I. Pengantar :
“Di dunia ini tidak ada hal yang pasti”, begitu sering dikatakan
orang. Tengok saja kerajaan Romawi. Di bawah kaisar Oktavianus
Augustus, kekaisaran Romawi menguasai hampir seluruh benua Eropa,
Afrika bagian utara dan barat. Setelah berjaya hampir satu abad, pada
tahun 476 masehi, imperium ini akhirnya rontok. Pendulum kejayaan
akhirnya bergeser ke dunia Arab. Bangsa Arab pernah menancapkan
pengaruhnya sampai Eropa, Asia dan Afrika. Bangsa Portugis juga pernah
berjaya. Negara yang saat ini tergolong termiskin di Eropa Barat ini dulu
pernah mengirimkan ekspedisi secara besar-besaran untuk menguasai
negara-negara Asia. Indonesia merupakan salah satu negara yang
mengalami dijajah bangsa ini. Bagaimana sekarang nasib bangsa Romawi,
bangsa Arab dan bangsa Portugis? Yang jelas, bangsa-bangsa tersebut kini
menjadi bangsa pecundang.
Sejarah Nusantara juga tidak lepas dari pasang surut seperti
halnya nasib bangsa-bangsa di atas. Jauh sebelum para petualang dan
pedagang dari Eropa Barat menguasai Selat Malaka, kerajaan Sriwijaya
sudah lebih dulu menguasainya. Sejak abad ketujuh, negara ini menguasai
perdagangan dan sudah menjalin hubugan dagang dengan China, India ,
Jepang dan negara-negara lainnya. Di tanah Jawa, ada Kerajaan Majapahit
pernah menjadi digdaya di era Hayam Wuruk, Konon, kekuasaanya sampai
Philipina Utara, bahkan sebagian Afrika.
Itulah sekedar penggalan sejarah masa lalu. Bagaimana dengan
dunia bisnis? Tak terkecuali. Semuanya melewati pasang surut. Tidak ada
yang abadi. Semuanya mengalami perubahan. Kata Charles Handy,
perubahan itu mengikuti huruf S yang tertidur (Sigmoid Curve). Banyak
perusahaan yang beberapa tahun lalu masuk kategori Fortune 500
(menduduki rangking sebagai 500 perusahaan terbesar di dunia), namun
tidak lama kemudian terjungkal dari daftar tersebut, dan digantikan oleh
muka-muka baru. Perusahaan-perusahaan yang masuk “ranking” tersebut
kini menjadi pecundang atau malahan menjadi penonton di pinggir arena.
Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika Ari de Geus mengatakan
bahwa pada dasarnya suatu perusahaan itu adalah makhluk hidup juga.
Mengapa ? Karena dia pernah dilahirkan, kemudian dia tumbuh, tua, sakit,
dan bisa sekarat seperti layaknya makhluk hidup. Jika “dirawat” dengan
baik, dia dapat menjadi perusahaan yang sehat dan berumur panjang.
Sejarah bisnis di Indonesia juga mencatat banyak perusahaan
yang tidak lepas dari pasang surut. Dulu, industri jamu dikuasai oleh Jamu
Jago dan Air Mancur. Kini mereka redup, dan posisinya digantikan oleh
Sido Muncul. Nasib Astra International kurang lebih sama. Setelah
dibesarkan oleh William Suryajaya, kemudian karena kejeblos kasus Bank
Summa, akhirnya sang pemilik terpaksa harus melepaskan perusahaan yang
sudah dirintisnya ke tangan orang lain. Kerika krisis ekonomi menerjang
negara tercinta ini, Astra sempat goyang. Namun kemudian, di tangan para
profesional yang “mumpuni”, Astra berhasil bangkit kembali setelah
melakukan serangkaian upaya seperti restrukturisasi keuangan, downsizing
dan kembali ke bisnis intinya (core business).
Cerita di atas merupakan sekelumit dari sejarah panjang
kehidupan manusia yang tidak tidak luput dari perubahan, baik dalam
dunia non-bisnis maupun dunia bisnis. Bagaimana menghadapi perubahan
agar suatu bisnis tidak terjungkal dari arena persaingan? Salah satu
caranya adalah dengan menerapkan strategi bisnis yang “fit” (tepat).
Artinya, dalam hal ini strategi yang diterapkan diselaraskan dengan
perubahan eksternal dan internal perusahaan (sumberdaya, kapasitas,
kompetensi dll). Strategi bisnis merupakan “pegangan” pimpinan
perusahaan untuk mengarahkan seluruh kegiatan perusahaan agar
mempunyai keunggulan dalam persaingan pasar. Dalam ilmu manajemen,
manajemen strategi bisnis ini disebut manajemen strategik (strategic
management).
Para pimpinan perusahaan atau manager biasanya bertanya, apa
yang membuat sebuah perusahaan sukses? Kemana arah bisnis apa yang
akan ditempuh? Kompetensi atau kapabilitas apa yang perlu
dikembangkan? Bagaimana menghadapi persaingan yang semakin ketat ?
Bagaimana menghadapi perubahan pasar? Bagaimana menjamin
keberhasilan perusahaan untuk terus memperoleh laba? Dengan kondisi
eksternal yang chaos, bagaimana bisnis tetap survive? Pertanyaan-
pertanyaan ini lah yang harus di jawab oleh manajemen strategik.