakan untuk pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan, Pembangunan Desa, Pembinaan
kemasyarakat dan pemberdayaan masyarakat Desa, sesuai
kewenangan desa yang antara lain untuk :
a. ATK, Foto kopi;
b. Biaya makan minum rapat/tamu;
c. Pembenahan Administrasi Desa & Profil Desa;
d. Bantuan Operasional LKMD;
e. Insentif Kader Posyandu;
f. Pengembangan BUMDes;
g. Pendayagunaan Teknologi Tepat Guna;
h. Pembangunan atau renovasi kantor desa serta
penataan kantor;
i. Penataan lingkungan berbasis STBM, rabat, sarana
perpipaan, irigasi, dll;
j. Pembangunan rumah tidak layak huni;
k. Pengadaan Sepeda Motor Dinas Operasional
untuk Kepala Dusun;
l. Mendukung kegiatan 10 program pokok PKK paling
sedikit Rp5.000.000,- (lima juta rupiah);
m. Mendukung Kegiatan Perpustakaan Desa;
n. Mendukung Program Keluarga Berencana
Menggunakan Kontrasepsi Jangka Panjang;
o. Pembangunan Pos Kamling;
p. Pembelian Tanah kas desa;
q. Premi Kesehatan bagi masyarakat miskin;
r. Isbat nikah bagi masyarakat miskin; dan
s. Atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan RKP Desa.

D. Bantuan Keuangan dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah


Kabupaten. Bantuan Keuangan dari Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten dapat bersifat umum dan khusus.
Bantuan Keuangan bersifat khusus dikelola dalam APBDesa
dan dibelanjakan sesuai dengan tujuan pemberian bantuan
keuangan, sehingga tidak berlaku ketentuan penggunaan
paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dan paling banyak
30% (tiga puluh perseratus).
3). Pendapatan Lain-lain.
Kelompok pendapatan lain-lain terdiri atas jenis:
a. Hibah dan Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat;
dan Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak
mengikat adalah pemberian berupa uang dari pihak ketiga
yang tidak mengikat atau terkait dengan pelayanan
Pemerintahan Desa.
b. Lain-lain pendapatan Desa yang sah.
Lain-lain pendapatan Desa yang sah antara lain pendapatan
sebagai hasil kerjasama dengan pihak ketiga, bantuan
perusahaan yang berlokasi di desa dan hasil temuan
inspektorat/BPKP/BPK

2. Belanja Desa;
Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang
merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa.
Belanja desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan
kewenangan Desa.
 Klasifikasi Belanja Desa terdiri atas Bidang :

1) Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, antara lain dengan


kegiatan :
1. Penyediaan dana untuk Siltap Kepala Desa & Perangkat Desa;
2. Penyediaan dana untuk penghasilan staf Perangkat Desa;
3. Penyediaan dana untuk tunjangan kepala desa dan Perangkat
Desa ;
4. Penyediaan dana untuk tunjangan penjabat Kepala Desa;
5. Penyediaan dana untuk tambahan tunjangan Kepala Desa dan
Perankat desa;
6. Penyediaan dana untuk tunjangan Ketua dan Anggota BPD;
7. Penyediaan dana untuk Insentif RT/RW
8. Penyediaan dana untuk Tunjangan Kesehatan bagi Kepala
Desa dan Perangkat Desa;
9. Penyediaan dana untuk Tunjangan Ketenagakerjaan bagi
Kepala Desa dan Perangkat Desa;
10. Penyediaan dana untuk Honorarium PTPKD;
11. Operasional Perkantoran;
12. Operasional BPD;
13. Operasional RT;
14. Operasional Pemunggut pajak
15. Operasional Adminduk tingkat desa
16. Operasional Pengelolaan Perpustakaan Desa;
17. Penyusunan Perdes Pungutan Desa;
18. Penyusunan Perdes APBDesa
19. Penyusunan Perdes tentang Perubahan APBDesa
20. Penyusunan Laporan ralisasi Pelaksanaan APBDesa;
21. Penyusunan Perdes Pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APBDesa;
22. Penyusunan RKPDesa;
23. Penyusunan RPJMDesa;
24. Pelaksanaan Musyawarah Desa;
25. Penyusunan LKPPD dan LPPD akhir tahun;
26. Penyusunan LKPPD dan LPPD akhir masa jabatan;
27. Penyusunan Kewenangan Desa;
28. Penyusunan Pengelolaan Tanah Kas Desa;
29. Pembentukan & Penyusunan Perdes Bumdesa
30. Penyusunan Perdes SOTK
31. Pemutahiran Data Penduduk Desa
32. Pengukuran, Pelacakan dan Peta batas desa;
33. Penyelenggaraan Pilkades
34. Penyelenggaraan Seleksi Perangkat Desa
35. Penyusunan Profil Desa
36. Penyediaan papan informasi desa;
37. Penyediaan dan pengembangan SID
38. Penyediaan Internet Desa
39. Pelaksanaan & pengembangan Siskuedes
40. Pembangunan/Rehab Gedung kantor Desa
41. Pembangunan/Rehab Halaman Kantor Desa
42. Pembangunan/Rehab pagar Kantor Desa;

2) Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa, antara lain:


A. Pelayanan dasar Desa;

1. pengembangan pos kesehatan Desa dan Poliklinik desa;

2. pengembangan tenaga kesehatan Desa; setelah berkoordinasi


dengan dinas terkait;
3. pengelolaan dan pembinaan Posyandu melalui:
a. layanan gizi untuk balita;
b. pemeriksaan ibu hamil;
c. pemberian makanan tambahan;
d. penyuluhan kesehatan;
e. gerakan hidup bersih dan sehat;
f. penimbangan bayi;
g. gerakan sehat untuk lanjut usia;
h. insentif kader Kesehatan dan sanitasi desa;
i. insentif tim peduli kesehatan ibu dan anak;
j. insentif kelompok kerja posyandu;
k. biaya operasional rumah tunggu persalinan desa; dan
l. penguatan kapasitas sanitasi pilar bagi kader posyandu.

4. pembinanaan dan pengembangan program air bersih dan


kesehatan lingkungan;

5. pembinaan kegiatan Keluarga Berencana (KB) Desa;


6. pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional;
7. pemantauan dan pencegahan penyalahgunaan narkotika dan zat
adiktif di Desa;
8. Pembinaan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini;
9. Pembangunan gedung PAUD Desa;
10. Pembinaan dan penyuluhan penundaan usia perkawinan;
11. Pengadaan dan Pengelolaan sanggar belajar, sanggar seni
budaya dan perpustakaan desa;
12. Fasilitasi dan Motifasi terhadap kelompok-kelompok belajar di
Desa;

13. penyuluhan sederhana tentang penyakit menular dan penyakit


tidak menular;

14. pengelolaan kegiatan tanaman obat keluarga (toga);


15. pengadaan sarana kesehatan tingkat desa;
16. penyelenggaraan upaya promosi kesehatan;
17. fasilitasi Penyengggaraan Desa Siaga;
18. pembentukan dan Penguatan Kelompok Warga Peduli AIDs;
19. pemberian Makanan Tambahan dan Vitamin;

20. fasilitasi penyelenggaraan Pendidikan Non Formal dan Informal;

21. fasilitasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat;

22. fasilitasi Taman Bacaan Masyarakat

23. pendataan pendidikan di desa;

24. pemantauan dan pencegahan tindakan kekerasan terhadap


perempuan dan anak.

25. menerbitkan surat keterangan miskin;

26. pendataan penyandang masalah sosial dan potensi


kesejahteraan sosial;

27. Penanganan bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial; dan

28. penanggulangan kemiskinan tingkat desa.

B. Sarana dan prasarana Desa;

1. pembangunan dan pemeliharaan kantor dan balai Desa;

2. pembangunan dan pemeliharaan jalan Desa;

3. pembangunan dan pemeliharaan jalan lingungan pemukiman;

4. pembangunan dan pemeliharaan jalan usaha tani;

5. pembangunan dan pemeliharaan embung Desa;

6. pembangunan energi baru dan terbarukan;

7. pembangunan dan pemeliharaan rumah ibadah;

8. pengelolaan pemakaman Desa dan petilasan;

9. pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan;

10. pembangunan dan pengelolaan air bersih berskala Desa;

11. pembangunan dan pemeliharaan irigasi tersier;

12. pembangunan dan pemeliharaan lapangan Desa;

13. pembangunan dan pemeliharaan taman Desa;

14. pembangunan dan pemeliharaan serta pengelolaan saluran untuk


budidaya perikanan;

15. pengembangan sarana dan prasarana produksi di Desa;


16. pembangunan rumah tidak layak huni;

17. pembangunan dan pemeliharaan fasilitas penerangan jalan desa


dan sarana umum lainnya;

18. fasilitasi pembangunan rumah karena bencana;

19. fasilitasi pembangunan dan pengelolaan tempat Mandi, Cuci dan


Kakus Komunal;

20. pembangunan Sarana dan Prasarana Pemerintahan Desa;

21. pembangunan dan Pemeliharaan Saluran Pembuangan Air


Limbah dan Drainase Desa; dan

22. pengembangan sarana dan prasarana lainnya sesuai dengan


kondisi desa.

C. Pengembangan ekonomi lokal Desa;

1. pembangunan dan pengelolaan pasar Desa dan kios Desa;

2. pembangunan dan pengelolaan tempat pelelangan ikan milik


Desa;

3. pengembangan usaha mikro berbasis Desa;

4. pendayagunaan keuangan mikro berbasis Desa;

5. pembangunan dan pengelolaan keramba jaring apung dan bagan


ikan;

6. pembangunan dan pengelolaan lumbung pangan dan penetapan


cadangan pangan Desa;

7. penetapan komoditas unggulan pertanian dan perikanan Desa;

8. pengaturan pelaksanaan penanggulangan hama dan penyakit


pertanian dan perikanan secara terpadu;

9. penetapan jenis pupuk dan pakan organik untuk pertanian dan


perikanan;

10. pengembangan benih lokal;

11. pengembangan ternak secara kolektif;

12. pembangunan dan pengelolaan energi mandiri;

13. pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa;

14. pembangunan dan pengelolaan tambatan perahu;

15. pengelolaan padang gembala;

16. pengembangan wisata Desa di luar rencana induk pengembangan


pariwisata kabupaten;

17. pengelolaan balai benih ikan;

18. pengembangan teknologi tepat guna pengolahan hasil pertanian


dan perikanan;

19. pengembangan sistem usaha produksi pertanian yang bertumpu


pada sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal;

20. fasilitasi pemasaran produk Usaha Mikro Kecil;


21. pengelolaan kelompok usaha ekonomi produktif

D. fasilitasi permodalan bagi UMK (usaha mikro kecil);

1. penguatan kapasitas kelompok UMK;

2. pengembangan Kelembagaaan Petani lokal;

3. pengelolaan jaringan irigasi tingkat usaha tani dan jaringan


irigasi tingkat desa;

4. pemasyarakatan pupuk organik;

5. fasilitasi modal usaha tani;

6. fasilitasi/membantu penyediaan benih/bibit unggul;

7. pengelolaan hutan desa, kecuali hutan desa memiliki fungsi


khusus;

8. penghijauan dan konservasi tanah yang disediakan dari kebun


bibit desa;

9. pelestarian kebun bibit desa;

10. pengembangan hasil hutan bukan kayu sesuai potensi lokal desa
yang berlokasi pada hutan rakyat/hutan desa/wana wisata desa;
dan

11. pengembangan ekonomi local lainnya sesuai dengan potensi desa;

3) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa, antara lain :


1. membina keamanan, ketertiban dan ketenteraman wilayah dan
masyarakat Desa;

2. membina kerukunan warga masyarakat Desa;

3. memelihara perdamaian, menangani konflik dan melakukan


mediasi di Desa;

4. melestarikan dan mengembangkan gotong royong masyarakat


Desa;

5. pelaksanaan Penyuluhan tentang keluarga berencana;

6. pelaksanaan Pembinaan akseptor keluarga berencana;

7. pengelolaan kelompok-kelompok bina-bina keluarga;

8. fasilitasi keikutsertaan rumah tangga miskin dalam program


keluarga berencana;

9. fasilitasi ketrampilan produktif bagi keluarga prasejahtera;

10. fasilitasi bantuan pelayanan kesehatan keluarga bagi rumah


tangga miskin;

11. fasilitasi pembinaan organisasi dan kegiatan pemuda desa;

12. pengembangan sarana dan prasarana olahraga desa;

13. peningkatan sumberdaya manusia bidang olahraga;

14. Pengembangan kemasyarakatan lainnya sesuai dengan kondisi


desa
15. Pembinaan dan pengembangan TPQ.

16. penyelenggaraan olahraga tingkat desa; dan

17. pembinaan kemasyarakatan desa lainnya sesuai dengan kondisi


18. isbat nikah

4) Bidang Pemberdayaan Masyarakat, antara lain :


1. pengembangan seni budaya lokal;

2. pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi lembaga


kemasyarakatan dan lembaga adat;

3. fasilitasi pengurusan orang terlantar dan difabel;

4. fasilitasi kelompok-kelompok masyarakat melalui:

1) kelompok tani;

2) kelompok nelayan;

3) kelompok seni budaya; dan

4) kelompok masyarakat lain di Desa.

5. pemberian santunan sosial kepada keluarga fakir miskin;

6. fasilitasi terhadap kelompok-kelompok rentan, kelompok


masyarakat miskin, perempuan, anak, masyarakat adat, dan
difabel;
7. pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi paralegal
untuk memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat
Desa;

8. analisis kemiskinan secara partisipatif di Desa;

9. penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih


dan sehat;

10. pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi kader


pembangunan dan pemberdayaan masyarakat;

11. peningkatan kapasitas melalui pelatihan usaha ekonomi Desa;

12. pendayagunaan teknologi tepat guna;

13. pengelolaan tehnologi sanitasi yang berkelanjutan;

14. penyelenggaraan pembinaan sanitasi masyarakat;

15. penyelenggaraan Perencanaan Pembangunan Desa;

16. peningkatan kapasitas masyarakat melalui:

1) kader pemberdayaan masyarakat Desa;

2) kelompok usaha ekonomi produktif;

3) kelompok perempuan;

4) kelompok tani;

5) kelompok masyarakat miskin;

6) kelompok nelayan;

7) kelompok pengrajin;
8) kelompok pemerhati dan perlindungan anak;

9) kelompok pemuda; dan

10) kelompok lain sesuai kondisi Desa.

17. monitoring, evaluasi, dan pengendalian pembangunan desa;

18. pembentukan dan penguatan kader pemberdayaan masyarakat;

19. pembentukan dan penguatan organisasi kemasyarakatan di desa;

20. peningkatan peran serta masyarakat dalam kebijakan


pemerintahan;

21. pembentukan dan fasilitasi kelompok perlindungan anak desa;

22. pembentukan dan fasilitasi forum anak desa;

23. pemberdayaan masyarakat berbasis gender;

24. perlindungan korban kekerasan Berbasis Gender dan Anak di


desa;

25. pelaksanaan pengarusutamaan gender;


26. pengelolaan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga;

27. pengelolaan obyek wisata milik desa; dan

28. fasilitasi pelaku usaha pariwisata di desa

 Kegiatan-kegiatan diatas terdiri atas jenis belanja :


a. Pegawai :
 Jenis belanja pegawai dianggarkan untuk pengeluaran
penghasilan tetap dan tunjangan bagi Kepala Desa dan
Perangkat Desa, Tunjangan Kesehatan, Tunjangan
Ketenagakerjaan serta tunjangan BPD.
 Belanja Pegawai dianggarkan dalam Kelompok
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kegiatan pembayaran
penghasilan tetap dan tunjangan
 Belanja pegawai pelaksanaannya dibayarkan setiap bulan.
 Kelompok Belanja Pegawai terdiri dari :
1. Penghasilan Tetap Kepala dan Perangkat Desa
2. Penghasilan Staf Desa
3. Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa
4. Tunjangan Penjabat kepala desa & Pelaksana tugas
perangkat desa
5. Tambahan tunjangan kepala desa & perangkat desa
6. Tunjangan Ketua dan Anggota BPD
7. Tunjangan kesehatan bagi kepala desa & perangkat desa
8. Tunjangan ketenagakerjaan bagi kepala desa & perangkat
desa

b. Barang dan Jasa :

 Belanja Barang dan Jasa digunakan untuk pengeluaran


pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang
dari 12 (dua belas) bulan.
 Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud antara lain:
a. Alat tulis kantor;
b. Belanja Listrik & Elektrinik ( lampu pijar, baterai kering)
c. Belanja perangko, matrai dan benda pos lainnya;
d. Belanja Peralatan Kebersihan dan bahan pembersih;
e. Belanja Cetak dan Penggandaan
f. Belanja makan & minum rapat;
g. Belanja makan & minum tamu;
h. Belanja Perjalanan Dinas ke luar daerah;
i. Belanja perjalanan Dinas dalam kabupaten;
j. Belanja Perjalanan Dinas dalam kecamatan;
k. Transport narasumber;
l. Transport Peserta;
m. Transport petugas/anggota;
n. Ongkos tukang;
o. Ongkos pekerja;
p. Honor Tim/Panitia;
q. Honor Narasumber;
r. Honor Tenaga kesehatan non PNS
s. Insentif Pekemit;
t. Insentif kader posyandu;
u. Insentif guru paud desa;
v. Insentif guru TPA/TPQ;
w. Belanja bahan baku bangunan;
x. Bebanja bibit ternak;
y. Belanja bibit tanaman;
z. Belanja bahan peralatan;
aa. Belanja sembako
bb. Belanja bahan makan tambahan;
cc. Belanja alat-alat bermain;
dd. Belanja telepon;
ee. Belanja Air
ff. Belanja Listrik;
gg. Belanja surat kabar/majalah;
hh. Belanja kawat/faxmail/internet;
ii. Belanja Paket/pengiriman;
jj. Belanja sertifikat;
kk. Belanja Dokumen;
ll. Belanja Dekorasi;
mm. Belanja jasa sevise;
nn. Belanja Penggantian suku cadang;
oo. Belanja bahan bakar minyak/gas/pelumas;
pp. Belanja STNK
qq. Belanja Pakaian Dinas harian;
rr. Belanja pakaian hansip;
ss. Belanja pakaian batik/tradisional;
tt. Belanja pakaian olah raga;
uu. Belanja Pakaian BPD;
vv. Belanja Pakaian Lembaga kemasyarakatan;
ww. Belanja jasa pihak ke tiga
xx. Belanja Sewa Rumah;
yy. Belanja Sewa Gedung/tempat pertemuan;
zz. Belanja Sewa penginapan;
aaa. Belanja sewa lahan;
bbb. Belanja Sewa mejadan kursi;
ccc. Belanja sewa proyektor;
ddd. Belanja sewa generator;
eee. Belanja sewa alat berat;
fff. Belanja sewa molen;
ggg. Belanja sewa soundsystem;
hhh. Belanja sewa Hosting website
iii. Intensif RT/RW
jjj. Honor PTPKD
kkk. Honor Pengguna anggaran
lll. Honorarium lainnya.
mmm. Premi asuransi masyarakat miskin

c. Belanja Modal
 Belanja Modal digunakan untuk pengeluaran dalam rangka
pembelian/pengadaan barang atau bangunan yang nilai
manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan.
 Pembelian /pengadaan barang atau bangunan sebagaimana
dimaksud untuk kegiatan penyelenggaraan kewenangan desa.
 Belanja Modal dimaksud antara lain :
a. Belanja Modal pengadaan Tanah
b. Belanja Modal Peralatan Kantor;
c. Belanja Modal Perlengkapan Kantor;
d. Belanja Modal Pengadaan angkutan darat bermotor;
e. Belanja Modal Pengadaan angkutan darat tidak bermotor;
f. Belanja Modal Pengadaan angkutan di atas air bermotor;
g. Belanja Modal Pengadaan angkutan di atas air tidak
bermotor;
h. Belanja Modal alat-alat pertukangan;
i. Belanja Modal alat-alat pengolahan pertanian, peternakan
dan perikanan;
j. Belanja Modal pengadaan alat-alat komputer;
k. Belanja Modal Peralatan dapur;
l. Belanja Modal pengadaan alat-alat Studio;
m. Belanja Modal pengadaan alat-alat komunikasi;
n. Belanja Modal pengadaan sarana dan prasarana
masjid/musholla;
o. Belanja Modal pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
keagamaan;
p. Belanja Modal pengadaan sarana dan prasarana TK/Paud
desa;
q. Belanja Modal pengadaan penerangan jalan, taman dan
hutan desa;
r. Belanja Modal pengadaan instalasi listrik dan telepon;
s. Belanja Modal pengadaan buku/kepustakaan;
t. Belanja Modal pengadaan sarana dan prasarana olah raga;
u. Belanja Modal Pembangunan/Rehab Gedung kantor;
v. Belanja Modal Pembangunan/Rehab Halaman Kantor
w. Belanja Modal Pembangunan/Rehab pagar kantor;
x. Belanja Modal Pembangunan/Rehab Aula kantor Desa;
y. Belanja Modal Pembangunan/Rehab Rumah tidak layak
huni;
z. Belanja modal mormalisasi sungai;
aa. Belanja modal Percetakan sawah baru;
bb. Belanja modal Pengelolaan limbah/daur ulang sampah desa;
cc. Belanja modal Pembangunan sumur bor;
dd. Belanja Modal Pembangunan/Rehab Polindes/Poskesdes
Desa;
ee. Belanja Modal Modal Pembangunan/Pemeliharaan
Masjid/Musholla;
ff. Belanja Modal Modal Pembangunan/Pemeliharaan Lapangan
desa;
gg. Belanja Modal Modal Pembangunan/Pemeliharaan saung
Pertemuan kelompok tani;
hh. Belanja Modal Modal Pembangunan/Pemeliharaan MCK;
ii. Belanja Modal Modal Pembangunan/Pemeliharaan Jalan
Desa;
jj. Belanja Modal Pembangunan/Pemeliharaan rabat gang desa;
kk. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan SPAL;
ll. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan saluran irigasi
desa;
mm. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan saluran
drainase desa;
nn. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan talud desa;
oo. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan jembatan desa;
pp. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan gorong-gorong
desa;
qq. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan Plat deker desa;
rr. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan sarana
prasarana air bersih desa;
ss. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan DAM, embung,
Cekdam desa;
tt. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan lingkungan
desa;
uu. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan Pasar desa;
vv. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan Toko/Kios
desa;
ww. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan Tempat
sampah umum desa;
xx. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan Tambatan
perahu desa;
yy. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan Ruang rawat
inap puskesdes;
zz. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan Pusat
pembibitan desa;
aaa. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan Pos Pelayanan
Teknologi Tepat Guna;
bbb. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan TK/Paud Desa;
ccc. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan sanggar
belajar/perpustakaan Desa;
ddd. Belanja Modal Pembangunan/ Pemeliharaan bangunan
cagar budaya desa; dan lain-lain.

 Belanja Desa yang ditetapkan dalam APBDesa digunakan dengan


ketentuan:
a. Paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran
belanja Desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa; dan
b. Paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah
anggaran belanja Desa dalam APBDesa digunakan untuk :
1. Penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa dan Perangkat
Desa;
2. Operasional Pemerintah Desa;
3. Tunjangan dan operasional BPD; dan
4. Insentif RT.

 Dalam keadaan darurat dan/atau Keadaan Luar Biasa (KLB),


Pemerintah Desa dapat melakukan belanja yang belum tersedia
anggarannya.
 Keadaan darurat dan/atau KLB merupakan keadaan yang
sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang
dan/atau mendesak.
 Keadaan darurat antara lain dikarenakan bencana alam, sosial,
kerusakan sarana dan prasarana.
 Keadaan luar biasa karena KLB/wabah.
 Keadaan darurat dan luar biasa ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
 Kegiatan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud
dianggarkan dalam belanja tidak terduga.
3. Pembiayaan Desa.
Pembiayaan Desa sebagaimana dimaksud meliputi semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
 Pembiayaan Desa terdiri atas kelompok:
nnn. Penerimaan Pembiayaan;
Penerimaan Pembiayaan mencakup:
1. Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya;
SiLPA sebagaimana dimaksud antara lain pelampauan
penerimaan pendapatan terhadap belanja, penghematan
belanja, dan sisa dana kegiatan lanjutan.
SilPA merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan
untuk:
a. menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan
lebih kecil dari pada realisasi belanja;
b. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan; dan
c. mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir
tahun anggaran belum diselesaikan.
2. Pencairan Dana Cadangan;
Pencairan dana cadangan digunakan untuk menganggarkan
pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke
rekening kas Desa dalam tahun anggaran berkenaan.
3. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.
Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan digunakan
untuk menganggarkan hasil penjualan kekayaan desa yang
dipisahkan.
4. Pengeluaran Pembiayaan.
Pengeluaran Pembiayaan terdiri dari :
a. Pembentukan Dana Cadangan; dan
b. Penyertaan Modal Desa.

IV. Teknis Penyusunan APBDesa

Dalam Penyusunan APBDesa Pemerintah Desa dan BPD harus


memperhatikan hal-hal sebagai :
 Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa berdasarkan RKP Desa tahun berkenaan.
 Sekretaris Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa kepada Kepala Desa.
 Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disampaikan oleh
Kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama.
 Mekanisme pembahasan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa
paling lambat bulan Oktober sebelum tahun anggaran berjalan.
 Penetapan dan pengundangan Peraturan Desa tentang APBDesa
paling lambat tanggal 31 Desember sebelum tahun anggaran berjalan.
 Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati
bersama disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat
paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi.
 Camat menetapkan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa paling lama 20(dua puluh) hari kerja sejak
diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa.
 Hasil evaluasi ditetapkan dengan Keputusan Camat.
 Apabila Camat tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu
Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.
 Apabila Camat menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan
perundangundangan yang lebih tinggi, Kepala Desa melakukan
penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya hasil evaluasi.
 Dalam melaksanakan evaluasi rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa, Camat membentuk Tim Evaluasi yang ditetapkan dengan
Keputusan Camat
 Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan
Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa menjadi Peraturan Desa, Camat mengusulkan pembatalan
Peraturan Desa tentang APBDesa kepada Bupati, dengan tembusan
unit kerja Sekretariat Daerah yang membidangi hukum dan
pemerintahan desa.
 Bupati membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati.
 Pembatalan Peraturan Desa sekaligus menyatakan berlakunya pagu
APBDesa tahun anggaran sebelumnya.
 Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa Paling
lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan dan selanjutnya
Kepala Desa bersama BPD mencabut Peraturan Desa dimaksud.
 Pencabutan dapat dilakukan bersamaan dengan penetapan Peraturan
Desa baru tentang APBDesa sebagai pengganti Peraturan Desa yang
dibatalkan.
 Perubahan APBDesa dapat dilakukan apabila terjadi:
a. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran
antar jenis belanja;
b. keadaan yang menyebabkan SiLPA tahun sebelumnya harus
digunakan dalam tahun berjalan;
c. terjadi penambahan dan atau pengurangan dalam
pendapatan desa dalam tahun berjalan;
d. terjadinya peristiwa khusus seperti bencana alam, krisis
politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang
berkepanjangan;
e. keadaan luar biasa; atau
f. perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah dan
pemerintah daerah.
 Keadaan luar biasa adalah keadaan yang menyebabkan estimasi
pendapatan dan/atau belanja dalam APBDesa mengalami kenaikan
atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh perseratus).
Persentase 50% ( lima puluh perseratus) merupakan selisih
kenaikan atau penurunan antara pendapatan dan belanja desa
dalam APBDesa.

Anda mungkin juga menyukai