Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR INTRAABDOMEN FLEXURA HEPATICA


DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun untuk memenuhi tugas praktik Keperawatan Perioperatif

DISUSUN OLEH

FITA MARAM ANGGUN CAHYANI

P1337420216052

3B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2019
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel dengan
pertumbuhan yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2011).
Tumor abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-
beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh
secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut
berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini
mudah terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi
ureter atau vena kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan
menentukan struktur yang di bungkusnya tetapi tidak menginvasinya (E. Oswari,
2011).
Yang termasuk tumor intra abdomen antara lain, Tumor hepar, Tumor limpa /
lien, Tumor lambung / usus halus, Tumor colon, Tumor ginjal (hipernefroma),
Tumor pankreas. Pada anak-anak dapat terjadi Tumor wilms (ginjal). Yang akan
dibahaskan di sini adalah yang terutama tumor di flexura hepatica.

2. Anatomi dan Fisiologi


Usus besar merupakan sambungan dari usus halus dan berakhir di rectum yang
memiliki panjang sekitar 1,5 meter, lebarnya sekitar 5-6 cm. Usus besar ini
menghasilkan lendir yang berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi, bakteri didalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting seperti vitamin K. (Price & Wilson, 2006 : 457)
Usus besar berbentuk saluran muscular berongga yang membentang dari
saecum hingga canalis ani. Menurut letaknya colon dibagi menjadi :
a. Ekstra peritoneal (colon asendens dan colon desendens)
b. Intra peritoneal ( caecum, sigmoid, dan colon transversum)
1) Colon asendens
Panjangnya ± 14 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur
keatas dari ileum ke bawah hati. Dibawah hati melengkung kekiri,
lengkungan ini disebut fleksura hepatica, dilanjutkan sebagai colon
transversum
2) ColonTransversum
Panjangnya ± 38 cm membujur dari colon asendens sampai colon
desendens berada bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura
hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis
3) Colondesendens
Panjangnya ± 25 cm terletak dibawah abdomen kiri membujur dari atas
kebawah dari fleksura lienalis sampai ileum kiri bersambung dengan colon
sigmoid.
4) Colonsigmoid
Merupakan lanjutan dari colon desendens terletak miring dalam rongga
pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya
berhubungan dengan rectum.

3. Etiologi
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal.
Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan
fungsi aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi dan
menyebabkan metastasis. Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya
tumor antara lain:
a. Karsinogen
b. Hormone
c. Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan
yang kurang berserat.
d. Parasit : parasit schistososma hematobin yang mengakibatkan karsinoma
planoseluler.
e. Genetic
f. Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.

4. Manifestasi Klinis
Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk dideteksi.
Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai mendesak
jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sifat rongga tumor abdomen yang
longgar dan sangat fleksibel. Tumor abdomen bila telah terdeteksi harus mendapat
penanganan khusus. Bahkan, bila perlu dilakukan pemantauan disertai dukungan
pemeriksaan secara intensif. Bila demikian, pengangkatan dapat dilakukan sedini
mungkin.
Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah perut tampak
membuncit dan mengeras. Jika positif, harus dilakukan pemeriksaan fisik dengan
hati-hati dan lembut untuk menghindari trauma berlebihan yang dapat
mempermudah terjadinya tumor pecah ataupun metastasis. Dengan demikian
mudah ditentukan pula apakah letak tumornya intraperitoneal atau retroperitoneal.
Tumor yang terlalu besar sulit menentukan letak tumor secara pasti. Demikian pula
bila tumor yang berasal dari rongga pelvis yang telah mendesak ke rongga
abdomen.
Tanda dan gejala :

a. Hiperplasia.
b. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras.
c. Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila tumor
berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat elastis kenyal
atau lunak.
d. Kadang tampak Hipervaskulari di sekitar tumor.
e. Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.
f. Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa.
g. Konstipasi.
h. Nyeri.
i. Anoreksia, mual, lesu.
j. Penurunan berat badan.
k. Pendarahan.

5. Patofisiologi
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh
mutasi ganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan berpopliferasi
secar abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar
sel tersebut.
Sel-sel neoplasma mandapat energi terutama dari anaerob karena kemampuan
sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk
oksidasi.
Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang biak
yang membutuhkan energi unruk anabolisme daripada untuk berfungsi yang
menghasilkan energi dengan jalan katabolisme.
Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan
energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal
dalm mendapatkan bahan-bahan tersebut.
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah
tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase
(penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.
Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah
digunakan, namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal :
tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit yang jelas denagn penyebab, metastase,
pengobatan dan prognosa yang berbeda.
6. Pathway

7. Pemeriksaan Penunjang
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi
meliputi:
a. Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang tumor atau
oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.
b. Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan
gambaran berbagai struktur tubuh.
c. CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai susunan lapisan
jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang.
d. Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan antar
jaringan; dap[at ,mencakup penggunaan bahan kontras.
e. Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima,
digunkan untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam tubuh.
f. Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukan suatu
ke dalam rongga tubuh atau ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya
biopsy jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.
g. Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan radiosisotope yang
diikuti dengan pencitraan yang menjadi tempat berkumpulnya radioisotope.

8. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gasterektoni
subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi.
b. Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh
harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan
apakah pasien harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang
berkaitan dengan tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran
anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne C. 2001)
 Laparatomi
Laparatomi adalah salah satu jenis operasi yang di lakukan pada daerah
abdomen. Operasi laparatomy di lakukan apabila terjadi masalah
kesehatan yang berat pada area abdomen, misalnya trauma abdomen.
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang
diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi
pembedahan perut.
Ada 4 cara, yaitu;
1. Midline incision
2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm),
panjang (12,5 cm).
3. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas,
misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian
bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi
appendictomy.
Indikasi
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
2. Peritonitis
3. Perdarahan saluran pencernaan.
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5. Masa pada abdomen
Komplikasi
1. Ventilasi paru tidak adekuat
2. Gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan
c. Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam
pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel
tumor. Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi
yaitu energy tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
d. Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi
tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi
dengan terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor
dengan fraksi pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan
kemoterapi.
e. Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatankeempat untuk
kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM)
berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon,
interleukin.(Danielle Gale. 2000).
9. Komplikasi
a. Metastase
Penyebaran kanker dari suatu organ tubuh ke organ tubuh lain seperti ke otak,
tulang, paru-paru atau hati. Sel kanker dapat melepaskan diri dari tumor utama,
masuk ke aliran darah, ikut bersirkulasi dalam aliran darah dan tumbuh di
jaringan normal yang jauh dari tumor asalnya
b. Prognosis buruk

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupak dasar proses keperawatan
diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah klien agar dapat
memberikan rah kepada tindakan keperawatan.
Data dasar pengkajian klien :
a. Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan keletihan
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
c. Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feces, nyeri pada
defekasi. Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri atau ras terbakar pada
saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk ( rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan
pengawet). Anoreksisa, mual/muntah.Intoleransi makanan. Perubahan pada
berat badan; penurunan berat badan hebat, berkuranganya massa otot.
Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan
ringan sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
h. Pernafasan
Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup dengan sesoramh yang
merokok.) Pemajanan asbes.
i. Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik. KarsinogenPemajanan matahari
lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan perubahan pada
tingkat kepuasan. Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun Multigravida,
pasangan seks miltifel, aktivitas seksual dini.
k. Interaksi sosial
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung. Riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan, atau bantuan).

2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan tumor
intraabdomen antara lain :
Post operasi
a. Nyeri b/d agens cedera fisik
b. Resti infeksi b/d prosedur invasi

3. Perencanaan
DX NOC NIC

Nyeri akut Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (1400) :


berhubungan tindakan keperawatan selama 2
1. Lakukan pengkaian nyeri
dengan agen x 6 jam, diharapkan nyeri yang
komprehensif yang
cidera fisik dirasakan berkurang dengan
meliputi lokasi,
indikator :
karakteristik,
onset/durasi, frekuensi,
1. nyeri yang dilaporkan kualitas, intensitas atau
berkurang beratnya nyeri dan faktor
2. tidak ada ekspresi nyeri pada pencetus
wajah 2. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
3. Ajarkan penggunaan
teknik non farmakologi (
seperti hpynosis,
relaksasi, terapi
aktivitas)
4. Dorong pasien untuk
istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
5. Berikan individu
penurun nyeri yang
optimal dengan
peresepan analgesik
Resiko infeksi Tujuan : Setelah dilakukan NIC :
b.d prosedur tindakan keperawatan selama
Kontrol infeksi (6540)
invasif 2x6 jam, diharapkan tidak
terjadi infeksi dengan kriteria 1. Pastikan teknik

hasil : perawatan luka yang

1. Tidak ada tanda dan gejala tepat

infeksi 2. Bersihkan lingkungan

2. Mampu mengembangkan dengan baik setelah

strategi yang efektif untuk digunakan setiap pasien

mengontrol infeksi 3. Anjurkan pasien


mengenai teknik mencuci
tangan yang tepat
4. Cuci tangan sebelum dan
sesudah perawatan
pasien
5. Dorong pasien untuk
beristirahat
6. Anjurkan pasien untuk
meminum antibiotik
seperti yang diresepkan

4. Evaluasi
a. Masalah nyeri akut teratasi
b. Tidak terjadi infeksi pada pasien
DAFTAR PUSTAKA

Alief. M, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI..

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

Bulecheck, G. M., Butcher, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing interventions


classification (NIC) (Edisi 6). Indonesia: Mocomedia.
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9.
Jakarta : EGC

Doenges, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC.

E. Oswari. 2011. Patofisiologi. Jakarta: Hipokrates


Herdman, T, H. (2015). Nanda International Inc. Diagnosisi Keperawatan : Definisi &
Klarifikasi 2015-2017, ed 10. Jakarta : EGC.
Moorhead, S., Jhonson, M., Mass, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing outcomes
classification (NOC) pengukuran outcomes kesehatan (Edisi 5). Indonesia:
Mocomedia.

Anda mungkin juga menyukai